Anda di halaman 1dari 11

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUD dr. Doris Sylvanus adalah rumah sakit negeri kelas B yang beralamat
di Jalan Tambun bungai No.4 Palangka Raya. Rumah sakit ini mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas dan juga menampung
pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit ini tersedia 179 tempat
tidur inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Kalimantan Tengah yang
tersedia rata-rata 62 tempat tidur inap. Selain itu, rumah sakit ini juga memiliki
jumlah dokter sebanyak 77 orang dan juga tersedia semua kategori besar dokter,
termasuk :
1. Dokter umum
2. Dokter spesialis
3. Dokter gigi
4. Dokter spesialis gigi
5. Dokter bedah
5.1.2. Hasil Analisis Univariat

1). Gambaran Pendidikan Ibu


Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan n Persen (%)

1 Dasar 34 39.1
2 Menengah 36 41.4
3 Tinggi 17 19.5
Total 87 100.0
Pendidikan responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu dasar (SD, SMP,
MTs, MI), menengah (SMK, SMA, MA.) dan tinggi (Perguruan tinggi /
Akademi). Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah responden
terbanyak yaitu responden dengan pendidikan menengah sebanyak 36 orang
(41,4%).
3). Gambaran Pendapatan Keluarga
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan
No Pendapatan n Persen (%)

1 Rendah 32 36.8
2 Tinggi 55 63.2
Total 87 100.0
Pendapatan keluarga dibagi menjadi dua kategori yaitu rendah
(<Rp.1.843.664) dan tinggi (>Rp.1.843.664). Berdasarkan tabel 5.2
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendapatan tinggi
sebanyak 55 orang (63,2%).

2). Gambaran Status Pekerjaan Ibu


Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan n Persen (%)

1 Bekerja 23 26.4
2 Tidak Bekerja 64 73.6
Total 87 100.0
Status pekerjaan ibu dibagi menjadi dua kategori yaitu bekerja dan tidak
bekerja. Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa jumlah responden
terbanyak yaitu ibu yang tidak bekerja sebanyak 64 orang (73.6%).

4). Gambaran Kejadian BBLR


Tabel 5.4 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
No Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) n Persen (%)

1 BBLR 26 29.9
2 Tidak BBLR 61 70.1
Total 87 100.0
Berat badan bayi lahir dibagi menjadi dua kategori yaitu BBLR (<2500gr)
dan tidak BBLR (>2500gr). Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa jumlah
responden terbanyak yaitu tidak bblr sebanyak 61 orang (70,1%).
5.1.3 Hasil Analisis Bivariat
Penelitian ini menguji hubungan sosial ekonomi yang berhubungan dengan
kejadian BBLR di Ruang C RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Analisis
statistik dilakukan dengan uji chi square, dengan bantuan program SPSS diperoleh
hasil sebagai berikut :
1. Hubungan pendidikan dengan bayi berat lahir rendah (BBLR)
Tabel 5.5 Hubungan pendidikan dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Pendidikan
Bayi Berat
Lahir Rendah Dasar Menengah Tinggi Total value
(BBLR) n (%) n (%) n (%) n (%)

BBLR 12 46.2 7 26.9 7 26.9 26 100.0


Tidak BBLR 22 36.1 29 47.5 10 16.4 61 100.0 0.184
Total 34 39.1 36 41.4 17 19.5 87 100.0
Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tinggi
dengan risiko BBLR sebanyak 7 orang (26,9%), tidak risiko BBLR sebanyak 10
orang (16,4%). Tingkat pendidikan menengah dengan risiko BBLR sebanyak 7
orang (26,9%), tidak risiko BBLR sebanyak 29 orang (47,5%). Sedangkan
tingkat pendidikan rendah dengan risiko BBLR sebanyak 12 orang (46,2%),
tidak risiko BBLR sebanyak 22 orang (36,1%).

