REFERAT
JANUARI 2013
OLEH
PEMBIMBING
KONSULEN
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan referat dengan judul Teknik Autopsi Forensik dalam rangka
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Supervisor Pembimbing
dr. Berti Julian Nelwan M.Si, Sp.PA, DFM, Sp.F dr. Arkipus Pamuttu
2
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
BAB 2. ISI............................................................................................................................ 3
2.1 PENGERTIAN AUTOPSI .............................................................................................. 3
2.2 JENIS JENIS AUTOPSI ............................................................................................. 3
2.2.1 Autopsi Klinik .................................................................................................... 3
2.2.2 Autopsi Forensik Medikolegal ........................................................................ 4
2.3 Dasar hukum pelaksanaan Autopsi ................................................................................ 5
2.4 Persiapan Sebelum Tindakan Autopsi ............................................................................ 6
2.5 Perlengkapan Untuk Autopsi .......................................................................................... 7
2.6 Pemeriksaan Luar ............................................................................................................ 8
2.7 Teknik Autopsi ................................................................................................................ 10
2.7.1 Teknik Virchow .................................................................................................. 11
2.7.2 Teknik Rokitansky .............................................................................................. 11
2.7.3 Teknik Letulle ..................................................................................................... 11
2.7.4 Teknik Ghon ....................................................................................................... 12
2.8 Pemeriksaan Dalam ......................................................................................................... 13
2.9 Insisi ................................................................................................................................ 19
2.10 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................ 27
2.11 Perawatan Mayat Setelah Autopsi ................................................................................ 29
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada zaman dahulu orang Mesir tidak menggunakan tubuh orang mati untuk
mempelajari perjalanan suatu penyakit, organ tubuh pada mayat hanya dipakai
untuk diawetkan. Orang Yunani dan Indian melakukan kremasi tanpa dilakukan
diijinkan.1
pertama kali menemukan adanya hubungan antara tanda dan gejala pada pasien
meminta dua tubuh korban eksekusi kriminal setiap dua tahun untuk dikirim ke
4
untuk menentukan sebab kematian dan secara signifikan memiliki hubungan
yang pada tahun 1761 mendeskripsikan apa yang bisa dilihat dengan mata
telanjang. Pada penelitiananya yang besar On the Seats and Causes of Diseases
Oleh Karl van Rokitansky dari Vienna (1804-1878), autopsi dengan mata
oleh teori humoralnya. Seorang ahli patologi Jerman, Rudolf Virchow (1821-
merupakan dasar untuk memahami suatu penyakit pada patologi dan autopsi.
bahwa struktur sel terlalu kecil untuk dilihat kecuali dengan menggunakan
mikroskop elektron.1
5
BAB 2
ISI
Secara etimologis, autopsi berasal kata dari Auto yang artinya sendiri dan
pemeriksaan terhadap tubuh mayat yang terdiri dari pemeriksaan terhadap bagian
luar maupun bagian dalam dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau
ini mutlak diperlukan izin dari keluarga terdekat mayat yang bersangkutan.
6
Menentukan efektifitas pengobatan
Visum et Repertum (VeR) dari pihak yang berwenang, dalam hal ini pihak
penyidik. Izin keluarga tidak diperlukan, bahkan apabila ada seseorang yang
7
2.3 Dasar Hukum Pelaksanaan Autopsi
Aspek hukum yang terkait dengan autopsi antara lain; pihak yang berhak
meminta VeR, dasar hukum autopsi forensik, barang bukti, dan menentukan saat
kematian.
Dasar hukum autopsi forensik adalah KUHAP 133, KUHAP 134, KUHP
222, Reglemen pencatatan sipil Eropa 72, Reglemen pencatatan sipil Tionghoa,
Dasar hukum yang berkaitan dengan barang bukti berdasarkan KUHAP 42,
yakni barang bukti harus diperiksa oleh dokter untuk dicatat kemudian dilaporkan
penyidik.
yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak,
8
pernapasan, dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti. Khusus untuk
transplantasi; saat kematian ditentukan oleh dua dokter yang tidak ada hubungan
dilakukan. Dalam hal autopsi forensik, perhatikan apakah surat permintaan atau
yang dimaksudkan dalam surat yang bersangkutan dalam hal ini surat permintaan
VeR. Dalam hal autopsi forensik, perhatikan terhadap mayat yang akan diperiksa
dengan label polisi yang diikatkan pada ibu jari kaki mayat. Hal ini untuk
memenuhi ketentuan mengenai penyegelan barang bukti. Label dari polisi ini
memuat antara lain nama, alamat, tanggal kematian, dan sebagainya yang harus
diteliti apakah sesuai dengan data data yang tertera dalam Surat Permintaan
Pemeriksaan.3
9
Ketiga, kumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya
kejadian yang mendahului kematian, keadaan pada TKP dapat memberi petunjuk
tersebut di atas dapat mengakibatkan terlewat atau hilangnya bukti bukti yang
penting, misalnya saja tidak diambilnya cairan empedu, padahal korban kemudian
pelaksanaan autopsi. Untuk melakukan autopsi yang baik, tidaklah diperlukan alat
alat yang mewah, namun tersedianya beberapa alat tambahan kiranya perlu
Untuk melakukan suatu autopsi yang baik, diperlukan alat alat sebagai
berikut3 :
Kamar autopsi
Meja autopsi
Peralatan autopsi
10
2.6 Pemeriksaan Luar
pemeriksaan label pada jempol kaki mayat yang berasal dari pihak kepolisian.
Gunting pada tali pengikat, simpan bersama berkas pemeriksaan. Catat warna,
bahan, dan isi label selengkap mungkin. Sedangkan label rumah sakit, untuk
pengikatnya bila ada. Mencatat pakaian mayat dengan teliti mulai dari yang
dikenakan di atas sampai di bawah, dari yang terluar sampai terdalam. Pencatatan
meliputi bahan, warna dasar, warna dan corak tekstil, bentuk/model pakaian,
ada. Catat juga letak dan ukuran pakaian bila ada tidaknya bercak/pengotoran atau
Kaku mayat; distribusi, derajat kekakuan pada beberapa sendi, dan ada
Suhu tubuh mayat; memakai termometer rektal dam dicatat juga suhu
11
Pembusukan.
umur, warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan, disirkumsisi/tidak, striae
albicantes pada dinding perut. Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk
Rambut kepala harus diperiksa, contoh rambut diperoleh dengan cara memotong
dan mencabut sampai ke akarnya, paling sedikit dari 6 lokasi kulit kepala yang
berbeda. Potongan rambut ini disimpan dalam kantungan yang telah ditandai
kekerasan, kelainan. Periksa selaput lendir kelopak mata dan bola mata, warna,
cari pembuluh darah yang melebar, bintik perdarahan, atau bercak perdarahan.
Kornea jernih/tidak, adanya kelainan fisiologik atau patologik. Catat keadaan dan
warna iris serta kelainan lensa mata. Catat ukuran pupil, bandingkan kiri dan
kanan.
Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi geligi dengan
pewarnaan, dan sebagainya. Bagian leher diperiksa jika ada memar, bekas
12
pencekikan atau pelebaran pembuluh darah. Kelenjar tiroid dan getah bening juga
Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan. Pada pria dicatat kelainan
bawaan yang ditemukan, keluarnya cairan, kelainan lainnya. Pada wanita dicatat
keadaan selaput darah dan komisura posterior, periksa sekret liang sanggama.
Perhatikan bentuk lubang pelepasan, perhatikan adanya luka, benda asing, darah
ikterus, sianosis, edema, bekas pengobatan, bercak lumpur atau pengotoran lain
pada tubuh.3
pada tubuh harus diperinci dengan lengkap, yaitu perkiraan penyebab luka, lokasi,
ukuran, dan lain lain. Dalam luka diukur dan panjang luka diukur setelah kedua
antara lain : garis tengah melalui tulang dada, garis tengah melalui tulang
belakang, garis mendatar melalui kedua puting susu, dan garis mendatar melalui
Terdapat empat teknik autopsi dasar yang dikenal dalam pembedahan mayat
namun pada umumnya setiap teknik autopsi hanya memiliki sedikit perbedaan
atau merupakan modifikasi dari empat teknik autopsi dasar tersebut. Perbedaan
terutama dalam hal pengangkatan keluar organ, baik dalam hal urutan
13
pengangkatan maupun jumlah atau kelompok organ yang dikeluarkan pada satu
dilakukan pembukaan rongga tubuh, organ organ dikeluarkan satu persatu dan
masing masing organ dapat segera dilihat, namun hubungan anatomik antar
beberapa organ yang tergolong dalam satu sistim menjadi hilang. Dengan
demikian, teknik ini kurang baik bila digunakan pada autopsi forensik, terutama
pada kasus penembakan dengan senjata api dan penusukan dengan senjata tajam,
yang perlu dilakukan penentuan saluran luka, arah serta dalamnya penetrasi yang
terjadi.
