Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI TETAP PADA SISWA SD NEGERI 02

BANJARSARI KECAMATAN TALUN


KABUPATEN PEKALONGAN

Lanny Sunarjo, Salikun, Puji Widia Ningrum


1,2,3
Poltekkes Kemenkes Semarang

ABSTRAK
Karies banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar. Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies
gigi pada anak-anak, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses
terjadinya karies gigi dan faktor luar yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies gigi. Penelitian
in bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab tingginya angka karies gigi tetap pada siswa di SD Negeri 02
Banjarsari Kabupaten Pekalongan.
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Case Control Study (studi kasus-
kontrol). Sampel yang digunakan berjumlah 30 responden untuk kelompok kasus dan 30 responden untuk
kelompok kontrol. Uji analisa data menggunakan odd ratio.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai odd ratio untuk masing masing variabel yaitu indeks plak
3,5, viskositas saliva 2,25, hidrasi saliva 2,154, perilaku 2,071, OHI-S 1,978, pelayanan kesehatan 1,556, dan
pH saliva 1,306. Nilai odd ratio dari setiap variabel >1 sehingga seluruh faktor klinis maupun non klinis
memiliki pengaruh terhadap karies gigi tetap. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab yang
paling dominan adalah indeks plak PHP, viskositas saliva, hidrasi saliva, perilaku dan OHI-S. Sehingga
dilakukan rencana penanggulangan masalah yaitu kegiatan promotif dan kegiatan preventif. Saran untuk orang
tua, siswa, sekolah dan tenaga pelayanan kesehatan untuk saling bekerjasama dalam menjaga kesehatan gigi
siswa.

Kata Kunci : Karies gigi tetap, siswa SDN 02 Banjarsari

ABSTRACT
Caries are often found in children of elementary school. Many factors can lead to dental caries in
children, including the factor in the mouth that are directly related to the occurrence of dental caries and external
factors that relate indirectly to the occurrence of dental caries. In research aims to determine the cause of the
high rate of dental caries remain on the students at SDN 02 Banjarsari Pekalongan.
This research use quantitative descriptive method. This research design used Case Control Study. The
sample was 30 respondents for the case group and 30 respondents to the control group. Test data analysis using
odds ratios.
The results of this study showed that the odds ratio value for each variable that plaque index of 3.5,
viscosity of 2.25 saliva, saliva hydration 2.154, 2.071 behaviors, OHI-S 1.978, 1.556 health services, and the pH
of saliva 1,306. The value of each variable odd ratio > 1 so that all clinical and non-clinical factors have an
influence on permanent dental caries. Conclusion of this study showed that the most dominant factors is PHP
plaque index, viscosity of saliva, saliva hydration, behavioral and OHI-S. So do plans the problem with
promotional activities and preventive activities. Suggestion for parents, respondents, school and medical service
to make accupation to keep the teeth healthy.

Keywords: Causative factor, Permanent dental caries, students of SDN 02 Banjarsari


1)
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Semarang
2.3)
Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang
Korespondensi : pujiwidianingrum@gmail.com

