Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Seminar Perpajakan
Disusun Oleh:
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, rahmat, dan
anugerahnya yang diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Tugas Seminar Perpajakan dengan judul Corporate Tax Risk
Management. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata
kuliah Seminar Perpajakan semester Genap 2016/2017 jurusan Akuntansi,
Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Dalam penyusunan tugas ini, peneliti banyak mendapat bantuan dan
dukungan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. Nur Hidayat, S.E.,
M.E., Ak., BKP. yang telah memberikan dukungan, refrensi, dan waktu kepada
peneliti dalam pengerjaan tugas ini.
Peneliti menyadari masih terdapat beberapa kekurangan dalam penelitian
ini karena berbagai keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu, peneliti sangat
terbuka atas kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga hasil penelitian
ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya.
Peneliti
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan
istilah risiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen risiko menjadi
trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini
secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen risiko dalam bisnis pada
masa kini Risiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen
risiko. Peran dari manajemen risiko diharapkan dapat mengantisipasi
terjadinya risiko yang sangat berlebihan yang dapat membuat perusahaan
gulung tikar, oleh sebab itu kita perlu melakukan ha-hal yang lebih terarah,
salah satunya dengan mengukur dimensi risiko yang akan terjadi pada diri
sendiri pada khususnya dan pada perusahaan pada umunya.
Manajemen risiko sebenamya dapat pula diterapkan di berbagai bidang
termasuk perpajakan. Dalam perpajakan nasional, risiko operasional
(operational risk) paling relevan untuk diterapkan dibandingkan dengan risiko
pasar (market risk) risiko kredit (credit risk), dan risiko likuiditas (liquidity
risk Lalu, apa itu risiko operasional? Michel Crouhydan Galai & Robert Mark
(2000) mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko yang berkaitan dengan
operasional bisnis Risiko ini meliputi dua komponen risiko. Pertama, risiko
kegagalan operasional (operational failure risk) atau risiko intern terdiri dari
risiko yang bersumber dari sumber daya manusia, proses, dan teknologi.
Kedua, risiko strategi operasional (operational strategic risk) atau risiko
ekstern yang berasal dari faktor-faktor antara lain politik, pajak, regulasi,
pemerintah, masyarakat, kompetisi. Yang jadi pertanyaan, risiko operasional
apa saja yang dihadapi perpajakan nasional? Ada beberapa risiko yang
dihadapi, seperti risiko karyawan (people risk Konkretnya, persis seperti kasus
pajak yang diduga melibatkan Gayus Halomoan Tambunan.
Salah satu potensi risiko adalah pada sengketa pajak, Sengketa pajak
adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau
penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada
Pengadilan Pajak.
2
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dari penjelasan sebelumnya, maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan konsep dari manajemen resiko dan manajemen
resiko perpajakan ?
2. Apa saja resiko yang ada di dalam perusahaan ?
3. Bagaimana cara perusahaan menghadapi resiko yang dihadapi ?
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2.Manajemen Risiko
Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis
serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan
untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Memahami
4
konsep risiko secara luad, akan merupakan dasar yang esensial untuk
memahami konsep dan teknik manajemen risiko.
Manejemen risiko menurut Noshworthy adalah identifikasi dari ancaman
dan implementasi dari pengukuran yang ditujukan pada mengurangi kejadian
ancaman tersebut dan meminimalisi setiap kerusakan. Analisa risiko dan
pengontrolan risiko membentuk dasar manajemen risiko dimana pengontrolan
risiko adalah aplikasi dari pengelolaan yang cocok untuk memperoleh
keseimbangan antara keamanan, penggunaan dan biaya.
National Instituate of Standard and Technology mendefinisikan
manajemen risiko adalah proses dari mengidentifikasi, mengontrol, dan
mendistribusikan informasi yang terkait risiko melalui suatu system dan
melingkupi pengkajian risiko, analisis manfaat biaya, dan pemilihan,
implementasi, pengetesan dan evaluasi keamanan dari usaha perlindungan.