Setelah rongga tubuh dibuka, organ dilihat dan diperiksa dengan melakukan
beberapa irisan in situ, baru kemudian seluruh organ organ tersebut dikeluarkan
dalam kumpulan kumpulan organ (en bloc). Teknik ini jarang dipakai karena
tidak menunjukkan keunggulan yang nyata atas teknik lainnya. Teknik ini pun
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher, dada, diafragma dan perut
permukaan posterior menghadap ke atas. Plexus coeliacus dan kelenjar para aorta
14
diperiksa, aorta dibuka sampai arcus aortae dan Aa. Renales kanan dan kiridibuka
serta diperiksa.
Aorta diputus di atas muara arteri renalis. Rectum dipisahkan dari sigmoid.
Organ urogenital dipisahkan dari organ lain. Bagian proksimal jejunum diikat
pada dua tempat dan kemudian diputus antara dua ikatan tersebut dan usus dapat
dipertahankan. Vena cava inferior serta aorta diputus di atas diafragma dan
dengan demikian organ leher dan dada dapat dilepas dari organ perut.
antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh.
Kerugian teknik ini adalah sukar dilakukan tanpa pembantu, serta agak sukar
sekaligus.
Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ pencernaan
bersama hati dan limpa, organ urogenital diangkat keluar sebagai tiga kumpulan
organ (bloc).
Saat ini berkembang teknik autopsi yang merupakan modifikasi dari teknik
Organ leher dan dada sebagai satu kumpulan, organ perut serta urogenital sebagai
kumpulan yang lain, setelah terlebih dahulu usus diangkat mulai dari perbatasan
15
Gambar 1. Skema Perbedaan Teknik Autopsi
Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan hati-hati
dan dicatat:
pembesaran.
tersebut.
5. Kohesi: Merupakan kekuatan daya regang anatar jaringan pada organ itu.
Caranya dengan memperkirakan kekuatan daya regang organ tubuh pada saat
16
ditarik. Jaringan yang mudah teregang (robek) menunjukkan kohesi yang
penampang organ yang dipotong. Pada umumnya warna organ tubuh adalah
keabu-abuan, tapi hal ini juga dipengaruhi oleh jumlah darah yang terdapat
atau bahan pigmen bisa merubah warna organ. Warna yang pucat merupakan
tanda anemia.
khusus juga bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan
penyebab kematian.
1. Dada :
a) Seksi Jantung :
inferior sampai keluar di vena superior dan bagian ini dipotong. Ujung pisau
dimasukkan melalui katup trikuspidalis keluar di insisi bilik kanan dan bagian
ini dipotong. Ujung pisau lalu dimasukkan arteri pulmonalis dan otot jantung
kiri dan bagian ini dipotong. Ujung pisau dimasukkan melalui katup mitral
keluar di insisi bilik kiri dan bagian ini dipotong. Ujung pisau kemudian
dimasukkan melalui katup aorta dan otot jantung dari apeks dipotong sejajar
17
dengan septum inetrventrikulorum. Jantung sekarang sudah terbuka, diperiksa
Arteri koronaria diiris dengan pisau yang tajam sepanjang 4-5 mm mulai
dari lubang dikatup aorta. Otot jantung bilik kiri diiris di pertengahan sejajar
interventrikulorum.
b) Paru-paru :
bagian tajam horizontal diarahkan pada tulang rawan iga dan dengan tangan
yang lain menekan pada punggung pisau. Pemotongan dimulai dari tulang
rawan iga no. 2. Tulang dada diangkat dan dilepaskan dari diafragma kanan
diperiksa adanya perlengketan, darah, pus atau cairan lain kemudian diukur.