22
Lanny Sunarjo,et al./Journal ARSA (Actual Research Science Academic) 2016 November; 1(1): 22-28 ISSN 2548-3986

PENDAHULUAN
Karies adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kerja mikroorganisme pada
karbohidrat yang dapat diragikan. Karies ditandai oleh adanya demineralisasi mineral-mineral email dan dentin,
diikuti oleh kerusakan bahan-bahan organiknya. Ketika makin mendekati pulpa, karies menimbulkan
perubahan-perubahan dalam bentuk dentin reaksioner dan pulpitis (mungkin disertai rasa nyeri) dan bisa
berakibat terjadinya invasi bakteri dan kematian pulpa. Jaringan pulpa yang mati terinfeksi ini selanjutnya akan
menyebabkan perubahan di jaringan periapeks (Pickard, 2002).
Karies banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar.Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies
gigi pada anak-anak, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses
terjadinya karies gigi, antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi-geligi di rahang, derajat keasaman
saliva, kebersihan mulut yang berhubungan waktu dan tehnik menggosok gigi (Sundoro, 2007). Selain itu
menurut H. L. Bloom terdapat faktor luar sebagai yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies
gigi antara lain faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan (Notoatmodjo, 2003).
Tujuan penelitian ingin mengetahui faktor penyebab tingginya angka karies gigi tetap pada siswa di SD
Negeri 02 Banjarsari Kabupaten Pekalongan.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, merupakan metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi tentang suatu masalah
kesehatan (Notoatmodjo, 2010).Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Case Control
Study (studi kasus-kontrol). Pada desain case control study, observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas
dan tergantung tidak dilakukan satu waktu melainkan variabel tergantung (efek) dilakukan pengukuran terlebih
dahulu baru menurut ke belakang untuk mengukur variabel bebas (faktor resiko).
Teknik pengambilan sampel menurut Gay dan Diehl (1992), pengambilan sampel dalam penelitian
deskriptif minimal 10% populasi dan untuk populasi yang relatif kecil minimal 20%. Sehingga jumlah sampel
yang akan dilakukan penelitian sejumlah 30% dari populasi yaitu 30 siswa SDN 02 Banjarsari.
Data hasil penelitian ini disajikan secara deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan hasil penelitian ke
dalam tabel. Adapun untuk mengetahui penyebab terjadinya karies gigi tetap menggunakan odds ratio.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian Faktor-faktor terjadinya Angka Karies Gigi Tetap Pada Siswa SDN 02
Banjarsasai Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan didapatkan hasil uji dengan menggunakan odds ratio
yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi hasil uji odds ratio
Variabel Pengaruh Nilai odd ratio Interpretasi
Indeks Plak PHP 3,5 Resiko
Hidrasi Saliva 2,154 Resiko
Faktor Klinis Viskositas Saliva 2,25 Resiko
pH Saliva 1,306 Resiko
OHI-S 1,978 Resiko
Lingkungan 1,25 Resiko
Perilaku 2,071 Resiko
Faktor Nonklinis
Pelayanan Kesehatan 1,556 Resiko
Keturunan 1,818 Resiko
Berdasarkan tabel 1, dapat disimpulkan bahwa faktor klinis penyebab karies gigi tetap merupakan
faktor resiko karies gigi tetap.Selain hasil pemeriksaan faktor klinis, didapatkan juga hasil pengujian odd ratio
faktor non klinis.Untuk data non klinis dapat disimpulkan bahwa semua variabel non klinis beresiko untuk
terjadi karies gigi tetap.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor penyebab tingginya angka karies gigi tetap pada siswa
SDN 02 Banjarsari Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan, setelah dilakukan analisis pengujian odd ratio
maka didapatkan penyebab terjadinya karies gigi sesuai dengan yang paling beresiko yaitu sebagai berikut:

1. Indeks Plak PHP


Indeksi plak PHP berpengaruh sebagai faktor klinis penyebab karies gigi tetap. Berdasarkan hasil
penelitian, pada kelompok responden yang mempunyai karies gigi tetap diketahui bahwa dari 30 responden
diperoleh nilai rata-rata indeks plak sebesar 2,96. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 6,7% responden
diantaranya memiliki nilai indeks plak dengan kategori baik dan 93,3% lainnya memiliki indeks plak
dengan kategori buruk.Sedangkan pada kelompok responden yang tidak mempunyai karies gigi tetap
sebesar 20% responden memiliki nilai indeks plak sudah dalam kategori baik.Hal ini dikarenakan
kelompok responden yang tidak mempunyai karies gigi tetap rajin menyikat gigi setiap hari sehingga
indeks plak dapat diminimalisir.

