(ENTROPI)
Penyusun :
Teuku Rizki
Email : humas@unsada.ac.id ,
Jl.Raden Inten II (Terusan Casablanca) Pondok Kelapa Jakarta 13450 Telp. : (021)
8649051 Fax. : (021) 86490
Entropi
A. Konsep Entropi
Kita tinjau sistem yang mengalami proses reversibel dri keadaan 1 ke keadaan 2
melalui lintasan A, dan kembali ke keadaan semula melalui lintasan B yang juga
reversibel, ditunjukkan gambar (hal 170)
Q
T
=0=
Q
T ( ) + ( QT ) (5-27)
1 A 2 B
Sekarang kita pandang siklus reversibel yang lain, dengan keadaan awal yang
sama tetapi kembali melalui lintasan C. Untuk siklus ini dapat kita tulis:
2 1
Q
T
=0=
Q
T ( ) + ( QT ) (5-28)
1 A 2 C
Q
Karena T
sama untuk semua lintasan antara 2 dan 1, besaran ini hanya
bergantung pada keadaan awal dan akhir saja. Besaran ini dapat digolongkan
sebagai sifat sistem dan disebut sebagai entropi yang dinyatakan dengan S.
Entropi didefinisikan sebagai:
dS ( )
Q
T rev
(5-30)
S2-S1 = ( Q
T )
(5-31)
1 rev
Entropi adalah besaran ekstensif sistem dan dalam sistem yang homogen
sebanding dengan massa atau jumlah mol sistem. Entropi jenis s adalah:
S
s= (5-32)
m
Pada gas ideal, energi dalam hanya merupakan fungsi suhu atau dapat kita
tuliskan sebagai:
p R
du c v dT dan =
T v
Tds=du+ pdv
Sehingga
dT dv
ds=c v +R (5-50)
T v
Entalpi untuk gas ideal juga hanya merupakan fungsi suhu atau
v R
dh=c p dT Dan =
T p
Tds=dhvdp
Sehingga
dT dp
ds=c v R (5-51)
T p
C. Diagram TS
Untuk setiap jumlah kalor infinitesimal yang memasuki sistem dalam bagian
infinitesimal suatu proses terbalikkan, persamaannya ialah
dQ R=T ds
Jadi jumlah total kalor yang dipindahkan dalam proses terbalikkan ialah
f
Q R = T ds
i
Integral ini dapat ditafsirkan secara grafis sebagai luas di bawah kurva pada
diagram T yang dirajah sepanjang sumbu Y dan S sepanjang sumbu X. Sifat kurva
pada diagram TS ditentukan oleh jenis proses terbalikkan yang dilaksanakan oleh
sistem itu. Proses isoterm digambarkan sebagai garis horisontal.
dQ R
dS=
T
Dan dQ R=0
dS=0
Dan S adalah tetapan. Jadi selama proses adiabat terbalikkan berlangsung, entropi
sistem tetap, atau dengan perkataan lain sistem mengalami proses isentrop.
Jelaslah bahwa proses isotrop dalam diagram TS digambarkan sebagai garis
vertikal.
dQ=T ds ,
dQ dS
Dan =T
dT dT
( dQ
dT )p
=C =T (p
S
T ) p
dS= ( TQ ) rev
Diagram T-s mempunyai aplikasi yang paling luas dibandingkan dengan beberapa
diagram yang digunakan dalam termodinamika karena daerah di bawah
sembarang garis proses reversibel menyatakan jumlah kalor. Diagram ini dapat
diterapkan untuk problem aliran maupun non aliran, dan kalor selalu memegang
peranan penting.
Gambar 5-14 memperlihatkan diagram T-s untuk uap. Daerah berbentuk kubah
yang terdiri dari dua fase cair-uap disebut kubah uap. Kubah uap dibatasi pada
sebelah kiri oleh garis cairan jenuh dan di sebelah kanan oleh garis uap jenuh.
