Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan negara, yaitu
audit keuangan, audit kinerja, dan audit dengan tujuan tertentu,
A. AUDIT KEUANGAN
Audit keuangan adalah audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
Audit kinerja dapat dilaksanakan oleh external auditor maupun internal auditor. Sesuai
amanat UU No. 15 Tahun 2004 dan PP No. 60 Tahun 2008. UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara memberikan mandat dan
kewenangan kepada BPK sebagai lembaga pemeriksa eksternal untuk melaksanakan audit
kinerja. Di sisi lain, PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah juga
memberikan kewenangan pada Aparat Pengawas Intern Pemerintah untuk melaksanakan audit
kinerja, sebagai suatu bentuk pengawasan. Dengan demikian, auditor eksternal dan auditor
internal perlu berkoordinasi dalam melaksanakan audit kinerja. Jangan sampai terjadi
overlapping. Keduanya harus menjaga hubungan dan komunikasi yang harmonis agar tercipta
konfigurasi audit kinerja yang baik.
Audit kinerja. Audit kinerja saat ini merupakan genderang perang bagi Kementerian dan
lembaga setelah keluan Keterbukaan Informasi Publik (KIP), Kementerian dan Lembaga
Pemerintah sangat komitmennya untuk meningkatkan praktik dan kapasitasnya di bidang audit
kinerja. Bagaimana perkembangan audit sektor publik? Apa manfaat yang bisa diperoleh?
Bagaimana Pendekatan digunakan?
Setelah pemerintah mengeluarkan UU KIP No 14 Tahun 2008 serta memuat dalam
lembaran negara Republik Indonesia. Masyarakat berkeingan mengetahui sejauman uang negara
yang berasl dari sektor pajak yang dibayar warga negara Republik Indonesia yang taat pajak
apakah dikelola dengan baik Dalam arti, apakah uang negara digunakan untuk memperoleh
sumber daya dengan hemat (spend less), digunakan secara efisien (spend well), serta dapat
memberikan hasil optimal yang membawa manfaat bagi masyarakat (spend wisely).
"Audit kinerja merupakan metamorfosis dari audit intern (internal audit) yang kemudian
berkembang menjadi audit operasional (operational audit) dan selanjutnya menjadi audit
manajemen (management audit). Audit manajemen berfokus pada penilaian aspek ekonomi dan
efisiensi. Audit manajemen kemudian dilengkapi dengan audit program (program audit) yang
bertujuan untuk menilai efektivitas. Koalisi antara audit manajemen dan audit program inilah
yang disebut sebagai audit kinerja (performance audit)."
Audit kinerja merupakan salah satu jenis audit yang dilakukan sebagai pengembangan
diri audit keuangan. Audit kinerja untuk menilai tingkat keberhasilan kinerja suatu
Kementerian/Lembaga Pemerintah, untuk memastikan sesuai atau tidaknya sasaran yang
kegiatan yang menggunakan anggaran. Oleh karena audit kinerja (performence audit merupakan
perluasan dari audit keuangan yang meliputi : ekonomi, efisien dan efektifitas, maka auditor
yang akan melaksanakan kegiatan harus memperoleh informasi tentan organisasi, meliputi
struktur organisasi, prosedur kerja dan sistem informasi dan pelaporan keuangan dan kegiatan
kepada manajemen.
Berikut adalah jenis - jenis audit kinerja:
Audit operasional merupakan penelahaan secara sistematik aktivitas operasi organisasi dalam
hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit operasional, auditor diharapkan melakukan
pengamatan yang obyektif dan analisis yang komprehensif terhadap operasional-operasional
tertentu.
Tujuan audit operasional adalah untuk :
1. Menilai kinerja, kinerja dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan, standar-standar, dan
sasaran-sasaran yang ditetapkan oleh manajemen
2. Mengidentifikasikan peluang dan
3. Memberikan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak-pihak yang
mungkin meminta dilakukannya audit operasional adalah manajemen dan pihak ketiga.
Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit
tersebut.
Audit Manajemen
Pengertian manajemen audit tersirat dalam definisi kalangan akademisi. Berikut beberapa
definisi menurut Holmes dan Overmyer (1975) :
Manajemen audit mencakup penelitian dan evaluasi atas semua fungsi dari Manajemen, untuk
memastikan bahwa pelaksanaan operasi perusahaan telah dijalankan dengan cara yang efektif
dan efisien.
