Anda di halaman 1dari 18

Satriaperwiras Weblog

Our greatest glory is not in never falling, but raising in everytime we fall
Tentang Blog Gue

Drowning (Tenggelam)
Juni 3, 2008 10:08 am
Ditulis dalam Presentasi Kasus/Refrat

16 Votes

Diseluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak no. 2 dan no. 3 yang
menimpa anak-anak dan remaja.Pada umumnya kasus tenggelam ini sering terjadi di
Negara-negar yang beriklim panas dan Negara dunia ketiga.Insiden terjadinya kasus
tenggelam pada anak-anak ini berbeda-beda tingkatan pada tiap-tiap
Negara.Dibandingkan dengan Negara-negara berkembang yang lain reputasi Australia
kurang baik, karena kasus tenggelam di Negara ini masuk dalam urutan terbanyak.
Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat berujung pada kematian jika
terlambat mendapat pertolongan. 1

Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat, tahun 2000 di seluruh dunia ada 400.000
kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati urutan kedua setelah
kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa
angka tersebut sebenarnya lebih kecil dibanding seluruh kematian akibat tenggelam
yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya. Ditaksir.
selama tahun 2000, 10 persen kematian di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan,
dan 8 persen akibat tenggelam tidak disengaja (unintentional) yang sebagian besar
terjadi di negara-negara berkembang 2

Dari catatan itu, Afrika menempati posisi terbanyak kasus tenggelam di dunia. Dan lebih
dari sepertiga kasus terjadi di kawasan Pasifik. Sementara, Amerika merupakan kawasan
yang mengalami kasus tenggelam terendah. Kejadian di negara berkembang lebih tinggi
dibanding negara maju. Tapi di negara berkembang, seperti Indonesia angka kejadiannya
belum dapat diketahui. 2

Rata- rata angka kematian tenggelam di Afrika adalah 8 kali lebih tinggi dibanding
Amerika dan Australia.Di kedua negara maju tersebut, rata-rata kematian akibat
tenggelam lebih tinggi pada penduduk pribumi daripada penduduk kulit putih. Sementara
itu, di Cina dan India rerata kematian akibat tenggelam sangat tinggi, yaitu 43 persen dari
seluruh kasus di dunia. 2

Tenggelam merupakan penyebab yang signifikan dari kecacatan dan kematian. Tenggelam
telah didefinisikan sebagai kematian kedua setelah asfiksia dimana terisi dengan cairan,
biasanya air, atau dalam 24 jam of submersion. Pada Kongres Dunia Tenggelam tahun
2002, yang diadakan di Belanda, sekelompok ahli menyarankan consensus untuk
mendefinisikan tenggelam agar menurunkan kebingungan dari penggunaan dan definisi
(>20) merujuk kepada proses ini yang telah timbul dalam literature. Kelompok ini
mempercayai bahwa keseragaman definisi akan membuat analisis lebih akurat dan
perbandingan studi, dimana para peneliti bisa menggambarkan kesimpulan yang lebih
bermakna dari data yang dikumpulkan, dan meningkatkan kemudahan surveillance serta
aktivitas pencegahan. 3

I. Definisi

Definisi baru menyatakan bahwa tenggelam merupakan proses yang dihasilkan dari
kerusakan tractus respiratorius primer dari adanya penumpukkan dalam medium cair.
Definisi implicit adalah bahwa adanya cairan yang timbul dalam jalan nafas korban.
Hasilnya dapat termasuk menghambat morbiditas atau kematian. 3

Tenggelam dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. Menurut Kongres Tenggelam


Sedunia tahun 2002, tenggelam adalah suatu kejadian berupa gangguan respirasi akibat
tenggelam atau terendam oleh cairan. Menurut Dr. Boedi Swidarmoko SpP, tenggelam
(drowning) adalah kematian karena asfiksia pada penderita yang tenggelam. Istilah lain,
near drowning adalah untuk penderita tenggelam yang selamatdari episode akut dan
merupakan berisiko besar mengalami disfungsi organ berat dengan mortalitas tinggi. Efek
fisiologis aspirasi pun berbeda antara tenggelam di air tawar dan air laut. Pada tenggelam
di air tawar, plasma darah mengalami hipoktonik, sedangkan pada air laut adalah
hipertonik. Aspirasi air tawar akan cepat diabsorbsi dari alveoli sehingga menyebabkan
hipervolemia intravaskular, hipotonis, dilusi elektrolit serum, dan hemolisis intravaskular.
Aspirasi air laut menyebakan hipovolemia, hemokonsentrasi dan hipertonis. 3

