Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PENGERTIAN DAN TAHAPAN KEGIATAN PENAMBANGAN PADA


TAMBANG TERBUKA

2.1 Tambang Terbuka


Yang dimaksud dengan tambang terbuka ialah metoda penambangan yang
segala kegiatan atau aktivitas penambangannya diatas atau relatif dekat dengan
permukaan bumi, dan tempat kerjanya langsung dengan udara luar.
1. Keuntungan Tambang Terbuka
Ongkos penambangan per ton atau per BCM bijih lebih murah karena
tidak perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan penerangan.
Kondisi kerjanya lebih baik, karena berhubungan langsung dengan udara
luar dan sinar matahari.
Penggunaan alat alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebih leluasa ,
sehingga produksi bisa lebih besar.
Pemakaian bahan peladak lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih baik,
dikarenakan adanya bidang bidang bebas (free face) yang lebih banyak,
serta gas gas beracun yang ditimbulkan oleh peledakan dapat dihembus
angin dengan cepat.
Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena btas endapan
dapat dilihat dengan lebih jelas.
Relatif lebih aman, karena bahaya yang mungkin timbul terutama akibat
kelongsoran.
Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade control) lebih mudah.

2. Kerugian Tambang Terbuka


Para pekerja langsung dipengaruhi oleh keadaan cuaca, dimana hujan yang
lebat atau suhu yang tinggi mengakibatkan efisiensi kerja menurun.
Kedalamana penggalian terbatas, karena semakin dalampenggalian akan
semakin banyak tanah penutup yang harus digali.

5
Timbul masalah dalam mencari tempat pembuangan tanah penutup yang
jumlahnya cukup banyak
Alat alat mekanis letaknya tersebar.
Pencemaran lingkungan hidup relatif lebih besar

(Sumber : Saptono, 2006, Teknik Peledakan)


Gambar 2.1 Proses Pecahnya Batuan Akibat Peledakan

3. Tahap Pecahnya Batuan (proses pemecahan batuan tingkat akhir)

6
Karena pengaruh tekanan dan temperatur gas yang tinggi maka retakan
lingkar yang terjadi pada proses awal akan meluas secara cepat yang diakibatkan
oleh kombinasi efek oleh kekuatan gelombang tarik dan tekanan lingkar. Massa
batuan yang ada di lubang tembak akan terdorong oleh terlepasnya kekuatan
gelombang tarik dan tekanan lingkar. Masa batuan yang ada di depan lubang
tembak akan terdorong oleh terlepasnya kekuatan gelombang tekan yang tinggi
dari dalam lubang tembak akan melanjutkan pemecahan hasil yang telah terjadi
pada proses pemecahan tingkat II, sehingga pemecahan batuan yang sebenarnya
akan terjadi. Rekahan hasil dalam pemecahan tingkat II menyebabkan bidang-
bidang lemah untuk memulai reaksi-reaksi fragmentasi utama pada proses
peledakan.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peledakan


Dalam kegiatan pemboran dan peledakan ada beberapa faktor yang akan
mempengaruhi hasil peledakan, faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu
faktor tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan :

2.2.1 Faktor-Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan


Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah faktor-faktor yang
tidak dapat dikendalikan oleh kemampuan manusia. Hal ini disebabkan karena
prosesnya terjadi secara alamiah, faktor-faktor tersebut ini adalah :

1. Sifat-Sifat Batuan
Dalam kegiatan pemboran dan peledakan karakteristik masa batuan yan
perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan fragmentasi batuan yaitu kekerasan
batuan, kekuatan batuan, elastisitas batuan, abrasivitas batuan, dan kecepatan
perambatan gelombang pada batuan, serta kuat tekan dan kuat tarik batuan yang
akan diledakkan. Semakin tinggi tingkat kekerasan batuan, maka akan semakina
sukar batuan tersebut untuk dihancurkan (Tabel 2.1), demikian juga dengan
batuan yang memiliki kerapatan tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena semakin

7
berat massa suatu batuan, maka bahan peledak yang dibutuhkan untuk
membongkar batuan akan semakin banyak.

