Anda di halaman 1dari 11

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan lele

2.1.1 Klasifikasi ikan lele

Ikan lele ( Clarias sp.) menurut klasifikasi berdasarkan taksonomi yang

dikemukakan oleh Weber de Beaufort (1965) dalam buku Suyanto (2007)

digolongkan sebagai berikut :

Fillum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Ostariopshysi

Subordo : Siluroidaea

Familli : Clariidae

Genus : Clarias

Species : Clarias sp.

Gambar 1. Ikan lele (Clarias sp.


2

2.1.2 Morfologi ikan lele

Menurut Suyanto (2007), bahwa ada beberapa variasi warna tubuh ikan

lele lokal ( Clarias batracus ) di Indonesia, yaitu hitam agak kelabu (gelap), bulai

(putih), merah, serta belang-belang hitam-putih dan hitam merah. Warna pertama

(hitam agak kelabu) yang paling banyak di Indonesia. Sementara itu tiga warna

terakhir banyak dipelihara sebagai ikan hias.

Badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih di bawah (compressed-

depresed). Memiliki tipe mulut sub terminal dengan empat pasang sungut. Sirip

ekor membundar (rounded) , tidak bergabung dengan sirip anal. Sirip perut juga

membundar jika mengembang. Lele mempunyai senjata yang sangat ampuh dan

berbisa berupa sepasang patil berada di sebelah depan sirip dada. Selain sebagai

senjata patil ini juga bisa dipergunakan ikan lele untuk melompat dari kolam atau

berjalan di atas tanah. Oleh karena itu, lele mempunyai predikat tambahan sebagai

walking catfish (Suyanto, 2007)

2.1.3 Habitat ikan lele

Ikan lele mempunyai kebiasaan makan didasar perairan atau kolam.

Berdasarkan jenis pakannya lele digolongkan sebagai ikan, yang bersifat

karnivora (pemakan daging). Habitat aslinya, lele memakan cacing, siput air,

belatung, laron, jentik-jentik, serangga air, kutu air, karena bersifat karnivora.

Pakan yang baik untuk ikan lele adalah pakan tambahan yang mengandung

protein hewani, jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati,

pertumbuhan akan lambat. Lele bersifat kanibalisme, yaitu suka makan jenis

sendiri, jika kekurangan pakan ikan ini tidak segan-segan untuk memakan atau

memangsa kawannya sendiri yang berukuran lebih kecil (Mahyuddin, 2008).


3

2.2. Biologi Reproduksi

2.2.1. Tingkat kematangan gonad (TKG)

Penentuan tingkat kematangan gonad pada ikan lele betina didasarkan

pada perkembangan gonad perubahan warna telur, dan pengisian pada rongga

perut. Pengertian tingkat kematangan gonad I sampai dengan IV sebagai berikut.

1. TKG I (Belum Matang)

Gonad kecil dan memanjang 10-15 mm, warna bening, dan butir-butir

telur belum terbentuk. Kalaupun sudah terbentuk, warnanya masih

transparan.

2. TKG II (Mulai Matang)


Gonad semakin besar dan berwarna kuning. Butir-butir telur sudah mulai

terlihat dan panjang gonad 15-20 mm.


3. TKG III (Matang)
Gonad lebih besar, panjang 20-30 mm, berwarna kuning agak kecoklatan.

Butir-butir telur mengisi lebih setengah rongga perut dan mulai mendesak

alat pencernaan ke sebelah dorsal (punggung).


4. TKG IV (Matang Sekali)
Gonad besar dengan panjang 30-50 mm, berwarna kuning kecoklatan, dan

mengisi dua pertiga rongga perut.

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) pada ikan lele Betina

1. TKG I (Belum Matang)


Gonad kecil dengan panjang 5-12 mm, berwarna putih, dan permukaan

gonad mulai tidak rata.


2. TKG II (Mulai Matang)
Gonad semakin membesar dengan panjang 12-30 mm, warna mulai

berubah putih jernih, dan bentuk gerigi mulai terlihat jelas.


4

3. TKG III (Matang)


Gonad lebih besar dengan panjang 20-45 mm dan mengisi dua pertiga

rongga perut. Warna jernih dan gerigi pada gonad semakin besar.
4. TKG IV (Matang Sekali)
Gonad besar dan panjang, mengisi dua pertiga rongga perut. Gonad

mengembung dan berwarna jernih (Khairuman dan Khairul).