Pada kontak awal cairan dengan saluran napas atas kerap memicu spasme laring berat.
Hal ini menyebabkan hipoksia tanpa aspirasi cairan yang signifikan. Aspirasi cairan ke
dalam trakea dan bronkus menyebabkan obstruksi jalan napas, bronkokonstriksi,
hilangnya surfaktan, kerusakan alveolar dan endotel kapiler. Aspirasi cairan lambung
sering terjadi pada penderita tenggelam dan secara dramatis menambah beratnya
kerusakan saluran napas. Hipoksemia lebih sering terjadi sebagai akibat pirau intra
pulmer. Paling tidak 50 persen penderita tenggelam menjadi acute respiratory distress
sindrome (ARDS), pada banyak kasus reversibel. Patofisiologi cedera otak dihubungkan
dengan hipoksia dan cedera neuron difus, dengan akibat edema otak dan peningkatan
tekanan intrakranial serta lebih memperburuk perfusi serebri. Sementara aritmia atrium
dan ventrikel yang terjadi pada penderita tenggelam disebabkan oleh hipoksia, asidosis
metabolik dan respiratorik, reflekvagal, dan gangguan elektrolit. Dan nekrosis tubular akut
pada penderita tenggelam diakibatkan oleh hipotensi dan hipoksemia, sedang gagal ginjal
diakibatkan oleh rhabdomyolisi dan haemolisis akibat disseminated intravascular
coagulation (DIC).4
Fruekuensi
International
Setiap tahunnya, sekitar 150,000 kematian dilaporkan global, dengan insiden tahunan
hamper mendekati 500,000. Beberapa populasi di Negara paling padat di dunia gagal
untuk melaporkan insiden hampir near-drowning. Hal ini, dengan fakta bahwa banyak
kasus yang tidak perhnah diberikan perhatian media, membutuhkan penjumlahan insiden
didunia yang lebih akurat secara virtual adalah hal yang tidak mungkin. Insiden near
drowning mempunyai angka penjumlahan sekitar 20-500 kali. 4
Mortalitas/Morbiditas
Morbiditas dan kematian pada immersion injuries sesuai akibat laringospasme dan
kerusakan pulmoar, menghasilkan hipovolemia dan asidosis, dan efeknya terhadap otak
dan system organ lain. 4
Pencegahan merupakan hal penting dalam mengukur apa yang bisa diambil setelah fakta.
Resiko tinggi kematian sekunder karena perkembangan adult respiratory distress
syndrome (ARDS), yang digunakan pada postimmersion syndrome atau drowning
seconder. Morbiditas sesuai dengan gangguan neurologis sama halnya dnegan gagal
system organ multiple.
Angka mortalitas dewasa lebih susah untuk dikuantifikasi karena buruknya laporan dan
penjagaan record yang tidak konsisten.
35% dari episode immerse pada anak-anak bersifat fatal; 33% menghasilkan beberapa
derajat kerusakan neurologis dan 11% pada sekuel neurologis berat.
Pada tahun 2002, per data CDC, sekitar 2822 individu ditangani akibat tenggelam di US
Emergency Departments. 4
Ras
Angka kesemuanya dari anak African American adalah 1.7 kali lebih tinggi daripada anak-
anak berkulit putih; bagaimanapun, angka relative bervariasi sesuai dengan umur. 4
Anak-anak African American berumur 0-4 tahun mempunyai angka yang rendah dari
tenggelam (2.32 per 100,000), kemungkinan sekunder akibat sedikitnya akses kolam.
Pada kelompok pediatric yang lebih tua, insidensi adalah 2-5 kali lebih tinggi.
Seks
Rasio laki-laki sekitar 12:1 untuk tenggelam terkait dengan perahu dan 4:1 untuk
tenggelam tidak terkait dengan perahu.
Hanya insiden di bathtub yang wanita lebih sering dalam insidennya.
Umur
Insiden puncak dari kerusakan submerse timbul dalam 2 kelompok umur : 4
Anak-anak berusia lebih muda dari 4 tahun
Dewasa muda berusia 15-24 tahun
Riwayat4
Insiden tipikal melibatkan toddler yang ditinggalkan secara temporer atau dibawah dari
supervise saudara yang lebih tua, remaja sering ditemukan mengambang dalam air, atau
korban penyelam dan tidak sempat ke permukaan. Sedikit kurang, kecelakaan submerse
mempunyai bentuk berbeda dari penganiayaan anak-anak.
Umur korban, waktu submerse, suhu air, tonisitas air, derajat kontaminasi air, gejala,
kecelakaan terkait (terutama tulang servikal dan kepala), adanya co-ingestants, kondisi
medis yang mendasarinya, tipe dan waktu penyelamatan dan bantuan resusitasi, serta
respon terhadap resusitasi awal merupakan factor yang relevan.
o Konduksi termal air adalah 25-30 kali dari udara. Suhu dari air netral, dimana individu
tanpa busana memproduksi padanas seimbang dengan kehilangan panas adalah 33C.
o Latihan fisik meningkatkan kehilangan panas sekunder akibat konveksi atau konduksi
35-50% lebih cepat.
o Resiko signifikan dari hipotermia biasanya timbul dalam suhu air kurang dari 25C,
dimana suhu ditemukan pada kebanyakan air alami di US selema tahun-tahun utama.
Faktor riwayat penting lain termasuk berikut ini :
o Nafas pendek, susah bernafas, apnea
o Batuk persisten, wheezing
o Danau, atau immerse air garam, mungkin ditemukan aspirasi material asing
o Tingkat kesadaran dalam presentasi, riwayat kehilangan kesadaran, ansietas
o Muntah, diare
o Adanya penggunaan obat atau alkohol
o Riwayat medis masa lalu, terutama kerusakan kejang, diabetes mellitus, riwayat
psikiatris, arthritis berat atau kerusakan neuromuskular
Bradycardia atau tachycardia, dysrhythmia
Fisik4
Seorang korban dengan insiden submerse dapat diklasifikasikan secara awal kedalam 1
dari 4 kelompok berikut ini :
Asymptomatis
Symptomatic
o Vital signs yang berubah (contoh, hypothermia, tachycardia, bradycardia)
o Timbulnya anxious
o Tachypnea, dyspnea, atau hypoxia: jika dyspnea timbul, tidak perduli bagaiamanpun
lembutnya, pasien dimasukkan kedalam simptomatis.
o Asidosis Metabolic (dapat timbul pada pasien asimptomatik)
o Perubahan tingkat kesadaran, deficit neurologis
Cardiopulmonary arrest
o Apnea
o Asystole (55%), ventricular tachycardia/fibrillation (29%), bradycardia (16%)
o syndrome immersi
Secara jelas meninggal
o Normothermic with asystole
o Apnea
o Rigor mortis
o Tidak adanya fungsi CNS
II. Tampilan Klinis4

Diagnosa tenggelam sangat bergantung dengan riwayat kejadian. Pada penderita


tersebut, beratnya cedera ditentukan oleh evaluasi fungsi paru dan neurologis, tingkat
asidosis metabolik dan respiratorik, abnormalitas elektrolit dan hipovolemia. Banjir alveoli
oleh air, disertai dengan hilangnya surfaktan dan cedera kapiler langsung, menyebabkan
atelektasis dan edema paru. Aspirasi air kotor dan benda asing dapat menyebabkan
cedera paru yang lebih parah.

Foto toraks pada mulanya mungkin normal, diikuti kemudian munculnya infiltrat 48-72
jam setelah itu. Komplikasi lanjut pada paru dapat berupa ARDS dan pneumonia aspirasi.
Oleh karena ada periode laten sebelum terjadinya ARDS, maka korban tenggelam
sebaiknya dirawat di rumah sakit. Pada penatalaksanaan di rumah sakit, riwayat kejadian
dan pernah menyelam dengan tabung oksigen, menjadi pertimbangan untuk diagnosa
barotrauma dengan pneumotoraks, emboli udara yang dapat menimbulkan disfungsi
neurologik dan kardiovaskular.