23
Lanny Sunarjo,et al./Journal ARSA (Actual Research Science Academic) 2016 November; 1(1): 22-28 ISSN 2548-3986

Tingginya indeks plak pada permukaan gigi disebabkan karena kebiasaan responden yang suka
mengonsumsi makanan manis dan melekat, tidak rutin menggosok gigi setelah sarapan pagi dan sebelum
tidur, tidak mengunyah dengan menggunakan kedua sisi rahang dan kurangnya mengonsumsi makanan
berserat. Tidak hanya itu, kurangnya kesadaran siswa untuk melakukan pemeriksaan sebelum terjadinya
penyakit gigi dan mulut. Hal ini mengakibatkan lamanya waktu perlekatan substrat di permukaan gigi,
akan terus membuat rongga mulut dalam keadaan asam, terutama permukaan gigi yang tidak digunakan
untuk mengunyah.
Plak akan tumbuh dan melekat pada permukaan gigi bila kita mengabaikan kebersihan gigi dan
mulut. Plak merupakan media lunak non mineral yang menempel erat pada gigi. Setelah 24 jam terbentuk
koloni mikroorganisme di pelikel akan terikat bahan lain misalnya karbohidrat dan unsur-unsur yang ada
dalam saliva lalu terbentuklah plak (Putri, dkk, 2011). Substrat adalah campuran makanan halus dan
minuman yang dikonsumsi sehari-hari.Substrat ini berpengaruh terhadap karies secara lokal di dalam
mulut. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakharida
ekstra sel. Namun, tidak semua karbohidrat mempunyai derajat kariogenik yang sama. Hanya karbohidrat
yang mempunyai berat molekul rendah seperti gula yang akan segera meresap ke dalam plak dan
dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Dengan demikian, makanan dan minuman yang mengandung
gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi
email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7,
dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang akan tetap
menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email.
2. Viskositas Saliva dan Hidrasi Saliva
Faktor penyebab terjadinya karies gigi tetap adalah viskositas saliva.Dari hasil penelitian, pada
kelompok kasus diketahui bahwa 10% mempunyai kriteria yang baik dan 90% mempunyai kriteria yang
buruk. Sedangkan pada kelompok responden yang tidak mempunyai karies gigi tetap diketahui bahwa 20%
memiliki kriteria baik dan 80% memiliki kriteria buruk.
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran saliva dan ukuran
yang menyatakan kekentalan saliva. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir.Kemanjuran air liur sebagai pelumas tergantung pada kekentalan dan bagaimana
perubahan dengan laju geser. Air liur memiliki sifat reologi tertentu sebagai hasil dari kimia, karakteristik
fisik dan biologis, sifat ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan kondisi di dalam rongga mulut
(Rantonen, 2003). Viskositas saliva yang baik seperti konsistensi air.Jika kental dan bergelembung maka
semakin rentan orang tersebut terkena karies (Edgar, dkk, 2012).
Faktor penyebab terjadinya karies gigi tetap yang selanjutnya adalah hidrasi saliva. Berdasarkan
hasil penelitian, pada kelompok yang mempunyai karies gigi tetap yang paling tinggi persentasenya yaitu
kriteria baik dengan jumlah 26 responden (86,7%), dan kriteria buruk hanya 4 responden (13,3%).
Sedangkan untuk kelompok responden yang tidak mempunyai karies gigi tetap yang paling tinggi
persentasenya adalah kriteria baik dengan jumlah 28 orang (93,3%) dan kriteria buruk dengan jumlah 2
orang (6,7%).
Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok yang tidak mempunyai karies gigi tetap memiliki
faktor klinis yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang mempunyai karies gigi tetap.Hal ini
sesuai dengan Sundoro (2007) yang menyatakan bahwa makin tinggi kecepatan sekresi, makin tinggi pula
viskositasnya.Dengan demikian makin tinggi produksi saliva makin tinggi pula efek protektifnya terhadap
gigi dan seluruh rongga mulut.
3. Perilaku
Faktor lain yang merupakan penyebab terjadinya karies gigi tetap adalah perilaku. Perilaku adalah
suatu pernyataan atau tindakan responden dalam menjaga kesehatan giginya. Perilaku meliputi 3 aspek
yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Indikator penilaian menggunakan nilai rata-rata penjumlahan hasil
prosentase pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil pada kelompok yang mempunyai karies gigi tetap
yang mempunyai kriteria baik sebesar 93,30% dan 6,7% mempunyai kriteria yang buruk. Sedangkan pada
kelompok yang tidak mempunyai karies gigi tetap didapatkan data bahwa sebesar 96,70% mempunyai
kriteria yang baik dan 3,3% mempunyai kriteria yang buruk.
Hal ini disebabkan karena belum terlaksananya kegiatan promotif dan preventif yang dilakukan di
sekolah, mitos tentang kesehatan gigi yang salah pun masih ada dan kebiasaan untuk menyikat gigi secara
baik dan benar pun belum dilaksanakan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kidd dan Bechal (2013) yaitu mikroorganisme menempel pada
gigi bersama plak atau debris. Plak akan menempel apabila kita mengabaikan kebersihan gigi dan mulut.
Sisa makanan yang diolah mikroorganisme tersebut akan menghasilkan asam yang dapat menurunkan pH
plak dan saliva dengan cepat sehingga dapat menyebabkan demineralisasi email.