Puncak kubah merupakan titik kritis. Di sebelah kiri garis cairan jenuh merupakan
daerah cair. Daerah tepat dibawah kubah merupakan daerah uap basah yang
berupa campuran cairan air dan uap dan disebelah kanan garis uap jenuh
merupakan daerah uap. Pada suhu diatas titik kritis sudah tidak ada perbedaan
antara cairan dan uap. Untuk penyederhaan gambar, garis-garis horisontal dan
garis-garis vertikal yang menyatakan garis isotermal dan garis isentropik tidak
digambarkan.
Garis panas lanjut (superheated) menyerupai bentuk garis uap jenuh. Dengan
meningkatnya nilai panas lanjut, garis ini bergerak menjauh dalam daerah panas
lanjut.
Garis isokhorik terlihat khas pada gambar dengan karakteristik tajam pada
perubahan kemiringan setelah memotong garis uap jenuh.
Pada gambar terdapat tiga jenis garis isentalpi. Jenis pertama, pada daerah panas
lanjut, garis isentalpi seluruhnya terletak pada daerah ini. Jenis kedua garis
isentalpi datang dari daerah panas lanjut masuk daerah basah pada suhu tinggi dan
terakhir masuk lagi ke daerah panas lanjut pada suhu yang sedikit lebih rendah.
Jenis ketiga garis isentalpi memotong garis kubah jenuh dan masuk daerah basah
dan tidak meninggalkan daerah basah pada suhu lebih rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa entalpi nyaris hanya merupakan fungsi suhu dalam daerah
ini.
Gambar 5-15
D. Daur Carnot
Ketika sistem dalam suatu mesin menjalani sebagian daurnya, sejumlah kalor
diserap dari tandon panas. Pada bagian lain daur itu, kalor yang jumlahnya lebih
sedikit dibuang ketandon yang lebih dingin. Jadi boleh dikatan bahwa mesin
bekerja di antara sepasang tandon ini. Menurut kenyataan yang didapat dari
pengalaman, sejumlah kalor selalu dibuang ketandon yang lebih dingin, sehingga
efisiensi mesin yang sebenarnya tidak pernah 100%.
Sebuah mesin yang bekerja dalam daur carnot disebut mesin carnot. Mesin carnot
bekerja antara dua tandon dengan cara khusus yang sederhana. Semua kalor yang
diserapnya terjadi pada suatu temperatur tinggi yang tepap, yaitu pada
temperatur tandon panas, dan semua kalor yang dibuangnya terjadi pada
temperatur yang tetap yang lebih rendah, yaitu pada temperatur tetap yang lebih
rendah, yaitu pada temperator tandon dingin. Proses yang menghubungkan
isoterm temperatur tinggi dan rendah adalah keterbalikan dan adiabat. Karena
keempat proses itu keterbalikan, daur carnot merupakan daur keterbalikan.
Jika sebuah mesin bekerja hanya antara dua tandon dan menurut daur
keterbalikan, mesin itu tentu mesin carnot.
Sebuah mesin carnot yang menyerap kalor QH dari tandon panas pada temperatur
TH dan membuang kalor QH ketandon yang lebih dingin pada temperatur TC
memiliki efisiensi yang sama dengan 1- 1| Qc|/|QH | . Karena berlangsung
antara dua garis isotrop yang sama maka
|Qc| Tc
=
|Q H | TH
Tc
( carnot )=1
TH
Supaya mesin carnot efisisen 100 persen, Tc harus nol. Karena alam tidak
menyediakan tandon bertemperatur mutlak nol, maka mesin kalor yang
efisiensinya 100 persen secara praktis mustahil ada.