Tabel 2.1 Hubungan Antara Kekerasan Batuan dan Kuat Tekan Uniaksial

Kuat Tekan Uniaksial


Kekerasan Kekerasan (skala mohs)
(Mpa)
Sangat Keras >7 >200
Keras 67 120 200
Agak Keras 4,5 6 60 120
Agak Lunak 3 4,5 30 60
Lunak 23 10 30
Sangat Lunak 12 <10
(Sumber : Saptono, 2006, Teknik Peledakan)

Elastisitas batuan adalah sifat yang dimiliki batuan untuk kembali ke


bentuk semula setelah gaya yang diberikan kepada batu an tersebut dihilangkan.
Secara umum batuan memiliki sifat elastis fragile yaitu batuan dapat dihancurkan
apabila mengalami regangan yang melewati batas elastisitasnya. Abrasivitas
batuan merupakan suatu parameter batuan yang mempengaruhi keausan (umur)
dari mata bor yang digunakan untuk melakukan pemboran pada batuan tersebut.
Abrasivitas batuan tergantung pada mineral penyusun batuan tersebut. Semakin
keras mineral penyusun batuan tersebut maka tingkat abrasivitas batuannya akan
semakin tinggi pula.
Kecepatan pengendapan batuan pada tiap batuan berbeda. Batuan yang
keras mempunya kecepatan perambatan gelombang yang tinggi, secara teoritis
batuan yang memiliki kecepatan gelombang yang tinggi akan hancur apabila
diledakkan mengunakan bahan peledak yang memiliki kecepatan detonasi yang
tinggi pula. Sifat kuat tekan dan kuat tarik batuan juga digunakan dalam
penggolongan terhadap mudah atau tidaknya batuan untuk dibongkar. Batuan
akan hancur atau lepas dari batuan induknya apabila bahan peledak yan digunakan
memiliki kuat tekan yang lebih besar dari pada kuat tarik batuan itu.
2. Struktur Geologi

8
Struktur geologi yang berpengaruh pada kegiatan peledakan adalah
struktur rekahan (kekar) dan struktur perlapisan batuan. Kekar merupakan
rekahan-rekahan dalam batuan yang terjadi karena tekanan atau tarikan yang
disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja dalam kerak bumi atau pengurangan atau
bahkan kehilangan tekanan dimana pergeseran dianggap sama sekali tidak ada.
Dengan adanya struktur rekahan ini maka energi gelombang tekan dari bahan
peledak akan mengalami penurunan yang disebabkan adanya gas-gas hasil reaksi
peledakan yang menerobos melalui rekahan, sehingga mengakibatkan penuruanan
daya tekan terhadap batuan yang akan diledakan. Penurunan daya tekan ini akan
berdampak terhadap batuan yang diledakan, sehingga bisa mengakibatkan
terjadinya bongkahan pada batuan hasil peledakan bahkan batuan hanya
mengalami keretakan.
Struktur pelapisan juga mempengaruhi hasil peledakan. Apabila lubang
tembak yang dibuat berlawanan dengan arah peledakan, maka akan menghasilkan
fragmentasi yang lebih seragan dan kestabilan lereng yang lebih baik bila
dibandingkan dengan lubang tembak yang dibuat searah dengan perlapisan
(gambar 2.2). Secara teoritis bila lubang tembak arahnya berlawanan dengan arah
kemiringan bidang perlapisan, maka pada posisi demikian kemungkinan terjadi
backbreak akan sedikit, lantai jenjang tidak rata, tetapi fragmentasi hasil
peledakan akan seragam dan arah lemparan batuan tidak terlalu jauh. Sedang jika
arah lubang tembak searah dengan arah kemiringan bidang perlapisan, maka
kemungkinan yan terjadi adalah timbul backbreak lebih besar, lantai jenjang rata,
fragmentasi batuan tidak seragam dan batu akan terlempar jauh serta
kemungkinan terhadap terjadinya longsoran akan lebih besar

