KURIKULUM-Pengertian Teori2
KURIKULUM-Pengertian Teori2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian
dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi; penyelidikan eksperimental yang mampu
menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi; asas dan hukum
umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu.[1]
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa teori adalah sejumlah pengertian
dan istilah dari suatu hal yang didefinisikan; penjelasan dengan menjawab peristiwa dan hasil-
hasil sejarah.[2]
Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh para pakar dalam bidang
pengembangan kurikulum sejak dahulu sampai sekarang. Istilah kurikulum berasal dari Bahasa
latin, yaknicurir yang artinya pelari; dan curere yang artinya tempat terpacu.
Jadi Curriculum dapat diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Dari makna yang
berdasarkan rumusan tersebut, Kurikulum dalam pendidikan diartikan sebagai sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh dan diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.[3]
Berdasarkan pengertian di atas maka dengan menempuh suatu kurikulum sesuai dengan prosedur,
maka siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu
bukti bahwa siswa yang telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana
halnya seorang pelari yang telah menempuh suatu jarak Antara suatu tempat ke tempat yang
lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai
jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai dengan
perolehan sebuah ijazah tertentu.
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran yang
diajarkan pada lembaga pendidikan; seperangkat mata kuliah mengenai bidang
keahlian khusus.[4] Kurikulum ini mempunyai beberapa jenis yaitu: kurikulum cakupan yaitu
kurikulum yang berisikan uraian bidang studi yang terdiri atas beberapa macam mata pelajaran yg
disajikan secara kait-berkait; kurikulum inti yaitukurikulum yang program belajarnya disusun
dalam bentuk masalah inti tertentu; kurikulum kegiatan yaitu kurikulum yang program belajarnya
disusun melalui kegiatan tertentu yang dilakukan anak; kurikulum muatan lokal adalah kurikulum
yang berisi mata pelajaran yang disesuaikan dengan kepentingan daerah.
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang
dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan(manhaj
al-dirasah) dalam Qamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan
acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran
dan rancangan serta pengaturan yang akan diterapkan pada satuan lembaga pendidikan tertentu
untuk mencapai tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. Dengan kata lain bahwa kurikulum
adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program
itu, para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan dan perkembangan
tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah
menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar.
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah
merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dengan kata lain kurikulum
adalah suatu perencanaan yang disusun secara struktur untuk mendapatkan keluaran yang
diharapkan dari suatu pembelajaran.
1.2. Peran dan Fungsi Kurikulum
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena
seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum menempati
peran utama dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Menurut Sanjaya (2010: 12) terdapat tiga
peranan kurikulum yang sangat penting, yaitu: peranan konservatif, peranan kreatif, peranan
kritis dan evaluatif. Ketiga peranan ini sama penting dan harus dilaksanakan secara seimbang.
1) Peranan Konservatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk mentrans-misikan nilai-nilai
warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda,
dalam hal ini para siswa. Dengan demikian, peranan konservatif ini pada hakikatnya
menempatkan kurikulum, yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat
mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses
sosial. Salah satu tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai
dengan nilai-nilai sosial yang hidup di lingkungan masyarakatnya.
2) Peranan Kreatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru
sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhankebutuhan masyarakat pada masa
sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu
setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh
pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang
dibutuhkan dalam kehidupannya.
3) Peranan Kritis dan Evaluatif
Peranan Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang
hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan
budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa
sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum
tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya
mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan ba-ru yang terjadi,
melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan
baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi
dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan
tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan.
Disamping memiliki peranan, kurikulum juga memiliki fungsi-fungsi tertentu. Secara umum
fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan
pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum adalah segala aspek yang mempengaruhi
peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai
program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut McNeil (Sanjaya: 2010: 12) isi kurikulum
memiliki empat fungsi, yaitu:
1) Fungsi Pendidikan Umum (Common and General Education)
Merupakan fungsi untuk mempersiapkan anak didik agar menjadi anggota masyarakat yang
bertanggung jawab , menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Karena itu
kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada anak didik agar mampu
menginternalisaasi nili-nilai dalam masyarakat, memahami hak dan kewajibannya sebagai
anggota masyarakat dan makhluk sosial, Fungsi ini harus ada dan diikuti setiap siswa di semua
jenis dan jenjang pendidikan.
2) Fungsi Suplementasi (Suplementation)
Kurikulum harus dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai dengan perbedaan
kemampuan, minat, maupun bakat yang ada pada diri masing-masing siswa. Setiap siswa berhak
menambah wawasan yang lebih baik sesuai dengan minat dan bakatnya. Siswa yang meiliki
kemapuan di atas rata-rata haraus terlayani sehingga dapat mengembangkan kemampuannya
secara optimal, sebaliknya siswa berkemampuan di bawah rata-rata juga harus terlayani sesuai
dengan kemampuannya.