Jadi manajemen risiko merupakan suatu system pengawasan risiko. Dan
perlindungan atas harta benda, keuntungan, serta keuangan suatu badan usaha
atau perorangan atas kemungkinan timbulnya suatu kerugian karena adanya
risiko tersebut.
5
2.2.2 Manajemen Risiko Perpajakan
Menurut Sophar Lumbantoruan dalam bukunya Akuntansi Pajak
(1994:354) secara umum Manajemen Perpajakan dapat didefinisikan
sebagai sarana untuk memenuhi ketentuan perpajakan dengan benar
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi
manajemen pajak yang terdiri atas:
1). Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen
pajak. Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian
terhadap peraturan-peraturan perpajakan, dengan maksud dapat
menyeleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
Tax Planning disini sama dengan Tax Avoidance karena secara
hakekat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan
penghasilan setelah pajak, karena pajak merupakan beban
pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada
pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.
2). Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation)
Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui
faktor-faktor yang akan dimanfaatkan untuk melakukan
penghematan pajak, maka langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikannya baik secara formal maupun materil.
Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu
dikuasai dan dilaksanakan yaitu:
Memahami ketentuan dan peraturan perpajakan.
Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat.
3). Pengendalian Pajak (Tax Control)
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa
kewajiban pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah
direncanakan dan telah memenuhi persayaratan formal maupun
materil.Dalam pengendalian pajak yang penting adalah pengecekan
6
pembayaran pajak.Oleh sebab itu pengendalian dan pengaturan
arus kas sangat penting dalam strategi penghematan
pajak.Pengendalian pajak termasuk pemeriksaan jika perusahaan
telah membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak terutang.
Tax planning yang sampai saat ini menjadi sandaran utama
untuk mengefisienkan beban pajak ternyata tidak cukup untuk
menjawab perkembangan dunia bisnis dan perpajakan yang terus
berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di
lingkungannya.Diperlukan perpaduan Tax Planning dan Tax Risk
Management untuk lebih mengoptimalkan upaya-upaya
meningkatkan nilai perusahaan.
7
Setiap transaksi pasti ada bukti pendukung yang
memberikan daftar beban operasional yang harus dibayar
perusahaan. Jika semakin banyak beban operasional yang
dibayar perusahaan, akan menjadi pengurang pajak pengahsilan
perusahaan, tetapi harus memenuhi syarat-syarat pembebanan
yang diatur dalam UU PPh. Sebaliknya jika semakin kecil beban
operasional perusahaan, akan memperbesar pajak penghasilan
perusahaan.
c. Perhitungan penyusutan
Setiap aset tetap yang dimiliki perusahaan pasti mengalami
penyusutan, perhitungan penyusutan tersebut memiliki beberapa
metode perhitungan yang hasilnya dapat memengaruhi besarnya
laba atau rugi perusahaan Laporan laba rugi perusahaan
memengaruhi pajak penghasilan perusahaan.
d. Penjualan barang/jasa yang bukan aktivitas utama
Penjulalan barang/jasa yang dilakukan perusahaan di samping
aktivitas utama perusahaan memiliki tarif pajak yang berbeda
dengan penjualan pada aktivitas utama perusahaan. Sehingga
penjualan tersebut dapat memengaruhi pajak penghasilan
perusahaan.
e. Laba/rugi usaha/selisih anatara penerimaan dengan beban
Jumlah laba/rugi usaha/selisih antara penerimaan dengan beban
perusahaan memengaruhi jumlah akhir penghasilan kena pajak
perusahaan pada perhitungan koreksi fiskal perusahaan,
sehingga memengaruhi ke pajak penghasilan perusahaan.
8
dengan with holding system. Jika ada kesalahan dalam pemotongan,
peyetoran, dan pelaporan pajak karyawan merupakan tanggung
jawab perusahaan sebagai pemotong.Risiko PPh Pasal 21 memiliki
variabel antara lain:
a. Status pegawai
Setiap pegawai harus dijelaskan status kepegawaiannya di
dalam perusahaan. Jenis status pegawai yaitu pegawai tetap,
pegawai tidak tetap, dan bukan pegawai. Setiap status pegawai
memiliki metode perhitungan PPh pasal 21 yang berbeda-beda.
b. Kebijakan pembayaran
PPh Perusahaan harus memberi kebijakan pembayaran PPh
para karyawannya dengan cara dibayar pegawai itu sendiri atau
ditanggung oleh perusahaan atau diberikan tunjangan.
c. Bukti potong dan kuitansi gaji
Setelah perusahaan memotong PPh pasal 21 para karyawan,
harus memberikan bukti potong PPh pasal 21 tersebut. Bukti
potong tersebut dapat berupa kuitansi atau bukti potong tersendiri
atau dalam daftar gaji karyawan.
d. SPT Masa dan SPT Masa Desember
Perusahaan harus melaporkan PPh pasal 21 dalam SPT
masa Januari sampai dengan November, SPT pembayaran
bonus/THR, dan SPT Masa Desember
9
perusahaan. Jika semakin banyak pendapatan/penerimaan
perusahaan, akan menambah pajak penghasilan perusahaan.
Sebaliknya jika semakin sedikit pendapatan/penerimaan
perusahaan, akan mengurangi pajak penghasilan perusahaan.
b. Pembayaran beban operasional
Setiap transaksi pasti ada bukti pendukung yang memberikan
daftar beban operasional yang harus dibayar perusahaan. Jika
semakin banyak beban operasional yang dibayar perusahaan, akan
menambah pajak penghasilan perusahaan. Sebaliknya jika
semakin banyak beban operasional perusahaan, akan mengurangi
pajak penghasilan perusahaan.
c. Perhitungan penyusutan
Setiap aset tetap yang dimiliki perusahaan pasti mengalami
penyusutan,
perhitungan penyusutan tersebut memiliki beberapa metode perhit
ungan yang hasilnya dapat mempengaruhi laporan laba rugi
perusahaan. Laporan laba rugi perusahaan mempengaruhi pajak
penghasilan perusahaan.
d. Penjualan barang/jasa yang bukan aktivitas utama
Penjualan barang/jasa yang dilakukan perusahaan disamping
aktivitas utama perusahaan memiliki tarif pajak yang berbeda
dengan penjualan pada aktivitas utama perusahaan. Sehingga
penjualan tersebut dapat mempengaruhi pajak penghasilan
perusahaan.
e. Laba/rugi usaha/selisih antara penerimaan dengan beban
Jumlah laba/rugi usaha/selisih antara penerimaan dengan beban
perusahaan mempengaruhi jumlah akhir penghasilan kena pajak
perusahaan pada perhitungan koreksi fiskal perusahaan, sehingga
mempengaruhi ke pajak penghasilan perusahaan.
10
b. PPh Pasal 23 Kesalahan pemotongan dan Tidak tepat waktu
dan tercecer.
c. PPh Pasal 4 (2) Kesalahan pemotongan dan Tidak tepat waktu
dan tercecer.
11
b. Pemeriksaan Tujuan Lain
Pemeriksaan pajak yang dilaksanakan sebagai bentuk
pelaksanaan ketentuan tertentu dalam aturan perpajakan yang
bukan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dan produk hukum
yang dihasilkan dari pemeriksaan pajak untuk tujuan lain
bukanlah selalu surat ketetapan pajak seperti pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan WP. Artinya, bisa juga diterbitkan SKP atau
STP kepada WP tersebut.
12
(Gunadi,2010). Atas keberatan tersebut DJP akan memberikan
keputusan paling lama dalam jangka waktu 12 bulan sejak surat
keberatan diterima.
Risiko yang melekat dengan pengajuan keberatan adalah, adanya
kemungkinan keputusan keberatan yang berbeda:
a) Diterima
b) Diterima Sebagian
c) Ditolak
d) Ditambah Jumlah Pajak Terutang
e) Keputusan keberatan akan menimbulkan sanksi yang dapat
mengganggu cash flow perusahaan.
13
Selain itu, ada risiko reputasi yang antara lain disebabkan publikasi
atau persepsi negatif terkait dengan aktivitas bisnis. Risiko tersebut
tidak terkait langsung dengan kerugian finansial. Tetapi, lebih sulit
diselesaikan dan makan waktu lama. Tanpa disadari, Ditjen Pajak kini
sedang menderita risiko reputasi yang berawal dari risiko operasional,
berupa main mata beberapa karyawannya. Risiko reputasi juga dapat
berbentuk keengganan wajib pajak untuk mengisi surat pemberitahuan
tahunan (SPT). Hal itu merupakan penurunan tingkat kepercayaan
masyarakat luas terhadap kinerja instansi tersebut. Sejatinya, Ditjen
Pajak sudah menyadarinya dengan slogannya, Lunasi Pajaknya, Awasi
Penggunaannya.
Agar semua risiko terkait perpajakan itu bisa dihindari, maka
diperlukan pegukuran dampak risiko, juga usaha untuk meminimalisir
dampak dari risiko yang dihadapi. Perusahan juga bisa melakukan
pemindahan risiko perpajakan, bila memang dirasa terlalu memberatkan
untuk menghadapi langsung urusan penanganan risiko ini. Bisa
memberikan tugas ini ke konsultan pajak, kata Nur, yang juga
berprofesi sebagai kuasa hukum dalam persengkataan perpajakan di
pengadilan perpajakan
14
lainnya yang potensial. Penghindaran risiko dilakukan dengan cara
perusahaan tidak mengambil tindakan yang dapat memunculkan
risiko tertentu.
Adapun risiko yang perlu dihindari yaitu:
15
dengan cara dikompensasikan pada masa pajak/tahun pajak
berikutnya.
Menggeser Kerugian Kompensasi kelebihan pembayaran
dalam hal terjadi PPN lebih bayar, kelebihan pembayaran
tersebut dapat ditunda pengajuan restitusinya sampai
dengan PKP elah benar-benar siap menghadapi
pemeriksaan, atau dengan kata lain menggeser restitusi
dengan cara dikompensasikan pada masa pajak/tahun pajak
berikutnya.
c. Meminimalisasi dampak dari risiko seandainya terjadi
Persiapkan Back Up secara lengkap
Menyewa konsultan yang dapat mendampingi.
16
2.2.8 Pemindahan Risiko
Pemindahan risiko dilakukan dengan cara:
1). Mempekerjakan pegawai yang kompeten yang memiliki integritas,
loyalitas, dan kapabilitas sehingga menghasilkan pegawai yang ideal
untuk bekerja dalam perusahaan.
2). Mempekerjakan konsultan pajak yang tertutup, yaitu konsultan pajak
yang dapat menjadi creative accounting perusahaan dan dapat
merencakan pajak dengan baik (tax planning).
3). Mempekerjakan konsultan pajak yang terbuka, yaitu dapat menjadi
membantu perusahaan bila ada sengketa pajak yang terjadi,
konsultan pajak terbukalah mendapat pelimpahan kuasa dari
perusahaan, dan menjadi perlindungan hukum/UU untuk Perusahaan.
17
b.Sanksi Administrasi Berupa Bunga
Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang
menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga
dihitung berdasakan persentase tertentu dari suatu jumlah, mulai dari
saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima
dibayarkan. Perhitungan sanksi bunga dalam ketentuan pajak adalah
besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari pokok pajak yang
tidak/kurang dibayar.
c. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan
Sanksi adminitrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang paling
ditakuti oleh wajib pajak. Karena pada dasarnya sanksi berupa
kenaikan dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah
pajak yang tidak kurang dibayar yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bias menjadi berlipat ganda.
18
a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak; atau
b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok
Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
c. Tidak menyampaikan SPT; atau
d. Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap; atau
e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau - memperlihatkan
pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan
keadaan yang sebenarnya; atau
f. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lainnya; atau
g. Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line
di Indonesia ; atau
h. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.
i. Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak
selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan,
dikenakan pidana 2 (dua) kali lipat dari ancaman pidana yang
diatur sebagaimana butir 2.
19
3. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak
pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP
atau Pengukuhan PKP, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan
dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan
kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2
(dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi
yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang
dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan.
4. Setiap orang yang dengan sengaja :
a. Menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang
sebenarnya; atau
b. Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun serta
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur
pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak,
dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6 (enam) kali
jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak,
bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.
5. Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai
dari Wajib Pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta
melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.
20
BAB III
PEMBAHASAN
Banyaknya hambatan masuk ke dalam pasar luar negeri yang telah dicabut atau
berkurang, mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperluas perdagangan
internasional. Konsekuensinya, banyak perusahaan nasional berubah menjadi
perusahaan multinasional (multinasional corporation) yang didefinisikan sebagai
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam suatu bentuk bisnis internasional.
21
MNC, dalam melakukan bisnis internasionalnya, secara umum dapat
menggunakan metode-metode berikut:
Perdagangan internasional
Licensing
Franchising
Usaha patungan
Akuisisi perusahaan
Pembentukan anak perusahaan baru di luar negeri
22
harus mengevaluasi efektivitas program lindung nilai tersebut. Umpan balik dari
sistem evaluasi yang berjalan akan membantu untuk menyusun pengalaman
kelembagaan dalam praktek menajamen risiko. Penilaian kinerja program
manajemen risiko juga memberikan informasi mengenai kapan strategi yang ada
sudah tidak lagi tepat untuk digunakan. Jadi intinya, pengendalian keuangan yang
efektif adalah dengan sistem evaluasi kinerja.
Sistem evaluasi kinerja terbukti bermanfaat dalam berbagai sektor. Sektor ini
mencakup, tetapi tidak terbatas pada, bagian treasuri perusahaan, pembelian dan
anak perusahaan luar negeri. Kontrol terhadap bagian treasuri perusahaan
mencakup pengukuran kinerja seluruh prodram manajemen risiko nilai tukar,
mengidentifikasikan lindung nilai yang digunakan, dan pelaporan hasil lindung
nilai. Sistem evaluasi tersebut juga mencakup dokumentasi atas bagaimana dan
sejauh apa bagian trasuri perusahaan membantu unit usaha lainnya dalam
organisasi itu.
Pembahasan :
Dengan adanya strategi MNC untuk bersaing dengan pasar luar negeri akan
menimbulkan risiko yakni pada Risiko PPh:
23
a. Penjualan barang/jasa yang bukan aktivitas utama
Penjualan barang/jasa yang dilakukan perusahaan disamping aktivitas
utama perusahaan memiliki tarif pajak yang berbeda dengan penjualan
pada aktivitas utama perusahaan. Sehingga penjualan tersebut dapat
mempengaruhi pajak penghasilan perusahaan.
b. Laba/rugi usaha/selisih antara penerimaan dengan beban
Jumlah laba/rugi usaha/selisih antara penerimaan dengan beban
perusahaan mempengaruhi jumlah akhir penghasilan kena pajak
perusahaan pada perhitungan koreksi fiskal perusahaan, sehingga
mempengaruhi ke pajak penghasilan perusahaan.
c. Penerimaan/pendapatan
Setiap transaksi pembelian maupun penjualan yang memiliki bukti
pembelian/penjualan akan menghasilkan pendapatan/penerimaan yang
mempengaruhi pajak penghasilan perusahaan. Jika semakin banyak
pendapatan/penerimaan perusahaan, akan menambah pajak penghasilan
perusahaan.
24
Bab IV
Kesimpulan
Saran: Untuk perusahaan sebaiknya melihat baik-baik risiko yang ada bila
perencanaan ditentukan karena lebih baik menghindari risiko daripada mencari
penanggulangan dari risiko yang ada.
25
Daftar Pustaka
26