Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi,

anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung dapat menyebabkan

anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.

Berdasarkan laporan WHO ( 2000), terdapat lebih dari 2.400 juta penduduk atau

40 % dari penduduk dunia tinggal di daerah endemis malaria. Sementara prealensi

penyakit malaria di seluruh dunia diperkirakan antara 300 500 juta klini setiap

tahunnya, sedangkan angka kematian yang dilaporkan mencapai 1 sampai 1,5 juta

penduduk pertahun, terutama terjadi pada anak-anak di Afrika, khususnya daerah

kurang terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Tahun 2005 dilaporkan bahwa

kematian tiap tahunnya lebih 1 juta, dan sebanyak 80 % di Afrika dan 20 % di Asia

termasuk Eropa timur, sebanyak3,2 milyar penduduk di dunia sebanyak 07 negara

tinggal didaerah berisiko atau endemis malaria, paling banyak di Afrika tepatnya

di selatan Sahara.

Malaria masih merupakan salah satu penyakit re-emerging yang

sampai saat ini menjadi ancaman dan sering menimbulkan Kejadian Luar

Biasa/KLB. Di Sulawesi Tengah penyakit ini mempengaruhi angka kesakitan dan

kematian bayi, anak balita dan ibu melahirkan,. Kejadian Luar Biasa/KLB yang
menimbulkan kematian sehingga pemerintah memprioritaskan penanggulangan

penyakit ini.

Beberapa tahun terakhir angka kesakitan malaria menunjukkan trend

yang meningkat, angka kesakitan malaria yang diukur dengan Annual Malaria

Incidence( AMI ) pada tahun 2007 sebesar 30,48 per mil dan Annual Parasite

Incidence ( API ) 5,40 per mil, pada tahun 2008 dengan Annual Malaria Incidence

( AMI ) sebesar 30,19 per mil dan Annual Parasite Incidence ( API ) sebesar 4,39

per mil dan pada tahun 2009 dengan Annual Malaria Incidence ( AMI ) cenderung

meningkat menjadi 30,91 per mil dan Annual Parasite Incidence ( API ) 4,92 per

mil.

Di Sulawesi Tengah terdapat 10 kabupaten endemis malaria dari 11

kabupaten/kota yang ada, dengan kasus malaria dari 3 tahun terakhir cenderung

meningkat pada tahun 2007 sebanyak 73.284 kasus klinis, tahun 2008 sebanyak

75.020 kasus klinis dan pada tahun 2009 meningkat sebanyak 78.490 kasus klinis.

Sesuai data Dinas Kesehatan Kabupaten Poso program P2 berdasarkan

laporan Puskesmas tahun 2011 penderita malaria tanpa pemeriksaan sediaan

darah sebanyak 6.628 penderita, yang dengan pemeriksaan sediaan darah yang

Positif 426 penderita. API ( Angka Kesakitan per 1.000 penduduk ) sebesar 2,03

% dibandingkan dengan standar nasional <5 % API untuk Kabupaten Poso tahun

2011 sudah di bawah standar Nasional. Jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya (2010) API (Angka kesakitan per 1.000 penduduk) sebesar 8,6 %

tahun ini mengalami penurunan. (Dinkes Kabupaten Poso tahun 2012)

2
Di wilayah puskesmas Lawanga pada tahun 2010 jumlah kasus

malaria sebanyak 480 kasus, yang positif sebanyak 292 penderita yaitu positif

malaria vivax 261 dan malaria palcifarum sebanyak 31 orang dan mengalami

penurunan pada tahun 2011 menjadi 399 kasus yang positif sebesar 54 orang

yaitu malaria vivax 52 orang dan malaria palcifarum sebanyak 3 orang. Dan

tahun 2012 jumlah kasus turun menjadi 112 kasus. Sedangkan tahun 2013 jumlah

pemeriksaan DDR sebanyak 318 pasien, mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya hal ini disebabkan adanya program pemberantasan malaria yang

sudah dilaksanakan, tetapi belum seluruhnya terlaksana sesuai dengan standar

yaitu pemberian kelambu dan peberantasan sarang nyamuk. Program

pengendalian malaria telah terintegrasi menjadi bagian dari pelayanan kesehatan

masyarakat khususnya dalam penanganan malaria berat menjadi bagian penting

dari program pengendalian malaria, sehingga perlu adanya peningkatan upaya

penatalaksanaan pada semua tingkat pelayanan kesehatan terutama pada

pemberian obat malaria.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut : bagaimana hubungan

antara program kelambunisasi dengan penurunan angka kesakitan penyakit

malaria di Puskesmas Lawanga

3
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara program kelambunisasi

dengan penurunan angka kesakitan penyakit malaria di Puskesmas Lawanga.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya bagaimana pelaksanaan program kelambunisasi di

Puskesmas Lawanga .

b. Diketahuinya hubungan antara program kelambunisasi dengan penurunan

angka kesakitan penyakit malaria di Puskesmas Lawanga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Poso hasil penelitian ini merupakan

salah satu sumber informasi dalam rangka penentuan arah kebijakan

peningkatan pelayanan kesehatan pada masa yang akan datang.

b. Bagi Puskesmas Lawanga merupakan informasi berharga sekaligus

sumbangan pikiran untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas Lawanga.

4
2. Manfaat penelitian

a. Bagi Peneliti

Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman berharga dalam memperluas

wawasan dan pengetahuan pelayanan kesehatan melalui penelitian

lapangan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi dan kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut

tentang penyakit malaria.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Penyakit Malaria

1. Pengertian

Malaria adalah penyakit infeksi yg disebabkan oleh parasit

plasmodium yg hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

Penyakit malaria mempunyai gejala-gejala seperti : Demam,

menggigil berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan

nyeri otot atau pegalpegal. Dan dapat menyerang semua orang, baik laki

-laki atau perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak- anak dan

dewasa .

Malaria Klinis adalah penderita dengan gejala dingin

menggigil*, demam* secara berkala, berkeringat* dan sakit kepala dan juga

sering disertai dengan gejala khas daerah (diare pada balita sakit atau sakit

otot pada orang dewasa).

*) gejala klasik malaria

Malaria positif adalah penderita yang dalam darahnya ditemukan

parasit plasmodium melalui pemeriksaan mikroskopis (atau dengan rapid

diagnostic test).

6
2. Etiologi/penyebab

Penyakit Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh

parasit berwujud mikroba bersel satu ( protozoa ) dari genus plasmodium,

yang dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan memasuki dan

menghancurkan sel- sel darah merah. Jenis plasmodium yang dapat

menyebabkan penyakit malaria yakni :

a. Plasmodium falcifarum penyebab penyakit malaria tropika

b. Plasmodium vivax penyebab penyakit malaria tertiana

c. Plasmodium malarie penyebab penyakit malaria kuartana

d. Plasmodium ovale ( jarang dijumpai, umumnya di Afrika)

Seorang penderita dapat ditulari oleh lebih dari satu jeni

plasmodium, biasanya infeksi semacam ini disebut infeksi campuran ( mixed

infection). Tapi umumnya banyak hanya dua jenis parasit yaitu campuran

antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau plasmodium

malarie. Campuran tiga jenis parasit jarang sekali terjadi.

3. Masa Inkubasi

Adapun masa inkubasi pada penyakit malaria adalah :

a. Masa inkubasi intrinsik ( waktu mulai masuknya sporosoit ke dalam darah

sampai timbulnya gejala klinis/demam yaitu sampai pecahnya sison sel darah

merah yang matang dan masuknya merosoit darah ke aliran darah, waktu ini

meliputi waktu yang dibutuhkan oleh fase eksoeritrositer ditambah dengan

siklus sisogoni ) :

7
1). Plasmodium falciparum = 9 14 hari (12),

2). Plasmodium vivax = 12 17 hari (15)

3). Plasmodium Ovale = 18 40 hari (28)

4). Plasmodium malariae = 16 18 hari (17)

b. Masa inkubasi ekstrinsik ( waktu mulai saat masuknya gametosit ke dalam

tubuh nyamuk sampai terjadinya stadium sporogoni dalam tubuh nyamuk,

yaitu dengan terbentuknya sporosoit yang kemudian masuk ke dalam kelenjar

liur nyamuk )

Pada suhu optimal 26,7 c :

1). Plasmodium falciparum = 10 12 hari

2). Plasmodium vivax = 8 11 hari

3). Plasmodium malariae = 14 hari

4). Plasmodium ovale = 15 hari

Pada suhu 16 c P. vivax 55 hari dan 7 hari pada suhu 28 c, pada 32 c

parasit dalam tubuh nyamuk mati

4. Gejala Klinis Malaria

Gejala serangan malaria pada penderita terdiri dari beberapa jenis :

a. Gejala klasik

Gejala ini biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non

endemis malaria atau belum mempunyai kekebalan (imunitas) atau pertama

kali menderita malaria. Gejala ini merupakan suatu parokisme, yang terdiri

dari stadium berurutan:

8
- Menggigil ( selama15 60 menit)

- Demam ( selama 2 6 jam ), timbul setelah penderita menggigil

dengan suhu 37,5 40 derajat celcius bahkan bisa lebih.

- Berkeringat ( selama 2 4 jam ) timbul setelah demam, terjadi akibat

gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah.

b. Gejala malaria klinis ringan dalam program pemberantasan malaria

Demam, menggigil, berkeringat, dapat diserta gejala sakit kepala,

mual dan muntah, serta gejala daerah setempat seperti diare pada balita ( di

Tim-Tim), nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa ( di Papua), pucat

dan menggigil dingin pada orang dewasa ( di Yogyakarta)

c. Gejala malaria berat atau komplikasi

Yaitu gejala malaria klinis ringan dengan disertai salah satu gejala dibawah

ini :gangguan kesadaran lebih dari 30 menit, kejang beberapa kali,panas

tinggi, mata dan tubuh kuning, perdarahan dihidung, gusi atau saluran

pencernaan, jumlah kencing kurang (oliguri),warna urine seperti teh tua,

kelemahan umum ( tidak bisa duduk/berdiri) dan napas sesak.

Seseorang dapat diketahui terserang penyakit malaria lewat penampakan

klinis ( seperti gejala-gejala diatas) atau pemeriksaan laboratorium.

Pada pemeriksaan laboratorium ( SD ), seseorang bisa diketahui terkena :

- Penyakit malaria ringan atau tanpa komplikasi

- Penyakit malaria berat atau komplikasi

9
Adapun dampak dari penyakit malaria terhadap manusia adalah Malaria

menyebabkan anemia sehingga :

a. Daya tahan tubuh menurun dan para pekerja produktivitas tidak optimal

b. Lesu, lemah, sehingga anak balita dan anak usia sekolah akan mempengaruhi

kecerdasan anak, pertumbuhan dan perkembangannya.

c. Malaria dalam kehamilan di daerah endemik menyebabkan: anemia berat pada

ibu , perdarahan, keguguran, bayi berat lahir rendah ,lahir mati, dan bayi

tertular malaria.

d. Kehilangan kesadaran

e. hilang ingatan

f. nafas cepat,pingsan hingga koma dan meninggal dunia

5. Pengobatan

Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita, mencegah

kematian, mengurangi kesakitan, mencegah komplikasi Dan relaps, serta

mengurangi kerugian sosial ekonomi ( akibat malaria). Tentunya obat yang ideal

adalah obat yang memenuhi syarat :

a. Membunuh semua stadium dan parasit

b. Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps

c. Toksisitas dan efek samping sedikit

d. Mudah cara pemberiannya

e. Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat

10
Pengobatan tergantung sensifitas dan jenis penyebabnya, dapat dipilih obat

anti malaria yang paling tepat.pengobatan terhadap penyakit ini terutama

ditujukan untuk penderita malaria, masyarakat yang akan berangkat ke daerah

endemis dan masyarakat yang datang dari daerah endemis.

1. Jika tanpa komplikasi :

a. Malaria falcifarum

Dengan lini pertama yaitu : artesunat + Amodiakuin + Primakuin

atau lini pertama yaitu : dehydroartemisinin + paperaquin + primakuin

dengan lini kedua yaitu : Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + primakuin

b. Malaria vivax, ovale dan malarie

yaitu dengan artesunate + amodiaqune ( AS + Amo )

atau dehydroartemisinin + piperaquin (DHP)

2. Jika dengan komplikasi maka :

a. Pengobatan simptomatik

b. Pemberian anti malaria

c. Pemberian kemoprofilaksis

6. Cara penularan

a. Penularan secara alamiah :yaitu penyakit yang langsung ditularkan melalui

gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria.

11
skemanya sebagai berikut :

Nyamuk malaria menggigit manusia yang sakit malaria, maka parasit

malaria akan terbawa bersaman darah yang dihisap olehnya kedalam tubuh

nyamuk. Nyamuk yang telah terinfeksi malaria menggigit manusia yang sehat.

Pada saat menggigit maka parasit yang ada dalam tubuh nyamuk masuk

kedalam darah manusia. Dan akhirnya manusia yang tadinya sehat menjadi

sakit.

b. Penularan yang tidak alamiah :

Secara bawaan ,terjadi pada bayi yang baru lahir sudah menderita penyakit

malaria karena tertular dari sang ibu yang pada waktu hamil menderita

penyakit malaria.

Secara mekanik, penularan melalui transfusi darah atau jarum suntik.

Secara oral, pernah dibuktikan pada burung, ayam, burung dara, dan

monyet.

12
7. Epidemiologi

Penyebaran penyakit malaria ditentukan oleh faktor yang disebut host,

agent dan enviroment. Penyebaran malaria terjadi apabila ketiga komponen

tersebut saling mendukung. Bila digambarkan secara skema sebagai berikut :

Host ( Manusia)

Agent Environment

(nyamuk Anopheles betina) ( lingkungan)

Host ( pejamu ) adalah makhluk hidup termasuk manusia yang bisa terinfeksi

oleh agent atau penyebab penyakit dan merupakan tempat berkembang biaknya

agent ( parasit plasmodium ). Bagi penjamu ada beberapa faktor intrinsik yang

dapat mempengaruhi kerentanan penjamu terhadap agent yang mencakup: usia,

jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit

sebelumnya, cara hidup, hereditas, status gizi dan tingkat imunitas.

Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup ataupun

tidak hidup dimana dalam kehadirannya, bila diikuti dengan kontak yang efektif

dengan manusia yang rentan akan menjadi stimulai untuk memudahkannya

terjadinya suatu proses penyakit. Agent penyebab penyakit malaria termasuk

agent biologis yaitu protozoa.

Agent ( parasit/plasmodium) hidup di dalam tubuh manusia dan dalam tubuh

nyamuk. Manusia disebut host intermediate ( pejamu sementara) dan nyamuk

disebut host definitif ( pejamu tetap). Parasit /plasmodium hidup dalam tubuh

13
nyamuk dalam tahap daur seksual ( pembiakan melalui kawin) dan hidup dalam

tubuh pada daur aseksual (pembiakan tidak kawin, melalui pembelahan diri )

Environmental adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada. Nyamuk

berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang

dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Adapun lingkungan yang dapat

mempengaruhi terbagi dalam tiga kelompok yaitu lingkungan fisik yang meliputi

kondisi udara, musim, cuaca, dan kondisi geografi serta geologinya. Lingkungan

biologis terdiri dari hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berfungsi sebagai agent,

reservoir, maupun vektor, dan mikroorganisme saprofity serta tumbuh-tumbuhan

yang merupakan sumber nutrient tetapi mungkin juga menjadi allergen.

Lingkungan sosial ekonomi meliputi kepadatan penduduk, stratifikasi sosial

( tingkat pendidikan, pekerjaan dan lain-lain), nilai-nilai sosial, kemiskinan dan

lain-lain.

Penyebaran malaria disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:

a. Perubahan lingkungan yang tidak terkendali dapat menimbulkan tempat

perindukan nyamuk malaria.

b. Banyaknya nyamuk Anopheles sp yang telah dikonfirmasi sebagai vektor

malaria (17 spesies), dari berbagai macam habitat.

c. Mobilitas penduduk yang relatif tinggi dari dan ke daerah endemik malaria.

d. Perilaku masyarakat yang memungkinkan terjadinya penularan.

e. Semakin meluasnya penyebaran parasit malaria yang telah resist enterhadap

obat anti malaria.

14
f. Terbatasnya akses pelayanan kesehatan untuk menjangkau seluruh desa yang

bermasalah malaria, karena hambatan geografis, ekonomi, dan sumber daya.

(KepMenKes R.I Nomor : 293/MENKES/SK/IV/2009,Tanggal : 28 April 2009


tentang Pedoman Eliminasi Malaria Di Indonesia )

B. Tinjauan Tentang Program Penceghan dan Pemberantasan Malaria

Kegiatan yang dijalankan dalam upaya pemberantasan malaria adalah

ditujukan untuk memutuskan mata rantai transmisi/penularan. Pemutusan

dilakukan pada salah satu atau lebih mata rantai host, agent dan environment,

dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat malaria maka

strategi global pemberantasan malaria sebagai berikut :

1. Menyediakan diagnosa dini dan pengobatan tepat

2. Merencanakan dan melaksanakan upaya preventif yang selektif dan

berkesinambungan ( substainnable) termasuk pengendalian vektor.

3. Menemukan secara dini, menanggulangi atau mencegah wabah malaria.

4. Meningkatkan kemampuan lokal dibidang penelitian dasar terapan agar

memungkinkan terlaksananya penilaian keadaan malaria secara tepat,

khususnya faktor ekologis,sosial ekonomi penyakit malaria.

Strategi pemberantasan malaria sesuai dengan gebrak malaria

merupakan bagian integral pembangunan kesehatan dan sektor pembangunan

lainnya. Pemberantasan didesentralisir kepada kabupaten dan kota dengan

menekankan keterpaduan dan kerjasama lintas sektor dan swasta serta

mengupayakan peningkatan peran serta masyarakat. Pemberantasan harus Lokal

15
spesifik berdasarkan informasi dan bukti yang ada serta berorientasi kepada

pemecahan masalah.

