Anda di halaman 1dari 2

Jawa Pos | Selalu Ada yang Baru! http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?

act=detail&nid=92495

HOME BERITA UTAMA INTERNASIONAL POLITIKA OPINI EKONOMI BISNIS SPORTIVO METROPOLIS EVERGREEN DETEKSI SHOW SELEBRITI MINGGUAN

Agenda Kota | Iklan Jitu | Bursa Kerja | Social Community | Surat Pembaca

Kamis, 01 Oktober 2009 search

Berita Utama

[ Senin, 28 September 2009 ]


Isy Kariman au Mut Syahidan, Slogan Pembangkit Militansi (3)
Jargon Indah untuk Agenda Busuk

Oleh: Agus Maftuh Abegebriel

JUDUL di atas adalah terjemah bebas dari statemen Khalifah Ali bin Abu Thalib ketika menghadapi demonstran yang
menuntut penerapan hukum Allah La hukma illa lillah (Tidak ada hukum kecuali hukum Allah) dan menolak putusan
hukum Ali karena dinilai sebagai produk manusia. Demonstrasi tuntutan penerapan hukum Allah atau Islamic Law En-
forcement (Tathbqus syari'ah) dijawab Ali dengan pernyataan Kalimatu haqqin yurdu bih bthilun (kata indah,
tetapi dengan tujuan yang sesat). HALAMAN KEMARIN
Warning sahabat Ali yang ditulis oleh Imam Muslim dalam kitab sahihnya tersebut juga bisa ditemukan dalam kha- Densus Bidik Jamaah Ansharut Tauhid
zanah keilmuan Islam. Salah satunya ensiklopedi hadis berjudul Kanzul Umml fi Sunanil Aqwl wal Af'l karya dan Abu Bakar Ba'asyir
Alaudin al-Hindy dengan penambahan statemen bahwa para demonstran yang mengusung jargon indah tersebut Keterangan Ali Muhammad Masih
adalah para "pengkhianat besar" (al-khayynun). Berputar-putar
Statemen pemuda yang pertama masuk Islam ini merupakan sikap membangun kewaspadaan agar umat Islam tidak Status Antasari Berubah Jadi Terdakwa,
terjebak dengan slogan-slogan yang tampaknya "indah" namun dijadikan alat untuk menebarkan tindak kekerasan. Ali Kamis Depan Sidang
memperingatkan: jangan melakukan kejahatan kemanusiaan dengan bungkus "atas nama Tuhan". Akhirnya sejarah Kapolri Tunggu Penyidikan sebelum
juga mencatat bahwa Ali terbunuh oleh para demonstran dengan mengatasnamakan "penerapan ayat Tuhan". Nonaktifkan Kabareskrim
Isy Kariman au Mut Syahidan, Slogan
Fenomena merebaknya jargon Isy Kariman au Mut Syahidan (Hidup mulia atau mati syahid) juga perlu dicermati Pembangkit Militansi (5)
secara kritis.
Empat Puluh Tahun Gundala, Superhero
Asli Buatan Indonesia
Penulis selama 28 tahun belajar studi Alquran dan Al-Hadis sejak di pesantren sampai sekarang mengampu mata
kuliah tersebut, tidak pernah menjumpai redaksi seperti itu dalam kitab-kitab standar keilmuan. Secara akademis Hasmi, sang Pencipta Gundala; Dulu dan
statemen ini tidak perlu dianalisis, ditafsirkan, apalagi diuji kesahihannya, karena statemen ini bukanlah teks suci Sekarang
keagamaan. Bukan perkataan sahabat Nabi dan hanya muncul dalam selebaran-selebaran pendorong mati syahid Menikah Usia 53, Dua Anak Masih
untuk Dying for Win. Doktrin tersebut juga tidak jelas siapa yang pertama mengucapkannya, dan tidaklah salah kalau Kecil-Kecil
penulis menyimpulkan bahwa slogan tersebut sangat tidak akademis.
Lindungi Bail Out Bank Century
Memang ada statemen klasik yang mirip dengan jargon tersebut, yaitu Isy Kariman wa Mut Kariman (hiduplah sebagai BPK Indikasikan Pelanggaran Pidana
orang yang mulia dan matilah juga sebagai orang yang mulia) yang diucapkan Asma' binti Abu Bakar kepada anaknya,
Abdullah bin Zubair. Secara epistemologis, statemen ini dapat didiskusikan dan dianalisis latar belakang historis dan
sosiologisnya.

Pesan seorang ibu tersebut bisa dibaca dalam karya-karya sejarah klasik seperti Tarikh Dimisyqa karya Ibnu Asakir
dan juga Tahzb al-Asma' wa al-Lughat karya Al-Imam Muhyiddin an-Nawawi yang penulis pernah menziarahi
makamnya di 'Nawa", selatan kota Damaskus, Syria.

Pesan Asma' ini sangat berbeda dengan jargon Isy Kariman au Mut Syahidan, baik redaksional maupun setting
sejarahnya. Pesan Asma' mengarah kepada tujuan hidup mulia dan mati juga mulia tanpa adanya opsi. Sementara
jargon penambah energi militansi tersebut menggiring orang untuk memilih satu di antara dua opsi, yaitu: hidup
mulia atau mati syahid dengan pemakaian kata sambung "au" yang menurut gramatikal Arab untuk "takhyr"
(pilihan).

Struggle of Power Abdullah bin Zubair versus Yazid bin Muawiyah inilah yang mendorong Asma' mengeluarkan pesan
penyemangat tersebut kepada anaknya dengan penambahan : L yal'abanna bika shibynu Bani Umayyah" (Jangan
sekali-kali anak-anak Bani Umayyah ini mempermainkan dirimu).

Pada sisi lain, ada hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah dan Ahmad: ilbas jadidan wa isy hamidan wa mut syahidan
(pakailah baju yang baru, hiduplah yang terpuji, dan matilah sebagai syahid). Historisitasnya, Nabi bertemu Ibnu
Umar dan bertanya: Bajumu baru atau di-laundry? Ibnu Umar menjawab: Bukan baju baru, tapi baju lama yang
di-laundry. Akhirnya Nabi mengeluarkan sabdanya tersebut yang menurut Imam As-Sindy merupakan doa untuk Ibnu
Umar agar mendapatkan rezeki yang banyak, bisa hidup bahagia, dan meninggal sebagai syahid.

Jika pernyataan Nabi ini dipahami secara kaku (rigid) dan parsial serta dilepaskan dari historisitas isi/matan hadis
(tawrikhul mutun), para penebar teror akan menjadikan sabda ini sebagai justifikasi tindak kekerasan.

Ketika penulis di Mesir untuk berguru kepada Prof Hassan Hanafi dan Gamal al-Banna pada 2005, bertepatan dengan
pemilu legislatif negeri piramid tersebut, penulis menyaksikan baliho-baliho besar terpampang di sepanjang jalan kota
Kairo.

Jargon seperti Al-Islm huwa al-hall (Islam adalah solusi), Al-jihd sabilun (jihad adalah jalan kami), li thatbiqis
syari'ah (untuk menegakkan syariah) menjadi menu marketing kekuasaan. Yang lebih vulgar adalah baliho yang
mencantumkan lambang Al-Ikhwan al-Muslimun, yaitu gambar Alquran dengan dua bilah pedang di bawahnya.
Sejarah juga mencatat bahwa karya-karya kekerasan di Mesir sering melibatkan para pengusung jargon tersebut,
mulai IM (al-Ikhwan al-Muslimun), al-Jama'ah al-Islamiyyah, serta Jama'ah al-Jihad.

***

Slogan kekerasan dengan bungkus agama seperti Al-Islm huwa al-Qur'an wa as-Saif (Islam adalah Alquran dan
pedang), Al-Islm huwa as-shalt wa al-qitl (Islam adalah salat dan perang) bisa ditemukan dalam dokumen-
dokumen yang menjadi pegangan para teroris. Salah satunya dokumen highly secret yang bertitelkan Durs
Askariyyah f Jihd at-Thawghth (Training Militer untuk Memerangi Penguasa thaghut/ tidak memakai hukum Tuhan)
setebal 180 halaman dan berisi 18 training pokok untuk para operator Al Qaidah.