Supaya kita mengerti arti fisis entropi dan peranannya dalam dunia ilmu, kita
perlu mempelajari semua perubahan entropi yang timbul ketika sistem mengalami
suatu proses. Jika kita menghitung perubahan entropi sistem dan menambahkan
pada perubahan entropi ini, perubahan entropi lingkungan lokalnya, kita dapat
kuantitas yang merupakan jumlah dari semua perubahan entropi yang timbul
dalam proses khusus itu. Kita boleh menamakannya
Bila jumlah kalor yang berhingga diserap atau dibuang oleh sebuah tandon, maka
perubahan koordinatnya tandon persatuan massa sangat kecil. Jadi, perubahan
entropi persatuan massanya sangat kecil. Namun, karena massaa total tandon
sangat besar, perubahan entropi totalnya berhingga. Misalkan tandonnya
bersentuhan dengan sebuah sistem dan kalor Q diserap oleh tandon pada
temperatur T. Tandon itu mengalami perubahan non disipatif yang ditentukan
sepenuhnya oleh kuantitas kalor yang diserap. Perubahan yang tepat sama dalam
tandon akan terjadi jika jumlah kalor Q dipindah secara terbalikkan. Jadi,
perubahan entropi tandon itu ialah Q/T. Ini berarti, bila mana sebuah tandon
menyerap kalor Q pada temperatur T dalam suatu sistem dalam proses apa saja,
perubahan entropi tandon ialah Q/T.
+dQR
dS sistem=
T
dQR
dS tandon=
T
Dan perubahan entropi semester dS adalah nol. Jika QR dibuang oleh sistem,
jelaslah
dQR
dS sistem=
T
+dQR
dS tandon=
T
Dan perubahan entropi semesta dS juga nol. Jika QR nol, baik sistem maupun
tandon tidak mengalami perubahan entropi, dan perubahan entropi semesta tetap
nol. Karena hal ini berlaku untuk bagian infinitesimal proses terbalikkan yang
mana pun, tentulah berlaku juga untuk semua bagian seperti itu. Jadi kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa bila proses terbalikkan berlangsung, maka entropi
semesta tidak berubah. Namun, proses alamiah tak terbalikkan.
F. Entropi dan Ketakterbalikan
Bila sistem mengalami proses keterbalikan antara keadaan setimbang awal dan
keadaan setimbang akhir, perubahan entropi sistem ialah
f
dQ
S ( sistem )=sf Si=R
i T
( ) Poses yang menyangkut lesapan isoterm dari kerja melalui sistem (yang
tidak tetap tidak berubah) menjadi energi internal sebuah tandon, misalnya:
1. pengaduan tak teratur dari cairan kental yang bersentuhan dengan sebuah
tandon;
3. deformasi takelastik dari zat padat yang bersentuhan dengan sebuah tandon;
Dalam hal proses yang menyangkut transformasi isoterm kerja W melalui sistem
menjadi energi internal sebuah tandon, tidak ada perubahan entropi sistem, karena
koordinat termodinamikanya tidak berubah. Terdapat aliran kalor Q ke dalam
tandon dengan Q=W. Karena tandon menyerap Q satuan kalor pada temperatur T,
Q W
perubahan entropinya ialah + atau + . Perubahan entropi semestanya
T T
W
ialah dan ini akan merupakan kuantitas yang positif.
T
(b) Proses yang menyangkut lesapan adiabat dari kerja menjadi energi internal
sistem, misalnya :
2. berhentinya cairan yang sedang berputar atau bergetar, yang tersekat secara
termal;
Dalam proses yang menyangkut transformasi adiabat dari kerja menjadi energi
internal sistem yang temperaturnya naik dari Ti ke Tf pada tekanan tetap, tidak ada
aliran kalor dari atau ke lingkungannya, sehingga perubahan entropi lingkunan
lokalnya adalah nol. Untuk menghitung perubahan entropi sistem , proses
terbalikkan semula harus diganti oleh proses terbalikkan yang membawa sistem
dari keadaan mula (temperatur Ti, tekanan Pi) ke keadaan akhir (temperatur Tf,
tekanan Pf). Marilah kita ganti pelaksanaan takterbalikkan dari kerja itu dengan
aliran kalor isobar terbalikkan dari sederetan tandon yang temperaturnya berkisar
antara Ti sampai dengan Tf. Jadi perubahan entropi sistem ialah
f
dQ
S ( sistem )=sf Si=R
i T
R= C pdT
dQ
dan
Tf
S ( sistem )= C dT
p
Ti T
proses yang menyangkut transformasi energi internal suatu sistem menjadi energi
mekanis, kemudian dikembalikan menjadi energi internal lagi, misalnya:
Dalam hal pemuaian bebas gas ideal, perubahan entropi lingkungan lokalnya nol.