Dari definisi yang dikumpulkan maka diperoleh beberapa karakteristik pemeriksaan manajemen
yaitu:
1. Memberikan informasi tentang efektifitas , efisiensi dan ekonomisasi operasional
perusahaan kepada manajemen.
2. Penilaian efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi didasarkan pada standar-standar tertentu.
3. Audit diarahkan kepada operasional sebagian atau seluruh struktur organisasi.
4. Audit ini dapat dilakukan oleh akuntan maupun bukan akuntan.
5. Hasil audit manajemen berupa rekomendasi perbaikan kepada manajemen.
C. DENGAN TUJUAN TERTENTU
Audit (pemeriksaan) dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak termasuk
dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja/audit operasional. Sesuai dengan
definisinya, jenis audit ini dapat berupa semua jenis audit selain audit keuangan dan audit
operasional. Dengan demikian dalam jenis audit tersebut termasuk diantaranya audit ketaatan
dan audit investigatif
1. Audit Keaatan
Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara
kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kriteria yang digunakan dalam audit ketaatan adalah peraturan perundang-undangan
yang berlaku bagi auditi. Perundangundangan di sini diartikan dalam arti luas, termasuk
ketentuan yang dibuat oleh yang lebih tinggi dan dari luar auditi asal berlaku bagi auditi
dengan berbagai bentuk atau medianya, tertulis maupun tidak tertulis.
2. Audit Investigatif
Audit investigatif adalah audit yang dilakukan untuk membuktikan apakah suatu
indikasi penyimpangan/kecurangan apakah memang benar terjadi atau tidak terjadi. Jadi
fokus audit investigatif adalah membuktikan apakah benar kecurangan telah terjadi.
Dalam hal dugaan kecurangan terbukti, audit investigatif harus dapat mengidentifikasi
pihak yang harus bertanggung jawab atas penyimpangan/kecurangan tersebut
PROFIL BPK
A. Tugas dan Fungsi BPK berdasarkan UUD 1945
BPK merupakan salah satu lembaga pengawasan eksternal dan sebagai suatu lembaga
negara yang memiliki posisi sangat tinggi sesuai UU 1945. Tugas BPK adalah
pemberantasan KKN, memelihara transparansi dan akuntabilitas seluruh aspek keungan
negara, untuk memeriksa semua asal-usul dan besarnya penerimaan negara dari mana pun
sumbernya. BPK memiliki tugas untuk memeriksa untuk apa uang negara dipergunakan
pada tiga lapis pemerintahan di Indonesia yaitu pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
Keuangan negara Indonesia tercermin pada APBN, APBD, BUMN, BUMD, yayasan, dana
pensiun, perusahaan yang terkait dengan kedinasan, serta bantuan atau subsidi kepada
lembaga sosial milik swasta.
B. Struktur Organisasi BPK
Berdasarkan keputusan Ketua BPK No. 34/K/I-VIII.3/6/2007 tanggal 15 Juni 2007
Gambaran mengenai struktur organisasi BPK adalah sebagai berikut :
Terdiri dari 1 orang ketua merangkap anggota, 1 orang wakil ketua merangkap anggota, dan
7 orang anggota BPK dimana 7 orang anggota ini dibagi untuk melakukan pembinaan atas
suatu lingkup pemeriksaan, evaluasi, pembangunan, pendidikan dan latihan pemeriksaan
keuangan negara, serta satu Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara dan 7 auditorat Utama Keuangan Negara.
C. Visi, Misi dan Tujuan Strategis BPK
Visi BPK
Menjaga lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas, mandiri dan profesional serta
berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan
transparan.
Misi BPK
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam rangka mendorong
terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keuangan negara, serta berperan aktif dalam
mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan transparan.
Tujuan Strategis BPK :
1. Mewujudkan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara yang independen
dan professional
2. Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan
3. Mewujudkan BPK RI sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara
4. Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
5. Peranan BPK Sekarang dan Mendatang
Peningkatan peran BPK telah dimulai sejak beberapa tahun lalu sebelum terbitnya UU
No. 15 tahun 2006 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Peran BPK sekarang dan mendatang antara lain :
a. Membantu masyarakat dan pengambil keputusan untuk melakukan alternatif
pilihan masa depan
b. Mendalami kebijakan dan masalah public
c. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi bagi peningkatan efektivitas
dan efisiensi kebijakan pemerintah serta ketaatan atas aturan lingkungan hidup
dan pembangunan berkelanjutan.
