Anda di halaman 1dari 4

Definisi

Penyakit atau kelainan tiroid adalah suatu kondisi kelainan pada seseorang
akibat adanya gangguan kelenjar tiroid, baik berupa perubahan bentuk maupun
perubahan fungsi (Kemenkes RI, 2015). Kelainan pada tiroid mencakup kondisi
yang berkaitan baik dengan pengeluaran berlebihan hormon tiroid maupun yang
berkaitan dengan defisiensi hormon tiroid, serta lesi massa tiroid (Bose et al,
2015).

Patofisiologi

2.1 Goiter
Goiter merupakan pembesaran tiroid (penyakit gondok). Penyakit ini
menunjukkan adanya suatu upaya untuk mengimbangi penurunan hormone tiroid,
sementara TSH naik. Ada beberapa kerusakan dalam penyakit ini:
kerusakan dalam pengangkutan yodida
kerusakan pada proses iodinasi
kerusakan enzim deiodinase
produksi protein teriodinasi abnormal
Dalam kondisi semakin parah penyakit ini dapat berlanjut menjadi
hipotiroidisme. Dapat diatasi dengan hormone tiroid eksogen (Wells et al, 2015)

2.2 Hipotiroidisme
Hipotiroidisme dapat disebabkan karena kegagalan tiroid tapi bisa pula
disebabkan karena penyakit pada hipofisis atau hipotalamus. Pada hipotiroidisme
laju metabolik basal (Basal Metabolic Rate/BMR) menurun. Gambaran klinis
yang menonjol adalah :
Denyut jantung lambat
Hipertensi diastolik
Perilaku lamban
Mudah mengantuk
Konstipasi
Sensitive terhadap suhu dingin
Kulit dan rambut kering
Rona muka pucat kekuningan
Hipotiroidisme pada anak-anak mengakibatkan perawakan pendek
tanparetardasi mental Bila terjadi pada intrauterus atau neonates akan
mengakibatkan kretinisme yaitu keadaan yang ditandai dengan sejumlah cacat
kongenital dan retardasi mental berat dan ireversibel (Wells et al, 2015).
Pada Penyakit Tiroiditis Auto Imun (PTAI) walaupun etiologi pasti respon
imun tersebut masih belum diketahui, berdasarkan data epidemiologik diketahui
bahwa faktor genetik sangat berperan dalam patogenesis PTAI. Selanjutnya
diketahui pula pada Penyakit Tiroiditis Auto Imun terjadi kerusakan seluler dan
perubahan fungsi tiroid melalui mekanisme imun humoral dan seluler yang
bekerja secara bersamaan. Kerusakan seluler terjadi karena limfosit T
tersensitisasi (sensitized T-lymphocyte) dan/atau antibodi antitiroid berikatan
dengan membran sel tiroid, mengakibatkan lisis sel dan reaksi inflamasi.
Sedangkan gangguan fungsi terjadi karena interaksi antara antibodi antitiroid yang
bersifat stimulator atau blocking dengan reseptor di membran sel tiroid yang
bertindak sebagai autoantigen (Wells et al, 2015).
Mekanisme patogen yang mungkin dari Tiroiditis Hashimoto. Faktor
genetik predisposed individu dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (contoh:
diet iodine, infeksi, kehamilan, terapi sitokin) yang termasuk respon autoimun
melawan antigen spesifik tiroid dengan infiltrasi sel imun. Proses autoimun
menghasilkan T helper tipe 1 (Th1) respon imun mediate dan induksi apoptosis
dari sel tiroid yang mengakibatkan hipotiroid (Wells et al, 2015).

2.3 Hipertiroidisme
Hipertirodisme adalah keadaan produksi hormone tiroid berlebihan.
Sebagian besar kasus di AS terjadi karena penyakit Graves akibat produksi IgG
perangsang tiroid (TSI=Thyroid Stimulating IgG) yang mengaktifkan reseptor
TSH. Keadaan ini menyebabkan pembesaran difus kelenjar tiroid dan produksi T3
dan T4 yang berlebihan dan tidak terkendali. Gambaran klinis yang muncul :
Frekuensi denyut jantung yang cepat
Tekanan nadi yang melebar
Gelisah
Insomnia
Penurunan berat badan meskipun selera makan meningkat
Kelemahan
Produksi keringat berlebihan
Sensitif terhadap panas
Kulit basah dan merah (Wells et al, 2015).
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-
lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat
beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel
meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15
kali lebih besar daripada normal (Wells et al, 2015).
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang menyerupai TSH, Biasanya bahan bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang
berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi
TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda
dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH
oleh kelenjar hipofisis anterior (Wells et al, 2015).
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka
hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung
tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor
otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas
normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai
daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar (Wells et al, 2015).

Daftar Pustaka

Bose A, Sharma N, Hemvani N, Chitnis DS. 2015. A Hospital Based Prevalence


Study on Thyroid Disorders in Malwa Region of Central India. Int J Curr
Microbiol App Sci.;4:604-11.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2015. Infodatin Situasi dan
Analisis Gangguan Tiroid. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Wells, B.G., Wells, J.T., Schwinghammer, T.L., Wells, C.V. 2015.
Pharmacotherapy Handbook 9th Edition. United States of America: The
McGraw-Hill Companies, Inc.

Anda mungkin juga menyukai