Untuk menghitung perubahan entropi sistem, pemuaian bebas harus diganti
dengan proses terbalikkan yang membawa gas itu dari keadaaan semula (volum Vi
, temperatur T) ke keadaan akhir (volum Vf, temperatur T). Jelaslah proses
terbalikkan yang paling memudahkan ialah pemuaian isoterm trbalikkan pada
temperatur T dari volum Vi menjadi volum Vf. Jadi perubahan entropi sistem ialah
f
dQ
S ( sistem )=sf Si=R
i T
dQ R=Pd V
Dan
dQ R dV
=nR
T V
Sehingga
Vf
S ( sistem )=nR ln
Vi
Vf
Jadi perubahan entropi sesta ialah nR ln ( ), dan ini merupakan bilangan
Vi
positif.
1. penghantaran atau radiasi kalor dari suatu sistem ke lingkungannya yang lebih
dingin
2. penghantaran atau radiasi kalor melalui suatu sistem (yang tidak berubah) dari
tandon panas ke tandon panas ke tandon yang lebih dingin.
Dalam hal penghantar Q satuan kalor melalui suatu sistem (yang tidak berubah)
dari tandon pada temperatur Ti ke tandon yang lebih dingin pada T2 , maka
langkah berikut ini jelas:
S ( sistem )=0
Q
S ( tandon panas ) =
T1
+Q
S ( tandondingin ) =
T2
dan
Q Q
S= S ( semesta )=
T2 T1
1. Reaksi kimia
2. Difusi dua macam gas ideal yang lembam
3. Pencampuran alkohol dan air
4. Membekunya cairan sangat dingin
5. Pengembunan uap sangat jenuh
6. Pelarutan zat padat dalam air
7. Osmosis
Anggaplah difusi dua macam gas ideal yang lembam setara dengan dua proses
pemurnian bebas yang terpisah, yang utuk salah satu proses berlaku,
Vf
S=nR ln
Vi
Dengan mengambil satu mol masing-masing gas dengan Vi = v dan Vf = 2v, kita
dapatkan
S=2 R ln 2
Kuantitas ini merupakan bilangan positif. Semua hasil dirangkum dalam tabel 8.1.
Tabel 8.1 Perubahan entropi semesta akibat proses alamiah
Temperatur akhir yang sama untuk semua potongan. Cara ini mendefinisikan
proses isobar terbalikan yang takterhingga banyaknya, yang bisa dipakai untuk
membawa sistem dari keadaan tekseimbang awal keadaan setimbang akhir. Jika
tidak ada suatu proses terbalikan yang bisa membawa sistem dari i ke f, kita bisa
mengambil proses terbalikan yang tak terhingga banyaknya satu untuk setiap
elemen volum.
dm= A dx
C p dm=C p A dx
T 0+ T L
T f=
2
Jika tidak ada kalor yang hilang dan, supaya sederhana kita anggap, bahwa
konduktifitas termal, kerapatan, dan kapasitas kalor semua potongan tersebut
tetap, maka temperatur akhirnya ialah
T 0T L
T f=
2
Tf
dT T
C p A dx =C p A dx ln f
Ti
T Ti
Tf
C p A dx
T T L
T o 0 x
L
TL T0
S=Cp ( 1+ lnT f +
T 0T L
ln T L
T 0 T L
ln T 0 )
Untuk menunjukkan bahwa perubahan entropi positif marilah kita amabil harga
menarik untuk temperatur berikut : T0 = 400 K, TL = 200 K, maka temperatur
akhirnya ialah Tf = 300K, jadi
1
S=2,30 Cp ( 2,30 + 2,477+2,3012 2,602 )=0,019 Cp
Metode yyang sama dapat dipakai untuk menghitung perubahan entropi sebuah
sistem yang mengalami proses dari keadaan awal yang tak setimbang, yang
dikarakterisasi oleh distribusi tekanan yang tak merata, ke keadaan akhir yang
setimbang, yang tekanannya merata.
