Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Penelitian ini menggunakan 72 sampel yang terdiri dari kelompok

kontrol negatif sebanyak 4 ekor cacing direndam dalam aquades, kelompok

kontrol positif sebanyak 4 ekor cacing direndam dalam larutan pyrantel

pamoat, dan 16 ekor cacing masing masing 4 ekor cacing per kelompok yang

direndam dalam infusa daun kelor. semua kelompok memiliki 3 kali replikasi.
Dari hasil pengamatan selama 6 jam didapatkan hasil yang dapat dilihat

pada table 4.1

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan selama 6 jam

Replikasi Jam ke - K- P40% P60% P80% P100% K+


I 1 0 0 0 0 1 1
2 0 0 1 1 2 3
3 0 0 2 2 2 4
4 0 1 2 2 3 4
5 1 1 3 3 4 4
6 1 2 4 4 4 4
II 1 0 0 0 0 1 3
2 0 0 0 1 3 4
3 0 0 0 1 3 4
4 0 1 1 2 3 4
5 0 1 1 3 3 4
6 0 1 2 3 4 4
III 1 0 0 0 0 2 2
2 0 0 1 2 2 3
3 0 1 1 2 2 4
4 0 1 2 3 2 4
5 1 1 2 4 3 4
6 1 2 2 4 3 4
Tabel 4.2 Rerata kematian cacing tiap kelompok per jam

Jam ke - K- P40% P60% P80% P100% K+


1 0,000 0,000 0,000 0,000 1.333 2.000
2 0,000 0,000 0.667 1.333 2.333 3.333
3 0,000 0.333 1,000 1.667 2.333 4.000
Mean
4 0,000 1,000 1.667 2.333 2.667 4.000
5 0.667 1,000 2,000 3.333 3.333 4.000
6 0.667 1.667 2.667 3.667 3.667 4.000

Berdasarkan hasil pada tabel 4.1. persentase mortalitas dalam 6 jam

dihitung dengan persamaan berikut:

jumlah cacing mati dalam 6 jam


100%
total cacing diujikan
Dari perhitungan dengan persamaan tersebut didapatkan hasil yang

dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 mortalitas cacing dalam 6 jam (%)

Replikasi K- P40% P60% P80% P100% K+


I 25 50 50 100 75 100
II 0 25 50 75 100 100
III 25 50 50 100 100 100
Mean 16.667 41.667 50 91.667 91.667 100

Hasil pengukuran rerata mortalitas cacing pada tabel 4.2 digambarkan

dalam grafik pada gambar 4.1. Grafik tersebut menyajikan rerata mortalitas

cacing pada saat perlakuan.

32
Gambar 4.1 mortalitas cacing dalam 6 jam (%)

Rerata mortalitas cacing dalam 6 jam (%)


120
100
100 91.667 91.667

80

60 50
41.667
40

16.667
20

K- P40% P60% P80% P100% K+

Berdasarkan Tabel 4.2 kemudian dilakukan uji normalitas dengan uji

Shapiro-Wilk, Hasil uji normalitas didapatkan ( p < 0.05) untuk kelompok

konsentrasi 100%, 80%, 40% dan kelompok kontrol negatif, sedangkan untuk

kelompok konsentrasi 60% dan kontrol positif tidak dapat dilakukan uji

normalitas Karena memiliki angka konstan. Hasil uji normalitas dapat dilihat

pada tabel 4.3 untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3a.

Tabel 4.3 Uji Normalitas

Shapiro-Wilk
konsentrasi
Statistic df Sig.
p_100% .750 3 .000
p_80% .750 3 .000
p_40% .750 3 .000
k_negatif .750 3 .000

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi tidak

normal, setelah dilakukan transformasi ternyata tetap tidak normal. maka

digunakan uji non parametrik Kruskal-Wallis lalu dilanjutkan dengan uji


Mann-Whitney. Selengkapnya dapat dilihat di lampiran 3b

33
Tabel 4.4. Data Hasil Uji Kruskall-Wallis

Chi-Square 15.456
Df 5
Asymp. Sig. .009

Data hasil uji Kruskall-Wallis didapat hasil nilai p < 0.05 (p = 0.009)

menunjukkan bahwa paling tidak terdapat perbedaan rerata persentase

mortalitas cacing antara dua kelompok atau lebih. Selanjutnya dilakukan uji

Mann-Whitney untuk menentukan kelompok mana yang berbeda.

