Anda di halaman 1dari 2

Epistaksis

Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau
nasofaring dan mencemaskan penderita serta para klinisi. Epistaksis bukan suatu penyakit,
melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana hampir 90 % dapat berhenti sendiri.1,2

Epistaksis terbanyak dijumpai pada usia 2- 10 tahun dan 50-80 tahun, sering dijumpai pada
musim dingin dan kering. Di Amerika Serikat angka kejadian epistaksis dijumpai 1 dari 7
penduduk. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan wanita. Epistaksis bagian
anterior sangat umum dijumpai pada anak dan dewasa muda, sementara epistaksis posterior
sering pada orang tua dengan riwayat penyakit hipertensi atau arteriosklerosis.1,3

Pertimbangan Anatomi

Mukosa hidung memiliki jaringan pembuluh darah yang letaknya submukosa. Tepat dia
anterior septum hidung terdapat suatu anyaman pembuluh darah yang mudah sekali berdarah bila
terkena tersentuh, teriritasi radang kronis.

Gambar 3. Vaskularisasi Hidung

Daerah kecil dengan cukup banyak anyaman pembuluh darah itu disebut Pleksus
Kiesselbach atau Littles Area, secara anatomis terdapat 3 pembuluh darah yang 4 mendarahi
daerah tersebut yaitu a. etmoidalis anterior, a. sfenopalatina dan a. labialis superior. Pendarahan
pada mukosa superior ronggahidung disuplai oleh a. etmoidalisdan a. ethmoidposterior, mungkin
terdapat lebih dari dua pembuluh darahyang berasal dari a. oftalmika yang merupakan cabang a.
karotis interna. Pembuluh darah ini berada pada jaringan orbital, selanjutnya memasuki rongga
hidung melaluiforamen tulang sepanjang garis sutura frontoethmoidalis untuk memasok mukosa
rongga hidung, danmasuk kembali rongga tengkorak tepi lateral, sedangkan a. etmoidalis
anterior lebih besar dari a. ethmoidposterior.

PATOFISIOLOGI

Pemeriksaan arteri kecil dan sedang pada orang yang berusia menengah dan lanjut, terlihat
perubahan progresif dari otot pembuluh darah tunika media menjadi jaringan kolagen. Perubahan
tersebut bervariasi dari fibrosis interstitial sampai perubahan yang komplet menjadi jaringan
parut. Perubahan tersebut memperlihatkan gagalnya kontraksi pembuluh darah karena hilangnya
otot tunika media sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak dan lama. Pada orang yang
lebih muda, pemeriksaan di lokasi perdarahan setelah terjadinya epistaksis memperlihatkan area
yang tipis dan lemah. Kelemahan dinding pembuluh darah ini disebabkan oleh iskemia lokal atau
trauma.3

Berdasarkan lokasinya epistaksis dapat dibagi atas beberapa bagian, yaitu:

1. Epistaksis anterior Merupakan jenis epistaksis yang paling sering dijumpai terutama
pada anak-anak dan biasanya dapat berhenti sendiri.2 Perdarahan pada lokasi ini
bersumber dari pleksus Kiesselbach (little area), yaitu anastomosis dari beberapa
pembuluh darah di septum bagian anterior tepat di ujung postero superior vestibulum
nasi.1,4 Perdarahan juga dapat berasal dari bagian depan konkha inferior.1 Mukosa pada
daerah ini sangat rapuh dan melekat erat
2. pada tulang rawan dibawahnya.5 Daerah ini terbuka terhadap efek pengeringan udara
inspirasi dan trauma. Akibatnya terjadi ulkus, ruptur atau kondisi patologik lainnya dan
selanjutnya akan menimbulkan perdarahan .4 2. Epistaksis posterior Epistaksis posterior
dapat berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid posterior. Pendarahan biasanya
hebat dan jarang berhenti dengan sendirinya. Sering ditemukan pada pasien dengan
hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit kardiovaskuler. 2 Thornton
(2005) melaporkan 81% epistaksis posterior berasal dari dinding nasal lateral.6

Anda mungkin juga menyukai