H. Prinsip pertambahan entropi
Perubahan entropi semesta yang berkaitan dengan setiap proses takterbaliakn yang
kita tinjau sampai sekarang ternyata positif. Jadi, kita dipaksa untuk percaya
bahwa bila mana proses takterbalikan terjadi, maka entropi semesta bertambah.
Untuk menegakkan dalil yang di kenal sebagai prinsip entropi ini secara umum,
kita cukup membatasi perhatian pada proses adiabat saja, karena telah kita lihat
bahwa prinsip entropi berlaku untuk semua proses yang menyangkut pemindahan
kalor takterbalikkan. Kita mulai bukti ini dengan meninjau kasus khusus dari
proses takterbalikkan adiabat di antara dua keadaan setimbang dari suatu system.
1
ln ( a+bx ) dx= b ( a+ bx ) ln ( a+ bx )x
Konsep dasar
S=S f - Si
Perubahan temperature bisa terjadi, bisa juga tidak. Untuk kedua kemungkinan
itu, marilah kita buat system itu mengalami proses adiabat terbalikkan f k
dalam arah sedemikian sehingga temperaturnya menjadi sama dengan temperature
tendon yang telah kita pilih, misalnya temperature T. Sekarang misalkan system di
sentuhakan pada tendon itu, system mengalami proses isotherm terbalikkan k
j , sehingga entropinya sama dengan semula. Proses adiabat terbalikkan
akhir j i akan membawa system itu ke keadaan awalnya.
Perubahan entropi neto daur ulang ini adalah nol dan hanya terjadi ketika dua
proses i f dan k j berlangsung. Akibatnya
( S=S f - Si ), maka
S=S f - Sj
QR = TI(Sj Sk)
Jumlah kerja neto W (neto) telah di lakukan dalam suatu daur dengan
W (neto) = QR
Jelaslah dari hokum kedua termodinamika bahwa kalor Q R tidak bisa masuk ke
dalam system ini berarti QR tidak bisa positif karena jika hal ini terjadi kita akan
mempunyai proses daur yang tidak menghasilkan efek neto, melainkan hanya
penyerapan kalor dari suatu tendon dan kinerja sejumlah kerja yang setara dengan
itu. Jadi, QR 0, dan
T(Sj Sk) 0,
Dan akhirnya S0
S>0
3. Dimisalkan sistem tidak homogen dan temperatur maupun tekanannya tidak
serba sama, dan sistem mengalami proses adiabatik reversible. Dianggap sistem
bisa dibagi menjadi beberapa bagian dan kita bisa menentukan temperatur,
tekanan, komposisi, dan seterusnya untuk masing-masing bagian tergantung
koordinatnya, maka kita dapat mendefinisikan entropi sistem keseluruhan sebagai
jumlahan dari entropi masing-masing bagian. Jika dianggap bahwa kita dapat
mengembalikan masing-masing bagian kembali ke keadaan semula maka S
sistem keseluruhan adalah positif.
Dapat dinyatakan: s 0
s (semesta) = Q-W - Q 0
Tc TH
atau W Q Tc Q ;
TH
Tc
Sehingga W maks = Q ( 1
TH ( )
Karena W maks/Q adalah efisiensi maksimum mesin yang mengambil sebuah
kalor Q dari tandon TH dan yang membuang kalor ke sebuah tandon pada Tc, dan
karena 1- Tc/TH adalah efisiensi mesin carnot maka didapat bahwa efisiensi
maksimum setiap mesin yang bekerja diantara sepasang tandon adalah efisiensi
mesin efisiensi mesin Carnot yang bekerja di antara pasangan tandon yang sama.
Q Q+W
W Pesawat
W
Pendingin
Q-W Q
Benda yang
Tandon pada Tc
temperaturnya akan
diturunkan dari T1 ke
T2
2. Misalkan kita ingin membekukan air atau mencairkan udara, maka kita
turunkan temperatur benda yang massanya berhingga dari T1 = T
lingkungan ke T2 yang dikehendaki.
