Disusun
Oleh:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah dengan judul Tarjih Dan Taarud Al-
Adillah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Islam merupakan agama Rahmatan lil alamin yang dianugrahkan kepada seluruh umat
manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, dalam situasi dan kondisi yang berubah-ubah
tentu akan menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai permasalahan-permasalahan yang
timbul di masyarakat, mulai dari masalah pribadi, keluarga, ekonomi, hukum, dan lain-lain.
Disinilah agama Islam terbukti sebagai agama yang mampu menjawab segala permasalahan
dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam hal ini maka para ulama mengeluarkan fatwa-fatwa hukum untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Tentu dalam hal penetapan hukum pasti ada banyaknya pertentangan antara
dalil-dalil. Maka dalam masalah ini para ulama menyelesaikannya dalam beberapa metode
penyelesaian. Yang dalam hal itu supaya dapat mewujudkan dalam kemaslahatan dan
mencegah atau menolak berbagai kerusakan bagi umat manusia. Dalam konteks pertentangan-
pertentangan yang terjadi.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana penjelasan mengenai Tarjih?
b. Bagaimana penjelasan mengenai Taarudh Al-adillah?
c. Cara menyelesaikan Taaruh Al-adillah!
3. Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami pengertian tarjih, dan taarudh aladillah dengan
baik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarjih
Secara etimologi, tarjih berarti menguatkan atau kecenderungan, sedangkan secara
terminologi ada dua pendapat yaitu :
- Menurut ulama Hanafiah: Tarjih adalah memunculkan adanya tambahan bobot pada
salah satu dari dua dalil yang sama (sederajat) dengan tambahan yang tidak berdiri
sendiri.
- Menurut jumhur ulama: Tarjih adalah menguatkan salah satu dalil yang zhanni dari yang
lainnya untuk di amalkan (diterapkan) berdasarkan dalil tersebut.
Dengan demikian, para ulama sepakat bahwa dalil yang rajih (di kuatkan) haruslah di
amalkan, sedangkan dalil yang biasa di sebut majuh (di lemahkan) ini tidak perlu di amalkan.
3
b. Obyek (tempat) kedua hukum yang saling bertentangan tersebut sama. Apabila
obyeknya berbeda maka tidak ada pertentangan. Seperti mengenai akad nikah. Nikah
menyebabkan boleh (halal) nya menggauli istri dan melarang (haram) menggauli ibu
si istri. Dalam hal ini tidak ada pertentangan antara dua hukum yang saling
berlawanan.
c. Masa atau waktu berlakunya hukum yang saling bertentangan tersebut sama. Karena
mungkin saja terdapat dua ketentuan hukum yang saling berlawanan dalam obyek
(tempat) yang sama, namun masa atau waktumya berbeda. Seperti khamr dihalalkan
pada permulaan Islam, namun kemudian diharamkan. Begitu juga dihalalkannya
menggauli istri sebelum dan sesudah haidh dan diharamkannya pada masa haidh.
d. Hubungan kedua dalil yang saling bertentangan tersebut sama. Karena mungkin saja
dua hukum yang saling bertentangan tersebut sama dalam obyek (tempat) dan masa,
namun hubungnannya berbeda. Seperti halalnya menggauli istri bagi suami dan
haramnya menggauli istri tersebut bagi laki-laki selain suaminya.
e. Kedudukan (tingkatan) kedua dalil yang saling bertentangan tersebut sama, baik dari
segi asalnya maupun petunjuk dalilnya. Tidak ada pertentangan antara al-Quran
dengan hadits ahad, karena dari segi asalnya al-Quran adalah qathi sedangkan
hadits ahad dzanni.
4
F. Contoh Nash Hadits Yang Berlawanan
a. )
(
,
apakah aku tidak memberitahu kamu sekalian tentang sebaik-baik saksi, yaitu seorang yang
memberikan kesaksian sebelum diminta
b. , ,
) (
bahwa sebaik-baik umatku adalah golonganku, kemudian orang-orang sesudah mereka,
kemudian orang-orang sesudah mereka yaitu sekelompok manusia yang memberikan
kesaksian tanpa dimintai, tidak berkhianat dan dapat dipercaya.
Dan perempuan-perempuan yang hamil waktu idah mereka itu ialah sampai mereka
melahirkan kandungannya. (QS. At Thalaq: 4)
Ayat ini memberikan petunjuk setiap perempuan yang hamil yang suaminya meninggal atau
diceraikan suaminya sedang mereka dalam keadaan hamil maka idahnya sampai melahirkan.
5
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Tarjih berarti menguatkan atau kecenderungan, sedangkan secara terminologi adalah
memunculkan adanya tambahan bobot pada salah satu dari dua dalil yang sama
(sederajat) dengan tambahan yang tidak berdiri sendiri(menurut ulama hanafi), atau
menguatkan salah satu dalil yang zhanni dari yang lainnya untuk di amalkan (diterapkan)
berdasarkan dalil tersebut(menurut jumhur ulama).
2. Didalam cara pentarjihan tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu: (1) teori
at-tarjih baina Nushush, dan (2) teori at-tarjih baina Qiyas. Didalam teori tarjih baina
Nushush yang perlu di perhatikan yaitu dari segi sanadnya, dari segi matannya, dari segi
kandungan hukum dan juga dari segi penggunaan faktor (dalil) lain di luar nash.
Sedangkan dalam teori yang ke dua yaitu tarjih baina Qiyas yang perlu di perhatikan yaitu
dari sisi hukum ashal, dari sisi hukum cabangnya, dari sisi illatnya dan juga dari sisi faktor
luar.
3. Taarudh (berlawanan) menurut arti bahasa ialah pertentangan satu dengan yang lainnya
dan menurut arti syara ialah berlawanan dua buah nash yang kedua hukumnya berbeda
dan tidak mungkin keduanya dilaksanakan dalam satu waktu. Dan Aladillah ialah jama
dari dalil yang berarti alasan, argumen dan dalil.
4. Syarat-syarat Taarudh Al adillah:
o Hukum yang ditetapkan oleh kedua dalil tersebut saling berlawanan,
o Obyek (tempat) kedua hukum yang saling bertentangan tersebut sama,
o Masa atau waktu berlakunya hukum yang saling bertentangan tersebut sama,
o Hubungan kedua dalil yang saling bertentangan tersebut sama
o Kedudukan (tingkatan) kedua dalil yang saling bertentangan tersebut sama, baik dari
segi asalnya maupun petunjuk dalilnya.
5. Metode Penyelesaian Taarudh aladillah:
Metode Hanafiyyah Metode Syafiiyyah
2. Tarjih b. Tarjih
6
3. Al-Jamu wa Al-Taufiq c. Nasakh