Anda di halaman 1dari 5

Oli Bekas

Ikan bandeng mengalami perbedaan kematian setiap konsentrasi yang diberikan hal ini terjadi karena oli
bekas dapat diaquarium dengan kadarlarutan yang berbeda-beda. Dengan ikan bandeng dilihat daya
tahan hidup selama pengamatan jika masih aktif bergerak ikan dikatakan kuat untuk uji coba di larutan
Oli bekas Tinggal bergantung terhadap daya tahan bahan yang diuji. Dari grafik pertama data yang
dihasilkan terbukti bahwa ikan bandeng yang di praktikumkan hidup semua selama pengamatan
berlangsung dengan daya tahan ikan bandeng yang berbeda-beda serta konsentrasi yang diberikan
salama pengamatan rata-rata ikan bandeng masih bergerak aktif dilihat dari data yang di hasilkan lebih
dari 100 buka tutup overculum

Idealnya semakin tinggi konsentrasi bahan toksik akan semakin banyak hewan uji yang mati.
Namun pada praktikum ini menunjukkan hubungan yang kurang siginifikan karena kenyataanya
mortalitas tertinggi terjadi pada konsentrasi 1.5 ppm. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan suplay
oksigen antara perlakuan dengan konsentrasi bahan toksik.

Nilai control tidak memiliki hal yang rancu dibandingkan dengan nilai konsentrasi pada tiap
hewan uji. Nilai control dengan hewan uji daphnia dan artemia tidak ditemukannya mortalitas.
Perlakuan ini menunjukan bahwa keadaan yang baik dan air yang digunakan pada waktu pengujian
control sehingga tidak menimbulkan mortalitas pada hewan uji. Dalam konsentrasi tinggi
mengakibatkan kelumpuhan (paralysis), mempengaruhi sistem syaraf sentral menyebabkan ketidak
sadaran dan terhentinya pernafasan (mungkin asphyxia). Gas H2S dapat berinteraksi dengan darah ,
bergabung dengan hemoglobin yang mengakibatkan keadaan darah menjadi tidak normal dan
menyebabkan gangguan pada sel sel syaraf pusat yang berakibat keumpuhan system pernafasan
(asphyxia).

Grafik 1

Grafik Hubungan Konsentrasi Oli Bekas dengan


Gerak Ikan Bandeng Besar
169
180 160
143 150
Buka Tutup Overculum

160 136
128 126 126
140 117 115 114 118
120 97 132
100
80
60 76
67
40
20
0

Konsentrasi (ppm)
Hasil pengamatan selama 7 hari didapatkan hasil dari Grafik hubungan konsentrasi oli bekas dengan
gerak ikan bandeng

sesuai dengan pernyataan Sheehan et al (984) dalam Rand et al (995) yang menyatakan bahwa
perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku (renang) ikan. Sedangkan pada
perlakuan (7,85 mg/l), (8,56 mg/l), dan (9,33 mg/l) gerakan ikan cenderung lebih lambat (tidak aktif) jika
dibandingkan dengan perlakuan,, F, dan G. Untuk perlakuan K ( mg/l) tingkah laku ikan normal. Mason
(979) menyatakan bahwa perubahan tingkah laku ikan uji sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kadar
bahan pencemar yang ada di tempat hidupnya.jringan insang telah mengalami kerusakan sehingga tidak
dapat bekerja dengan baik dalam menyerap oksigen. Metelev Pada semua perlakuan, selain perlakuan (
mg/l), mengalami perubahan struktur anatomi insang yaitu hiperplasia, fusi lamela, hemorrhagi, atrofi.
menurut Tandjung (98) dalam Tambatua (996) kerusakan insang yang disebabkan oleh substansi
tercemar dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu diawali dengan edema, hiperplasia pada sel-sel basal,
fusi lamela, fusi pada seluruh lamela sekunder, dan hilangnya struktur lamela sekunder dan filamentum
mereduksi. iperplasia dapat mengurangi luas permukaan

4 Insektisida Diklorometan pada Nener Bandeng hingga pengaruhnya terhadap toksisitas pestisida ini
kemungkinan kecil. Wardojo (1977) menyatakan bahwa setiap organisme mempunyai suhu maksimum,
optimum dan minimum untuk hidupnya. Menurut Pillay (1993), suhu optimum untuk ikan bandeng
berkisar pada o C dan suhu yang dianjurkan adalah o C dengan salinitas o / oo. Kisaran salinitas selama
penelitian masih layak untuk nener bandeng. Dari hasil pengamatan selama pengujian nilai median lethal
konsentrasi (LC- 50) untuk uji kontrol (0 ppm) memperlihatkan bahwa semua hewan uji dapat bertahan
hidup sampai jam ke-96.

