PENDAHULUAN
Ginjal merupakan organ genitouri yang paling sering mengalami trauma.1 Sekitar
10-20% pasien trauma terdapat keterlibatan dengan sistem genitouri dan 45% dari
taruma genitouri adalah trauma ginjal. Sekitar 20-30% pasien dengan trauma ginjal
berkaitan dengan cedera pada abdomen.2 Kejadian penyakit ini merupakan terbanyak
ketiga setelah hepar dan lien pada trauma tumpul abdomen. Trauma ginjal termasuk
trauma parenkim ginjal, pelvis renalis, dan pedikel. Sekitar 85-90% trauma ginjal
terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.3
Ratio perbadingan kejadian trauma ginjal pada laki-laki dan perempuan adalah 3:1.4
Ekimosis pada panggul dan patahnya iga dapat menjadi tanda adanya suatu trauma
pada ginjal.1 Pada umumnya ringan dan dapat sembuh secara spontan dengan
1
BAB II
ISI
(TRAUMA GINJAL)
A. DEFINISI
trauma dibedakan menjadi 2 yaitu trauma tumpul dan trauma penetrasi.1 Trauma
ginjal adalah perlukaan yang mengenai parenkim ginjal, pelvis renalis, dan atau
B. ETIOLOGI
Ada 3 penyebab utama dari trauma ginjal yaitu trauma tajam, trauma tumpul,
dan trauma iatrogenik.3,5 Trauma tajam dan trauma iatrogenik masuk kedalam
1. Trauma tajam
penyebab trauma pada ginjal di Indonesia. Baik luka tikam atau tusuk pada
abdomen bagian atas atau pinggang maupun luka tembak pada abdomen yang
2. Trauma tumpul
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Sekitar 90-
2
pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian
olah raga, kerja atau perkelahian.3,5 Trauma ginjal yang serius biasanya
multiorgan terjadi pada 75% kasus trauma tumpul.6 Trauma tidak langsung
tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi
pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan
trombosis.5
3. Trauma iatrogenik
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau
predisposisi untuk suatu trauma ginjal adalah kondisi ginjal sebelumnya seperti
3
(pada anak-anak lemak perinefrik relatif lebih sedikit dibandingkan dengan orang
C. ANATOMI GINJAL
bagian atas setinggi vertebra lumbal I dan bagian bawah setinggi vertebra lumbal
IV. Pada posisi berdiri letak ginjal kanan lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.
Struktur ginjal dibagi dua yaitu korteks (sebelah luar) dan medulla sebelah
dalam. Korteks terdiri dari corpusculi renalis, tubuli contorti, permulaan tubulus
disebut dengan piramid renalis, ujung piramid akan menjadi calyx minor,
beberapa calyx minor bergabung menjadi calyx major, beberapa calyx major
4
Vaskularisasi ginjal terdiri dari arteri renalis yang berasal dari cabang aorta
segmentalis bercabang menjadi arteri interlobaris dan arteri arcuata. Arteri arcuata
D. KLASIFIKASI
Sistem klasifikasi trauma ginjal yang paling sering digunakan adalah menurut
5
Gambar 2. Klasifikasi trauma ginjal menurut AAST.5
E. MEKANISME TRAUMA
Trauma tumpul langsung (direk) terjadi ketika adanya rudapaksa dari luar
yang menekan ginjal yang terletak diantara os costae 12 anterior dan vertebra
lumbalis. Akibat kekuatan ini, costae 12 akan menekan kearah ginjal dan
pada kasus-kasus tabrak lari atau trauma akibat tidak menggunakan sabuk
deselerasi mengenai pedikel (sebagai hasil saat terjatuh dari suatu ketinggian
6
Gambar 3. Mekanisme trauma tumpul direk pada
ginjal. Suatu kekuatan eksternal (F1) akan menekan
ginjal (K) diantara costae 12 dan kolumna vertebralis,
atau kekuatan (F2) menekan ginjal yang melawan
otot-otot paravertebral ( m. quadratus lomborum (QL)
atau m. psoas mayor (P) ).8
Trauma penetrasi berkisar 10% dari total kasus trauma ginjal dan hampir
selalu disebabkan oleh luka tusuk/tikam atau luka tembak, beberapa kasus
jarang dapat disebabkan oleh prosedur medis atau biopsi. Mekanisme lesi
dengan efek ledakan blast effect, yang membentuk cavitas didalam jaringan
7
Kerusakan jaringan akibat peluru (kavitas/lubang permanen) dan keterlibatan
lubang temporer bergantung pada velositas peluru dan jumlah kolagen dan
kerusakan yang lebih besar karena akan mentransmisikan energi yang besar
akan kolaps.7
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada sebagian besar pasien (80-90%) dengan trauma ginjal langsung akan
nyeri pinggang, yang kemudian diikuti dengan hematuria gros.8 Namun pada
kasus cedera pedikel, atau avulsi ureteropelvic junction dapat pula tidak
trauma ginjal, dapat bersifat masif atau sedikit, tetapi besarnya trauma tidak
dapat diukur dengan volume hematuria atau tanda-tanda luka.5 Tidak terlepas
dari mekanisme traumanya, maka setiap pasien dengan dugaan trauma ginjal
8
2. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi dapat menunjukkan adanya abrasi kulit atau memar pada