paru, bagian tajam tegak lurus diarahkan ke tulang rawan no.1 dan tulang
18
Mediastinum anterior diperiksa adanya timus persistens. Perikardium
kurang lebih 50 cc dengan warna agak kuning. Apeks jantung diangkat, dibuat
insisi di bilik dan serambi kanan diperiksa adanya embolus yang menutup
arteri pulmonalis. Kemudian dibuat insisi di bilik dan serambi kiri. Jantung
2. Perut
a) Esofagus-Lambung-Doudenum-Hati
diikat ganda dan dipotong. Diafragma dilepaskan dari hati dan esofagus dan
unit tadi dapat diangkat. Sebelum diangkat, anak ginjal kanan yang biasanya
ditekan, bulu empedu akan menonjol kemudian dibuka dengan gunting ke arah
papila Vater, kemudian dibuka ke arah hati, lalu kandung empedu dibuka.
longitudinal. Usus halus dan usus besar dibuka dengan gunting ujung tumpul,
19
Organ tersebut di atas dikeluarkan sebagai satu unit. Ginjal dengan suatu
insisi lateral dapat diangkat dan dilepaskan dengan memotong pembuluh darah
di hilus, kemudian ureter dilepaskan sampai panggul kecil. Kandung urine dan
rektum dilepaskan dengan cara memasukkan jari telunjuk lateral dari kandung
urine dan dengan cara tumpul membuat jalan sampai ke belakang rektum.
jari telunjuk dibesarkan sehingga 4 jari kanan dan kiri dapat bertemu,
kemudian jari kelingking dinaikkan ke atas dengan demikian rektum lepas dari
sakrum. Rektum dan kandung urine dipotong sejauh dekat diafragma pelvis.
dari lateral ke hilus. Ureter dibuka dengan gunting sampai kandung urine,
dibuka dari belakang dan kandung urine melalui uretra dari muka. Rektum
dilepaskan dari prostat dan dengan demikian terlihat vesika seminalis. Prostat
c) Urogenital Perempuan :
Kandung urine dibuka dan dilepaskan dari vagina. Vagina dan uterus
dibuka dengan insisi longitudinal dan dari pertengahan uterus insisi ke kanan
dan ke kiri. Ke kornu. Tuba diperiksa dengan mengiris tegak lurus pada jarak 1
20
Pada abortus provokatus kriminalis yang dilakukan dengan menusuk ke
dalam uterus, seluruhnya : kandung urine, uterus dan vagina, rektum difiksasi
dalam formalin 10% selama 7 hari, setelah itu dibuat irisan tegak lurus pada
sumbu rektum setebal 1,25 cm, kemudian semuanya direndam dalam alkohol
selama 24 jam. Saluran tusuk akan terlihat sebagai noda merah, hiperemis. Dari
3. Leher
Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan
sebagai satu unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan
tonsil. Pada kasus pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya
patah tulang.
4. Kepala
Kulit kepala diiris dari prosesus mastoideus kanan sampai yang kiri
dengan mata pisau menghadap keluar supaya tidak memotong rambut terlalu
dalam bekas mata gergaji dan dengan beberapa ketukan tempurung lepas dan
dapat dipisahkan. Durameter diinsisi paralel dengan bekas mata gergaji. Falx
serebri digunting dibagian muka. Otak dipisah dengan memotong pembuluh darah
dan saraf dari muka ke belakang dan kemudian medula oblongata. Tentorium
21
serebri diinsisi di belakang tulang karang dan sekarang otak dapat diangkat.
Selaput tebal otak ditarik lepas dengan cunam. Otak kecil dipisah dan diiris
demikiaan pula otak besar setebal 2,5 cm. Pada trauma kepala perhatikan adanya
5. Tengkorak Neonatus :
sutura yang masih terbuka dan tulang ditekan ke luar, sehingga otak dengan
2.9 Insisi
berbentuk huruf I merupakan insisi yang paling ideal. Insisi I dimulai di bawah
tulang rawan krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian 2 jari
paramedian kiri dari pusat sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu
22
Gambar 2. Skin Insisi (diambil dari kepustakaan no.5)
dalam tindakan otopsi, antara lain : insisi Y, insisi pada kasus dengan kelainan
leher, tes emboli udara, tes apung paru, tes pada pneumothorax, dan tes
alphanaphthylamine.4
1. Insisi Y
jenazah yang sudah diberi pakaian, tidak memperlihatkan adanya jahitan setelah
23
a) Insisi yang dilakukan dangkal (shallow incision) yang dilakukan pada tubuh
pria.