Hal pertama yang mesti dilakukan adalah membersihkan jalan napas dari material yang
menghalangi (airway). Hasil usaha penyelamatan penderita tenggelam bergantung pada
koreksi awal dari hipoksia, oleh karena itu intubasi endotrakeal harus segera dilakukan
jika ada disfungsi paru.

Setelah itu, breathing (pernapasan). Saturasi oksigen arteri dipertahankan pada tingkat di
atas 90 persen, jika ini tidak dapat dicapai dengan pemberian oksigen konsentrasi tinggi
atau continous positive airways pressure (CPAP), maka ventilasi mekanis dengan positive
end expiration pressure (PEEP) harus dilaksanakan.

Kemudian ciculation (sirkulasi). Penderita tenggelam dengan hipotensi memerlukan


resusitasi adekuat dengan cairan bila tidak menunjukan respon dilakukan pemasangan
central venous pressure (CVP). Status asam basa ditangani dengan mengoptimalkan
status ketersediaan cairan. Pada banyak kasus pemberian bikarbonat tidak diperlukan.
Hiperventilasi mekanis dapat dilakukan untuk memungkinkan alkalosis respiratorik
sebagai kompensasi dari asidosis metabolik berat.

Gangguan elektrolit tidak signifikan pada penderita tenggelam di air tawar. Pada penderita
tenggelam air laut dapat terjadi kenaikan yang kritis dari natrium dan klorida serum.
Diperlukan diuresis yang agresif, koreksi cairan intravena, dan pada beberapa kasus
hemodialisis, hipermagnesemia dan hiperkalsemia juga dapat terjadi pada penderita
tenggelam di air laut yang memerlukan tindakan hemodialisis.

Keberhasilan tindakan di atas bergantung pada beberapa faktor, antara lain lamanya
dalam air, suhu air, waktu sampai bernapas lagi, pH awal, evaluasi neurologis awal.
Seperti dilaporkan bahwa penderita tenggelam tanpa defisit neurologis ada 58 persen
yang selamat. Pada pasien yang dirawat di RS hanya 11 persen mengalami kematian.
Faktor utama yang memperbaiki keberhasilan adalah terabanya detak jantung dan
hipotermia pada saat kedatangan di rumah sakit. Oleh karena itu pertolongan pra hospital
dengan prinsip ABC: Airway, Brething, dan Circulation, sangat penting dilakukan.
III. PATOFISIOLOGI4
Prinsip konsekuensi fisiologis dari tenggelam adalah adanya pemanjangan hipoksemia dan
asidosis. Setelah gasping awal dan kemungkinan aspirasi, immersion menstimulasi
hiperventilasi, diikuti dengan apneu volunteer dan durasi laringospasme. Hal ini akan
menuju hipoksemia. Tergantung akan derajat hipoksemia dan resultasi asidosis, korban
akan timbul disfungsi miokardium dan instabilitas elektris, cardiac arrest, iskemia system
saraf pusat. Asfiksia menimbulkan relaksasi jalan nafas, sehingga paru mengambil air
pada banyak individu (sebelumnya disebut dengan wet drowning), meskipun aspirasi
pada kebanyakan pasien keurang dari 4 mL/kg cairan. Sekitar 10-20% individu menjaga
keketatan laryngospasm sehingga timbul cardiac arrest dan bantuan inspirasi have
ceased. Korban ini tidak mengaspirasi cairan (sebelumnya dinamakan dry drowning).
Pada anak-anak usia muda yang tenggelam dalam air yang dingin (<20C), reflex
menyelam dapat timbul dan menghasilkan apnea, bradycardia, dan vasokonstriksi
jaringan vascular non esensial dengan sambungan darah ke sirkulasi koroner dan
serebral.
Target organ dari kerusakan submerse adalah paru. Aspirasi 1-3 mL/kg cairan
menyebabkan pertukaran udara rusak secara signifikan. Kerusakan terhadap system
paling besar adalah sekunder pada hipoksia dan asidosis dan iskemik. Penambahan
gangguan CNS dari hasil kerusakan tulang belakang atau kepala. Cairan diaspirasikan
kedalam paru menghasilkan vasokontriksi pulmonary yang dimediasi oleh vagal. Air segar
pindah denga cepat melalui membrane alveoli-kapiler kedalam mikrosirkulasi. Surfactant
menjadi hancur, menghasilkan instabilitas alveolar, atelektasis, dan penurunan
compliance dengan tanda ketidakcocokkan ventilasi/perfusi (V/Q). Sebanyak 75% dari
aliran darah dapat bersirkulasi melalui paru yang hipoventilasi.
Pada near drowning air garam, pembersihan surfaktan timbul, dan protein kaya cairan
eksudat secara cepat kedalam alveoli dan interstisium pulmoner. Compliance menurun,
membrane dasar alveolus-kapiler resak dan sambungan menjadi timbul. Hasil ini akan
menginduksi cepat dari hipoksia serius. Cairan yang menginduksi bronchospasm juga
menjadi hipoksia.
Hipertensi pulmoner dapat timbul sekunder akibat pelepasan mediator inflamasi. Dalam
persen yang kecil, aspirasi dari batuk dan pasir dapat timbul bronchi, bronchospasme,
pneumonia, formasi abscess, dan kerusakan inflamasi hingga membrane kapiler alveolar.
Postobstruksi edema pulmonum yang diikuti dengan spasme laring dan kerusakan saraf
hipoksik dengan edema pulmonum neurogenik tetap dapat juga memberikan peranan.
Patogen yang tidak biasa, seperti Aeromonas, Pseudallescheria, dan Burkholderia,
menyebabkan porsi yang signifikan dari pneumonia pada pasien tersebut. Pneumonia
dapat timbul akhir dan atipikal. Kerusakan system saraf pusat telah dibuktikan untuk
menjadi determinan utama dari hasil berlanjut. JIka periode iskemia terbatas atau secara
cepat individu timbul hipotermia, kerusakan mungkin terbatas, dan individu dapat sembuh
dengan sekuel neurologis minor. Ketidakmampuan otonom tetap dapat menimbulkan
hipertensi, takikardia, diaphoresis, agitasi dan rigiditas otot. Rhabdomyolysis dan acute
tubular necrosis juga dikenal sebagai sekuel akibat berenang.
a. Reaksi tubuh akibat Tenggelam 4
Tenggelam wajah dalam air memicu reflex menyelam mammalian. Hal ini ditemukan paa
semua mamalia, dan terutama pada mamalia laut seperti paus dan hiu, Refleks ini
didesain untuk melindungi tubuh dengan menaruhnya kedalam mode penyimpanan
energy untuk memaksimalkan waktu dimana dapat tetap dalam air. Efek dari reflex ini
lebih besar dalam air dingin daripada air hangat dan mempunyai 3 efek yang principal :
Bradycardia, Heart rate yang menurun dari lebih 50% pada manusia
VasoconstrictionPeripheral, restriksi aliran darah ke ekstremitas untuk meningkatkan
supply oksigen dan darah ke organ vital, terutama ke otak.
Sambungan Darah, Sambungan darah kedalam kavitas thoraks, wilayah dada diantara
diafragma dan leher, hindari kolapsnya paru dibawah tekanan tertinggi semasa
penyelaman dalam. Aksi reflex otomatis dan menjadi orang sadar dan tidak sadar untuk
bertahan lebih lama tanpa adanya oksigen dibawah air daripada situasi yang dibandingkan
dengan tanah kering.
b. Air Garam Vs Air Tawar 4