2. Hubungan pendapatan dengan bayi berat lahir rendah (BBLR)


Tabel 5.6 Hubungan pendapatan dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi Berat Lahir Pendapatan
Rendah (BBLR)
Rendah Tinggi Total
n (%) n (%) n (%) value

BBLR 10 38.5 16 61.5 26 100.0

Tidak BBLR 22 36.1 39 63.9 61 100.0 0.832

Total 32 36.8 55 63.2 87 100.0

Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan bahwa hasil penelitian pendapatan


keluarga RP.1.843.664 dengan risiko BBLR pada ibu hamil yaitu sebanyak 10
orang (38,5%), tidak risiko BBLR sebanyak 22 orang (36,1%). Sedangkan
pendapatan Rp.1.843.664 dengan risiko BBLR sebanyak 16 orang (61,5%),
tidak risiko sebanyak 39 orang (63,9%).

3. Hubungan pekerjaan dengan bayi berat lahir rendah (BBLR)


Tabel 5.7 Hubungan pekerjaan dengan bayi berat lahir rendah (BBLR)
Pekerjaan
Bayi Bayi Lahir Bekerja Tidak Bekerja Total value
Rendah (BBLR) n (%) n (%) n (%)
BBLR 11 42.3 15 57.7 26 100.0
Tidak BBLR 12 19.7 49 80.3 61 100.0 0.028
Total 23 26.4 64 73.6 87 100.0
Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa hasil penelitian ibu yang tidak
bekerja dengan risiko BBLR sebanyak 15 orang (57,7%), tidak risiko 49 orang
(80,3%). Sedangkan ibu yang bekerja dengan risiko BBLR sebanyak 11 orang
(42,3%), tidak risiko sebanyak 12 orang (19.7%).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Analisis Univariat

1. Pendidikan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dengan pendidikan menengah yaitu sebanyak 36 orang (41,4%).
Terdapat teori yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan
yang mereka peroleh pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin baik pula pengetahuannya20. Selain itu, Pendidikan secara tidak
langsung akan mempengaruhi hasil suatu kehamilan khususnya terhadap
kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini dikaitkan dengan
pengetahuan ibu dalam memelihara kondisi kehamilan serta upaya
mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan7.
2. Pendapatan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dengan pendapatan tinggi sebanyak 55 orang (63,2%). Terdapat
teori yang mengatakan bahwa keluarga dengan status sosial ekonomi kurang
biasanya terdapat keterbatasan dalam pemberian makanan yang bergizi dan
dalam penyediaan makanan, sehingga sering ibu hamil yang kurang mampu
umumnya mengalami anemia. Anemia yang terjadi pada ibu hamil dapat
mengakibatkan abortus, kelahiran prematur, dan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) 17.

3. Status Pekerjaan Ibu


Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa status pekerjaan
responden sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 64 orang (73.6%).
Terdapat teori yang mengatakan bahwa status pekerjaan dapat mempengaruhi
kehamilan dan persalinan. Selain itu Pekerjaan fisik banyak dihubungkan
dengan peranan seseorang ibu yang mempunyai pekerjaan tambahan diluar
pekerjaan ibu selama kehamilan dapat menimbulkan terjadinya prematuritas
karena ibu tidak dapat beristirahat dan hal tersebut dapat mempengaruhi janin
yang sedang dikandung7.

4. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden yang melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 26
orang (29.9%) yang disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa kejadian tertinggi Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah, selain
itu wanita dengan tingkat sosial ekonomi (pekerjaan dan pendidikan) rendah
mempunyai kemungkinan 50% lebih tinggi mengalami kelahiran kurang bulan
yang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan kurang10.
5.2.2 Analisis Bivariat
1. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang terdiri dari
14 buah pertanyaan dengan cara wawancara untuk menanyakan seputar
tentang riwayat kehamilan, persalinan dan tingkat sosial ekonomi (Tingkat
Pendidikan) responden. Dari penelitian diperoleh gambaran bahwa secara
keseluruhan tingkat pendidikan dasar paling banyak melahirkan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) yaitu sebanyak 12 orang (46.2%) , ibu dengan tingkat
pendidikan menengah yang melahirkan BBLR yaitu sebanyak 7 orang (26,9%)
dan ibu dengan tingkat pendidikan tinggi yang melahirkan BBLR yaitu
sebanyak 7 orang (26,9%).
Berdasarkan hasil uji statistic chi-square menunjukkan bahwa nilai =
0.184 (>0,05), artinya penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian bayi
berat lahir rendah di Ruang C RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada
Tahun 2014. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Fitri Sondari
yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan pendidikan dengan kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)25.
Uraian diatas menunjukkan bahwa pendidikan tidak berhubungan
dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dapat terjadi
karena pada saat melakukan penelitian di dapatkan bahwa rata-rata usia ibu
yang melahirkan di Ruang C RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
berkisar antara 20-35 Tahun, dimana pada usia tersebut sudah siap secara fisik
dan mental dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Dari segi fisik,
rahim dan panggul ibu sudah tumbuh mencapai ukuran dewasa sehingga
kemungkinan akan mendapatkan kemudahan dalam proses persalinan.
Sedangkan dari segi mental, ibu sudah siap untuk menerima tugas dan
tanggung jawab sebagai orang tua sehingga sudah terampil dalam merawat diri
dan bayinya. Selain itu, usia juga mempengaruhi daya tangkap seseorang,
semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik26.
Meskipun pada teori dikatakan bahwa pendidikan secara tidak langsung akan
mempengaruhi hasil suatu kehamilan khususnya terhadap kejadian bayi
dengan berat badan lahir rendah. Ini dikaitkan dengan pengetahuan ibu dalam
memelihara kondisi kehamilan serta upaya mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan selama kehamilan7.

2. Hubungan Pendapatan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang terdiri dari
14 buah pertanyaan dengan cara wawancara untuk menanyakan seputar tentang
riwayat kehamilan, persalinan dan tingkat sosial ekonomi (Tingkat Pendapatan)
responden. Dari penelitian diperoleh gambaran bahwa secara keseluruhan ibu
yang pendapatan keluarga tinggi paling banyak melahirkan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) yaitu sebanyak 16 orang (61.5%) dan ibu yang pendapatan
keluarga rendah melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu sebanyak
10 orang (38.5%).
Berdasarkan hasil uji statistic chi square menunjukkan bahwa = 0.832
(>0,05), artinya penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa tidak terdapat
hubunggan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan kejadian BBLR
di Ruang C RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada Tahun 2014. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Misna Takziah yang menunjukkan
bahwa pendapatan keluarga tidak berhubungan dengan kejadian BBLR ( =
2,275)22.
Uraian diatas menunjukkan bahwa pendapatan tidak berhubungan dengan
kejadian BBLR, dimana ibu dengan pendapatan keluarga yang tinggi masih
banyak melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dibandingkan dengan ibu
yang pendapatan keluarganya rendah. Hal ini dapat terjadi karena masih banyak
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), seperti kelahiran prematur, karakterisrik ibu (Usia ibu, Paritas dan
Jarak kelahiran), kadar HB ibu pada saat kehamilan dan status Ante Natal Care
(ANC) yang tidak rutin. Meskipun pada teori dikatakan bahwa pendapatan
keluarga sangat menentukan besar kecilnya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-
hari dalam keluarga, baik kebutuhan kesehatan maupun kebutuhan penunjang
lainnya. Pendapatan rendah akan memberikan pengaruh dan dampak yang besar
dalam pencapaian dan pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga, begitupula
sebaliknya. Hal ini memberikan gambaran bahwa pendapatan keluarga memberi
pengaruh yang sangat besar dalam peningkatan pada berbagai faktor penunjang
untuk kehidupan manusia dalam keluarga, salah satunya yaitu faktor
kesehatan18. Selain itu juga dikatakan bahwa Keluarga dengan status sosial
ekonomi kurang biasanya terdapat keterbatasan dalam pemberian makanan yang
bergizi dan dalam penyediaan makanan, sehingga sering ibu hamil yang kurang
mampu umumnya mengalami anemia. Anemia yang terjadi pada ibu hamil
dapat mengakibatkan abortus, kelahiran prematur, dan BBLR17.

3. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang terdiri dari
14 buah pertanyaan dengan cara wawancara untuk menanyakan seputar tentang
riwayat kehamilan, persalinan dan tingkat sosial ekonomi (Status Pekerjaan)
responden. Dari penelitian diperoleh gambaran bahwa secara keseluruhan ibu
yang tidak bekerja paling banyak melahirkan BBLR yaitu sebanyak 15 orang
(57.7%) dan ibu yang bekerja melahirkan BBLR yaitu sebanyak 11 orang
(42.3%).
Berdasarkan hasil uji statistic chi-square menunjukkan bahwa = 0.028
(<0,05), artinya penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan kejadian BBLR di
Ruang C RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada Tahun 2014. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nelly Agustin Simnjuntak ( =
1,000)26 dan Ismi Trihardiani ( = 0,569)27 yang mengatakan bahwa status
pekerjaan tidak memiliki hubungan terhadap Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Uraian diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan pekerjaan dengan
kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dimana ibu yang tidak bekerja lebih
banyak melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hal ini dapat
terjadi karena pada saat penelitian didapatkan bahwa rata-rata ibu yang
melahirkan di Ruang C RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada Tahun
2014 memiliki status pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yang
mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri. Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa pekerjaan fisik banyak dihubungkan dengan peranan
seseorang ibu yang mempunyai pekerjaan tambahan diluar pekerjaan ibu selama
kehamilan dapat menimbulkan terjadinya prematuritas karena ibu tidak dapat
beristirahat dan hal tersebut dapat mempengaruhi janin yang sedang dikandung7.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Beberapa ketebatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peneliti tidak mampu untuk meneliti semua variabel yang termasuk kedalam sosial
ekonomi, sehingga peneliti hanya meneliti tiga variabel saja yaitu : tingkat
pendidikan untuk mewakili status sosial, tingkat pendapatan dan pekerjaan untuk
mewakili status ekonomi.
2. Pengumpulan data yang tidak sesuai waktu, responden tidak ada ditempat pada saat
penelitian, responden meninggal dunia, data responden tidak lengkap, responden
merasa minder dan tidak percaya diri mengikuti penelitian.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan mengenai hubungan
sosial ekonomi dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang C RSUD
dr. Doris Sylvanus PalangkaRraya Pada Tahun 2014, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Gambaran tingkat sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan dan pekerjaan) di Ruang C
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan Agustus-Oktober tahun 2014
yaitu tingkat pendidikan tinggi sebanyak 17 orang (19.5%), tingkat pendidikan
menengah sebanyak 36 orang (41.4%) dan tingkat pendidikan rendah sebanyak 34
orang (39.1%). Tingkat pendapatan rendah sebanyak 32 orang (36.8%) dan tingkat
pendapatan tinggi sebanyak 55 orang (63.2%). Status pekerjaan yaitu bekerja
sebanyak 23 orang (26.4%) dan tidak bekerja sebanyak 64 orang (73.6%).
2. Tidak ada hubungan tingkat sosial ekonomi (pendidikan ( = 0.184) dan pendapatan
( = 0,832)) dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang C RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Pada Tahun 2014. Ada hubungan tinkat sosial
ekonomi (pekerjaan ( = 0.028)) dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
di Ruang C RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Pada Tahun 2014.

6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Kepada petugas kesehatan khususnya yang bekerja di RSUD dr. Doris sylvanus
palangka raya agar lebih meningkatkan promosi dan penyuluhan kesehatan bagi ibu
hamil sehingga masyarakat mengetahui tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan
untuk mencegah terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Selain itu, juga
diharapkan untuk lebih giat lagi melakukan penyuluhan kepada ibu hamil agar secara
rutin memeriksakan kehamilannya untuk mendeteksi secara dini keadaan kesehatan
ibu dan janin dalam kandungan.
2. Diharapkan ibu berupaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dengan
cara aktif mengikuti berbagai kegiatan penyuluhan yang ada dilingkungannya
khususnya penyuluhan tentang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
3. Penelitian selanjutnya, disarankan bagi peneliti agar dapat memilih area penelitian
yang dikembangkan lebih luas dengan jumlah populasi yang lebih banyak dan dan
jumlah variabel yang diteliti juga dapat ditambah, sehingga dapat menghasilkan hasil
yang lebih akurat. Analisis data yang digunakan untuk penelitian berikutnya tidak
hanya pada analisis univariat dan bivariat saja, tetapi dapat dilakukan analisis secara
multivariat.

Anda mungkin juga menyukai