Alterasii PDF
Alterasii PDF
ALTERASI HIDROTERMAL
4.1 TEORI DASAR
Alterasi adalah suatu proses yang di dalamnya terjadi perubahan kimia, mineral,
dan tekstur karena berinteraksi dengan fluida cair panas (hidrotermal) yang dikontrol
oleh kondisi kimia dan fisika yang ada. Alterasi dapat terjadi karena suatu proses
Supercritical Fluids, yaitu suatu karakteristik air pada keadaan tertentu. Alterasi
identik dengan proses Metasomatisme, yaitu suatu proses ubahan yang berlangsung
dalam fasa cair karena proses ini berada dalam suatu sistem hidrotermal .
35
Gambar 4.1 : Sistem hidrotermal pada kaldera gunungapi. Sumber panas adalah intrusi
magma. (Wenrich, 1985)
Menurut Browne (1991, op.cit Corbett dan Leach, 1998) terdapat enam faktor yang
mempengaruhi pembentukan mineral ubahan dalam sistem hidrotermal, yaitu:
1. temperatur
2. sifat kimia larutan hidrotermal
3. konsentrasi larutan hidrotermal
4. komposisi batuan samping
5. durasi aktivitas hidrotermal
6. permeabilitas.
Berdasarkan temperatur dari prosesnya, sistem hidrotermal ini terbagi menjadi 4 proses,
yaitu :
36
2. Epitermal, dengan temperatur antara 100 300 oC, pada proses epitermal
endapan ini terbagi menjadi 2 berdasarkan karakteristik sulfidanya, yaitu High
Sulfidation dan Low Sulfidation.
3. Mesotermal, dengan temperatur antara 300 500 oC, pada proses ini urat yang
dihasilkan sebagai proses mineralisasi relatif tabular dan tipis (kecil), karena
pengaruh tekanan litostatik yang cukup besar.
4. Hipotermal, dengan temperatur berkisar antara 500 - + 600 oC.
Proses ubahan hidrotermal juga merupakan perubahan mineral pada batuan yang
disebabkan oleh adanya perubahan suhu dan fluida. Fluida melalui pori-pori batuan atau
rekahan-rekahan batuan akan mengubah batuan samping baik secara kimiawi,
mineralogi, dan tekstur. Walaupun faktor-faktor di atas saling terkait, tetapi suhu dan
kimia fluida merupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses ubahan hidrotermal
(Corbett dan Leach, 1998).
1. pengendapan langsung dari larutan pada rongga, pori, retakan membentuk urat
2. penggantian pada mineral primer batuan guna mencapai kesetimbangan pada
kondisi dan lingkungan yang baru
3. pelarutan dari mineral primer batuan
4. akibat arus turbulen dari zona didih
Menurut Guilbert and Park (1975), pembentukan endapan bijih sangat beragam
tergantung dari karakteristik fluida, sifat kimia dan fisik dari batuan dinding serta cara
pengendapannya. Hal ini akan ditunjukkan oleh tekstur yang terbentuk pada endapan
bijih tersebut. Kenampakan tekstur ini akan dapat membantu dalam menafsirkan urutan
37
38
Gambar 4.2 Zona Ubahan berdasarkan Model Lowell-Gilbert pada Endapan Porfiri Cu
(Evans, 1987)
Gambar4.3Karakterumumendapanepitermal
Gambar4.4ReaksikimiadalamEpithermalLowSulfidationdanHighSulfidation(Hedenquist,1996)
Kuarsa yang dihasilkan pada proses hidrotermal ini memiliki tekstur yang khas.
Adapun tekstur kuarsa yang dihasilkan antara lain :
40
a. Kuarsa Kalsedonik, yaitu kuarsa yang tidak bening (milky quartz), yang banyak
mengandung unsur H2O dan terbentuk dengan cepat saat fluida masih mengalir
pada temperatur yang relatif rendah.
b. Comb structure, yaitu struktur kuarsa yang seperti sisir (berpasangan) merupakan
salah satu penciri low sulfidaton.
Gambar4.5ContohteksturkuarsaCombStructure(Morrison,1990)
Gambar4.7Contohteksturkuarsacrustiform(Morrison,1990) 41
Gambar4.8Contohteksturkuarsacockade(Morrison,1990)
g. Vuggy, yaitu kuarsa yang mengisi ruangan yang sudah ada sebelumnya,
merupakan penciri high slfidation
h. Bladed, yaitu struktur kuarsa yang memperlihatkan adanya batas-batas seperti
pisau, struktur ini terbentuk karena adanya turbulensi fluida pada saat
pembentukannya.
42
Gambar4.9StrukturUratKuarsa(Kirkham,1993)
Gambar4.10TipeEndapanEpithermalBuchanan(Buchanan,1981)op.cit(Morrison,1990)
43
Gambar4.11TabelKarakteristikSatuanBatuanDaerah
44
Piroksen (20% 30%), sebagai fenokris (10 15%) berukuran 0.2 1.25 mm,
belahan 1 arah, sebagian terubah oleh mineral lempung dan mineral gelas,
sebagai massa dasar berupa mikrokristalin dengan mikrokristalin plagioklas.