Kita buat daftar perubahan entropi berikut:
s benda = S2 S1
s zat pendingin = 0
S2 S1 + Q + W 0
T1
Sehingga W T1 (S1 S2) Q
T0
W ( maks )=Q (1 )
T
Menyatakan jumlah energi maksimum yang tersedia untuk dijadikan kerja bila Q
satuan kalor diambil dari tandon bertemperature T. Jadi jelaslah bahwa setiap
energi yang tinggal dalam tandon T0 dan hanya bisa diambil dalam bentuk kalor.
Kita dapat menegakkan dalil bahwa bilamana proses tak terbalikkan terjadi, efek
pada semesta sama dengan efek yang ditimbulkan jika sejumlah energi tertentu
dikonversikan dari bentuk yang sepenuhnya tersedia untuk dijadikan kerja
menjadi bentuk yang sama sekali tak tersedia untuk dijadikan kerja. Jumlah
energi E ini ialah T0 kali perubahan entropi semesta yang ditimbulkan oleh proses
tak terbalikan ini.
T0
Kerja maksimum sebelu penghantaran = Q(1 )
T1
Jelas, jumlah energi E yang menjadi tak tersedia untuk kerja ialah selisihnya
T0 T0
E=Q 1( T1 ) (
Q 1
T2 )
T 0 ( TQ2 TQ1 )
= T0 S
Kebenaran dalil itu telah untuk hal khusus mengenai penghantaran kalor. Karena
kita tidak bisa menangani semua proses takterbalikkan dengan cara yang
sederhana, kita harus mengambil pandangan yang lebih abstrak untuk
menegakkan dalil itu secara umum.
Tinjaulah suatu gawai mekanis, misalnya benda yang tergantung atau pegas yang
tertekan, yang mampu melakukan kerja pada suatu sistem. Misalkan sistemnya
bersentuhan dengan sebuah tandon pada temperatur T merupakan lingkungan
lokal dari sistem itu. Misalkan suatu proses takterbalikkan terjadi sehingga gawai
mekanis melakukan kerja W pada sistem, energi internal sistem berubah dari Ui ke
Uf dan kalor Q dipindahkan dari tandon ke sistem itu. Menurut hukum pertama
Q=U f U tW
Sekarang kita ingin menimbulkan perubahan yang tepat sama dalam sistem dan
lingkungan lokal yang timbul akibat terjadinya proses takterbalikkan, tetapi hanya
dengan proses terbalikkan saja. Untuk melakukan hal itu, perlu pelayanan dari
mesin carnot dan pesawat pendingin yang harus dijalankan dalam hubungannya
dengan gawai mekanis yang khusus serta tandon yang khusus. Sebagai gawai
mekanis yang khusus ini sebagaimana biasa kita ambil benda yang bergantung
atau pegas yang tertekan. Untuk tandon khusus, pilih temperatur yang terendah
katakan To. Ini meruoakan lingkungan bantunya. Dengan pertolongan mesin
Carnot yang cocok dan pesawat pendingin Carnot yang cocok yang bekerja dalam
daur, sehubungan dengan lingkungan bantunya, kita dapat menimbulkan pada
sistem dan lingkungan lokalnya, dengan proses terbalikkan saja, perubahan yang
sama dengan perubahan yang terjadi dalam proses takterbalikkan semula. Jika
halini terlaksanakan, perubahan entropi sistem dan lingkungan lokal sama saja
dengan semula, karena prosesnya berlangsung dari keadaan awal ke keadaan akhir
yang sama. Namun lingkungan bantunya mengalami perubahan entropi semesta
selama proses terbalikkan berlangsung adalah nol.