2.2.2. Indeks kematangan gonad (IKG)

Pada proses reproduksi sebelum terjadi pemijahan, sebagian besar hasil

metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah besar

ukurannya, termasuk garis tengah telur. Berat gonad akan mencapai maksimum

sesaat ikan akan memijah, kemudian berat gonad akan menurun secara cepat

selama pemijahan berlangsung sampai selesai. Untuk mengetahui seberapa besar

perubahan yang terjadi dalam gonad tersebut secara kuantitatif maka dilakukan

perhitungan Indeks Kematangan Gonad (IKG) atau Gonado Somatic Indeks

(GSI). Indeks Kematangan Gonad merupakan perbandingan antara berat gonad

dengan berat total tubuh. Seiring dengan berkembangnya gonad, maka nilai GSI

akan terus meningkat, sesuai dengan pernyataan bahwa pada pertumbuhan gonad

ikan betina, rata-rata berat gonad akan meningkat 10 % hingga 25 % dari berat

tubuhnya. Peningkatan nilai GSI ini disebabkan adanya proses vitellogenesis pada

ikan betina. Proses vitellogenesis yaitu proses terjadinya pengendapan kuning

telur pada tiap-tiap individu telur, sehingga menyebabkan terjadinya penambahan

diameter telur itu sendiri. Keadaan ini akan terus terjadi sampai akan melakukan

pemijahan. Sejalan dengan pertumbuhan gonad, gonad akan semakin bertambah

berat dan bertambah besar mencapai ukuran maksimum ketika ikan akan

memijah (Dewanti et al., 2012).

2.2.3. Fekunditas
5

Fekunditas ikan dipengaruhi oleh GSI ikan itu sendiri, semakin berat

bobot gonad ikan maka semakin banyak jumlah telur yang ada didalamnya. Nilai

fekunditas dalam jumlah fekunditas yang baik sesuai dengan SNI (2000), nilai

fekunditas induk lele berkisar antara 50.000-100.000 butir/kg bobot tubuh ikan

(Azizati et al., 2015).

Ikan muda yang baru pertama kali memijah, fekunditasnya lebih sedikit

dibandingkan dengan yang berumur tua yang telah memijah beberapa kali. Selain

itu, fluktuasi fekunditas disebabkan sampel ikan tidak seragam, sehingga ikan

yang berukuran lebih besar juga akan mempunyai fekunditas yang lebih banyak.

Fekunditas adalah jumlah telur matang dalam ovari yang akan dikeluarkn

pemijahan. Fekunditas meningkat secara logaritmik seiring pertumbuhan panjang

atau bobot (Makmur, 2006).

2.3 Analisa Pola Kebiasaan Makan (Food Habits)

Kebiasaan makanan (food habits) merupakan kualitas dan kuantitas

makanan yang dimakan oleh ikan. Dalam analisa pola kebiasaan makanan ikan

dipakai dalam menuntukan gizi alamiah ikan tersebut. Umumnya makanan yang

pertama kali datang dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah

plankton yang bersel tunggal yang berukuran kecil. Mengetahui kebiasaan

makanan pada ikan dapat dilihat ekologi diantara organisme, misalnya rantai

makanan, bentuk-bentuk pemangsa, predasi dan kompetisi. Jika untuk pertama

kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan
6

akan dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relative singkat

ikan tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya maka

terjadi kehabiasan tenaga yang mengakibatkan kematian. Hal inilah yang antara

lain menyebabkan ikan pada masa larva mempunyai mortalitas besar. Kajian

kebiasaan makan perlu dipelajari untuk mengetahui jenis makanan apa yang ikan

suka (Ahlina, 2011).