Secara operasional kegiatan yang dilakukan yaitu meningkatkan kualitas dan

cakupan penatalakanaan kasus, pemberantasan vektor yang selektif sesuai dengan

situasi dan kondisi setempat dan mengurangi kontak manusia dengan nyamuk.

Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyakit malaria :

a. Menghindari atau mengurangi kontak/gigitan nyamuk Anopheles dengan

cara pemakaian kelambu, penjaringan rumah, repelen, obat nyamuk dan

sebagainya.

b. Membunuh nyamuk dewasa dengan cara menggunakan berbagai insektisida.

c. Membunuh jentik ( kegiatan anti larva) baik secara kimiawi (larvasida)

maupun biologik ( ikan, tumbuhan, jamur dan bakteri).

d. Mengurangi tempat perindukan ( source reduction)

e. Mengobati penderita malaria

f. Pemberian pengobatan pencegahan ( profilaksis)

g. vaksinasi ( masih dalam tahap riset dan clinical trial)

Menurut Depkes RI, program pencegahan penyakit malaria yang dilakukan di

Indonesia terdiri dari :

a. Pembangunan Sadar Manusia

b. Pos Malaria Desa.

c. Pemetaan Endemisitas.

d. Identifikai potensi masyarakat.

16
e. Kemitraan.

f. Desentralisasi program.

g. Dukungan peraturan perundang-undangan.

h. Dukungan penelitian dan pengembangan.

i. Sistem surveilans malaria.

j. Penyuluhan kesehatan.

.
1 Program Penanggulangan Penyakit Malaria

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian malaria Pemerintah

dalam hal ini Departemen Kesehatan R I, melalui Dinas Kesehatan mengambil

beberapa kebijakan sebagai berikut :1). Penegakan diagnosa dini dengan

konfirmasi melalui mikroskop atau rapid. 2). Pengobatan yang cepat dan tepat

dengan artemisinin combination therapy. 3). Pencegahan penularan malaria

melalui kegiatan : distribusi kelambu ( Long Lasting Insecticidal Net ),

penyemprotan rumah/IRS, repellent, dll . 4). Kerja sama lembaga sosial/lembaga

pemerintah dalam forum gebrak malaria. 5). Memperkuat desa siaga dengan

pembentukan Pos Malaria Desa ( POLMASDES ). 6). Save Papua / P2KTP .

Dan untuk mendukung kebijakan tersebut diatas dilakukan strategi sebagai

berikut :

a. Intensifikasi dan integrasi kegiatan malaria melalui : mass blood survey,

pengobatan malaria, dan pembagian kelambu pada ibu hamil, pengobatan

malaria dan pembagian kelambu pada bayi dengan imunisasi lengkap,

17
pembagian kelambu integrasi dengan pengobatan massal filariasis, serta

pembentukan Polmasdes dengan kader malaria.

b. Penguatan SDM petugas melalui pelatihan, dll.

c. Kerjaama lintas sektor dalam pengendalian vektor malaria.

3. Pemberantaan Malaria

Tujuan utama pada Tahap Pemberantasan adalah mengurangi tingkat

penularan malaria disatu wilayah minimal kabupaten/kota, sehingga pada akhir

tahap tersebut tercapai SPR < 5 %. Sasaran intervensi kegiatan dalam Tahap

Pemberantasan adalah seluruh lokasi endemis malaria (masih terjadi penularan)

di wilayah yang akan dieliminasi. Untuk mencapai tujuan Tahap Pemberantasan,

perlu dilakukan pokok-pokok kegiatan sebagai berikut :

a. Penemuan dan Tata Laksana Penderita

- Meningkatkan cakupan penemuan penderita malaria dengan konfirmasi

laboratorium baik secara mikroskopis maupun RDT.

- Mengobati semua penderita malaria (kasus positif) dengan obat malaria

efektif dan aman yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI (saat ini

menggunakan Artemisinin Combination Therapy).

- Melakukan pemeriksaan ulang sediaan darah, pemantauan kualitas RDT, dan

meningkatkan kemampuan mikroskopis.

- Memantau efikasi obat malaria.

18
b. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

- Melakukan survei vektor dan analisis dinamika penularan untuk menentukan

metode pengendalian vektor yang tepat.

- Mendistribusikan kelambu berinsektisida secara massal maupun integrasi

dengan program/sektor lain di lokasi endemis malaria.

- Melakukan penyemprotan rumah (Indoor Residual Spraying) atau pengendalian

vektor lain yang sesuai di lokasi potensial atau sedang terjadi KLB.

- Memantau efikasi insektisida (termasuk kelambu berinsektisida)

dan resistensi vektor.

c. Surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah

- Meningkatkan kemampuan unit pelayanan kesehatan pemerintah maupun

swasta (Puskesmas, poliklinik, rumah sakit) dalam pelaksanaan SKD-KLB.

- Menanggulangi KLB malaria.

- Meningkatkan cakupan dan kualitas pencatatan-pelaporan tentang angka

kesakitan malaria serta hasil kegiatan.

- Melakukan pemetaan daerah endemis malaria dari data rutin dan hasil survei.

d. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

- Meningkatkan peran aktif masyarakat antara lain melalui pembentukan Pos

Malaria Desa (Posmaldes) di daerah terpencil.

- Meningkatan promosi kesehatan.

19
- Menggalang kemitraan dengan berbagai program, sektor, LSM,organisasi

keagamaan, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, organisasi

internasional, lembaga donor, dunia usaha dan seluruh masyarakat.

- Integrasi dengan program lain dalam pelayanan masyarakat, seperti pembagian

kelambu berinsektisida, pengobatan penderita.

- Menyusun Perda atau peraturan perundangan lainnya untuk mendukung

eliminasi malaria.

e. Peningkatan sumber daya manusia

- Menyelenggarakan pelatihan tenaga mikroskopis Puskesmas dan rumah sakit

pemerintah maupun unit pelayanan kesehatan swasta serta menjaga kualitas

pemeriksaan sediaan darah.

- Sosialisasi dan pelatihan tata laksana penderita.

- Pelatihan tenaga pengelola malaria dalam bidang teknis dan manajemen.

C. Tinjauan tentang Program Kelambuniasi

Salah satu kegiatan terpadu yang dilaksanakan dalam pengendalian

penyakit malaria adalah program pemberian kelambu yang berinsektisida kepada

masyarakat khususnya keluarga yang memiliki ibu hamil dan bayi/balita didaerah

yang merupakan wilayah endemisitas malaria sedang dan tinggi.Kelambu

berinsektisida adalah kelambu yang proses pemberian insrktisida pada bahan

kelambu dilakukan dipabrik, melalui pencampuran pada serat benang ( fiber ).

20
Kegiatan terpadu malaria dengan program imunisasi adalah kegiatan yang

mencakup imunisasi rutin dan tambahan disertai dengan pemberian kelambu

berinsektisida kepada bayi yang sudah mendapat imunisasi lengkap. Sedang pada

ibu hamil diberikan pada saat kunjungan pertama melaksanakan pemeriksaan

antenatal dengan tujuan agar ibu hamil tersebut tidak menderita malaria selama

kehamilannya. Adapun manfaat dari menggunakan kelambu berinsektisida adalah

kelambu berinsektisida dapat mencegah gigitan dan dapat membunuh nyamuk

malaria, sehingga daopat menurunkan risiko tertular malaria. Untuk bayi baru

lahir pemakaian kelambu secara tidak langsung akan membantu dalam hal :

1. Mengurangi terjadinya berat badan lahir rendah.

2. Menurunkan terjadinya anemia pada bayi baru lahir

3. Mengurangi risiko terjadinya kematian bayi baru lahir.

4. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan selama kehamilan dan

beberapa minggu pertama kehidupan bayi baru lahir

Faktor manusia (host) yang pcnling dalam pcnccgahan malaria adalah

faktor perilaku, seperti perilaku pencegahan dan pencarian pengobatan. Salah satu

Faktor pencegahan malaria berkaitan dengan pcngcmbangan program kelambunisasi

adalah keteraturan masyarakat untuk tidur mcnggunakan kelambu sepanjang malam.

Berdasarkan pcnelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna secara

statistik antara menggunakan kelambu dengan kejadian malaria, dimana respondcn

yang tidak mcnggunakan kelambu berisiko 4,82 kali terkena malaria dibandingkan

21
dengan responden yang leralur tidur menggunakan kclambu. Faktor resiko yang

berpotensi menjadi konfounder sehubungan dengan keteraturan tidur

menggunakan kelambu dengan kejadian malaria adalah pengetahuan responden

tentang cara pencegahan malaria dan status penyuluhan tentang kelambu yang

dilerima oleh responden. Respondcn yang tidak tahu cara pencegahan malaria

berisiko 6,64 kali dibanding responder; yang tahu tentang cara pencegahan

malaria. Variabcl umur responden kelompok muda < 15 tahun beresiko terkena

malaria pernah menerima pcnyuluhan kelambu akan terlindungi dari malaria 2,37

kali dibandingkan dengan responden yang beumur > 15 tahun.

Berdasarkan penclitian ini diketahui menggunakan kelambu sangal

mcmpengamhi keberhasilan program pengendalian malaria jika dilaksanakan

dcngan mempertimbangkan upaya pcningkatan pcngetahuan masyarakat temang

pencegahan malaria Serta manfaat penggunaan kelambu.

22
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

1. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yg disebabkan oleh parasit plasmodium yg

hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini

secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

Penyakit malaria mempunyai gejala-gejala seperti : Demam, menggigil

berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot

atau pegalpegal. Dan dapat menyerang semua orang, baik laki -laki atau

perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak- anak dan dewasa .

2. Program kelambunisasi

Faktor manusia (host) yang pcnling dalam pcnccgahan malaria adalah faktor

perilaku, seperti perilaku pencegahan dan pencarian pengobatan. Salah satu

Faktor pencegahan malaria berkaitan dengan pcngcmbangan program

kelambunisasi adalah keteraturan masyarakat untuk tidur mcnggunakan

kelambu sepanjang malam. Seseorang dapat diketahui terserang penyakit

malaria lewat penampakan klinis ( seperti gejala-gejala diatas) atau

pemeriksaan laboratorium.

23
B. Kerangka Konsep

1. Alur Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pelaksanaan Program
Kelambunisasi: Turunnya angka
Pemakaian kelambu Kesakitan malaria
berinsektisida

2. Variabel Penelitian

a Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi variabel

terikat yaitu pemakaian kelambu berinsektisida

b Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas yaitu kesakitan malaria.

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Pemakaian kelambu berinsektisida

Adalah penggunaan kelambu berinsektisida pada saat tidur diwaktu malam

atau siang hari

Cara Ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner

Skala Ukur : Ordinal

Hasil Ukur : 1) Tidak ( apabila skor < dari mean)

2) ya ( apabila Skor > dari mean)

24
2. Kesakitan Malaria

Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami gejala-gejala seperti :

Demam, menggigil berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,

muntah, diare dan nyeri otot atau pegalpegal dan didukung oleh

pemeriksaan laboratorium.

Cara Ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner

Skala Ukur : Ordinal

Hasil Ukur : 1) Tidak ( apabila tidak sesuai dengan gejala dan hasil

laboratorium negatif)

2) Ya (apabila sesuai dengan gejala dan hasil

laboratorium positif)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai

berikut :

1. Ada hubungan antara program kelambunisasi dengan penurunan angka

kesakitan malaria di Puskesmas Lawanga.

25
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan

pendekatan cross sectional dimana untuk mempelajari dinamika korelasi antara

faktor-faktor dengan efek, dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat (point time approach) artinya tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali

saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau subyek pada saat

pemeriksaan ( Notoatmodjo, 2002 ) yang bertujuan untuk melihat hubungan

program kelambunisasi dengan penurunan angka kesakitan penyakit malaria di

Puskesmas Lawanga.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Lawanga Kecamatan Poso Kota

Utara Kabupaten Poso dan waktu penelitian direncanakan pada tahun 2014

selama 3 bulan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua penderita malaria yang berkunjung di

Puskesmas Lawanga yang berjumlah 318 kasus selama periode Januari

sampai Desember 2013.

26
2. Sampel

Semua penderita malaria yang datang berkunjung dan memeriksakan diri ke

puskesmas Lawanga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dimana pemilihan

sampel dilakukan dengan teknik non random sampling (Accidental Sampling

Methode ) yakni hanya penderita malaria yang berkunjung atau memeriksakan diri

pada saat penelitian berlangsung. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 76

balita yang didapatkan dengan menggunakan rumus Slovin ( Notoatmodjo,S.2002).

n = N

1 + N ( d )

Dimana : n = sample ( perkiraan besar sample )

N = Populasi ( Jumlah pasien yang berkunjung )

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan.

Berdasarkan rumus diatas diperoleh sampel sebanyak :

n = 318

1 + 318 (0,1)

n = 318

1 + 318 (0,01)

n = 318

1 + 3,18

n = 318

4,18 n = 76 sampel

27
D. Pengumpulan Data

1. Data Primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan

wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari instansi yang

bersangkutan yaitu data kunjungan di Puskesmas Lawanga tahun 2013

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Agar data-data yang dikumpulkan menjadi data yang bermakna atau

berarti, maka data mentah tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum

disajikan, adapun tahap-tahap pengolahan data yang akan dilakukan yaitu :

a Editing data

Yaitu memeriksa kembali data-data yang telah dikumpulkan apakah ada

kesalahan atau tidak.

b Coding Data

Yaitu kegiatan mengklasdifikasikan data dengan cara memberi kode untuk

memudahkan peneliti pada saat melakukan entri data.

c Entri Data

Yaitu proses pemasukan data untuk selanjutnya dianalisis.

d Cleaning Data

Yaitu proses pengecekan data yang dilakukan setelah data dimasukkan.

28
2. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan

statistical program for social science (SPSS) dan diinterpretasikan lebih

lanjut. Analisa data yang akan dilakukan yaitu :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

proporsi masing-masing variabel yang diteliti baik variabel bebas maupun

variabel terikat.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat kemaknaan hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Uji yang digunakan pada analisis

bivariat ini adalah Chi-Square dengan menggunakan derajat kepercayaan

95%.

Kriteria penerimaan hipotesis : Ho ditolak apabila p < 0,05

Ho diterima apabila p 0,05

29
F. Penyajian Data

Data yang telah diolah dan dianalisis disajikan dalam bentuk tabel

kemudian dinarasikan dalam pembahasan .

G. Jadwal Penelitian

BULAN

NO
JENIS DES JAN PEB MAR APR MEI

KEGIATAN 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
1 Judul
Pengambilan
2 Data Awal
Penyusunan
3 Proposal
Ujian
4 Proposal
Perbaikan
5 Proposal

6 Penelitian
Penyusunan
7 Skripsi

8 Ujian Skripsi
Perbaikan
9 Skripsi

H. Organisasi Penelitian

Pembimbing I : H.Andi Bungawati,SKM.,M.Si.

Pembimbing II : Nur Afni, SKM.M.Kes

Peneliti : Lina Jerni Latendengan

NIM : 10.10.7.1.0222

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes. R.I., 1993. Program pemberantasan Malaria. Dirjen P2M, Jakarta


2. Depkes. R.I., 2003. Epidemiologi Malaria.Dirjen P2M, Jakarta
3. Depkes. R.I., 2006.Pedoman pemberantasan vektor. Dirjen P2M, Jakarta
4. Depkes. R.I., 2007. Modul Manajemen Pemberantasan Penyakit Malaria.
Dirjen P2M, Jakarta
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Poso 2013. Profil Dinas Kesehatan Kab. Poso
6. Fajriani, N.D., 2010. Peranan Stakeholder pada program malaria. Skripsi.
Semarang,Universitas diponegoro.

7. Kemenkes.R.I., 2010. Pedoman Pelaksanaan Pos Malaria Desa. Ditjen PP


&PL, Jakarta .

8. Hubungan menggunakan kelambu dengan kejadian malaria diPuskesmas


Hanura Kabupaten Lampung Selatan tahun 2006, Deskripsi Dokumen:
http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=20339358&lokasi=lokal ( diunduh 10 April 2014)

9. Puskesmas Lawanga. Profil puskesmas tahun 2013.


10. Ns. Marten Ndona, S.Kep . Faktor yang berhubungan dengan kejadian
malaria di wilayah kerja puskesmas maunori, .

11. Keputusan Mentri Kesehatan, R.I.,2009. No. 293 Tentang Eliminasi Malaria
di Indonesia. Jakarta

12. Wahyu Dillyanty,100911296,Universitas Airlangga,Fakultas Kesehatan


Masyarakat,Surabaya,2011. Karya Ilmiah, Analisis Pelaksanaan
Kelambunisasi Berinsektisida Pada Kegiatan Pencegahan Dan
Penanggulangan Faktor Risiko Malaria (Studi Kasus Di Puskesmas
Savanajaya Kabupaten Buru)

31
KUSIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PROPGRAM KELAMBUNISASI DENGAN KEJADIAN


MALARIA DI PUSKESMAS LAWANGA KABUPATEN POSO

A. Karakteristik Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Jenis Pekerjaan :
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Ibu Rumah Tangga
c. Pegawai Swasta
d. Wiraswasta

B. Pengetahuan Responden tentang malaria

1. Apakah saudara mengetahui tentang gejala penyakit malaria ?


a. Ya
b. Tidak

2. Apakah saudara mengetahui tentang penyebab penyakit malaria?


a. Ya
b. Tidak

3. Apakah saudara tahu tentang pencegahan penyakit Malaria?


a. Ya
b. Tidak

4. Apakah saudara tahu tentang pengobatan Penyakit Malaria ?


a. Ya
b. Tidak

5. Apakah saudara pernah menderita penyakit Malaria ?


a. Ya
b. Tidak

32
C. Program Kelambunisasi

1. Apakah saudara tahu tentang kelambu berinsektisida?


a. Ya
b. Tidak

2. Apakah Saudara mendapatkan kelambu berinsektisida?


a. Ya
b. Tidak

3. Apakah saudara tahu kegunaan kelambu berinsektisida?


a. Ya
b. Tidak

4. Apakah saudara menggunakan kelambu berinsektisida pada saat tidur malam


ataupun siang yang telah dibagikan ?.
a. Ya
b. Tidak

33

Anda mungkin juga menyukai