3) Fungsi Eksplorasi (Exploration)
Kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing anak
didik, sehingga diharapkan anak didik dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa ada
paksaan. Fungsi ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena terkadang berlawanan
dengan kenyataan, bahwa sering ada pemaksaan dari pihak-pihak tertentu, seperti orangtua,
untuk memilih suatu pilihan yang sebenarnya tidak sesuai dengan minat dan bakat siswa. Para
pengembang kurikulum harus dapat menggali bakat dan minat anak didik yang terkadang
tersembunyi.
4) Fungsi Keahlian (Specialization)
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak didik dengan keahliannya yang
didasarkan atas minat dan bakat anak didik. Kurikulum harus dapat memberikan pilihan berbagai
bidang keahlian, seperti perdagangan, pertanian, industri atau disiplin akademik. Dengan bidang-
bidang pilihan tersebut anak didik diharapkan memiliki keterampilan sesuai dengan bidangnya.
Untuk itu dalam pengembangan kurikulum perlu melibatkan para ahli atau spesialis untuk
menentukan kemampuan yang harus dimiliki anak didik yang sesuai dengan bidang keahliannya.
Selain fungsi-fungsi diatas, kurikulum juga berfungsi untuk setiap orang atau lembaga yang
berhubungan baik langsung mapun tidak langsung dengan penyelenggaraan pendidikan. Untuk
itu, fungsi kurikulum dapat ditinjau dalam berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut.
1) Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
Bagi kepala sekolah kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur dan membimbing
kegiatan sehari-hari di sekolah, baik kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun
kokurikuler.
2) Fungsi Kurikulum bagi Guru
Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum sekaligus sebagai
pelaksana kurikulum. Guru juga sebagai faktor kunci (key factor) dalam keberhasilan kurikulum.
Bagaimanapun baiknya suatu kurikulum disusun, pada akhirnya akan sangat bergantung pada
kemampuan guru di lapangan. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak
dapat memahami dan melaksankan kurikulum dengan baik sebagai pedoman dalam proses
pembelajaran.
3) Fungsi Kurikulum bagi Siswa
Bagi siswa sendiri, kurikulum berfunsi sebagai pedoman belajar, melalui kurikulum siswa dapat
memahami apa tujuan yang hendak di capai, isi atau bahan pelajaran apa yang harus dikuasai dan
pengalaman belaajr apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Alexander Inglis (Sanjaya:
2010: 14 ) mengemukakan enam fungsi kurikulum untuk siswa, yaitu kurikulum berfungsi
sebagai fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi
pemilihan dan fungsi diagnostik.
a. Fungsi Penyesuaian
Lingkungan tempat individu hidup senantiasa berubah dan dinamis, karena itu setiap individu
harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Kurikulum berfungsi sebagai alat pendidikan
menuju individu yang well adjusted, yang membekali anak didik dengan kemampuan-
kemampuan sehingga setelah selesai pendidikan, diharapkan dapat membawa dirinya untuk
berperilaku sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat, maupun dengan
lingkungan yang lain.
b. Fungsi Pengintegrasian
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Individu merupakan bagian
integral dari masyarakat, maka dengan pembentukan pribadi-pribadi yang terintegrasi, akan
memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
c. Fungsi Diferensiasi
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan perorangan dalam
masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, dan ini
akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.
d. Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk
jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Sekolah tidak mungkin memberikan semua
apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka, tetapi melalui kurikulum harus
dapat memberikan kemampuan yang diperlukan anak didik untuk melanjutkan studinya ataupun
mencari pekerjaan.
e. Fungsi Pemilihan
Antara perbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat. Pengakuan atas perbedaan
berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang dinginkan atas sesuatu
yang menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang
demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram secara fleksibel, memberikan kesempatan pada
semua anak didik untuk memperoleh pendidikan sesuai pilihannya berdasarkan minat dan
bakatnya.
f. Fungsi Diagnostik
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para siswa agar
mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua
potensi yang dimiliki. Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa. Di sini Fungsi kurikulum adalah
mendiagnosa dan membimbing anak didik agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal.
4) Fungsi Kurikulum bagi Pengawas
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebgai pedoman, patokan, atau ukuran
dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum juga dapat digunakan pengawas untuk
menetapkan hal-hal apa saja yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha
pengembangan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.