Meskipun tenggelam dalam air tawar sering dikaitkan dengan aspirasi air kedalam paru,
penyebab kematian tidak sejalan dengan hipoksia atau edema pulmonum. Ketika air tawar
memasuki paru, hal ini ddidorong kedalam sirkulasi pulmonary melalui alveolus karena
tekanan hidrostatik kapiler yang rendah dan tingginya tekanan osmotic koloid. Sehingga,
plasma menjadi terlarut dan lingkungan hipotonis menyebabkan sel darah merah
hemolisis. Hasilnya adalah peningkatan kadar plasma K+ dan depressi dari kadar Na+,
akibat hemolisis, merubah aktivitas listrik jantung. Fibrilasi ventricular sering timbul
sebagai hasil dari perubahan elektrolit. Sebagai tambahan, jika tenggelam terjadi pada air
yang sangat dingin ( <10o C), ambilan dari air dingin kedalam system vascular dapat
menyebabkan jantung berhenti berdetak. Pada bedah terbuka jantung, teknik dari
campuran salin dingin ke hati digunakan untuk mencegah aksi jantung. Jika korban
diresusitasi kematian dapat timbul beberapa jam kemudian akibat gagal ginjal. Selama
hemolisis, hemoglobin juga dilepaskan kedalam plasma dimana dapat berakumulasi dalam
ginjal menjadi gagal ginjal akut. Sebaliknya, tenggelam dalam air asin tidak membawa air
yang diserap kedalam system vascular karena darah isotonic. Untuk itu, tidak ada darah
merah hemolisis timbul dan penyebab kematian adalah asphyxia.
c. Reaksi Penurunan Oksigen4
korban akan menahan nafasnya dan akan mencoba untuk mendapatkan udara, seringkali
menjadi panic, termasuk rapid body movement. Hal menggunakan oksigen lebih banyak
dalam aliran darah dan mengurangi waktu sadar. Korban ini secara sadar akan menahan
nafasnya untuk beberapa waktu, tetapi reflex bernafas akan meningkat hingga korban
akan mencoba untuk bernafas, meskipun ketika tenggelam.
Refleks bernafas pada tubuh manusia adalah lemah terkait dengan jumlah oksigen dalam
darah tetapi terkait dengan kuat pada penjumlahan carbon dioxide. Selama apnea,
oksigen dalam tubuh digunakan oleh sel dan diekskresikan sebagai karbondioksida. Maka,
kadar oksigen dalam darah menurun, dan kadar dari karbondiokasida akan menjadi kuat
dan semakin kuat reflek bernafasnya, hingga melewati titik akhir pernapasan akhir,
dimana korban tidak dapat lagi secara sadar menahan nafasnya. Hal ini secara umum
timbul pada tekanan parsial arteri dari karbondiokasida sebanyak 55 mm Hg, tetapi dapat
berbeda secara signifikan dari individu ke individu dan dapat meningkat melalui latihan.
Titik akhir bernafas dapat ditekan atau dihambat baiksecara langsung maupun tidak
langsung. Hiperventilasi sebelum penyelaman dan dalam membuat karbodn dioksida
dalam darah menghasilkan abnormalitas kadar karbondioksida yang rendah; sebuah
kondisi berbahaya yang dikenal dengan nama hipokapnea. Kadar karbondioksida dalam
darah setelah hiperventilasi dapat tidak cukup untuk mencetuskan reflex nafas pada
penyelaman dan titik hitam mungkin akan dapat timbul tanpa adanya peringatan dan
sebelum penyelam merasakan kebutuhan mendesak untuk bernafas. Hal ini dapat timbul
pada kedalaman berapa saja dan sering pada penyelam dalam kolam renang.
Hiperventilasi sering digunakqan oleh penyelam jarak bebas atau kedalaman untuk
mengeluarkan karbondioksida dari paru untuk menekan reflex nafas lebih lama. Adalah
hal yang penting untuk tidak melakukan kesalahan pada keadaan ini dalam meningkatkan
cadangan oksigen tubuh. Tubuh dalam keadaan istirahat pebuh dengan oksigenasi dengan
nafas normal dan tidak mengambil lagi. Menahan nafas dalam air harus selalu diawasi
oleh orang kedua, dimana hiperventilasi, satu meningkatkan resiko dari shallow water
blackout karena tidak cukupnya kadar karbondiokasida dalam darah gagal untuk
mencetuskan reflex nafas.
d. Reaksi terhadap Inhalasi Air4
Jika air memasuki jalan nafas dari korban sadar, korban akan berusaha untuk
membatukkan air atau mengunyahnya maka akan menambah air secara tidak sadar.
Selama air memasuki jalan nafas, kedua keadaan yang sadar dan tidak sadar mengalami
laringospasmus, dimana laring dari vocal cords berkontriksi dan menutup saluran udaraa.
Hal ini mencegah air untuk memasuki paru. Sayangnya, hal ini dapat dibiaskan dengan
adanya udara yang juga memasuki paru. Pada kebanyakan korban, laringospasmus
berelaksasi terkadang setelah tidak sadar dan air dapat masuk kedalam paru
menyebabkan wet drowning. Bagaimanapun, sekitar 10-15% korban tetap hingga
cardiac arrest, yang dinamakan dry drowning dimana tidak ada air yang memasuki paru.
Pada patologi forensic, air didalam paru mengindikasikan bahwa korban masih hidup saat
tenggelam; ketidakhadiran dari air dalam paru bisa menyebabkan baik dry drowning atau
mengindikasikan kematian sebelum tenggelam.
e. Tidak Sadar4
Kesinambungan kekurangan oksigen didalam otak, akan mempercepat korban untuk tidak
sadar biasanya disekitar tekanan parsial darah oksigen 25-30mmHg. Korban tidak sadar
yang ditolong dengan jalan nafas yang tetap tertutup dari laryngospasmus mempunyai
kesempatan yang baik untuk pemulihan yang penuh. Respirasi buatan juga lebih efektif
jika dilakukan dalam beberapa menit. Pada kebanyakan korban, laringospasmus relaksasi
sementara setelah tidak sadar dan air mengisi paru-paru menghasilkan wet drowning.
Hipoksia laten merupakan kondisi khusus dimana tekanan parsial oksigen pada paru
dibawah tekanan pada dasar penyelaman bebas kedalaman yang adekuat untuk
mendukung kesadaran tetapi jatuh dibawah batas hitam sebagaimana tekanan air
menurun hingga ke asken, biasanya menutup permukaan sebagaimana tekanan atmosfer
normal. Tanda hitam paa ascent seperti ini dinamakan deep water blackout.
f. Cardiac arrest & Kematian4
Otak tidak dapat bertahan lebih lama tanpa danyanya oksigen dan kekurangan berlanjut
dalam darah dalam darah dikombinasikan dengan cardiac arrest akan menjadi deteriorasi
dari sel otak dan menyebabkan kerusakan otak pertama kali dan akhirnya kematian otak
dimana pemulihan dipertimbangkan secara umum adalah mustahik. Kekurangan oksigen