Buat sayatan yang letaknya tepat di bawah tulang selangka dan sejajar
dengan tulang tersebut, kiri dan kanan, sehingga bertemu pada bagian
umbilikus.
tindakan ini dimulai dari sayatan yang telah dibuat pertama kali.
Dengan kulit daerah leher dan dada bagian atas tetap utuh, alat-alat
biasa.
b) Insisi yang lebih dalam (deep incision), yang dilakukan untuk kaum wanita.
Buat sayatan yang letaknya tepat di bawah buah dada, dimulai dari
disini dapat dimulai dari ketiak, ke arah bawah sesuai dengan arah garis
ketiak depan (linea axillaris anterior), hal yang sama juga dilakukan
24
berada dalam rongga mulut, leher, dan rongga dada lebih sulit bila
Buka rongga dada, dengan jalan memotong tulang dada dan iga-iga.
Dengan adanya bantalan kayu pada daerah punggung, maka daerah leher
akan bersih dari darah, oleh karena darah telah mengalir ke atas ke arah
Insisi ini dimaksudkan agar daerah leher dapat bersih dari darah, sehingga
penjeratan, dan penggantungan. Prinsip dari teknik ini adalah pemeriksaan daerah
ke symphisis pubis,
Potong rawan iga mulai dari iga ke-3 kiri dan kanan, pisahkan rawan iga
dan tulang dada keatas sampai ke perbatasan antara iga ke-2 dan iga ke-3,
25
Potong tulang dada setinggi perbatasan antara tulang iga ke-2 dan ke-3,
Setelah kandung jantung tampak, buat insisi pada bagian depan kandung
sayatan tersebut dijepit dan diangkat dengan pinset (untuk mencegah air
yang keluar)
Masukkan air ke dalam kandung jantung, melalui insisi yang telah dibuat
tadi, sampai jantung terbenam; akan tetapi bila jantung tetap terapung, maka
Tusuk dengan pisau organ yang runcing, tepat di daerah bilik jantung kanan,
hasilnya positif,
dengan prinsip yang sama, dilakukan mulai dari rahim dan berakhir pada
jantung,
pengurutan atas nadi tersebut, agar tampak gelembung kecil yang keluar,
26
Dosis fatal untuk emboli udara pulmoner 150-130 ml, sedangkan untuk
Emboli udara, baik yang sistemik maupun emboli udara pulmoner, tidak
jarang terjadi.Pada emboli sistemik udara masuk melalui pembuluh vena yang ada
di paru-paru, misalnya pada trauma dada dan trauma daerah mediastinum yang
bagian bawah, lipat paha atau daerah sekitar rahim (yang sedang hamil); dapat
pula pada daerah lain, misalnya pembuluh vena pergelangan tangan sewaktu
diinfus, dan udara masuk melalui jarum infus tadi. Fiksasi ini penting, mengingat
bahwa tekanan vena lebih kecil dari tekanan udara luar, sehingga jika ada robekan
pada vena, vena tersebut akan menguncup, hal ini ditambah lagi dengan
Keluarkan alat-alat dalam rongga mulut, leher dan rongga dada dalam
Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang
kanan.
pemisahan masing-masing lobus, kanan terdapat lima lobus dan kiri dua
lobus.