5) Fungsi Kurikulum bagi Orangtua/Masyarakat
Bagi masyarakat, kurikulum dapat memberikan pencerahan dan perluasan wawasan pengetahuan
dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui kurikulum, masyarakat dapat mengetahui apakah
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan
kurikulum sekolah. Orangtua juga perlu memahami kurikulum dengan baik, sehingga dapat
dijadikan bahan untuk memberikan bantuan, bimbingan, dan fasilitas lainnya agar anak
mencapai hasil belajar yang lebih optimal.
1.3 Jenis Jenis Kurikulum
Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis kurikulum ada 3 (tiga), yaitu:
1) Separate subject curriculum
Artinya segala bahan pelajaran disajikan dalam subject/mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang
satu lepas dari yang lain. Subject atau mata pelajaran ialah hasil pengalaman umat manusia
sepanjang masa, atau kebudayaan dan pengetahuan yang dikumpulkan oleh manusia sejak
dahulu, lalu disusun secara logis dan sistematis, disederhanakan dan disajikan kepada anak didik
sesuai dengan usianya masing-masing.
2) Corelated curriculum
Artinya masing-masing tiap mata pelajaran itu mempunyai hubungan. Di sini mata pelajaran itu
dihubungkan antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya, sehingga tidak berdiri sendiri-
sendiri seperti pada seperete-subject curriculum dan ini dibuat sebagai reaksi terhadapnya yang
dianggap masih kurang sempurna.
3) Integrated curriculum
Dalam integrated curiculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan sehingga diharapkan akan
membentuk anak-anak menjadi pribadi yang terintegrated.
1.4 Kurikulum dan Pengajaran
Kurikulum terdiri dari komponen komponen yang saling berkaitan dan memengaruhi satu sama
lain. Komponen yang membentuk system kurikulum akan melahirkan system pengajaran, dan
system pengajaran itulah yang kan menjadi pedoman guru dalam pengelolaan proses belajar
mengajar di dalam kelas. Maka dapat dikatakan bahwa system pengajaran merupakan
pengmbangan dari sistem kurikulumnya.
Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan walaupun keduanya
memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan
tujuan pendidikan, serta isi yang harus dipelajari. Sedangkan pengajaran adalah proses yang
terjadi dalam interaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa. Seperti perumpamaan yang
diungkapkan Saylor (Sanjaya: 2010: 17) kurikulum dan pengajaran itu seperti Romeo dan
Juliet.artinya berbicara Romeo tidak akan berarti apa-apa tanpa Juliet, begitu pula sebaliknya.
Tanpa kurikulum sebagai sebuah rencana, maka pembelajaran dan pengajaran tidak akan efektif;
demikian juga tanpa adanya pembelajaran, maka kurikulum tidak berarti apa-apa. Kurikulum
berkaitan erat dengan apa yang harus diajarkan, sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana
cara mengajarkannya.
Berikut ini gambar keterkaitan antara kurikulum dan pengajaran.
Gambar 1. Keterkaitan kurikulum dan pengajaran
Walaupun antara kurikulum dan pengajaran merupakan dua sisi yang tidak terpisahkan, namun
dalam proses pengajaran dan pembelajaran dapat terjadi berbagai kemungkinan hubungan antara
keduanya. Olivia (Sanjaya: 2010: 20) menggambarkan kemungkinan hubungan antara keduanya
dalam beberapa model seperti berikut.
1) Model dualistis (the dualistic model)
Pada model ini kurikulum dan pengajaran terpisah. Keduanya tidak bertemu kurikulum yang
seharusnya menjadi input dalam menata system pengajaran tidak tampak. Demikian juga
pengajaran yang semestinya memberikan balikan dalam proses penyempurnaan kurikulum tidak
terjadi, karena kurikulum dan pengajaran berjalan sendiri.
2) Model berkaitan (the interlocking model)
Pada model ini kurikulum dan pengajaran dianggap sebagai suatu system yang keduanya
memiliki hubungan. Baik antara kurikulum dan pengajaran maupun pengajaran dan kurikulum
ada bagian-bagian yang berpadu atau memiliki keterkaitan, sehingga antara keduanya memiliki
hubungan.
3) Model konsentris (the concentric nmodel)
Pada model ini kurikulum dam pengajaran memiliki hubungan dengan kemungkinan kurikulum
bagian dari pengajaran atau pengajaran bagian dari kurikulum.
4) Model siklus (the cyclical model)
Pada model ini antara kurikulum dan pengajaran memiliki hubungan yang timbal balik.
Keduanya saling berpengaruh. Apa yang diputuskan dalam kurikulum akan menjadi dasar dalam
proses pelaksanaan pengajaran, begitu juga sebaliknya.