24
Lanny Sunarjo,et al./Journal ARSA (Actual Research Science Academic) 2016 November; 1(1): 22-28 ISSN 2548-3986

Proses terjadinya karies tersebut terdiri dari perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Dengan
demikian, terdapat kesempatan untuk mencegah dan menghentikan karies dengan memperbaiki perilaku
untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.
4. Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut (OHI-S)
Faktor terjadinya karies gigi tetap yang terakhir adalah indeks kebersihan gigi dan mulut (OHI-S).
Berdasarkan penelitian, hasil pemeriksaan indeks kebersihan gigi dan mulut pada responden yang
mempunyai karies gigi tetap diperoleh nilai rata-rata indeks kebersihan gigi dan mulut sebesar 2,23. Dari
perolehan nilai tersebut dapat diketahui bahwa 86,7% responden diantaranya memiliki nilai indeks
kebersihan gigi dan mulut dengan kategori buruk dan 13,3% lainnya memiliki indeks plak dengan kategori
baik. Sedangkan untuk responden yang tidak mempunyai karies gigi tetap diperoleh nilai rata-rata 2. Dari
perolehan nilai tersebut dapat diketahui bahwa 76,7% dengan kriteria buruk dan 23,3% mempunyai kriteria
baik. Hal ini dikarenakan pada kelompok kontrol menyikat gigi dengan teratur dan tepat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kidd dan Bechal (2013) yaitu mikroorganisme menempel pada
gigi bersama plak atau debris. Plak akan menempel apabila kita mengabaikan kebersihan gigi dan mulut.
Sisa makanan yang diolah mikroorganisme tersebut akan menghasilkan asam yang dapat menurunkan pH
plak dan saliva dengan cepat sehingga dapat menyebabkan demineralisasi email.
Namun jika substrat yang mengandung karbohidrat dihilangkan dengan cara menyikat gigi. Selain
itu, pada kelompok kontrol secara rutin mengonsumsi buah dan sayur yang mengandung serat yang dapat
membersihkan gigi secara alami (self cleansing). Sehingga proses demineralisasi email tersebut dapat
dicegah.
5. Keturunan (OR = 1,818)
Faktor penyebab terjadinya karies gigi tetap yang selanjutnya adalahketurunan.Seseorang yang
mempunyai gigi berjejal ada kemungkinan bawaan dari orang tuanya.Orang yang mempunyai gigi yang
berjejal lebih mudah terkena karies.Hal ini disebabkan susunan gigi yang saling menindih sulit dibersihkan
sehingga plak dan sisa makanan menumpuk di sela-sela gigi tersebut. Hal tersebut yang dapat
menyebabkan terjadinya proses demineralisasi email (Tarigan, 2014).
6. Pelayanan Kesehatan (OR value = 1,556)
Perilaku memegang peranan penting dalam status kesehatan gigi dan mulut secara
langsung.Perilaku juga dapat mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.Kesehatan gigi
dan mulut pada dasarnya adalah suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulasi yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, makanan serta sistem pelayanan kesehatan.Namun, dalam memberikan respon
sangat tergantung pada karakterisktik atau faktor-faktor lain dari seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian, pelayanan kesehatan sudah baik dari segala aspek. Yang kurang adalah