atau perubahan kimia didalam paru dapat menyebabkan jantung berhenti untuk berdetak,
cardiac arrest akan menghentikan aliran darah dan meka akan menghentikan transport
oksigen ke otak. Cardiac arrest biasanya merupakan point traditional dari kematian, tetapi
pada ini masih ada kesempatan untuk pemulihan. Otak akan mati setelah sekitar 6 menit
tanpa adanya oksigen tetapi kondisi khusus dapat memperpanjang hal ini. Air yang segar
mengandung sedikit garam daripada darah dan untuk itu akan diserap kedalam darah
dengan cara osmosis. Pada percobaan pada binatang hal ini dibuktikan dengan merupah
kimia darah dan menjadi cardiac arrest pada 2-3 menit. Air laut lebih asin daripada darah.
Meskipun osmosis air akan meninggalkan aliran darah dan memasuki paru menipiskan
darah. Pada binatang percobaan, darah tipis dibutuhkan lebih banyak kerja jantung
menuju cardiac arrest dalam waktu 8-10 menit. Bagaimanapun, otopsi dari korban
tenggelam menunjukkan tidak ada indikasi dari efek ini dan timbul sedikit perbedaan
tenggelam antara di air garam dan air segar. Setelah mati, rigor mortis akan timbul dan
menetap sekitar 2 hari lamanya tergantung pada banyak factor termasuk suhu.
Tenggelam Sekunder 4
Air, tidak mempertimbangkan kandungan garam, akan menghancurkan permukaan dalam
paru, alveoli kollaps dan menyebabkan edema di paru dengan penurunan kemampuan
untuk menukarkan udara. Kondisi ini menyebabkan kematian lebih 72 jam setelah insiden
near drowning. Hal ini disebut dengan secondary drowning. Dengan menginhalasi
kandungan racun atau gas akan timbul efek yang sama.
Penyebab5
Tenggelam dalam bathtub merupakan hal tersering pada anak-anak usia lebih muda dari
1 tahun
In preschool-aged children, drownings occur most commonly in residential swimming
pools.
Young adults typically drown in ponds, lakes, rivers, and oceans. Approximately 90% of
drownings occur within 10 yards of safety.
Pertimbangkan penyakit yang mendasarinya pada semua kelompok usia
o Kejang
o Myocardial infarction (MI) atau episode sinkop
o Kontrol neuromuscular yang buruk, seperti terlihat dengan arthritis yang signifikan,
penyakit Parkinson, atau penyakit neurologis lain.
o Depressi utama/bunuh diri
o Ansietas/panik
o Diabetes, hypoglycemia
Diagnosis5
Masalah Lain untuk Dipertimbangkan
Kepala, Trauma Kepala , Arrhythmia, Kejang
Studi Lab5
Analisis Gas Darah Arteri
o Analisis gas darah arteri merupakan parameter klinis terpercaya pasien yang
asimptomatis atau simptomatis ringan
o Derajat hipoksia dapat timbul tanpa tanda klinis.
Mengambil darah untuk menghitung glukosa darah, hitung darah lengkap, kadar
elektrolit, kadar laktat, dan profile koasgulasi. Kumpulkan urine untuk urinalisis, jika
diindikasikan.
o Jika tes awal menghasilkan level kreatini yang meningkat, ditandai dengan asidosis
metabolic, urinalisis abnormal, atau limfositosis yang signifikan, penjumlahan serial dari
kreatinin serum harus dilakukan.
o Kerusakan ginjal akut diketahui untuk timbul lebih sering pada near drowning, dan,
dimana biasanya ringan (serum creatinine level 80 mm Hg pada anak) dengan oksigen
100% masker wajah
o DAlam keadaan sadar, pasien yang kooperatif, menggunakan ujicoba dari bilevel
positive airway pressure (BiPAP)/CPAP, jika tersedia, menyediakan oksigenase yang
adekuat sebelum intubasi dilakukan.
o Kriteria lain dari intubasi ET termasuk berikut ini:
Perubahan tingkat kesadaran dan ketidakmampuan dalam menjaga jalan nafas atau
menangani sekresi.
Gradien alveolar-arterial (A-a)tinggi PaO2 of 60-80 mm Hg atau kurang dari 15 L
oxygen masker nonbreathing
Gagal respirasi PaCO2 >45 mm Hg
Hasil ABG yang memburuk
o Korban intubasi dari kecelakaan submersi dapat membutuhkan PEEP dengan ventilasi
mekanik untuk menjaga oksigenasi yang adekuat. PEEP telah dibuktikan untuk
meningkatkan pola ventilasi pada paru noncompliant dalam beberapa cara, termasuk (1)
Membawa air pulmoner interstisial kedalam kapiler (2) peningkatan volume paru melalui
kolapsnya jalan nafas ekspirasi (3) Memberikan ventilasi alveolar yang lebih baik dan
penurunan aliran darah kapiler, dan (4) peningkatan diameter dari kedua jalan nafas baik
besar dan kecil untuk meningkatkan distribusi ventilasi.
o ECMO telah dibuktikan bisa menolong dalam individu yang tetap hipoksik meskipun
ventilasi mekanis agresif.
o Bronchoscopy diperlukan untuk memindahkan benda asing, seperti aspirasi debris atau
muntah dari jalan nafas.
Inisiasi penganan yang diperlukan dari hipoglikemia dan ketidakseimbangan elektrolit;
kejang; bronchospasmus; dan dysrhythmias serta hypotension sebagaimana diperlukan.
Disposisi tergantung akan riwayat, terlihat adanya kecelakaan terkait, dan derajat dari
cedera immerse.
o Pasien bisa untuk menghambat riwayat baik dari kecelakaan immerse minor, tanpa bukti
dari kecelakaan yang signifikan dan tanpa bukti bronchospasm, tachypnea/dyspnea, atau
oksigenasi yang inadekuat (dengan analisis ABG dan pulse oximetry) dapat secara aman
dipindahkan dari ED setelah 6-8 jam observasi. Bagaimanapun, hati-hati bahwa studi ini
tidak mengikutsertakan individu yang lebih tua atau mereka dengan kondisi medis yang
mendasarinya yang menempatkan mereka dalam resiko kecelakaan hipoksik dan acidosis.
o Korban dengan submerse ringan hingga sedang berat, mereka yang hanya mempunyai
gejala ringan yang dapat meningkat semasa observasi dan tidak ada abnormalitas dalam
analisis ABG atau oksimetri pulse dan radiografi dada, harus diamati dengan waktu yang
lama pada unit ED.
o Beberapa pasien dapat terlihat hipoksemia ringan hingga sedang berat yang bisa
teratasi dengan mudah dengan oksigen. Masukkan pasien ini kerumahsakit untuk
pengamatan. Mereka dapat dipindahkan setelah resoli=usi dari hipoksemia jika mereka
tidak mempunyai komplikasi yang lebih jauh.
o Masukkan pasien yang membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanis ke ICU. Derajat
variasi neurologis sama halnya dengan gangguan pulmonary berkomplikasi dalam
perjalanannya.
MEDIKASI5