1. 5. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan sebuah dokumen yang berisi tentang perencanaan pembelajaran yang
disusun sebagai pedoman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Suatu perencanaan
tentulah harus direalisasikan untuk melihat apakah perencanaan tersebut berhasil mencapai
tujuan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Adapun implementasi dari kurikulum adalah
proses pembelajaran. Jadi, kurikulum dan proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan karena
merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Pembelajaran tanpa kurikulum tidak akan
efektif dan kurikulum tanpa proses pembelajaran hanyalah sebuah dokumen yang tidak
bermakna.
Dalam proses pembelajaran guru merupakan kunci utama yang menggerakkan pembelajaran dan
berhubungan langsung dengan peserta didik yang menjadi objek kurikulum. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa guru berperan penting dalam pengimplementasian kurikulum. Peran guru
dalam pengembangan kurikulum lebih kepada penerapannya di dalam tataran kelas. Murray Print
dalam Wina (2010: 28) menyebutkan bahwa peran guru dalam pengembangan kurikulum adalah
sebagai: (1) implementers, (2) adapters, (3) developers, dan (4) researchers.
1. Guru sebagai implementers
Guru sebagai implementer artinya guru sebagai pelaksana kurikulum. Guru merupakan tenaga
teknis dimana perannya dalam pengembangan kurikulum hanya mengimplementasikan
kurikulum yang telah disusun secara terpusat. Guru tidak memiliki kesempatan untuk
menentukan isi maupun target kurikulum. Akibatnya, guru menjadi tidak kreatif dan inovatif
dalam merekayasa pembelajaran. Guru cenderung hanya mengikuti apa yang tertulis dalm
kurikulum tanpa melakukan pembaharuan. Kesentralan kurikulum juga mengakibatkan
terjadinya keseragaman dalam proses pembelajaran yang menyebabkan apa yang dilakukan guru
di berbagai daerah yang berbeda di Indonesia mengalami kesamaan, padahal karakteristik dan
kebutuhan antar daerah berbeda satu sama lain.
2. Guru sebagai adapters
Peran guru sebagai adapter adalah menyesuaikan kurikulum dengan kondisi lapangan tempat dia
mengajar. Berbeda dengan peranannya sebagai implementer yang hanya menjalankan kurikulum
yang telah direncanakan, guru sebagai adapter mendapatkan wewenang untuk menyesuaikan
kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Contohnya saja
kebijakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), para perancang kurikulum
hanya menentukan standar isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana
implementasinya, kapan waktunya dan hal hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru.
(Wina: 2010:29). Dengan demikian guru akan lebih tertantang untuk memvariasikan kegiatan
pembelajaran dan terhindar dari rutinitas yang menjemukan karena berkesempatan
mengembangkan kreatifitas dalam mengajar.
3. Guru sebagai developers
Guru sebagai developer artinya guru memiliki wewenang untuk mengembangkan kurikulum
sendiri. Guru dapat merancang sebuah kurikulum yang sesuai dengan karakteristik, visi, dan misi
sekolah. Guru memiliki hak untuk menentukan tujuan, isi, strategi, dan pengukuran dalam
perencanaan pembelajaran. Guru sebagai subjek langsung yang berinteraksi dengan para peserta
didik pastinya memiliki gambaran riil tentang pengalaman belajar yang dibutuhkan peserta didik,
sehingga dapat menyusun suatu kurikulum yang tepat sasaran. Pelaksanaan peran guru sebagai
pengembang kurikulum dapat dilihat dalam pengembangan kurikulum muatan lokal (mulok)
yang merupakan bagian dari struktur KTSP. Pengembangan kurikulum muatan lokal diserahkan
sepenuhnya kepada tiap tiap satuan pendidikan agar dapat mengembangkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan masing masing sekolah. Oleh sebab itu, Kurikulum muatan lokal bisa saja
berbeda antara satu sekolah dengan sekolah yang lain.
4. Guru sebagai researchers
Guru sebagai researcher atau peneliti artinya guru berperan dalam meneliti kurikulum. Guru
bertanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan
bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran, dan
lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa dalam mencapai target
kurikulum. (Sanjaya: 2010: 30). Metode yang disarankan untuk penelitian ini adalah metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam
proses pembelajaran atau proses penerapan kurikulum. Dengan melaksanakan PTK, guru tidak
hanya mengasah kemampuannya dalam meneliti tetapi juga terpacu untuk selalu berupaya
mencari pemecahan atas masalah yang dihadapinya ketika mengajar. Dalam hal ini guru tidak
hanya melakukan perannya sebagai peneliti kurikulum tetapi sekaligus meningkatkan kinerja
profesionalnya. Guru akan menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran
yang efektif dan efisien bagi peserta didik.