D. Landasan Operasional BPK menurut UU Nomor 15 tahun 2006 adalah sebagai
berikut :
a. BPK terdiri dari 9 orang yaitu satu orang ketua merangkap anggota, satu orang wakil
ketua merangkap anggota dan tujuh orang anggota. Anggota BPK menjabat selama 5
tahun dan hanya dapat menjabat selama dua periode.
b. Ketua dan wakil ketua BPK dipilih dari dan oleh anggota.
c. Untuk melakanakan tugasnya BPK dibantu oleh Pelaksana BPK yang terdiri dari
Sekretariat Jenderal, Unit Pelaksana Tugas Pemeriksaan, Unsur Penunajgn, Perwakilan
BPK, dan pejabat lain sesuai dengan kebutuhan.
d. Pelaksanaan tugas dan fungsi BPK sepenuhnya dibiayai dari APBN yang besarnnya
ditetapkan oleh DPR.
e. Pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di lingkungan BPK diperiksa oleh
kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh DPR atas usul Menteri Keuangan.
a. Pasal 23E (1) untuk memeriksa dan tanggungjawab tentang keuangan negara
diadakansuatu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri. (2) hasil
pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, DPRD sesuai dengan
kewenangannya.(3) hasil pemeriksaan tersebut ditindak lanjuti oleh lembaga
perwakilan dan atau badan sesuai dengan Undang-undang.
b. Pasal 23F berbunyi (1) Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD dan diresmikan oleh presiden.(2) pimpinan BPK dipilih dari dan
oleh anggota.
c. Pasal 23G berbunyi (1) BPK berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki
perwakilan di tiap provinsi. (2) ketentuan lebih lanjut tentang BPK diatur dalam
Undang-undang.
KONSEPSI AUDIT EKSTERNAL PEMERINTAH
Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD harus disusun dan
disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang disusun oleh suatu komite
standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu
mendapat pertimbangan dari BPK. Pasal 33 undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa
pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara diatur dalam undang-
undang tersendiri.
Hal-hal yang mengatur secara rinci tentang BPK diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam undang-undang
tersebut antara lain diatur tentang kedudukan dan keanggotaan, tugas dan wewenang BPK,
pemilihan dan pemberhentian anggota dan pemimpin BPK, hak keuangan/administratif dan
protokoler, tindakan kepolisian, kekebalan, larangan, kode etik, kebebasan, kemandirian dan
akuntabilitas, pelaksana BPK, anggaran, dan ketentuan pidana bagi anggota BPK yang
memperlambat atau tidak melaporkan hasil pemeriksaan yang mengandung unsur pidana,
termasuk penyalahgunaan kewenangan.
Sumber hukum dari kewenangan BPK untuk memeriksa keuangan negara tersebut adalah
Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 23 E UUD 1945
menyebutkan bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan
negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sesuai dengan kewenangannya. Hasil
pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan
undang-undang.
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa di kalangan pemerintah, audit yang dilaksanakan
oleh BPK menunjukkan bahwa audit dilaksanakan oleh auditor di luar organisasi pemerintah.
Organisasi pemerintah, pada dasarnya ada tiga lapisan, yakni pemerintah pusat yang dalam
operasionalnya tergambar pada adanya APBN, pemerintah provinsi ada APBD Provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota yang ada APBD Kabupaten/Kota. Penanggung jawab APBN adalah
presiden dan memertanggungjawabkannya kepada DPR. Di tingkat provinsi, penanggung jawab
APBD-nya adalah gubernur yang dan memertanggungjawabkannya kepada DPRD Provinsi.
Selanjutnya, di tingkat kabupaten/kota, penanggung jawab APBD Kabupaten/Kota adalah
bupati/walikota dan memertanggungjawabkannya kepada DPRD Kabupaten/Kota.