Kategori Obat : Sympathomimetic agents


Agen ini merelaksasikan otot polos bronchial selama bronchospasm
Drug Name Albuterol (Proventil, Ventolin)
Description Relaxes bronchial smooth muscle by action on beta 2-receptors and has little
effect on cardiac muscle contractility.
Adult Dose Nebulizer: 1.25-2.5 mg diluted in 2-5 mL sterile saline or water
Pediatric Dose Nebulizer
5 years: Administer as in adults
Contraindications Documented hypersensitivity
Interactions Beta-adrenergic blockers antagonize effects; inhaled ipratropium may
increase duration of bronchodilatation; cardiovascular effects may increase with MAOIs,
inhaled anesthetics, tricyclic antidepressants, and other sympathomimetic agents
Pregnancy C Fetal risk revealed in studies in animals but not established or not studied
in humans; may use if benefits outweigh risk to fetus
Precautions Caution in hyperthyroidism, diabetes mellitus, and cardiovascular disorders

FOLLOW-UP5
Pelayanan Pasien Dalam ED
Beberapa pasien dapat timbul hipoksemia ringan hingga sedsang berat yang bisa
dikoreksi dengan mudah dengan bantuan oksigen. Memasukkan pasien ini kedalam rumah
sakit untuk observasi. Mereka dapat dikelurakan setelah resolusi hipoksemia atau jika
mereka tidak mempunyai komplikasi lebih jauh.
Memasukkan pasien yang membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanis dalam ICU.
Derajat bervariasi neurologis sama halnya dengan gangguan pulmoner yang akan
komplikasi.
Pada pasien dengan penyakit paru yang signifikan tetapi mempunyai penyembuhan
neurologis yang beralasan, ECMO telah digunakan dengan sukses dalam penanganan
insufisiensi pulmonal.
Melihat bukti ARDS; gagal system organ multiple; ifeksi nosokomial, terutama
pneumonia;dan/atau ulserasi stress lambung.
o Managemen ARDS akibat submerse adalah sama dengan bentuk penyebab ARDS lain.
o Penggunaan hiperkapnia permissive hingga menurunyya barotraumas pada banyak
pasien dengan ARDS dapat tidak diperlukan dalam keadaan dari kerusakan CNS iskemia
hipoksik.
Penggunaan monitoring invasive diperlukan (arterial catheter, pulmonary artery
catheter, central venous pressure catheter) menggambarkan derajat ketidakmampuan
hemodinamik atau respirasi dan adanya gagal ginjal.
Monitoring invasive dari tekanan intracranial telah ditunjukkan baik itu berguna maupun
tidak.
Memulai lebih cepat dan rehanilitasi yang aggressive untuk mencegah kerusakan lebih
jauh.
Pelayanan Pasien Luar6
Pasien luar didiktatkan dengan derajat dan alami dari kerusakan fungsional residual.
Dengan kerusakan neurologis yang berat, pasien dapat mempunyai keuntungan dari
masuknya ia kedalam fasilitas rehabilitasi.
Pasien bisa untuk mengukang riwayat dengan baik dari kerusakan immerse minor, tanpa
bukti dari kerusakan signifikan dan tanpa adanya bukti dari bronchospasm,
takipneu/dyspneu, atau tidak adekuatnya oksigenasi (dengan analisis ABG dan Oksimetri)
dapat dikeluarkan dari ED setelah 6-8 jam observasi.
Hati-hati bahwa keluar dari ED lebih awal belum dipelajari pada individu yang lebih tua
atau pada mereka dengan kondisi medis mendasarinya yang dapat membuat mereka
dalam resiko kerusakan hipoksik yang meningkat. Hal seperti ini, factor rersebut harus
dimasukkan kedalam pertimbangan perencanaan pulang.
Korban dengan ringan hingga sedang berat submerse, yang tidak mempunyai gejala
ringan yang meningkat selama observasi dan tidak mempunyai abnormalitas dalam
analisis ABG atau radiograf dada, dapat dikeluarkan setelah masa yang lama dari
observasi pada ED atau unit observasi.
Memberi tahu pada pasien untuk kembali dengan cepat jika timbul dyspnea, batuk, dan
atau demam.
Transfer6
Pasien yang menimbulkan hipoksia yang signifikan hipoksia yang membutuhkan
intubasi, perburukan dispneu dengan intubasi potensial, bukti dari kerusakan cerebral
hipoksik, bukti dari insufisiensi ginjal, bukti hemolisis, atau hipotermia yang berat yang
membutuhkan cardiopulmoner bypass harus berada didalam fasilitas yang siap dalam
memberikan yang diperlukan, pelayanan intensif yang terkait dengan umur.
Memanage pasien yang membutuhkan tulang belakang servikal atau trauma kepala