Dengan mudah kita dapat menghitung energi yang menjadi taktersedia selama
proses takterbalikkan. Jika perubahan yang sama dilaksanakan secara
terbalikkan, perubahan entropi sistem dan lingkungan lokalnya sama seperti
sebelumnya, yaitu S f Si . Perubahan entropi lingkungan bantu sama dengan
perubahan entropi tandon bantu yang timbul karena pembuangan E satuan kalor
pada temperatur T0 , yaitu E/T0. Karena jumlah perubahan entropi dari sistem,
lingkungan lokal, dan lingkungan bantuannya nol, maka:
E
S f Si =0 ;
T0
Sehingga E=T 0 ( S f Si )
karena proses takterbalikkan terus menerus berlangsung dalam alam, maka energi
terus menerus berubah menjadi bentuk yang tersedia-untuk-kerja. Kesimpulan
yang dikenal sebagai prinsip degradasi energi yang mula-mula dikembangkan
oleh Kelvin menyajikan tafsiran fisis penting mengenai perubahan entropi
semesta. Perlu dipahami bahwa energi yang menjadi tak tersedia-untuk-kerja
bukanlah energi yang hilang. Hukum pertama selalu berlaku. Energi hanya
ditransformasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
S = Tetapan In
Plank mengemukakan bahwa entropi kristal tunggal suatu unsur murni pada
temperatur nil harus diambil nol. Namun, entropi nol mempunyai implikasi
statistik yang menyatakan secara kasar bahwa dalam keadaan itu tidak ada
ketakteraturan molekular , anatomik, elektronik, dan nuklir.
M. Aliran entropi dan produksi entropi
Tinjaulah penghantar kalor sepanjang kawat tembaga yang terletak antara tandon
yang panas pada temperatur T1 dan tandon yang lebih dingin pada T 2 .
Andaikanlah arus kalor atau laji aliran kalor di lambangkan dengan I Q . Dalam
tiap satuan waktu , tendon yang panas mengalami entropi I Q / T 1 dan kawat
tembaga mengalami perubahan entropi. Hal ini di sebutkan karena sekali kawat
itu mencapai keadaan tunak, koordinat termodinamikanya tidak mengalami
perubahan , dan tendon yang lebih dingin mengalami kenaikan entropi I Q /
T 1 . Perubahan entropi semeata tiap satuan waktu ialah I Q / T 2 -
I Q /T 1 yang tentu saja positif.
Namun, proses ini dapat dilihat dari sudut pandang yang perhatiannya terpusat
pada kawat, dan buka pada semesta. Karena tendon yang panas mengalami
penurunan entropi,k ita dapat mengatakan bahwa tendon kehilangan entropi
melalui kawat, atau terjadi aliran entropi melalui kawat sebesar I Q / T 1 per
satuan waktu. Karena tendon yang lebih dingin mengalami kenaikan entropi ,
dapat dinyatakan tendon ini mengambil entropi dari kawat , atau terdapat aliran
entropi yang keluar dari kawat yang sama dengan I Q / T 2 per satuan
waktu. Tetapi I Q / T 2 lebih besar dari I Q /T 1 , sehingga pandangan ini
membawa pada suatu situasi yang menyatakan bahwa aliran entropi yang keluar
dari kawat melebihi yang masuk. Jika kita dapat menganggap entropi sebagai
kuantitas yang dapat mengalir, kita perlu mengaggap bahwa entropi dihasilkan
atau ditimbulkan di dalam kawat tersebut dengan laju yang cukup untuk
mengimbangi perbedaan antara laju keluar dan laju masuk. Jika laju produksi
entropi didalam kawat dapat ditulis ds / d , kita dapatkan
IQ IQ T 1T
ds 2
= - = IQ T 1 .T 2
d T2 T1
ds T IQ T
=I Q =
d T2 T T
IQ
Is =
T
Jika, dapatkan hasil yang menyatakan bahwa jika kalor di hantarkan sepanjang
kawat yang perbedaan temperature kedua ujungnya T entropi mengalir
melalui kawat dengan laju I s dan timbul didalam kawat dengan laju
ds T
= Is
d T
Sekarang andaikan ada beda potensial, , antara kedua ujung kawat yang
menyebabkan arus listrik I tetap mengalir pada kawat yang sama yang
bersentuhan dengan tendon bertemperatur T. Energi listrik I dibuang
dalam kawat tiap satuan waktu dank kalor keluar dari kawat dengan laju I .
I
Perubahan entropi semesta per satuan waktu ialah yang merupakan
T
bilangan positif. Produksi entropi dalam kawat terjadi dengan laju
ds
=I
d T
Entropi di timbulkan dalam kawat oleh aliran kalor dan aliran listrik dengan laju
ds T
= Is +I
d T T