ketersediaan alat dan bahan, sehingga hal tersebut yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu penyakit dan
belum dapat diatasi dengan optimal.
7. pH Saliva (OR value = 1,306)
Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa
makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang
akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang menyebabkan demineralisasi email (Suwelo,
1992).Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7,
dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang akan tetap
menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email (Kidd dan Bechal, 2013).
8. Lingkungan ( OR value = 1,25)
Faktor lingkungan terdiri dari faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Faktor
lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap terjadinya kepenyakitan gigi antara lain kandungan fluor pada
air yang dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Bila fluor diberikan sejak dini maka email akan banyak
menyerap fluor sehingga akan memberikan efek yang besar terhadap pencegahan penyakit gigi dan mulut
(Kidd dan Bechal, 2013). Bagi mereka yang golongan menengah ke bawah cenderung mementingkan
kebutuhan untuk makan daripada kesehatannya.Kesibukan dalam bekerja menjadikan masyarakat
mengabaikan kesehatan gigi dan mulut, ditunjang dengan kebiasaan yang buruk yaitu mengkonsumsi
karbohidrat lebih tinggi dan makanan instan daripada makanan berserat dan berair.Hal ini menimbulkan
kepenyakitan gigi dan mulut (Kent dan Blinkhorn, 2005).Berdasarkan hasil penelitian, pada kelompok
kasus telah tersedia pasta gigi berflouride, sudah ada yang mengingatkan menggosok gigi dan sedikit lebih
banyak yang mengonsumsi makanan laut. Namun ketersediaan pasta gigi tersebut belum dimanfaatkan
secara maksimal. Tidak hanya itu, pada kelompok kasus masih banyak yang belum menyikat gigi secara
rutin.

25
Lanny Sunarjo,et al./Journal ARSA (Actual Research Science Academic) 2016 November; 1(1): 22-28 ISSN 2548-3986

USULAN/PERENCANAAN ALTERNATIF JALAN KELUAR


Setelah faktor penyebab teridentifikasi, dilakukan rencana alternatif penanggulangan masalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Usulan Alternatif Penyelesaian Masalah
Faktor Penyebab Masalah Alternatif Penyelesaian Masalah
1. PHP a. Penyuluhan tentang pencegahan penyakit gigi dan
mulut
b. Topikal Aplikasi flour
2. Viskositas saliva Penyuluhan tentang jenis makanan yang berserat dan
berair untuk menunjang viskositas saliva
3. Hidrasi Saliva Penyuluhan tentang jenis makanan yang baik untuk
merangsang laju aliran saliva
4. Perilaku a. Penyuluhan kesehatan gigi bagi siswa
b. Pelatihan kader di sekolah
5. OHIS a. Penyuluhan tentang menyikat gigi yang baik dan
benar
b. Menyikat gigi bersama di sekolah

Kemudian untuk menentukan alternatif penyelesaian masalah yang akan dilakukan, digunakan
metode reinke (MIVC).
Metode reinke menggunakan 4 aspek penilaian yatu M (Magnitude), I (Importancy),V
(Vulnerability), dan C (Cost). Hasil akhirnya akan diperoleh dengan menggunakan perhitungan rumus:
( )