Pemeriksaan BPK dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan. Dalam penulisan laporan
hasil pemeriksaan, BPK selalu menyatakan di dalam laporannya bahwa pemeriksaan telah
dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan. Standar pemeriksaan merupakan patokan bagi
para pemeriksa dalam melakukan tugas pemeriksaannya. Standar pemeriksaan BPK diatur dalam
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar pemeriksaan yang dimaksud antara lain
mengatur:
BPK, baik sebagai institusi pemeriksa maupun para pemeriksanya, dalam melaksanakan
penugasan pemeriksaan juga wajib menaati kode etik. Untuk ini setiap anggota BPK dan
pemeriksanya wajib:
Dari uraian pada bab-bab terdahulu dapat diketahui beberapa persamaan antara audit
eksternal dan audit internal di kalangan pemerintah. Beberapa persamaan tersebut, keduanya
sama-sama:
Untuk auditor eksternal yang melakukan audit atas kewajaran laporan keuangan, jika
laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansinya, auditor memberi opini wajar
tanpa pengecualian. Hal ini menunjukkan bahwa praktik manajemen dalam menyusun laporan
keuangan telah baik dan dapat diteruskan untuk periode berikutnya. Sebaliknya jika laporan
keuangan tidak sesuai dengan standar akuntansi secara material atau signifikan, berarti
manajemen telah salah dalam menerapkan standar tersebut. Dalam hal ini auditor memberi opini
tidak wajar. Jika keadaannya demikian, maka manajemen harus melakukan perbaikan dalam
penyususunan laporan keuangan.
Auditor internal yang melakukan audit kinerja akan menemukan kenyataan apakah auditi
telah melaksanakan program dan atau kegiatannya secara ekonomis, efisien, dan efektif (3E).
Jika auditi telah memenuhi tiga aspek tersebut, berarti auditi telah melaksanakan tugas dan
fungsinya secara baik. Jika demikian, auditor tidak perlu menyampaikan temuan dan
rekomendasi untuk perbaikannya. Dengan demikian auditi dapat meneruskan pelaksanaan
program dan kegiatannya pada periode berikutnya. Namun jika auditor masih menemukan
kekurangan pada salah satu atau seluruh aspek 3E tersebut, berarti auditi dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya masih ada kekurangan. Untuk ini auditor menyampaikan temuan
disertai dengan rekomendasinya.
a. Bertujuan Memberikan Rekomendasi untuk Perbaikan
Nilai tambah yang dapat diberikan oleh auditor dan sangat bermanfaat bagi auditi
adalah temuan dan rekomendasinya. Dengan adanya rekomendasi sebagaimana diuraikan
di atas, auditi dapat melakukan perbaikan. Tanpa temuan audit, mungkin penyimpangan
yang ada tidak diketahui oleh manajemen auditi. Hal ini dapat terjadi karena rutinitasnya,
manajemen auditi tidak dapat mengenali kekurangan yang ada pada lembaganya sendiri.
Sebaliknya, dengan melakukan audit secara profesional dan independen, auditor akan
mampu mengenali kekurangan-kekurangan yang ada.
b. Dilakukan oleh Orang-Orang yang Kompeten
Baik audit eksternal maupun internal, semuanya dilakukan oleh orang-orang yang
kompeten, profesional, dan independen. Standar 2200 dari standar audit APIP
mensyaratkan bahwa auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Standar
pemeriksaan BPK juga menyatakan bahwa Pemeriksa secara kolektif harus memiliki
kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan.
c. Berpedoman pada Standar Audit
Baik audit eksternal maupun internal, auditornya dalam melaksanakan tugas audit
harus selalu berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam standar audit. Pada dasarnya,
auditor dalam melaksanakan audit harus menerapkan berbagai prosedur yang sesuai
dengan keadaannya. Seluruh prosedur yang ditempuh harus dalam rangka meyakinkan
bahwa fakta-fakta memang sesuai dari kriterianya, atau sebaliknya. Dengan standar yang
demikian, maka simpulan, temuan, dan hal-hal penting yang dijumpai auditor dapat
diandalkan kebenarannya.
d. Taat pada Kode Etik Profesi
Tentang independensi auditor, kode etik BPK menyatakan bahwa Untuk
menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pemeriksa wajib:
Senada dengan kode etik BPK, untuk APIP kewajiban independensi diatur dalam
Kode Etik APIP yang diterbitkan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
Kode etik tersebut menetapkan hal-hal yang seharusnya dilakukan dalam setiap
melaksanakan penugasan audit. Setiap terjadi pelanggaran terhadap kode etik, auditor
dikenakan sanksi.
Dari uraian pada bab-bab terdahulu diketahui ada dua perbedaan antara audit eksternal dan
audit internal di kalangan pemerintah. Dua perbedaan tersebut berkaitan dengan: (a) pelaksana
auditnya; dan (b) strategi pelaksanaannya. Di bawah ini diuraikan perbedaan-perbedaan tersebut.
a. audit;
b. reviu;
c. evaluasi;
Audit
d. pemantauan; dan Ekstern
Outcome
Input Proses
Output