abdomen bagian atas, pinggang, atau daerah dibawah thoraks, luka masuk dan
luka keluar, ekimosis didaerah pinggul, serta hilangnya kontur pinggang. Pada
nyeri tekan lokal di pinggang, mungkin pula disertai dengan fraktur costae
bagian bawah (krepitasi positif). Jika ditemukan adanya fraktur costae maka
tanpa ekstravasasi urin. Pada beberapa kasus, saat auskultasi dapat ditemukan
adanya ileus paralitik. Ileus paralitik berkaitan dengan kasus perdarahan atau
efusi retroperitoneal. Berbagai derajat syok hipovolemik dapat pula hadir dan
hemodinamik).5,7,8,10
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
mikroskopik maupun gros, sering hadir pada kasus ini, namun tidak cukup
9
sensitif dan spesifik untuk membandingkan antara cedera minor dan
mayor.7 Sebaiknya, spesimen urin yang diambil berasal dari urin awal
sebelumnya.7,10
b. Pemeriksaan imaging
10
1) Pemeriksaan ultrasound (US)
atau hematoma di ICU dan untuk evaluasi serial cedara stabil guna
11
Ekstravasasi dari media kontras juga mengindikasikan suatu derajat
bayangan ginjal. Sensitivitas IVP juga tinggi (> 92%) untuk semua
4) CT scan
12
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan detail anatomi superior, termasuk
sebelumnya.6,7
Gambar 4. Ekstravasasi urin dari sistem pengumpul pada seorang anak usia 9 tahun
yang mengalami trauma tumpul abdomen. (a) pemeriksaan CT scan nefrografik
kontras yang menunjukkan adanya hematoma perinefrik yang besar (H). terjadi
perubahan posisi kolon desendens (C) ke arah anterior hematoma. Terjadi
penebalan ginjal (tanda panah) dan fascia laterocoronal (tanda panah balik). (b) fase
ekskretori CT menunjukkan adanya ekstravasasi luas dari kontras dan urin yang
tercampur dengan hematoma, penemuan ini menunjukkan adanya laserasi yang
merusak integritias sistem pengumpul.6
yang cedera menjadi tanda suatu cedera pedikel. Pada beberapa kasus
13
dari arah medial ginjal dan terjadi perpindahan vaskuler, harus
5) Pemeriksaan MRI
trauma tumpul karena membutuhkan waktu yang lebih lama dan akses
pasien yang terbatas selama MRI. Pemeriksaan ini dipilih jika tidak
samar.7
6) Angiografi
total pembuluh darah, trombosis arteri renalis, dan kontusio berat yang
7) Radionuclide scans
14
Selain klasifikasi trauma ginjal menurut AAST, adapula klasifikasi
dibawah).6
G. TATALAKSANA
manajemen operatif.7
1. Manajemen non-operatif 7
a. Trauma tumpul
cedera ginjal. Pada pasien stabil, diartikan sebagai terapi suportif dengan
15
penelitian terkini mendukung dilakukan terapi konservatif. Sebagian besar
urin pada cedera soliter dapat diatasi tanpa intervensi mayor dan tingkat
resolusi mencapai > 90%. Cedera arteri utama unilateral akan membaik
b. Trauma penetrasi
lanjutan, cedera ureter, atau laserasi pelvis renalis. Luka tembak dengan
velocitas rendah dan luka tikam minor mungkin diatasi secara konservatif
dengan hasil yang baik. Kerusakan jaringan yang luas akibat luka tembak
16
velositias tinggi seringsekali membutuhkan penanganan nefrektomi.
stabil dengan hasil yang baik berkisar 50% pada luka tikam/tusuk/tajam,
dan mencapai 40% pada luka tembak. Jika lokasi dari penetrasi oleh luka
2. Manajemen operatif 7
17
untuk suatu operasi, sedangkan ISS > 16 dan GCS < 8 secara signifikan
kasus dengan ginjal kontralateral yang normal, akan tetapi iskemia yang
tinggi, instabilitas hemodinamik, dan ISS yang lebih tinggi. Pada luka
tembak dengan velositias tinggi, rekonstruksi menjadi lebih sulit dan lebih
18
sering diperlukan nefrektomi. Renorafi merupakan teknik rekonstruktif
19
Gambar 6. Alur evaluasi trauma penetrasi ginjal pada pasien dewasa.7
H. KOMPLIKASI7
Komplikasi dini terjadi < 1 bulan setelah cedera, dapat berupa perdarahan,
infeksi, abses perinefrik, sepsis, fistula urinari, hipertensi, ekstravasasi urin dan
Hipertensi dapat terjadi baik secara akut akibat kompresi eksternal dari hematoma
20
BAB III
KESIMPULAN
Trauma ginjal adalah perlukaan yang mengenai parenkim ginjal, pelvis renalis,
dan atau pedikel yang disebabkan oleh rudapaksa eksternal (trauma tumpul, trauma
klinis dan radiografik dengan manajemen terapi baik secara konservatif maupun
operatif.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Morey AF, Brandes S, Amstrong JH, Breyer BN, Erickson BA, Wessells H, et al.
Major kidney trauma and concervatitive management: case report and follow up.
6. Kawashima A, Sandler CM, Corl FM, West C, Tamm EP, Fishman EK. Imaging
7. Summerton DJ, Djakovic N, Kitrey ND, Kuehhas FE, Lumen N, Sharma Dm, et
2014.p.7,10-17.
9. Alonso RC, Nacenta SB, Martinez PD, Guerrero AS, Fuentes CG. Kidney in
2009;29:2033-53.
22
10. Chouchan JD, Winer AG, Johnson C, Weiss JP, Hyacinthe LM. Contemporary
2016;23(2):8191-7.
23