Prioritas pemecahan masalah diperoleh dengan mengurutkan jumlah nilai dari yang tertinggi
sampai yang terendah.
Tabel 3. Urutan Usulan Alternatif Penyelesaian Masalah
Alternatif Penyelesaian Masalah M I V C Total Prioritas
Penyuluhan tentang pencegahan
5 4 3 4 15 III
penyakit gigi dan mulut
Topikal Aplikasi Flour 5 3 4 2 30 II
Penyuluhan tentang jenis makanan
yang berserat dan berair untuk 4 3 2 4 6 VII
menunjang viskositas saliva
Penyuluhan tentang jenis makanan
yang baik untuk merangsang laju 3 3 2 4 4,5 VIII
aliran saliva
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
2 3 5 4 7,5 IV
bagi siswa
Pelatihan kader di sekolah 2 4 4 1 32 I
Penyuluhan tentang menyikat gigi
1 5 5 4 6,25 VI
dengan baik dan benar
Sikat gigi bersama di sekolah 1 4 5 3 6,7 V
Berdasarkan tabel 2 dan 3 diatas, didapatkan hasil bahwa alternatif penyelesaian masalah yang menjadi
prioritas utama adalah perlunya pelatihan kader kesehatan gigi di sekolah sebagai perpanjangan tenaga
kesehatan sehingga upaya promotif kesehatan gigi dapat berjalan dengan baik untuk meningkatkan sikap
responden terkait kesehatan gigi.
Kemudian prioritas kedua adalah pelaksanaan topikal aplikasi fluor. Kemudian prioritas ketiga adalah
penyuluhan tentang pencegahan penyakit gigi dan mulut. Kemudian prioritas keempat adalah penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut bagi siswa. Dengan demikian tindakan buruk yang dapat menimbulkan terjadinya
karies gigi tetap pada Siswa SDN 02 Banjarsari dapat dihindari. Alternatif penyelesaian masalah yang menjadi
prioritas terakhir adalah penyuluhan tentang jenis makanan yang baik untuk merangsang laju aliran saliva.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:
1. Faktor klinis yang menyebabkan terjadinya karies gigi tetap pada siswa SDN 02 Banjarsari Kecamatan
Talun Kabupaten Pekalongan yaitu:

