Anda di halaman 1dari 29

Home

ilmu keperawatan
Home

Categories
askep tbc
asma
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)
bph
ekg
gagal jantung
hemodialisa
hepatitis b
ILEUS OBSTRUKTIF
ilmu keperawatan
infark
infertilitas
isk
Jurnal manajemen pelayanan kesehatan
kangker saluran kemih
kebersihan lingkungan
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN GAWAT DARURAT DAN KRITIS
KEGANASAN PADA KANDUNG KEMIH
LEUKEMIA
leukimia kronik
makalah pernapasan
makalah sle
MANAJEMEN BENCANA UNTUK BENCANA KECELAKAAN TRANSPORTASI
MASA KANAK-KANAK
materi kep dewasa
maternitas
pembuluh darah
promkes
resume sistem kardiovasuklar
resume sistem cerna metabolik
resume sistem hepatobilier
RESUME SISTEM PENCERNAAN METABOLIK
resume sistem perkemihan
resume sistem pernafasan
sap hemoroid
sistem endokrin
sistem imunitas
sistem limfatik
sistem muskuloskeletal
sistem respirasi dan asuhan keperawatan
sle
talasemi
tbc
ulkus dm

seputar kesehatan
Powered by Blogger.

ilmu keperawatan
Unknown
View my complete profile
Home KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN GAWAT DARURAT DAN KRITIS
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN GAWAT DARURAT DAN KRITIS

KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN GAWAT DARURAT DAN


KRITIS

By NAM_NAM23 CHANNEL 12:20:00 AM No comments

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Kebutuhan
psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah Kebutuhan psikososial pada pasien gawat
darurat dan kritisuntuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

DAFTAR ISI

Kata pengantari
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN .1
a. Latar belakang 1
b. Tujuan penulisan 1
c. Manfaat penulisan ..1
BAB II KAJIAN TEORITIS ......2
a. Definisi psikososial ...2
b. Masalah psikososial.....3
c. Psikososial dalam kegawat daruratan .11
d. Intervensi keperawatan dalam masalah psikososial kegawat daruratan .20
BAB III PENUTUP 26
a. Kesimpulan .26
b. Dafar pustaka ..27

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Aspek psikososial dari sakit kritis merupakan suatu tantangan yang unik bagi perawat pada
keperawatan kritis. Perawat harus secara seimbang dalam memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional dirinya maupun kliennya dalam suatu lingkungan yang dapat menimbulkan stress dan
dehumanis. Untuk mencapai keseimbangan ini perawat harus mempunyai pengetahuan tentang
bagaimana keperawatan kritis yang dialami mempengaruhi kesehatan psikososial pasien, keluarga
dan petugas kesehatan. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di icu
atau perawatan kritis selalu mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, sosiologis, spiritual,
secara komprehensif. Hal ini berarti pasien yang dirawat di ICU membutuhkan asuhan
keperawatan tidak hanya masalah patofisiologi tetapi juga masalah psiko sosial, lingkungan dan
keluarga yang secara erat terkait dengan penyakit fisiknya. (FK Unair, RSUD Dr. Soetomo, 2001)
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi psikososial
2. Memahami masalah psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis
3. Mengetahui intervensi psikososial pada keperawatan kritis
4. Meningkatkan kemampuan penulisan makalah
C. Manfaat penulisan
1. Bagi ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi untuk dijadikan
bahan dalam mengembangakan program pendidikan keperawatan terhadap psikososial pada
pasien gawat darurat dan kritis
2. Bagi perawat
Dapat menambah wawasaan perawat tentang pengetahuan tentang respon psikososial pada
pasien gawat darurat dan kritis
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Definisi Psikososial
Psikososial istilah digunakan untuk menekankan hubungan yang erat antara aspek psikologis dari
pengalaman manusia dan pengalaman sosial yang lebih luas . efek psikologis adalah mereka yang
mempengaruhi berbagai tingkat fungsi termasuk kognitif (persepsi dan memori sebagai dasar
untuk pengalaman dan pembelajaran), afektif (Emosi) , dan perilaku. Dampak sosial keprihatinan
hubungan, keluarga dan jaringan komunitas, tradisi budaya dan status ekonomi, termasuk tugas-
tugas kehidupan seperti sebagai sekolah atau bekerja. (ARC Resourch Pack. 2009)

Penggunaan psikososial jangka didasarkan pada gagasan bahwa kombinasi faktor yang
bertanggung jawab atas kesejahteraan psikososial orang, dan bahwa aspek-aspek biologis,
emosional, spiritual, budaya, sosial, mental dan material dari pengalaman tidak bisa tentu akan
dipisahkan satu sama lain. Istilah mengarahkan perhatian terhadap totalitas pengalaman orang
daripada berfokus secara eksklusif pada fisik atau aspek psikologis kesehatan dan kesejahteraan,
dan menekankan perlunya untuk melihat ini masalah dalam konteks interpersonal yang lebih luas
keluarga dan masyarakat jaringan di mana mereka berada. (ARC Resourch Pack. 2009)