Selengkapnya dapat dilihat di lampiran 3c

Tabel 4.5 Hasil Uji Mann-Whitney

Kelompok p Keterangan
K(+) dengan K100% .317 Tidak Signifikan
K(+) dengan K80% .317 Tidak Signifikan
K(+) dengan K60% .025 Signifikan
K(+) dengan K40% .034 Signifikan
K(+) dengan K(-) .034 Signifikan
K100% dengan K80% 1.000 Tidak Signifikan
K100% dengan K60% .034 Signifikan
K100% dengan K40% .043 Signifikan
K100% dengan K(-) .043 Signifikan
K80% dengan K60% .034 Signifikan
K80% dengan K40% .043 Signifikan
K80% dengan K(-) .043 Signifikan
K60% dengan K40% .317 Tidak Signifikan
K60% dengan K(-) .034 Signifikan
K40% dengan K(-) .099 Tidak Signifikan

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney terdapat perbedaan signifikan

antara kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan 40%, kelompok

kontrol positif dengan kelompok negatif, kelompok perlakuan 100% dengan


kelompok perlakuan 40%, kelompok perlakuan 100% dengan kelompok

34
kontrol negatif, kelompok perlakuan 80% dengan kelompok perlakuan 40%,

kelompok perlakuan 80% dengan kelompok kontrol negatif, kelompok

perlakuan 60% dengan kelompok kontrol negatif. Tetapi tidak terdapat

perbedaan signifikan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok

perlakuan 100%, kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan 80%,

kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan 60%, kelompok

perlakuan 100% dengan kelompok perlakuan 80%, kelompok perlakuan 100%

dengan kelompok perlakuan 60%, kelompok perlakuan 80% dengan kelompok

perlakuan 60%, kelompok perlakuan 60% dengan kelompok perlakuan 40%,


kelompok perlakuan 40% dengan kelompok kontrol negatif.

Dari hasil pengamatan pada lampiran 2 selanjutnya dilakukan analisis

probit untuk mengetahui nilai LC50 infusa daun kelor. Hasil analisis dapat di

lihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Hasil analisis probit LC50 infusa daun kelor.

Interval keyakinan 95%


Probabilitas untuk probit
Perkiraan (%)
Probit
LC20 12,3
LC25 18,9
LC30 24,9
LC35 30,4
LC40 35,6
LC45 40,6
LC50 45,6

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa infusa daun kelor

memiliki LC50 pada konsentrasi 45,6%.

4.2. Pembahasan

35
Hasil uji Mann-Whitney pada penelitian ini menunjukkan bahwa rerata

mortalitas cacing Ascaridia galli kelompok perlakuan (infusa daun kelor

dengan konsentrasi 40%) dan kelompok kontrol negatif (aquades)

mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol positif

(larutan pirantel pamoat 0.2%), tetapi kelompok perlakuan (infusa daun kelor

dengan konsentrasi 40%) dengan kelompok kontrol negatif (aquades) tidak

mempunyai perbedaan yang signifikan.

Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa waktu kematian cacing

Ascaridia galli yang direndam dalam kelompok perlakuan (infusa daun kelor

dengan konsentrasi 40%) dan kelompok kontrol negatif (aquades)

mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap kelompok perlakuan (infusa

daun kelor dengan konsentrasi 100%), kelompok perlakuan (infusa daun

kelor dengan konsentrasi 40%) dan kelompok kontrol negatif (aquades)

mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap kelompok perlakuan (infusa

daun kelor dengan konsentrasi 80%), kelompok perlakuan (infusa daun kelor

dengan konsentrasi 60%) dengan kelompok kontrol negatif (aquades)

mempunyai perbedaan yang signifikan pula dilihat dari hasil uji statistik nilai

p < 0.05. Berdasarkan hasil tersebut, perbedaan yang signifikan dihasilkan

oleh larutan daun kelor antara konsentrasi tinggi dengan konsentrasi rendah

dan konsentrasi selanjutnya menunjukkan tidak adanya pebedaan yang

signifikan kemungkinan karena rentan konsentrasi yang kurang tinggi. Hal

ini sesuai dengan teori bahwa daun kelor positif mengandung semua senyawa

metabolit sekunder yang diujikan diantaranya flavonoid, alkaloid, steroid,

tanin, saponin, antrakuinon dan terpenoid.Adanya kandungan senyawa

36
senyawa metabolit tersebut menyebabkan daun kelor dikenal sebagai

tanaman obat yang berkhasiat saat ini.Senyawa metabolit sekunder yang

terdapat pada daun kelor meliputi fenol dan senyawa fenolik, alkaloid, dan

minyak atsiri memiliki sifat antibakteri (Rohyani I.S. et.al, 2015). Sementara

itu kelompok kontrol positif (larutan pirantel pamoat 0.2%) juga mempunyai

perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol negatif, hal tersebut

sesuai teori bahwa Pirantel pamoat merupakan turunan tetrahydropyrimidine

yang berkhasiat sebagai antelmintik dan sangat efektif untuk pengobatan

infeksi yang disebabkan oleh satu jenis cacing atau lebih di usus, beberapa

diantaranya adalah cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma

duodenale), cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing kremi (Enterobius

vermicularis), serta cacing Trichostrongylus colubriformis dan

Trichostrongylus orientalis. Mekanisme kerja dari pyrantel pamoat yaitu

dengan mengganggu hubungan neuromuskuler. Hal ini akan menyebabkan

spasmus dan pengerutan otot cacing, sehingga cacing mudah dikeluarkan oleh

gerakan usus. Obat ini bekerja dengan cara menimbulkan depolarisasi pada

otot cacing sehingga terjadi pelepasan asetilkolin dan penghambatan

kolinestrese. Hal ini menyebabkan pelumpuhan cacing cacing, yang diikuti

dengan pembuangan dari saluran intestinal manusia (Katzung, 2004).

Efektivitas daun kelor ditunjukkan pada LC50 dengan konsentrasi

45,6%. Hal ini menunjukkan bahwa infusa daun kelor mampu membunuh

50% cacing Ascaridia galli pada konsentrasi 45,6%. Efek antihelmintik dari

Infusa daun kelor disebabkan karena adanya senyawa aktif yang terkandung

didalamnya. Daun kelor diketahui mengandung tanin dan saponin, Alkaloid

37
tanin mempunyai sifat vermifuga dengan cara merusak protein tubuh cacing

(Harvey dan John,2005) dan senyawa saponin mempunyai efek menghambat

kerja enzim khemotripsin, asetilkolinesterase dan proteinase. Senyawa aktif

saponin yang menghambat kerja asetilkolinesterase akan menyebabkan

paralisis spastik otot yang akhirnya dapat menimbulkan kematian (Harborne,

1987).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infusa

daun kelor (Moringa oleifera) memiliki daya antihelmintik terhadap cacing

Ascaridia galli secara in vitro dengan LC50 pada konsentrasi 45,6%. Hasilnya

mendekati dan hampir sama dengan efek antihelmintik pirantel pamoat

sebagai obat antihelmintik yang merupakan drug of choice untuk askariasis.

5.2. Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai efek antihelmintik daun

kelor (Moringa oleifera) terhadap Ascaridia galli secara in vitro dengan

penggunaan metode pengolahan sediaan yang lebih baik seperti metode

38
ekstraksi. Ekstraksi yaitu proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair, sedangkan

infusa masih mengandung bahan lain di samping bahan aktif antihelmintik

dan kadar antihelmintiknya tentu lebih rendah jika dibandingkan dalam

bentuk ekstrak. Apabila bahan aktif antihelmintiknya dipisahkan,

kemungkinan daya antihelmintiknya lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Arselyani, E.M. 2002. Daya Antihelmintik Infusa Daun Sirsak (Annona muricata
L.) terhadao Ascaridia galli secara In Vitro.Skripsi.Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Asada,K.,1992, Ascorbate Peroxidase Hydrogen Peroxyde scavenging Enzymein


Plants. Dalam:PhysiologiaPlantarum.85:23241

Asih Astri, 2014, Anthelmintik Infusa Daun Andong (Cordline Fruticosa) Terhadap
Ascaridia Galli Secara In Vitro, SKRIPSI, Fakultas Teknobiologi Universitas
Atma Jaya, Yogyakarta.

Bagiada,N.A., 2001. Proses Penuaan dan Penanggulangannya, Fakultas


Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Hal: 22.

Bejma,J.,RamiresP.,JiL.L.,2000, FreeRadical Generation Andoxidative Stress


With Aging and Exercise: Differential Effects in the Myocardium and Liver.
ActaPhysiolScand.169:34351.

BellevilleNabet,F., 1996, Gizi Antioksidan Penangkal Senyawa Radikal Pangan


dalam Sistem Biologis. Dalam :Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan
Sistem Pangan: Reaksi BIOMOLEKULAR, Dampak terhadap Kesehatan
dan Penangkalan, CFNSIPB dan Kedutaan Besar PerancisJakarta.

Bennett RN, Mellon FA, Foidl N, et.al., 2003. Profiling glucosinolates and
phenolics in vegetative and reproductive tissues of the multi purpose trees
Moringa oleifera L (Horseradish tree) and Noringa stenopetala L. J Agric
Food Chem 51(12): 3546-3553.

39
Bono,A.,PraveenK.R., 2007, Antioxidant Activity,Total Phenolicand Flavonoid
Conten Of Morinda Citrifolia Furits Extrac from Various Extraction
Processes, Journal of Engineering Science and Technology School of
Engineering, Taylors University College Vol.2,No.1. Hal :7080.

Cook GC, Zumla AI., 2008,Mansons Tropical Diseases, 22nd Edition, Saunders
Ltd.

Dahlan, M. Sopiyudin, 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba


Medika, Jakarta.

Dahot MU., 1998,Antimicrobial activity of Small Protein of Moringa oleifera


Leaves. J Islam Acad Sci 11 (1): 27-32.

Dalimartha, S., 2006,Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Puspa Swara, Jakarta.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 2005, Farmakope Indonesia,


Edisi keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Doerge F., 1982, Buku Teks Wilson Dan Gisvold Kimia Farmasi Dan Medicinal
Organic, Institute Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Press, Semarang.

Endrawati S., dan Saputri W.A., 2015,Uji Daya Antelmintik Ekstrak Perasan dan
Infusa Daun Srikaya (Annona squamosa L.) Terhadap Cacing Gelang Ayam
(Ascaridia galli) Secara In Vitro, Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Cenderawasih, Papua.

Ganiswarna S.G., 2003,Farmakologi dan terapi. Edisi 4.Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Gunawan, F. 2007. Uji Efektivitas Daya Antihelmintik Perasan Buah Segar dan
Infus Daun Mengkudu (Morinda citrifolia )terhadapAscaridia galli secara
In Vitro. Semarang : FK Undip.

Haris M., 2011, Penentuan Kadar Flavanoid Total Dan Aktivitas Antioksidan Dari
Daun Dewa (Gynura pseudochina) Dengan Spektrofotometer UVVisibel,
SKRIPSI, Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang

Kendyartanto Rony, 2008, Uji Daya Anthelmintik Infus Daun dan Infus Biji Pare
(Momordica Charantia) Terhadap Cacing Gelang Ayam (Ascaridia Galli)
Secara In Vitro, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, KTI,
Semarang.

Kim MK, Pyo K.H., Hwang Y.S., et al., 2012, Effect of Temperature on
Embryonation of Ascaris suum Eggs in an Environmental Chamber. Korean
J Parasitol.

Kumar V., Zulfikar A.B., Dinesh K., et al., 2012, Evaluation Of Anti

40
Inflammatory Potential of Petal Extracts Of Crocus Sativus Cashmerinus,
International Journal Of Phytopharmacology, 3 (1). Hal : 27 31.

Kusumawati, D., 2004, Bersahabat Dengan Hewan Coba, UGM Press,


Yogyakarta.

Luqman S., Suchita S., Ritesh K., et.al., 2012, Experimental Assesment of Moringa
Oleifera Leaf and Fruit for Its Antistress, Antioxidant, and Scavenging
Potential Using In Vitro and In Vivo Assays, Hindawi Publishing Corporation
Evidence Based Complementary and Alternatice Medicine, Page : 1 12.

Makkar H.P.S., Becker K., 1996, Nutritional value and antinutritional components
of whole and ethanol extracted Moringa oleifera leaves. Ani Feed
SciTechnol 63 (14): 2124.

Meitzer L.S., Martin LP., 2000. Effectivenes of a Moringa Seed Ekstract in


Treating a Skin Infectio, Amaranth to Zai Holes, ECHO, USA.

Notoatmodjo, S. 2012,Metodologi Penelitian Kesehatan,Ed. 2, PT. RinekaCipta,


Jakarta.

Nugroho, 1989, Penyakit Ayam di Indonesia Jilid II: Eka Offset, Semarang, Hal :
4652.

Oduro W., Ellis O, Owusu D., 2008, Nutritional Potential of Two Leafy
Vegetables: Moringa oleifera and Ipomoea batatas Leaves. Sci Res Essay 3
(2): 5760.

Peng W.,Zhou X., Gasser R.B., 2003, Profil Ascaris telur dalam kotoran
manusia.Implikasi biologis dan epidemiologi Parasitologi.

Pourmourad F, Hosseinimehr SJ, Shahabimajd N. 2006. Antioxidant Activity,


Phenol And Flavonoid Contents Of Some Selected Iranian Medicinal Plants.
African journal of Biotechnology 5(11): 1142-1145.

Robinson T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah: K.


Padmawinata. Edisi IV. Bandung: ITB Press.

Rony, K. 2008. Uji daya antelmintik infus daun dan infus biji pare (Momordica
charantia) terhadap cacing gelang ayam (Ascaridia galli) secara in vitro.
[KTI]. Universitas Diponegoro, Semarang.

Santoso B.H., 2008, Ragam danKhasiat Tanaman Obat,Agro Media Pustaka,


Jakarta.

Sitorus, M. et al.,2007, Cegah Malnutrisi dengan Kelor . Jakarta : Kanisius

Suhartono E., Fachir H.,SetiawanB., 2007, Kapita Sketsa Biokimia Stres Oksidatif
Dasar dan Penyakit. Universitas LambungMangkurat, Pustaka Benua,

41
Banjarmasin.

Tan, H. T., & K. Rahardja. (2008). Obat-obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia.

While Gopalan, et.all., 2010,Kandungan Asam Amino dalam Satuan Gram N


(Nitrogen), Tabel ini dikonversi ke mg per 100 gram Daun untuk
memudahkan. Sumber: (Hakim Bey, All Things Moringa, 2010 dalam
:http://kelorina.com/-ebook.pdf

WienW.,Pudjiastuti, 2009, Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Litbang


Depkes RI. ISSN14122855 Vol. 7 Juli 2009.

World Health Organization (WHO), 2009, Eliminating Soil Transmitted


Helminthiasies As A Public Health Problem In Children.

LAMPIRAN 1

SURAT PERMOHONAN PENELITIAN DAN ETHICAL CLEARENCE

42
LAMPIRAN 2

SURAT PENELITIAN DAN KETERANGAN HASIL PENELITIAN

43
LAMPIRAN 3

HASIL UJI NORMALITAS, KRUSKAL-WALLIS DAN MANN-WHITNEY

a. Uji Normalitas

b. Uji Krukal-Wallis

44
c. Uji Mann-Whitney

45
46
47
48
49
50
51
52
53
LAMPIRAN 4

ANALISIS PROBIT

a. Goodness of fit test dan Parameter Estimates

54
b. Probability (menentukan LC50)

55

Anda mungkin juga menyukai