Makanan alami ikan terdiri berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang hidup

diperairan. Keberadaan suatu jenis ikan memiliki hubungan yang erat dengan

keberadaan makanan dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, kita dapat

melihat hubungan ekologi diantara organisme pada perairan tersebut, misalnya

bentuk pemangsaan, persaingan dan rantai makanan, disamping itu kita juga

memiliki pengetahuan yang penting dalam hal domestikasi ikan-ikan yang

memiliki nilai ekonomis penting yang akan dibudidayakan. Makanan ikan adalah

organisme, bahan maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk menunjang

kehidupan dan perkembangan organ tumbuhnya. Kebiasaan makanan (feeding

habits) adalah tingkah laku saat mengambil dan mencari makanan. Analisis food

and feeding habits dilakukan melalui pengamatan isi usus ikan tersebut. Beberapa

ada jenis ikan yang aktif makan selama 24 jam dan adapula yang hanya pada

waktu tentu saja. Saat-saat ikan aktif mengambil makanan dalam 24 jam disebut

feeding periodicity. Tipe-tipe makanan ikan yang umum ditemukan adalah

plankton, nekton, bentos dan detritus. Faktor yang menentukan apakah suatu jenis

ikan akan memakan suatu organisme makanan adalah ukuran makanan,

ketersediaan makanan, warna (Niboy, 2011).


7

Makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan dalam

mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal dengan ukuran kecil. Jika

untuk pertama kali ikan menemukan makanan yang tepat dengan mulutnya

diperkirakan ikan dapat meneruskan hidupnya, tetapi apabila ikan tidak

menemukan makanan maka akan mengalami kelaparan sehingga mengakibatkan

kematian. Aktifitas mencari makan pada ikan dalam alam bebas merupakan

pekerjaan harian yang rutin dimana makanan tadi diketahui oleh ikan dengan cara

seperti penglihatan, perabaan dan pembauan (Effendie, 2002).

Berdasarkan macam makanannya ikan dapat dibedakan menjadi lima

macam, yaitu: ikan herbivor, ikan karnivor, ikan omnivora, ikan pemakan

plankton dan pemakan detritus (hancuran bahan organik). Ikan herbivor

merupakan ikan yang makanan pokoknya terdiri dari bahan-bahan yang

mengandung sumber nutrisi nabati (tumbuh-tumbuhan). Beberapa jenis ikan yang

termasuk ke dalam golongan ini antara lain, ikan tawes (Puntius javanicus), ikan

sepat siam (Trichogaster pectoralis). Ikan karnivor merupakan ikan yang

makanan pokoknya berasal dari hewan lain beberapa contoh ikan jenis ini adalah

ikan sidat (Anguilla australis) dan ikan lele (Clarias batracus). Ikan omnifor tidak

banyak memilih pakan yang akan dimakannya, ikan ini lebih mudah

menyesuaikan dengan makanan yang ada contoh jenis ikan ini antara lain, ikan

mas (Cyprinus carpio) dan ikan nila (Oreochromis sp.). Ikan pemakan plankton

cenderung memakan bahan pangan yang halus dan berbentuk butiran lembut.

Contoh ikan pemakan plankton, ikan tambakan (Helostoma temminchi). Ikan

pemakan detritus, makanan pokoknya terdiri dari hancuran bahan organik yang

sedang mengalami proses pembusukan didalam air


8

Menurut Effendie (2002), bentuk dan posisi mulut ikan omnivora cenderung

karnivor, mempunyai gigi untuk menyergap, menahan, dan merobek mangsa dan

jari-jari tapis insangnya menyesuaikan untuk menahan, memegang, memarut, dan

menggilas mangsa. Makanan pokoknya terdiri dari bahan pangan yang banyak

mengandung sumber nutrisi hewani. Jenis plankton yang disukai adalah

zooplankton. Beberapa contoh jenis ikan ini adalah ikan sidat (Anguila bicolor),

ikan lele (Clarias sp.).

2.4. Analisa Hubungan Panjang Berat

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran individu, biasanya pertumbuhan

diukur dalam satuan panjang, berat dan atau energi. Dalam hubungannya dengan

waktu, pertumbuhan didefinisikan sebagai ukuran rata-rata ikan pada waktu

tertentu (pertumbuhan mutlak) dan perubahan panjang atau berat pada awal

periode (pertumbuhan nisbi). Hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu

petunjuk tentang keadaan ikan. Kecepatan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu

faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar di

kontrol diantaranya adalah keturunan, sex, umur, parasite dan penyakit. Pada

keturunan yang berasal dari alam sangat sulit di kontrol, untuk mendapatkan

pertumbuhan yang baik, ikan mempunyai kecepatan pertumbuhan yang berbeda

pada tingkatan umur dimana waktu muda pertumbuhannya cepat, dan ketika tua

menjadi lamban. Studi hubungan berat panjang dan berat ikan mempunyai nilai

praktis yang memungkinkan mengubah nilai panjang ke dalam berat ikan atau

sebaliknya.
9

Hubungan panjang berat ikan merupakan Seperti telah dikemukakan bahwa

pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor ini dapat digolongkan

menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan luar. Faktor-faktor ini ada

yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah

faktor yang sukar dikontrol, diantaranya ialah keturunan seks, umur parasit dan

penyakit. Dalam suatu kultur, faktor keturunan mungkin dapat dikontrol dengan

mengadakan seleksi untuk mencari ikan yang baik pertumbuhannya. Tetapi kalau

dalam alam tidak ada kontrol yang dapat diterapkan. Juga faktor seks tidak dapat

dikontrol. Ada ikan betina pertumbuhannya lebih baik dari ikan jantan dan

sebaliknya ada pula spesies ikan yang tidak mempunyai pertumbuhan pada ikan

betina dan ikan jantan. Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali kiranya

mempengaruhi pertumbuhan yaitu kecepatan pertumbuhan menjadi sedikit

lambat. Sebagian dari makanan yang dimakan tertuju kepada perkembangan

gonad. Pembuatan sarang, pemijahan penjagaan keturunan membuat pertumbuhan

tidak bertambah karena pada waktu tersebut pada umumnya ikan tidak makan.

Baru setelah periode tersebut ikan mengembalikan lagi kondisinya dengan

mengambil makanan tersebut sedia kala (Effendie, 2002).

Pertumbuhan secara sederhana dapat dirumuskan sebagai petambahan

ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu dimana proses biologis yang

kompleks yang banyak mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu ialah

pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi

apabila ada kelebihan input dari energi dan asam amino (protein) berasal dari

makanan (Effendie, 2002).


10

2.5. Faktor Kondisi

Faktor kondisi adalah keadaan yang menyatakan kemontokan ikan secara

kualitas, dimana perhitungannya didasarkan pada panjang dan berat ikan. Faktor

kondisi atau indek ponderal dan sering disebut faktor K yang merupakan hal yang

penting dari pertumbuhan ikan, karena faktor kondisi dapat digunakan untuk

menganalisis populasi (Effendie, 2002). Faktor kondisi adalah derivat penting dari

pertumbuhan. Faktor kondisi atau Indeks Ponderal sering disebut faktor K. Faktor

kondisi ini menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik

untuk survival dan reproduksi (Effendie, 2002 dalam Syahrir, 2013). Penggunaan

secara komersil ini, mempunyai arti kualitas dan kuantitas daging yang tersedia.

Kondisi tersebut dapat memberikan keterangan baik secara biologis maupun

secara komersil (Syahrir, 2013). Analisa hubungan panjangberat juga dapat

mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut dengan index of plumpness, yang

merupakan salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk membandingkan

kondisi atau keadaan kesehatan relatif populasi ikan atau individu tertentu.

Salah satu derivat penting dari pertumbuhan ialah faktor kondisi atau indek

ponderal dan sering disebut pula sebagai faktor K. Faktor kondisi ini

menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk

survival dan reproduksi. Penggunaan secara komersiil pada kondisi ini

mempunyai arti kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat

dimakan. Kondisi ini mempunyai arti dapat memberi keterangan baik secara

biologis atau secara komersial (Effendie, 2002).

Menurut Effendie (2002), sistem ukuran yang dipakai pada perhitungan

faktor kondisi ada tiga macam yaitu sistem metrik, sistem inggris dan sistem
11

campuran. Sistem yang biasa dipakai di Indonesia adalah sistem metrik. Nilai

faktor kondisi akan terlihat kegunaannya apabila dibandingkan dengan kelompok

yang lain. Pertumbuhan dalam individu ialah pertumbuhan panjang jaringan

akibat dari pembelahan secara mitosis. Pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi sifat keturunan,

umur, jenis kelamin, kematangan gonad, ketahanan terhadap penyakit dan

kemampuan pemanfaatan makanan. Faktor luar antara lain suhu, kimia perairan

dan makanan yang tersedia.

Anda mungkin juga menyukai