9
(Sumber : Konya, 1995, Blast Design)
Gambar 2.2 Arah pemboran pada bidang perlapisan

3. Pengaruh Air Tanah


Kondisi air tanah sangat mempengaruhi proses peledakan, adanya air
menyebabkan bahan peledak harus mengubah air disekitarnya menjadi uap air
selama proses detonasi. Jika kandungan air tanah pada suatu daerah blok
peledakan sangat tinggi, bahan peledak (ANFO) kemungkinan tidak akan meledak
atau rusak dan akan terjadi misfire. Untuk mengatasi hal ini bahan peledak perlu
dibungkus dengan bahan yang tahan air sebelum dimasukkan ke lubang ledak atau
jika lubang ledak sudah terisi air maka air dikeluarkan dengan udara bertekanan
tinggi dari kompresor.
Selain dengan membungkus bahan peledak ANFO dengan kantong plastik,
masalah air dalam lubang ledak juga dapat diatasi dengan mengganti bahan
peledak ANFO dengan HANFO (heavy ANFO) yaitu campuran antara ANFO
dengan emulsi dengan perbandingan tertentu.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Dapat Dikendalikan


Faktor-faktor yang dapat dikendalikan adalah faktor-faktor yang dapat
dikendalikan oleh kemampuan manusia dalam merancang suatu peledakan untuk
memperoleh hasil peledakan yang diharapkan. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah :

1. Kemiringan Lubang Tembak

10
Kemiringan lubang ledak secara teoritis ada dua, yaitu lubang ledak tegak
dan lubang ledak miring (gambar 2.3). Pada peledakan jenjang posisi dari suatu
lubang ledak dapat memberikan keuntungan maupun kerugian dalam memperoleh
hasil peledakan yang baik. Dalam upaya menghasilkan fragmentasi batuan yang
diinginkan serta mengurangi terjadinya bahaya flyrock akibat sampingan dari
proses peledakan, maka terlebih dahulu ditinjau pemakaian arah lubang bor
tersebut.
Adapun keuntungan dan kerugian dari masing-masing lubang adalah :
Keuntungan dari pengunaan sistem pemboran miring adalah :
a. Fragmentasi dari tumpukan hasil peledakan yang dihasilkan lebih baik,
ukuran burden sepanjang lubang yang dihasilkan relatif seragam.
b. Jenjang yang dihasilakan relatif lebih rata
c. Powder factor yang digunakan untuk menghantarkan gelombang kejut
pada lantai jenjang lebih efisien.
d. Mengurangi terjadinya pecah berlebihan (backbreak) dan menjadikan
lantai jejang lebih rata
e. Kecil kemungkinan misfire (gagal ledak) yang disebabkan cutoff dari
perpindahan Burden.
f. Produktivitas alat muat lebih tinggi karena hasil tumpukan yang lebih
baik.
Kerugian lubang tembak miring adalah sebagai berikut :
a. Lubang ledak relatif lebih panjang sehingga membutuhkan waktu
pemboran yang lebih lama.
b. Pada pemboran lubang ledak dalam, sudut yang terbentuk akan semakin
besar
c. Mengalami kesulitan dalam penempatan alat bor
d. Dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat
e. Kemungkinan terjadinya lemparan batu (flyrock) lebih besar

11
(Sumber : McGregor, 1967, The Drilling of Rock)
Gambar 2.3 Pemboran Lubang Tembak Tegak (a) dan Miring (b)