Gelas Volkanik (5%-10%), sebagai massa dasar, tersebar hampir merata
berukuran pecahan halus menjadi massa dasar dan sebagian menjadi kuarsa.
Kelimpahan mineral sekunder yang hadir pada batuan ini adalah 15% - 30% yang
terdiri dari klorit, mineral lempung, kuarsa, kalsit dan mineral opak. Tekstur asal dari
batuan dan mineral sekunder dapat dikenali dengan baik. Berdasarkan kelimpahan dan
kondisinya, intensitas ubahan pada Satuan Lava Andesit Puncak Cacing termasuk pada
klasifikasi lemah. Pada satuan ini terdapat 2 zona ubahan yang berkembang yaitu Zona
Argilik dan Zona Propilitik.
47
Gambar4.12PetaAlterasiDaerahBunikasih
48
1km
Q6
Q5
Q4
Q3
Q1
Q2
250meter
Gambar4.13Petapersebaranuratkuarsa
Gambar4.14ContohuratkuarsaQ1(Fotografi:Subandrio,2009)
Gambar4.15ContohUratKuarsaQ2(Fotografi:Subandrio,2009)
4.6.1.3 Urat Kuarsa Q3
Pada lokasi ini merupakan urat kuarsa yang berada dalam luban penambangan
dengan kedalaman lubang + 20 m. Batuan samping berwarna hijau diperkirakan mineral
epidot. Urat kuarsa ini terletak pada posisi 0776547, 9197450. Dengan kedudukan N
50
340o E/83o . Memiliku ketebalan 1,5 m. Terdiri dari tekstur antara lain colloform dan
crustiform.
Gambar4.16ContohKuarsaQ3(Fotografi:Subandrio,2009)
Gambar4.17ContohUratKuarsaQ4,Q5danQ6(Fotografi:Subandrio,2009)
51
4.6.2 Kadar
Urat Kuarsa di daerah penelitian telah diolah dan ditambang oleh penduduk
setempat. Urat kuarsa pada daerah penelitian memiliki kadar emas yang cukup potensial
untuk diolah. Beberapa pengujian laboratorium telah dilakukan untuk mengetahui
besarnya kandungan emas pada urat kuarsa di daerah ini dan kandungan mineral logam
lainnya. Dari hasil laboratorium dapat kita simpulkan adanya keterkaitan muncul emas
dengan unsur lainnya seperti mangan dan menandakan bahwa tidak setiap urat kuarsa
mengandung kadar emas tinggi. Hasil yang didapatkan yaitu:
AgvsAuof
100 Bunikasih
Sample Au Ag Cu As Sb Ag/Au
10
A1 24,6 618 65 22 6
Au(ppm)
25,12
A2 20,6 493 55 23 7 23,93
B1 20,1 1164 96 38 9 57,91 1
B2 24,6 1056 85 40 8 42,93 1 100 10000
C1 15 545 60 24 6 36,33
0,1
C2 17,4 518 60 25 6 29,77
D1 7,2 617 61 21 6 85,69 Ag(ppm)
D2 7,7 554 50 22 5 71,95
Gambar4.18KalsedonmassifpadaQ3,kadaremassertalogamdasar.Analisis
dilakukandiFUB,Jerman(Subandrio2009,KomunikasiPersonal)
Daerah Bunikasih mepunyai tipe endapan epitermal low sulfidation. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh beberapa ciri, yaitu:
Dimensi urat kuarsa berukuran besar.
Urat kuarsa berupa Milky Quartz.
52
Zona alterasi yang hadir berupa Argilik dan Propilitik dengan tekstur urat kuarsa
berupa colloform, crustiform, comb, dogteeth, bladed dan cockade.
AgvsAuof
100 Bunikasih
10
Au(ppm)
1
1 100 10000
0,1
Ag(ppm)
Sample Au Ag Pb Zn Cu As Sb Mn Fe Ag/Au
E1 0,5 5 5 5 5 0 1 605 151 10,00
E2 0,5 5 5 5 5 0 1 546 198 10,00
F1 0,4 0 10 2 4 0 1 154 99 0,00
F2 0,3 0 81 2 4 0 1 146 101 0,00
G1 0,3 10 5 1 3 1 1 123 147 33,33
G2 0,3 10 5 0 3 1 1 122 147 33,33
H1 3,1 172 19 52 11 7 6 8245 2669 55,48
H2 3,4 160 70 55 12 7 7 7513 2655 47,06
Mn
(ppm)
Au(ppm)
Gambar4.19contohuratkuarsa.Menunjukkanbahwatidaksemuauratkuarsa
menggandungkadaremasyangtinggisertahubungankehadiranmangandenganAu.
AnalisisdilakukandiFUB,Jerman(Mubandi2009,KomunikasiPersonal)
53