26
Lanny Sunarjo,et al./Journal ARSA (Actual Research Science Academic) 2016 November; 1(1): 22-28 ISSN 2548-3986

a) Nilai indeks plak PHP menunjukkan 6,7% responden kelompok kasus memiliki kriteria baik,
sedangkan 93,3% lainnya dengan kriteria buruk.
b) Hasil pemeriksaan hidrasi saliva menujukkan 86,7% responden kelompok kasus dalam kriteria baik,
sedangkan 13,3% lainnya dengan kriteria buruk.
c) Hasil pemeriksaan viskositas saliva menunjukkan 90% responden kelompok kasus dalam kriteria
buruk sedangkan 10% lainnya dalam kriteria baik.
d) Hasil pemeriksaan pH saliva responden kelompok kasus menunjukkan 46,70% dalam kriteria baik
dan 53,30% lainnnya dalam kriteria buruk.
e) Nilai indeks kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) menunjukkan 13,30% responden kelompok kasus
dalam kriteria baik sedangkan 86,70% lainnnya dalam kriteria buruk.
2. Faktor non klinis yang menyebabkan terjadinya karies gigi tetap pada siswa SDN 02 Banjarsari
Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan yaitu faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan
keturunan, didapatkan rincian sebagai berikut:
a) Faktor perilaku, sebanyak 93,3% reesponden kelompok kasus memiliki pengetahuan yang baik dan
terdapat 6,7% responden yang memiliki perilaku dengan kategori buruk.
b) Faktor pelayanan kesehatan, sebanyak 90% responden kelompok kasus memiliki pelayanan kesehatan
yang baik sedangkan 10% lainnnya memiliki pelayanan kesehatan dengan kriteria buruk.
c) Faktor lingkungan, sebanyak 80% responden kelompok kasus memiliki lingkungan dengan kriteria
baik dan 20% lainnya dengan kriteria buruk.
d) Faktor keturunan, sebanyak 73,30% responden kelompok kasus memiliki keturunan dengan kriteria
baik dan 26,7% lainnya dengan kriteria buruk.
3. Prioritas masalah dengan menggunakan uji analisa odd ratio didapatkan hasil bahwa faktor penyebab
terjadinya karies gigi tetap pada siswa SDN 02 Banjarsari Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan yang
paling dominan adalah Indeks Plak PHP (OR = 3,5), viskositas saliva (OR = 2,25), hidrasi saliva (OR =
2,154), perilaku (OR = 2,071) dan OHI-S (OR = 1,978).
4. Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
di sekolah, pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut di sekolah, topikal aplikasi fluor dan menyikat gigi
bersama di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Afrilina, G., Gracinia, J.,2006, 75Masalah Gigi Anak dan Solusinya, Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. 52.
Arikunto, S., 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 173-177.
Besford, J., 1996, Mengenal Gigi Anda, Penerbit Arcan, Jakarta, hal. 19-23.
Budiharto, 2010, Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta, hal. 1-3.
Depkes RI, 2009, Kesehatan Gigi Pada Undang-undang Kesehatan, Jakarta.
Edgar, M., Collin D., Denis OMullane, Helen W., Saliva and Oral Health, 2012,
http://www.dentaltribune.com/htdocs/uploads/printarchive/editions/6ca0f3d155e163ff326157727a7eb4
8b_14-15.pdf , hal. 14-15, diakses tanggal 22 Oktober 2015.
Gay, L.R., Diehl, P.L., 1992, Research Methods for Business and Management, Macmillan Chapter 14, New
York.
Kemenkes RI. 2013, LaporanRiset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 Nasional, hal.111-119.
Kent, G.G., Blinkhorn, A.S., 2005, Pengelolaan Pasien Pada Praktek Dokter Gigi, diterjemahkan oleh
Budiman, J.A., EGC, Jakarta, hal. 11-13.
Kidd, E.A.M., Bechal, S.J., 2013, Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya, EGC, Jakarta, hal. 2-
19, 31-40.
Notoatmodjo, S., 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 89-
91, 146-147.
, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 143-149,165-166.
, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan,PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Pickard, H.H., Kidd, E.A.M, Smith, B.G.N, 2002, Manual Konservasi Restorative Menurut Pickard, edisi ke 6,
diterjemahkan oleh Narlan Sumawinata, Widya Medika, hal. 3.
Putri, M.H., Herijulianti, E., Nurjannah, N., 2011, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung Gigi, EGC, Jakarta, hal. 56-63, 93-99.
Pintauli, S., Hamada T.,Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan, USU Press, 2008, Hal. 6-
8.
Rantonen, P., 2003, Salivary Flow And Composition In Healthy And Diseased Adults,
https://helda.helsinki.fi/bitstream/handle/10138/20291/salivary.pdf?sequence=2, hal. 20-21, diakses
tanggal 23 Oktober 2015.

Saryono, 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta, hal. 51, 70.

27
Lanny Sunarjo,et al./Journal ARSA (Actual Research Science Academic) 2016 November; 1(1): 22-28 ISSN 2548-3986

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, hal. 93-97.
Sundoro, E.H., 2007, Serba-serbi Ilmu Konservasi Gigi, Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta, hal.
18-64.
Suwelo, 1992, Karies Gigi pada Anak dengan Berbagai Faktor Etiologi : Kajian pada Anak Usia Pra Sekolah,
EGC, Jakarta.
Tarigan, R., 2014, Karies Gigi Ed. 2, Hipokrates, Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai