Anda di halaman 1dari 4

Tujuan, Sasaran dan Jenis

Pelayanan Pos Pelayanan Terpadu


(Posyandu) Lansia
Menurut Notoatmodjo (2007), Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum lansia,
yang dilakukam dari, oleh dan untuk kaum usila yang menitik beratkan pada pelayanan promotif
dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative. Sementara menurut Pedoman
Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut, Depkes RI (2003), pelayanan kesehatan di
kelompok usia lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju
Sehat (KMS) usia lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal
penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan
mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) usia lanjut
atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas.

Sementara menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional Lanjut Usia
(2010) disebutkan bahwa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah
pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya
dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor
pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik
beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Disamping pelayanan
kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan,
ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.

Sebelum membahas beberapa hal terkait


Posyandu lansia ini, ada baiknya kita memahami definisi dan pengertian lansia. Menurut WHO,
yang termasuk katagori lansia, adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas (AS dan Eropa
Barat). Sedangkan di negara-negara Asia, lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas.
Pengkatagorian lebih detail dikemukakan oleh Durmin dalam Arisman (2007), yang membagi
lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75 tahun). Sementara di Indonesia,
M. Alwi Dahlan dalam Arisman (2007) menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah
berumur di atas 60 tahun.
Sementara Notoatmodjo (2007) mengemukakan, bahwa lansia merupakan tahap akhir siklus
kehidupan. Lansia juga merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap
individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Lansia
adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam
jangka waktu beberapa dekade. Lansia dimulai paling tidak saat puber dan prosesnya
berlangsung sampai kehidupan dewasa. Menurut Depkes RI (2000), konteks kebutuhan lansia
akan dihubungkan secara biologis, sosial dan ekonomi. Tujuan Posyandu Lansia.

Menurut Depkes RI (2003), tujuan umum dibentuknya Posyandu lansia secara garis besar untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
keberadaannya. Sedangkan tujuan khusus pembentukan posyandu lansia antara lain :

1. Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya;


2. Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam menghayati dan mengatasi
kesehatan usia lanjut;
3. Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut;
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
Sasaran dan Jenis Pelayanan Kesehatan Posyandu Lansia
Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan I Kebijaksanaan
Program (Depkes RI (2000), sasaran pelaksanaan pembinaan kelompok usia lanjut dibagi
menjadi dua antara lain ;
1. Sasaran Langsung, meliputi Pra lansia (usia 45 59 tahun), Lansia (usia 60 69 tahun) dan Lansia
risiko tinggi (usia > 70 tahun)
2. Sasaran Tidak Langsung, antara lain a). Keluarga lansia; b). Masyarakat lingkungan lansia; c).
Organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan lansia; d). Petugas kesehatan yang
melayani kesehatan lansia; e). Petugas lain yang menangani kelompok lansia; dan f). Masyarakat luas

Sedangkan jenis pelayanan kesehatan pada Posyandu Lansia


menurut Depkes RI (2003), dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan seperti makan atau minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar atau kecil dan sebagainya;
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan
menggunakan pedoman metode 2 menit. Pemeriksaan status mental dilakukan karena proses mental
lansia sudah mulai dan sedang menurun. Misalnya mereka mengeluh sangat pelupa, kesulitan dalam
menerima hal baru, juga merasa tidak tahan dengan tekanan, perasaan seperti ini membentuk mental
mereka seolah tertidur dengan keyakinan bahwa dirinya sudah terlalu tua untuk mengerjakan hal
tertentu sehingga mereka menarik diri dari semua bentuk kegiatan;
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat
pada grafik indeks massa tubuh (IMT);
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta perhitungan denyut
nadi selama satu menit;
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat;
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
mellitus);
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal;
8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan
butir a sampai g;
9. Penyuluhan bila dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan
konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
kelompok lansia;
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok lansia yang tidak datang, dalam
rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Public Health Nursing).
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat yaitu:

1. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari
daerah tersebut;
2. Kegiatan olahraga antara lain senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya untuk
meningkatkan kebugaran (Depkes RI, 2003).
Menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional Lanjut Usia (2010),
organisasi posyandu lanjut usia adalah organisasi kemasyarakatan non struktural yang
berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan sejahtera, yang diorganisir oleh seorang
koordinator atau ketua, dibantu oleh sekretaris, bendahara dan beberapa orang kader.
Organisasi posyandu lanjut usia ini tidak saja dapat dibentuk oleh masyarakat setempat, tetapi
dapat juga dilakukan oleh Kelompok seminat dalam masyarakat misalnya Club Jantung Sehat,
Majelis Talim, WULAN (warga usia lanjut), kelompok gereja, dan lain lain; Organisasi profesi;
Institusi pemerintah/swasta; danLembaga Swadaya Masyarakat

Sementara mekanisme pelayanan posyandu lansia, disusun mengikuti mekanisme pelaksanaan


kegiatan Posyandu pada umumnya, dengan lima tahap kegiatan/lima meja. Penyusunan ini
antara lain bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap mereka.

1. Pendaftaran anggota kelompok lansia sebelum pelaksanaan pelayanan yang dilakukan oleh kader;
2. Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia, serta penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan. Pada tahap ini dilaksanakan oleh kader dan dibantu oleh petugas kesehatan;
3. Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental yang dilakukan
oleh petugas kesehatan;
4. Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana);
5. Pemberian penyuluhan dan konseling.
Menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional Lanjut Usia (2010),
untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang prima terhadap lanjut usia di
kelompoknya, dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang benar dan tepat waktu,
serta pengendalian yang akurat. Beberapa data yang dibutuhkan pada proses oerencanaan
Posyandu Lansia antara lain :

1. Jumlah penduduk dan KK di wilayah cakupan


2. Kondisi sosial ekonomi penduduk di wilayah cakupan
3. Jumlah lanjut usia keseluruhan (per kelompok umur)
4. Kondisi kesehatan lanjut usia di wilayah cakupan
5. Jumlah lanjut usia yang mandiri
6. Jumlah lanjut usia yang cacat
7. Jumlah lanjut usia terlantar, rawan terlantar dan tidak terlantar.
8. Jumlah lanjut usia yang produktif
9. Jumlah lanjut usia yang mengalami tindakan penelantaran, pelecehan, pengucilan dan kekerasan
Data tersebut diatas dapat diperoleh dari Kelurahan/Desa atau melalui PKK dengan kegiatan
Dasawisma dimana satu kader membina 10 keluarga. Untuk sosial ekonomi, mandiri dan cacat
serta produktif harus dibuat kriteria yang jelas. Untuk hal tersebut perlu menggunakan alat bantu
kuesioner (lampiran) Rencana yang perlu disusun antara lain meliputi: a). Frekuensi kegiatan
posyandu lanjut usia; b) Jenis kegiatan posyandu; c). Tenaga pelaksana kegiatan; d). Biaya
kegiatan posyandu; dan e). Pengembangan kegiatan lanjut usia

Refference, antara lain : Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut. Depkes RI
2003; Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010.
Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan I Kebijaksanaan
Program. Depkes RI (2000); Notoatmojdo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni dan
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta; Arisman (2007). Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi
dalam Daur Kehidupan. EGC.

Anda mungkin juga menyukai