yang signifikan untuk berada dalam fasilitas yang bisa untuk memonitor neurologis
menyeluruh serta intervensi bedah saraf.
Pencegahan6
Anak-anak, terutama balita, harus diawasi setiap waktu ketika berada disekitar air,
termasuk didalam bathtub atau keranjang yang berisi penuh dengan air. Mereka
sebaiknya mempunyai alat seperti pelampung.
Semua individu yang terlibat dalam aktivitas dengan perahu harus bisa berenang,
digunakan alat pengambang personal ketika berada dalam perahu atau dalam air, dan
menghindari penggunaan alcohol atau obat-obat lain. Penghuni perahu harus diajarkan
untuk mengantisipasi angin, gelombang, dan suhu air dan untuk menggunakan baju
protektif dan baju lain jika berada dalam cuaca yang dingin.
Semua anak-anak harus diajarkan untuk memeriksa kedalaman dan jika memungkinkan
benda-benda yang akan dapat menimbulkan cedera sebelum menyelam. Anak-anak juga
musti diajarkan batas berenang dan tidak bermain yang bahaya didalam kolam atau
padadek-dek disekeliling kolam.
Semua individu harus diajarkan untuk tidak meminum alcohol atau menggunakan obat
lain ketika berenang.
Individu dengan kesakitan medis dasar yang mungkin bisa menempatkan resiko mereka
ketika berenang, seperti kejang, diabetes mellitus, penyakit arteri koroner yang signifikan,
arthritis berat, dan kerusakan fungsi neuromuscular, diharuskan berenag dalam
pengawasan orang dewasa lain yang bisa menyelamatkan mereka ketika mereka
mendapatkan masalah.
Individu tidak boleh berenang sendirian.
Komplikasi6
Neurologic injury
Pulmonary edema and ARDS
Secondary pulmonary infection
Multiple organ system failure
Acute tubular necrosis (secondary to hypoxemia)
Myoglobinuria
Hemoglobinuria
Prognosis6
Pasien yang sadar atau sadar secara ringan pada presentasi mempunyai kesempatan
yang baik untuk bisa pulih sempurna.
Pasien yang komatose, mereka yang mendapatkan CPR di ED, atau mereka yang telah
jelas dan dilatasi pupil dan tidak adany respirasi spontan mempunyai prognosis yang
buruk. Dalam beberapa studi, 35-60% individu yang membutuhkan CPR terus menerus
dalam perjalanan menuju ED meninggal, dan 60-100% yang selamat dalam kelompok ini
mengalami sekuele neurologis jangka panjang. Studi Pediatric mengindikasikan bahwa
anak-anak yang membutuhkan penanganan spesialisasi karena tenggelam di pediatric
intensive care unit (PICU) sedikitnya mempunyai angka mortalitas 30%dan penambahan
10-30% mengalami kerusakan otak yang berat.
Edukasi Pasien 6
Pencegahan merupakan kunci. Edukasi komunitas merupakan kunci pencegahan.
Orang dewasa harus menjaga diri mereka sendiri, dan anak mereka, dan batas
berenang.
Orang tua harus diperingatkan untuk tidak berenang jika tidak ada yang melihat dan
selalu menjaga anaknya dengan hati-hati jika berada disekeliling air.
Anak-anak harus diajarkan keselamatan disekitar air dan selama didalam perahu dan
skiing air atau jet.
Penggunaan alcohol atau obat tidak cocok ketika berenang atau olah raga air lain.

DAFTAR PUSTAKA
(http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Drowning&action=edit)
Derrick J Pounder, University of Dundee, Lecture Notes. 1992
Poseidon. The Lifeguards Third Eyes. Drowning statistics Drowning facts file. 2006
http://www.farmacia.com.Tatalaksana Penderita Tenggelam, GERAI Edisi April 2007
(Vol.6 No.9),
http://www.eMedicine Drowning : Article by Suzanne Moore Shepherd. Feb, 11 2008.
Varon J, Marik PE. Complete neurological recovery following delayed initiation of
hypothermia in a victim of warm water near-drowning. Resuscitation. Mar
2006;68(3):421-3

Share this:

Twitter
Facebook2

Terkait
Karsinoma Cyst Adenoid (from various source :d)dalam "Presentasi
Kasus/Refrat"

MENINGITIS VIRALdalam "Presentasi Kasus/Refrat"

Henoch-Schnlein Purpura (terjemahan e-medicine & berbagai sumber)dalam


"Presentasi Kasus/Refrat"
Bronchiectasis
Sebuah Departemen Bernama Pulmonologi
12 Comments

1.
o
vira
o Posted September 20, 2008 at 2:19 pm
o Permalink
o Balas

Rate This
alowww satria.lam kenal ya.

aq uda liat blognya, bgus deh.kmu rajin nulis ya ??

klo bole tau, kmu anak FK mana ?? angkatan brp ??

pliz di bls ya.thx ya.

2.
o
satriaperwira
o Posted September 20, 2008 at 9:01 pm
o Permalink
o Balas

Rate This
alloowww juga ..salam kenal ,
thx for the comment .. jarang2 ada yang comment tulisan-tulisannya..hehehe
gw anak fk unsyiah dan angkatan 2002, well, aslinya 01 ..

Oh iya, sori kalo telat balesnya ya..jarang OL akhir2 ni ,,,

3.
o
Nuruulz
o Posted Desember 21, 2008 at 7:52 am
o Permalink
o Balas

Rate This
mikum..thankz yup maz artikelnya tak coppy neh , aku dapet tugaz buat laporan penanganan tenggelam
pada anak!! tak search diGoogle nemu Blog ini ^_^ n dah komplit Thankz sekali lagi!!
daftar pustakane tak tuliz blognya maz satria okz!lam kenal.wasskum..

4.
o
liza
o Posted Februari 22, 2009 at 7:47 am
o Permalink
o Balas

Rate This
assalamualaikum bang sat,..hehehe,..wah akhirnya setelah blogwalking kemana2 akhirnya ketemu juga
sama anak FK unsyiah yang ngeblog,..salam kenal bg,..saya liza scomedianz cimsa juga leting 2006, jangan
lupa kunjungan ke blog liza yaa

5.
o
InnA
o Posted Februari 22, 2009 at 8:25 am
o Permalink
o Balas

Rate This
MantaP
TenKz d

6.
o
satriaperwira
o Posted Februari 22, 2009 at 8:52 am
o Permalink
o Balas
0

Rate This
hehehejangan2 semua anak 2006 cari bahan drowning, bahannnya sama semua karena nyontek dari blog
ini waduh parah
AWAS KALO GA TINGGALIN COMMENT!!!

7.
o
icha
o Posted Januari 3, 2010 at 5:05 am
o Permalink
o Balas

Rate This
makasih banyak ya.
izin copas buat refrat kuliah paru. hehe

o

satriaperwira
Posted Januari 3, 2010 at 9:14 am
Permalink
Balas

Rate This

hahaha,,silahkan

8.
o
fadillah fitri
o Posted Mei 1, 2011 at 7:05 am
o Permalink
o Balas

Rate This
keren ijin jadiin pedoman buat bikin referat yak suwun mas..

o

satriaperwira
Posted Mei 1, 2011 at 10:11 am
Permalink
Balas

Rate This
Iya,,silahkan :),,,wah temen gw diunair
banyaKkk :),,salah satunya firza asnely
putry. Kenal??,,satu organisasi di

cimsa

9.
o
fadillah fitri
o Posted Mei 1, 2011 at 7:07 am
o Permalink
o Balas

Rate This

owh mas nya angkatan 2002 ya, saya fitri FK unair angkatan 2007

mas nya sekarang lanjut dimana? lagi ptt kah?? atau dah ngambil ppds??
moga sukses :D/

10.
o
ifan
o Posted Oktober 17, 2011 at 1:49 pm
o Permalink
o Balas

Rate This
mau tanya ne? ada referensi yang mengatakan adanya perbedaan gambaran secar mikroskopik pada
jaringan paru yang tenggelam di air tawar dan air asin gak?

Tinggalkan Balasan

Arsip
Juli 2012
November 2011
Oktober 2010
Agustus 2010
Juli 2010
April 2010
Maret 2010
Januari 2010
November 2009
Oktober 2009
September 2009
Agustus 2009
Juli 2009
Juni 2009
Mei 2009
April 2009
Februari 2009
Januari 2009
Desember 2008
November 2008
September 2008
Agustus 2008
Juni 2008
Maret 2008
Februari 2008
Kategori
Artikel
Curhat
Global Statement
Presentasi Kasus/Refrat
Uncategorized
Tulisan Terakhir
Kisah dokter ptt part 10 : jangan asal milih tempat !!
Kisah dokter ptt part 9 : Gw bangga jadi dokter ptt!!
Kisah dokter ptt part 8 : papua merdeka, offroad dan keistimewaan babi..
Kisah dokter PTT part 7 : dokter itu agent of change
Kisah dokter PTT part 6 : ketika mst sendiri
Komentar Terbaru
Rasya di Condyloma Akuminata (from vari

wawa di FRAKTUR FEMUR

Dhani Sitompul di Henoch-Schnlein Purpura (terj

satriaperwira di Kisah dokter ptt part 10 : jan

satriaperwira di Kisah dokter ptt part 10 : jan

Top Clicks
Tidak ada
Blog Stats
382,883 hits
Umpan yang Tidak Diketahui
Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.
chicagojournals
Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.
Flickr Photos

Lebih Banyak Foto


var _pbwid=1675395; var _pbwt=2
RSS - Pos
RSS - Komentar
badge
Satria Perwira | Create your badge

twitter

Juni 2008
S S RKJ S M
Mar Agu
1
2 3 4 5 6 7 8
Juni 2008
S S RKJ S M
9 101112131415
16171819202122
23242526272829
30
my tweets
one person followed me // automatically checked by fllwrs.com5 days ago
3 people followed me // automatically checked by fllwrs.com1 week ago
one person unfollowed me // automatically checked by fllwrs.com2 weeks ago
2 people followed me // automatically checked by fllwrs.com3 weeks ago
2 people followed me // automatically checked by fllwrs.com4 weeks ago
Top Posts
Lipoma
Perforasi Membran Timpani
Intensive Care Unit
FRAKTUR FEMUR
Henoch-Schnlein Purpura (terjemahan e-medicine & berbagai sumber)
Traksi
Varicella Zooster Virus (VZV) (dr beberapa sumber)
Sindrom Cushing
Reaksi Kusta (from various sources)
Patofisiologi Pembentukan Plaque from various sources
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.
Ikuti

https://satriaperwira.wordpress.com/2008/06/03/drowning-tenggelam/

diakses tgl 31/08/17

Anda mungkin juga menyukai