Kover dokumen tersebut bergambar bola dunia dengan sebilah pedang panjang yang menusuk peta dunia dengan
ujungnya berlumur darah. Di pojok kanan juga tertulis Silsilah Askariyyah; I'lnul jihd ala thawghth al-bild (Seri
Militer: Deklarasi Perang Terhadap Negara-Negara Thaghut).

Dokumen ini diawali dengan statemen ideologi kekerasan yang merupakan satu-satunya cara untuk menggapai tujuan
politik Al Qaidah, yaitu berdirinya Islamic Government di muka bumi. Statemen tersebut berbunyi "Pemerintahan
Islam tidak pernah dan tidak akan pernah tegak berdiri dengan cara diplomasi damai. Akan tetapi, harus dengan pena
dan senjata, dengan kata dan peluru. Kami tidak butuh dialog model Plato, Aristoteles, dan Socrates.

Negara Thaghut dalam persepsi Al Qaidah dan juga semua jejaring kekerasan termasuk al-Jama'ah al-Islamiyyah
adalah semua negara yang tidak memperjuangkan Islamic State dan Khilafah Global meski penduduknya beragama
Islam.

Berdasarkan main idea ini, sehari setelah penemuan bahan peledak di Bekasi dan ditemukannya dokumen rencana
pembunuhan terhadap Presiden SBY, penulis diwawancarai live oleh stasiun SBS (Special Broadcasting Service)
Sydney, Australia, tentang rencana teroris dalam pembunuhan Presiden SBY. Penulis menjawab, bahwa hal itu sangat
dimungkinkan karena SBY adalah seorang presiden yang selalu membawa negara Indonesia dalam koridor Pancasila.
Di mata jejaring penebar teror, Pancasila dan juga sistem demokrasi adalah sesuatu yang najis. Penguasa pendukung
Pancasila dan demokrasi adalah penguasa thaghut yang menurut dokumen Al Qaidah tersebut harus diperangi.

Kampanye Spreading peace for all dan "jihad untuk kemanusiaan" harus dijadikan prioritas pemerintah NKRI bersama
para ulama dan kaum intelektual untuk Ta'kidul Islm ka rahmatin wa salmin lil lamin fi mujtama'in ta'addudiyyin
(Mempertegas Islam sebagai rahmat dan motor perdamaian bagi seluruh alam dalam bingkai masyarakat yang plural).

Sebuah baliho besar di Hotel Hilton, depan Masjidilharam, Makkah al-Mukarramah, yang penulis saksikan pada
penghujung Ramadan 2004, menjadi inspirasi besar untuk tulisan ini. Baliho tersebut bergambarkan Alquran dan kitab
hadis yang di bawahnya tertulis pesan indah untuk kemanusiaan L, lil-Irhb (Alquran dan As-sunnah bukan untuk
menebar teror). Karena realitasnya, terorisme adalah threat of religion (musuh agama) dan sekaligus threat to religion
(mengancam agama).

Agus Maftuh Abegebriel, staf pengajar Fak. Syariah UIN Sunan Kalijaga Jogja, pengamat terorisme dan ideologi

1 of 2 10/1/2009 5:37 AM
Jawa Pos | Selalu Ada yang Baru! http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=92495

transnasional.

HOME BERITA UTAMA INTERNASIONAL POLITIKA OPINI EKONOMI BISNIS SPORTIVO METROPOLIS EVERGREEN DETEKSI SHOW SELEBRITY MINGGUAN

Copyright @2008 IT Dept. Jawa Pos


Jl. Ahmad Yani 88, Surabaya 60234 Jawa Timur - Indonesia
Phone. (031) 8283333 (Hunting), Fax. (031) 8285555

2 of 2 10/1/2009 5:37 AM

Anda mungkin juga menyukai