Menurut Mc. Gregor (1967) bahwa kemiringan lubagn ledak antara 10-
20 terhadap bidang vertikal yang biasanya digunakan pada tambang terbuka telah
memberikan hasil yang baik.
Keuntungan lubang ledak tegak adalah sebagai berikut :
a. Kemungkinan terjadinya lemparan batu (flyrock) lebih sedikit
b. Untuk tinggi jenjang yang sama panjang lubang ledak lebih pendek jika
dibandingkan dengan lubang ledak miring
c. Pemboran dapat dilakukan dengan lebih akurat
Kerugian lubang ledak tegak, sebagai berikut :
a. Fragmen batuan yang dihasilkan kurang bagus terutama di bagian
steamming
b. Menimbulkan tonjolan-tonjolan pada lantai jenjang (toe)
c. Dapat menyebabkan rekahan ke belakang jenjang (backbreak) dan getaran
tanah.
Pada peledakan dengan lubang tembak yang dibuat tegak pada bagian
lantai jenjang akan menerima gelombang tekan yang besar, sehingga
menimbulkan tonjolan (toe) pada lantai jenjang. Hal ini diakibatkan gelombang
tekan sebagian akan dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi akan
diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang. Sedangkan dalam pemakaian lubang
tembak miring akan membentuk bidang bebas yang lebih luas, sehingga akan

12
mempermudah proses pecahnya batuan karena gelombang tekan yang dipantulkan
lebih besar dari gelombang tekan yang diteruskan pada lantai jenjang lebih kecil.
Pada kegiatan pemboran, waktu pemboran untuk membuat lubang tembak
tegak lebih cepat dibandingkan lubang tembak miring. Hal ini disebabkan pada
lubang tembak miring alat bor kesulitan dalam meletakkan posisi kemiringan
yang sama setiap lubangnya, sehingga sering terjadi kemiringan yang tidak sama
antar lubang-lubang tembaknya. Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan,
lubang tembak miring lebih menghasilkan fragmentasi yang lebih seragam bila
dibandingkan lubang tembak tegak. Hal ini disebabkan pada lubang tembak
miring bidang bebas yang terbentuk lebih luas dan hilangnya energi peledakan
pada lantai jenjang lebih sedikit.

2. Pola Pemboran
Pola pemboran merupakan suatu pola kegiatan pemboran dengan
menempatkan lubang-lubang tembak secara sistematis. Berdasarkan letak-letak
lubang bor, pola pemboran pada umumnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Pola pemboran sejajar (paralel pattern)
b. Pola pemboran selang-seling (staggered patern)
Pola pemboran sejajar adalah pola dengan penempatan lubang-lubang
tembak yang saling sejajar pada setiap kolomnya. Sedangkan pola pemboran
selang-seling adalah pola dengan penempatan lubang-lubang tembak secaara
selang-seling pada setiap kolomnya (gambar 2.4).
Pola pemboran sejajar merupakan pola yang lebih mudah diterapkan
dilapangan, tetapi perolehan fragmentasi batuannya kurang seragam, sedangkan
pola pemboran selang-seling lebih sulit penanganannya di lapangan namun
fragmentasi batuannya lebih baik dan seragam, hal ini disebabkan karena
distribusi energi peledakan yang dihasilkan lebih optimal bekerja dalam batuan.
(Gambar 2.5).

13
(Sumber : Modul Juru Ledak Kelas II, 2010)
Gambar 2.4 Pola Pemboran

(Sumber : Modul Juru Ledak Kelas II, 2010)


Gambar 2.5 Pengaruh Energi Peledakan Terhadap Pola Pemboran

14
3. Diameter Lubang Tembak
Ukuran diameter lubang tembak merupakan faktor yang penting dalam
merancang suatu peledakan, karena akan mempengaruhi dalam penentuan jarak
burden dan jumlah bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya. Untuk
diameter lubang tembak yang kecil, maka energi yang dihasilkan akan kecil.
Sehingga jarak antar lubang bor dan jarak ke bidang bebas haruslah kecil juga,
dengan maksud agar energi ledakan cukup kuat untuk menghancurkan batuan.
Begitu pula sebaliknya.
Pemakaina lubang bor kecil pada batuan yang banyak keker juga akan
menghasilkan fragmentasi batuan yang baik daripada lubang bor yang besar,
karena permukaan tiap-tiap kekar terdapat refleksi gelombang ledak yang
dihasilkan oleh proses peledakan atau bisa juga berfungsi sebagai bidang bebas
(free face). Diameter lubang tembak mempengaruhi terhadap tinggi jenjang.
Apabila lubang tembak berdiameter besar maka tinggi jenjang harus besar
sedangkan jika lubang tembak berdiameter kecil maka tinggi jenjang menjadi
kecil.

4. Geometri Peledakan
Geometri peledakan merupakan suatu rancangan yang diterapkan pada
suatu peledakan yang meliputi burden, spasi, stemming, subdrilling, powder
charge, tinggi jenjang dan kedalaman lubang ledak.
Dalam menghitung nilai geometri peledakan, terdapat beberapa persamaan
yang sering digunakan. Seperti persamaan menurut C.J Konya, R.L. Ash,
Anderson, ICI-Exposive dan lain-lain.

5. Waktu Tunda (tr)


Pemakaian delay detonator sebagai waktu tunda untuk peledakan secara
beruntun. Keuntungan dari peledakan dengan memakai delay detonator adalah :
Dapat menghasilkan fragmentasi yang lebih baik
Dapat mengurangi timbulnya getaran tanah

15
Dapat menyediakan bidang bebas untuk baris berikutnya.
Bila waktu tunda antar baris terlalu pendek maka beban muatan pada baris
depan menghalangi pergeseran baris berikutnya, material pada baris kedua akan
tersembur kearah vertikal dan membentuk tumpukan kemudian akan
menyebabkan backbreak pada dinding akhir jenjang. Tetapi bila waktu tundanya
terlalu lama, maka produk hasil bongkaran akan terlempar jauh kedepan serta
kemungkinan besar akan mengakibatkan flyrock. Hal ini dikarenakan tidak ada
dinding batuan sebagai penahan lemparan batuan di belakangnya.

(Sumber : Saptono, 2006, Teknik Peledakan)


Gambar 2.6 Pengaruh delay time terhadap arah lemparan batuan

(Sumber : Saptono, 2006, Teknik Peledakan)


Gambar 2.7 Pengaruh delay time terhadap kondisi tumpukan

16
Untuk menentukan interval tunda antar baris tidak kurang dari 2 ms/ft dan
tidak lebih dari 6 ms/ft dari ukuran burden. Persamaan dibawah ini dapat
digunakan untuk menentukan besarnya interval waktu antar baris.
tr = Tr x B ..................................................................................(2.12)
Keterangan :
tr = interval waktu antar baris (ms)
Tr = konstanta waktu antar baris (ada di tabel 2.7)

Tabel 2.2 Konstanta waktu antar baris


Tr Constanta (ms/m) Result
6,50 Violet, excessive air blast, backbreak etc.
High pile close to face, moderate airblast,
8,00
backbreak
Average pile height, average airblast and
11,50
backbreak
16,50 Scattered pile with minimum backbreak
(Sumber : Konya 1995, Blast Design)

6. Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang-lubang
bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara
lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini
ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang
diharapkan.
Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai
berikut (gambar 2.8)
a. Box cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak
b. Corner cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah
satu sudut dari bidang bebasnya
c. V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk huruf V.

17
(Sumber : Modul Juru Ledak Kelas II, 2010)
Gambar 2.8 Pola Peledakan Berdasarkan Arah Runtuhan Batuan

Berdasarkan urutan waktu peledakan, maka pola peledakan


diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pola peledakan serentak, yaitu pola yang menerapkan peledakan secara
serentak untuk semua lubang tembak
b. Pola peledakan beruntun yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan
dengan waktu tunda antara baris satu dengan baris lainnya.
Setiap lubang tembak yang akan diledakkan harus memiliki ruang yang
cukup ke arah bidang bebas terdekat agar energi terkonsentrasi secara maksimal
sehingga lubang tembak akan terdesak, mengembang, dan pecah. Secara teoritis,
dengan adanya tiga bidang bebas (free face) maka kuat tarik batuan akan
berkurang sehingga meningkatkan energi ledakan untuk pemecahan batuan
dengan syarat lokasi dua bidang bebasnya memiliki jarak yang sama terhadap
lubang tembak.

18
7. Arah Peledakan
Arak peledakan merupakan suatu penunjukan arah dimana terjadi
pemindahan (displacement) batuan ataupun runtuhan hasil peledakan yang
kemudian membentuk tumpukan. Dalam kegiatan peledakan arah peledakan
dipengaruhi oleh struktur batuan, posisi alat-alat dan jalan tambang serta posisi
bangunan-bangunan maupun lingkungan di sekitarnya.
Dari segi kekar batuan, maka arah peledakan yang baik untuk
menghasilkan fragmentasi batuan yang seragam yaitu arah peledakan yang
menuju sudut tumpul perpotongan antara arah umum kedua kekar utama (gambar
2.9).

(Sumber : Konya, 1990, Blast Design)


Gambar 2.9 Arah Peledakan Menuju Sudut Tumpul
Perpotongan Kekar

Apabila arah peledakan menuju sudut runcing, maka akan terjadi


penerobosan energi peledakan melalui rekahan yang ada. Hal ini mengakibatkan
terjadinya pengurangan energi ledakan untuk menghancurkan batuan dan akhirnya
terbentuk fragmentasi yang tidak seragam bahkan terjadinya bongkahan.
Sedangkan dari segi perlapisan batuan untuk mendapatkan fragmentasi batuan
yang baik maka diterapkan arah lubang tembak yang berlawanan arah dengan

19
perlapisan batuan karena energi yang digunakan untuk menghancurkan batuan
akan menekan batuan secara maksimal.

8. Sifat Bahan Peledak


Bahan peledak diartikan sebagai suatu rakitan yang trdiri dari bahan-bahan
berbentuk padat atau cair atau campuran dari keduanya, yang apabila terkena
suatu reaksi seperti panas, benturan, gesekan, dan sebagainya dapat bereaksi
dengan kecepatan tinggi, membentuk gas dan menimbulkan efek panas serta
tekanan yang sangat tinggi.
Karakteristik bahan peledak yang sangat mempengaruhi operasi peledakan
pada tambang terbuka. Sifat-sifat bahan peledak yang perlu diperhatikan sebagi
dasar dalam pemilihan bahan peledak adalah kekuatan, kecepatan detonasi,
kepekaan, bobot isi, tekanan detonasi, sifat gas beracun dan ketahanan bahan
peledak terhadap air.

a. Kekuatan (strength)
Kekuatan suatu bahan peledaka adalah ukuran yang dipergunakan untuk
mengukur energi yang terkandung pada bahan peledak dan kerja yang dapat
dilakukan oleh bahan peledak. Tes yang digunakan untuk mengukur kekuatan
adalah Ballistic Mortar Test. Kekuatan bahan peledak dapat diukur dengan 3 cara,
yaitu :
1. Weight Strength
Menyatakan dalam persen (%) berat Nitroglycerin (NG) yang terdapat
dalam Straight Nitroglycerin Dynamite, yang menghasilkan simpangan
ballastic mortar yang sama dengan bahan peledak yang diukur apabila
keduannya diledakkan pada berat yang sama.
2. Volume Strength
Menyatakan dalam persen (%) berat NG yang terdapat dalam Straigth-
NG Dynamite, yang menghasilkan simpangan ballistic mortar yang sama
dengan bahan peledak yang diukur apabila keduannya diledakkan pada
volume yang sama.

20
3. Relative Weight Strength (RWS)
Pada pengukuran berdasarkan RWS, bahan peledak standar yang
digunakan. Kekuatan dinyatakan dalam persen (%) dengan straight
nitroglycerin dynamite sebagai bahan peledak standar yang mempunyai
bobot isi (specific gravity) sebesar 1,6 dan kecepatan detonasi (VOD)
sebesar 7.700 m/s. Pada umumnya semakin besar bobot isi dan kecepatan
detonasi suatu bahan peledak maka kekuatannya juga semakin besar.

b. Kecepatan Detonasi
Kecepatan detonasi adalah kecepatan gelombang detonasi yang melalui
bahan peledak yang dinyatakan dalam meter per detik atau feet per detik.
Kecepatan detonasi suatu bahan peledak tergantung dari beberapa faktor yang
bobot isi bahan peledak, diameter bahan peledak, yang terdapat dalam bahan
peledak.
Kecepatan detonasi dapat dinyatakan dalam kondisi terkurung dan kondisi
tidak terkurung. Kecepatan detonasi terkurung adalah ukuran kecepatan detonasi
dimana gelombang merambat melalui kolom bahan peledak di dalam lubang ledak
atau ruang terkurung lainnya. Sedangkan kecepatan detonasi tidak terkurung
adalah suatu kecepatan yang menunjukan kecepatan detonasi bahan peledak
apabila bahan peledak diledakkan dalam keadaan terbuka atau tidak terkurung.
Untuk peledakan pada batuan keras dipakai bahan peledak yang mempunyai
kecepatan detonasi tinggi sedangkan pada batuan yang lunak dipakai bahan
peledak dengan kecepatan detonasi rendah.

c. Kepekaan (sensitivity)
Kepekaan adalah ukuran besarnya sifat peka bahan peledak untuk mulai
beraksi menyebabkan rekasi peledakan ke seluruh kolom isian. Penyerapaan air
dan terlapisnya kristal-kristal oleh zat lilin cenderung mengurangi kepekaan,
sedangkan peningkatan temperatu menyebabkan kepekaan. Jika diameter bahan
peledak cukup besar, maka perambatan reaksinya akan lebih mudah karena
permukaan bahan peledak lebih luas, sedangkan tingkat pengurungan cenderung

21
memusatkan tenaga reaksinya mengarah sepanjang isian dan menghindari
penyebaran tenaga reaksi.
Berbagai pengujian dapat dilakukan untuk mengetahui kepekaan suatu
bahan peledak, misalnya kepekaan terhadap gelombang ledakan dari jarak
tertentu.

d. Bobot Isi Bahan Peledak


Bobot isi bahan peledak merupakan salah satu sifat terpenting bahan
peledak yang dinyatakan dalam satuan gr/cm3. Bobot isi dapat dinyatakan dalam
beberapa cara, yaitu :
Berat jenis (SG)
Stick Count (SG), yaitu jumlah dodol ukuran standar 3,175 cm x 20,23
cm yang terdapat dalam satu doos seberat 22,68 kg
Loading Density (de), yaitu berat bahan peledak per meter panjang
isian yang dinayatakan dalam kg/m.
Pada umumnya bahan peledak mempunyai bobot isi tinggi akan
menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan yang tinggi.

e. Tekanan Detonasi
Tekanan detonasi adalah penyebaran tekanan gelombang ledakan dalam
kolom isian bahan peledak yang dinyatakan dalam kilobar (kbar). Tekanan
detonasi bahan peledak komersial antara 5-150 kbar. Tekanan akibat ledakan akan
terjadi di sekitar dinding lubang ledak kemudian tersebar ke segala arah.
Intensitasnya dipengaruhi oleh :
Jenis bahan peledak (kekuatan, bobot isi, VOD)
Tingkat/derajat pengurungan
Jumlah dan temperatur gas hasil peledakan

f. Ketahanan Terhadap Air (Resistivity)


Ketahana terhadap air suatu bahan peledak adalah kemampuan bahan
peledak tersebut untuk menahan rembesan air dalam waktu tertentu dan masih

22
dapat diledakkan dengan baik. Ketahanan ini dinyatakan dalam satuan jam. Sifat
ini sangat penting terutama sebagai parameter dalam pemilihan bahan peledak,
dalam hubungan dengan kondisi tempat kerja. Untuk sebagian jenis bahan
peledak, adanya air di dalam lubang ledak dapat menyebabkan penambahan unsur
H dan O sehingga memerlukan panas yang lebih banyak untuk menguapkan
menjadi uap air. Disamping itu air dapat melarutkan sebagian kandungan bahan
peledak sehingga menyebabkan bahan peledak rusak. Untuk sebagian besar jenis
bahan peledak, adanya air di dalam lubang ledak dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan kimia dan memperlambat pemanasan.

9. Penempatan Primer
Primer merupakan suatu rangkaian yang terdiri dari detonator dan
powergell, fungsinya sebagai pemula dan penguaat ledak yang menerima
penyalaan pertama dari blasting machine yang selanjutnya disalurkan keseluruh
kolom isian bahan peledak. Letak primer akan mempengaruhi pelemparan selama
terjadi ledakan. Letak primer secara utama ada dua, yaitu :

a. Collar Primming
Collar primming adalah penempatan perimer yang diletakkan pada bagian
atas dari kolom isian bahan peledak. Dengan cara ini gelombang detonasi yang
berasal dari primer menjalar menuju bahan peledak bagian bawah. Gelombang
tekan pertama kali mencapai bidang bebas vertikal pada titik yang dekat dengan
penyalaan, sedangkan untuk titik bawah primer akan terjadi keterlambatan
menyusul tekanan awal dari primer. Penempatan primer pada bagian atas lubang
ledak akan terlihat adanya lemparan batuan ke atas dan setelah ledakan berhenti
material menumpuk di atas jenjang. Hal ini dapat disebabkan bagian atas jenjang
yang mendapat tegangan dan dilemparkan pertama kali, sehingga kemungkinan
terjadi flyrock akan lebih besar karena bagian atas mempunyai resisten yang
lemah (gambar 2.10).

23
(Sumber : Modul Juru Ledak Kelas II, 2010)
Gambar 2.10 Mekanisme Pelemparan Batuan Pada Collar Priming

b. Bottom Primming
Bottom Primming merupakan suatu cara penempatan primer yang
diletakkan pada bagain bawah dari kolom isian bahan peledak. Gelombang ledak
pada saat terjadi ledakan akan bergerak menuju stemming. Dari pengamatan untuk
cara ini, hancuran batuan cenderung terlempar keluar dan tersebar luas pada lantai
jenjang dengan tumpukan batuan cenderung rendah. Hal ini disebabkan karena
pada bagian dasar jenjang mendapat tegangan pertama kali sehingga akan
terlempar dan tebentuk rongga di bagian dasar jenjang. Cara ini merupakan caar
paling baik untuk mengurangi adanya pelemparan batuan (gambar 2.11)

(Sumber : Modul Juru Ledak Kelas II, 2010)


Gambar 2.11 Mekanisme Pelemparan Batuan pada Bottom Primming

24
2.3 Powder Factor
Powder factor adalah suatu bilangan yang menyatakan perbandingan
antara penggunaan bahan peledak terhadap jumlah material yang diledakan atau
dibongkar dalam kg/m3. Powder Faktor (PF) menunjukan tingkat ekonomis suatu
peledakan. Nilai PF tidak boleh melebihi batasan dari perusahaan. Dimana jika
melebihi batasan maka peledakan dianggap tidak ekonomis. Maka dari itu sangat
penting untuk dipertimbangkan.

2.4 Tingkat Fragmentasi Batuan


Fragmen batuan merupakan pecahnya material dalam ukuran tertentu hasil
dari proses peledakan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap fragmen
batuan hasil peledakan adalah :
a. Struktur geologi
b. Pola pemboran dan kemiringan lubang ledak
c. Geometri peledakan dan pola peledakan
d. Penempatan primer
Fragmentasi batuan hasil peledakan merupakan salah satu petunjuk untuk
mengetahui keberhasilan dari suatu peledakan selain powder factor. Karena
apabila dalam suatu peledakan, powder factor tercapai tetapi tidak menghasilkan
ukuran fragmentasi batuan yang diinginkan, maka peledakan tersebut belum bisa
dikatakan berhasil.

25

Anda mungkin juga menyukai