Nilai control tidak memiliki hal yang rancu dibandingkan dengan nilai konsentrasi pada tiap
hewan uji. Nilai control dengan hewan uji daphnia dan artemia tidak ditemukannya mortalitas.
Perlakuan ini menunjukan bahwa keadaan yang baik dan air yang digunakan pada waktu pengujian
control sehingga tidak menimbulkan mortalitas pada hewan uji. Penurunan kualitas perairan terjadi
karena rendahnya kesadaran manusia untuk mengolah limbah dan sistem kontrol yang buruk. Selama ini
sistem kontrol yang dilakukan adalah dengan melakukan deteksi logam berat yang dititikberatkan pada
organisme di tingkat tertinggi dalam ekosistem perairan, yaitu didasarkan pada proses bioakumulasi
(bentos). Melalui deteksi tersebut maka suatu pencemaran perairan dapat terdeteksi setelah perairan
tercemar dalam waktu yang relatif lama. Saat ini Daphnia sp. mulai dikembangkan sebagai bioassay
toksisitas di beberapa negara maju. Alasan penggunaan Daphnia sp. sebagai bioassay toksisitas karena
siklus hidupnya yang cepat (3 minggu), berperan penting dalam ekologi air tawar dan sensitif terhadap
kimia lingkungan.

Bandeng termasuk herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan). Ikan ini memakan klekap, yang tumbuh di
pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari permukaan tanah, klekap ini sering disebut sebagai tahi air.
Pakan bandeng terutama terdiri dari plankton (Chlorophyceae dan Diatomae), lumut dasar
(Cyanophyceae), dan pucuk tanaman ganggang (Nanas dan Ruppia). Tumbuh-tumbuhan yang berbentuk
benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk
(Liviawaty, 1991). Ikan bandeng mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat aslinya ikan
bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan
mikroskopis seperti: plankton, udang renik, jasad renik, dan tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan
bandeng disesuaikan dengan ukuran mulutnya (Purnomowati, dkk., 2007).

Grafik 2

Grafik Hubungan Konsentrasi Oli Bekas dengan


Gerak Ikan Bandeng Kecil
180 166
155
143 145
Buka Tutup Overculum

160 137 136


140 119 125 122 126 129
117
120
100 115
80 101 101
60 67
40
20
0

Konsentrasi (ppm)

Grafik 3

Grafik Hubungan Konsentrasi Oli Bekas dengan


Survival Rate Ikan Bandeng
120
100 100 100 100 100 100 100
100 90
80 80 80 80
Survival rate (%)

80
60
60
40
20
0 0 0
0

Konsentrasi (ppm)

Crude Oil

Crude oil atau minyak mentah memiliki konsentrasi bahan toksik 0,5 3 ppm. Pada pengamatan
kontrol hewan uji tidak ada yang mati. Pada konsentrasi 0,5 ppm, hewan uji Daphnia sp. memiliki tingkat
mortalitas tertinggi yakni mencapai 10 ekor, kemudian diikuti konsentrasi 2 dan 2,5 ppm yang berkisar 5
ekor ikan bandeng 2 ikan besar dan 3 ikan berukuran kecil. memiliki tingkat mortalitas tertinggi pada
konsentrasi 05, ppm yakni berkisar 6 10 ekor, kemudian diikuti konsentrasi 2 ppm yang mencapai
mortalitas 5 ekor. Dari data yang dihasil kan rata-rata setiap perlakuan untuk ikan bandeng daya tahan
untuk ikan bandeng ralatif kuat karena data hasil pengamatan menunjukan bahwa ikan yang diamati
selama 7 hari bertahan hidup semua tidak ada yang mati Insang merupakan organ yang rentan terhadap
pengaruh zat kimia dan menjadi organ sasaran dari efek racun zat kimia atau toksikan. Jaringan insang
siap mengakumulasikan toksikan yang berupa minyak mentah, akibatnya residu minyak mentah pada
jaringan insang jauh lebih besar daripada residu minyak mentah pada jaringan organ yang lain.
Akumulasi minyak mentah yang cepat pada jaringan insang, berasosiasi dengan penghancuran struktur
insang dan melemahkan kemampuan respirasi serta fungsi osmoregulasi, merupakan pengaruh akut dari
toksisitas minyak mentah (Husnah, 1995). Insang berperan pada proses respirasi, keseimbangan
asambasa, regulasi ionik dan osmotik karena adanya jaringan epithelium branchial yang menjadi tempat
berlangsungnya transport aktif antara organisme dan lingkungan. Insang merupakan organ pertama
tempat penyaringan air yang masuk ke dalam tubuh ikan, oleh karenanya jika air tersebut mengandung
toksikan seperti minyak mentah akan memberikan dampak pada jaringan insang tersebut

Grafik 1

Hubungan Konsentrasi Crude Oil Dengan Survival


Rate Ikan Bandeng
120
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
Survival Rate (%)

80 80 80
80
60
60
40
40
20
0

Konsentrasi (ppm)

Grafik 2
Hubungan Konsentrasi Crude Oil Dengan
Gerak Operculum Pada Ikan Bandeng Kecil

200 162 162


Buka tutup operculum

139 148 149 153


133 133 130
150 117 120 111
106 106
93 93
100

50

Konsentrasi (ppm)

Grafik 3

Hubungan Konsentrasi Crude Oil Dengan Gerak


Operculum Pada Ikan Bandeng Besar
180 163 163 167
160 142 144 147
Buka tutup operculum

129
140 116 121 114 121
105 108
120 94 100 105
100
80
60
40
20
0

Konsentrasi (ppm)

Anda mungkin juga menyukai