27
Apungkan semua lobus tersebut, catat yang mana yang tenggelam dan
diperiksa itu pernah hidup. Untuk melaksanakan test ini, persyaratannya sama
dengan test emboli udara, yakni mayatnya harus segar. Cara melakukan tes apung
paru-paru:
Buka kulit dinding dada pada bagian yang tertinggi dari dada, yaitu
sekitar iga ke 4 dan 5 ( udara akan berada pada tempat yang tertinggi ),
Pada kantung tersebut kemudian diisi air, dan selanjutnya tusuk dengan
28
Cara lain; setelah dibuat kantung , kantung ditusuk dengan spuit besar
dengan jarum besar yang berisi air separuhnya pada spuit tersebut; bila
sedemikian rupa sehingga terjadi mekanisme ventil di mana udara yang masuk
ke paru-paru akan diteruskan ke dalam rongga dada, dan tidak dapat keluar
kembali, sehingga terjadi kumulasi udara, dengan akibat paru-paru akan kolaps
dan korban akan mati. Diagnosa pneumothorax yang fatal semata-mata atas dasar
test ini, bila test ini tidak dilakukan, diagnosa sifatnya hanya dugaan. Cara
mesiu, dipotong dan di atasnya diletakkan kertas saring yang telah diberi
alpha-naphthylamine,
29
Test yang positif akan terbentuk warna merah jambu (pink colour), pada
otak dikembalikan ke dalam rongga tengkorak. Jahitkan kembali tulang dada dan
iga yang dilepaskan pada saat membuka rongga dada. Jahitkan kulit dengan rapi
menggunakan benang yang kuat, mulai dari dagu sampai ke daerah simfisis. Atap
tengkorak diletakkan kembali pada tempatnya dan difiksasi dengan menjahit otot
temporalis, baru kemudian kulit kepala dijahit dengan rapi. Bersihkan tubuh
mayat dari darah sebelum mayat diserahkan kembali pada pihak keluarga.
dalam formalin 10%.Organ yang diambil adalah: paru-paru, hati, limpa, pankreas,
otot jantung, arteri koronaria, kelenjar gondok, ginjal, prostat, uterus, korteks
otak, basal ganglia dan dari bagian lain yang menunjukkan adanya kelainan.
2. Pemeriksaan toksikologi
30
Seluruh usus dan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan
Darah, yang berasal dari sentral (jantung) dan yang berasal dari perifer
dibagi dua, yang satu diberi bahan pengawet dan yang lain tidak diberi
bahan pengawet.
mengalami pembususkan.
Pada kasus khusus dapat diambil: jaringan sekitar suntikan, jaringan otot,
lemak di bawah kulit dinding perut, rambut, kuku dan cairan otak.
garam jenuh pada sampel padat atau organ. NaF 1% dan campuran NaF dan Na
31
sitrat digunakan untuk sampel cair. Sedangkan natrium benzoate dan phenyl
3. Pemeriksaan bakteriologi.
Dalam hal ada dugaan sepsis diambil darah dari jantung dan sediaan limpa
yang dipanaskan sampai merah, kemudiaan darah jantung diambil dengan tabung
injeksi yang steril dan dipindah dalam tabung reagen yang steril. Permukaan
limpa dibakar dengan cara tersebut di atas dan dengan pinset dan gunting yang
steril diambil sepotong limpa dan dimasukkan dalam tabung reagen yang steril
biokimia.
8. Cairan uretra.
32
Jahitkan kembali tulang dada dan iga yang dilepaskan pada saat membuka
rongga dada. Jahitlah kulit dengan rapi menggunakan benang yang kuat mulai dari
menjahit otot temporalis, baru kemudian kulit kepala dijahit dengan rapi.
Bersihkanlah tubuh mayat dan darah sebelum mayat diserahkan kembali kepada
pihak keluarga.
33
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
bahwa :
Autopsi merupakan suatu pemeriksaan terhadap tubuh mayat yang terdiri dari
kematian
Ada dua jenis autopsi yaitu autopsi klinik dan autopsi forensik.
Ada empat teknik dasar autopsi / pengeluaran organ yaitu teknik Virchow,
teknik Rokitansky, teknik Letulle dan teknik Ghon. Teknik yang sekarang
Cara insisi yang dikenal dalam autopsi adalah insisi Y dan insisi I.
teknik jelujur.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Finkbeiner WE, Ursell PC, Davis RL. The Autopsy Past And Present dalam
Autopsy Pathology A Manual And Atlas 2nd Edition. Philadelphia :
Saunders;2009.Hal.1-11
5. Sheaff MT, Hopster DJ. General Inspection and Initial Stages of Evisceration
dalam Post Mortem Technique Handbook 2nd Edition. London :
Springer;2005.Hal.56 81
8. Finkbeiner WE, Ursell PC, Davis RL. Basic Postmortem Examination dalam
Autopsy Pathology A Manual And Atlas 2nd Edition. Philadelphia :
Saunders;2009.Hal.34-55
35