Kedua unsur ini saling berhubungan dalam konteks keadaan darurat yang kompleks dimana
penyediaan dukungan psikososial merupakan bagian dari bantuan kemanusiaan dan upaya
pemulihan awal. Salah satu fondasi kesejahteraan psikososial adalah akses ke kebutuhan dasar
(makanan, tempat tinggal, mata pencaharian, kesehatan, pelayanan pendidikan) bersama-sama
dengan rasa aman yang berasal dari hidup di lingkungan yang aman dan mendukung. Itu manfaat
dari intervensi dukungan psikososial harus menghasilkan dampak positif pada kesejahteraan anak-
anak, dan mengatasi kebutuhan psikologis dasar kompetensi dan keterkaitan. . (ARC Resourch
Pack. 2009)
Definisi psikososial kunci psikososial : Hubungan dinamis yang ada antara psikologis dan sosial
efek, masing-masing terus berinteraksi dengan dan mempengaruhi yang lain.
Psikososial perencanaan pemulihan : perencanaan pemulihan psikososial difokuskan pada
intervensi sosial dan psikologis yang akan membantu memulihkan komunitas (Johal,2009)

B. Masalah pisikososial
1. Gangguan citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan, dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak
sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk struktur, fungsi keterbatasan, serta makna dan objek
yang kontak secara terus-menerus (anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) baik masa
lalu maupun sekarang. (Dalami dkk dalam Fitria dkk., 2013)

Tanda dan Gejala:


a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi.
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
d. Persepsi negatif pada tubuh.
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
f. Mengungkapkan keputusaaan.
g. Mengungkapkan ketakutan.
Tanda dan gejala lain yang mungkin muncul:

a. Citra yang mengalami distorsi, melihat diri sebagai gemuk, meskipun pada keadaan berat badan
normal atau angat kurus.
b. Penolakan bahwa adanya masalah dengan berat badan yang rendah.
c. Kesulitan menerima penguatan positif.
d. Kegagalan untuk mengambil tanggung jawab menurut diri sendiri.
e. Tidak berpartisipasi terhadap terapi.
f. Perilaku merusak diri sendiri, muntah yang dibuat sendiri; penyalahgunaan obat-obatan pencahar
dan diuretik, penolakan untuk makan.
g. Kontak mata hilang.
h. Alam peraaan yang tertekan dan pikiran-pikiran yang mencela diri sendiri setelah episode dari
pesta dan memicu perut.
i. Perenungan yang mendalam tentang penampilan diri dan bagaimana orang-orang lain melihat diri
mereka.

2. Kecemasan (ansietas)
Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau
rasa takut yang disertai suatu respons(sumber seringkali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan
terjadi sesuatu yang diebabkan oleh antisipasi bahaya. Hal ini merupakan sinyal yang
menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat
individu dengan mengambil tindakan menghadapi ancaman (NANDA, 2009, dalam Fitria dkk,
2013)

a. Tingkatan Ansietas
Tingkat ansietas menurut Stuart dan Sundeen (2007) dalam Fitria,dkk (2013)
adalah sebagai berikut :

1) Ansietas Ringan.
Tingkat ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari dan menyebabkan seseorang waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2) Ansietas Sedang
Tingkat sedang memungkinkan seeorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

3) Ansietas Berat
Tingkat berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada suatu yang terinci, spesifik, dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada
area lain.

b. Tingkat Panik
Tingkat ini berhubungan degan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian
terpecah dari proporsinya, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi
peningkatkan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan
dengan orang lain, persepsi menyimpang, dan kehilangan pemikiran rasional.
Secara praktis kita dapat membedakan tingkatan ansietas ini dalam kehidupan sehari-hari seperti
berikut ini (Fitriaw dkk, 2013):

1) Tingkat Ringan: seseorang yang menghadapi suatu masalah mencoba


menjadikan stressor yang ada sebagai media untuk meningkatkan koping
dirinya dengan cara menghadapi dan menyelesaikan masalah walaupun perlu beberapa
waktu secara mandiri untuk menghadapinya. Dalam kondisi ini individu tida memerlukan
oranglain yang membantu dirinya menghadapi masalah.
2) Tingkat Sedang: seseorang mencoba menghadappi dan menyelesaikan
masalah dengan bantuan oranglain yang menjadi orang kepercayaan bagi dirinya, misalnya
sahabat, orangtua, dosen, dan lain-lain.
3) Tingkat Berat : seseorang tidak sanggup mengahadapi dan menyelesaikan masalah walaupun
dengan bantuan orang lain yang sudah dipercaya. Dirinya merasa tidak mampu dan hilang
pengharapan untuk menyelesaikan masalah.
4) Tingkat Panik: merupakan kelanjutan dari tingkat berat yang sudah mengalami gangguan
perilaku motorik misalnya mengamuk dan melakukan
perilaku kekerasan pada orang lain. Kondisi tersebut sudah semestinya
memerlukan bantuan dari pihak medis untuk menurunkan tingkat kecemasan karena secara
umum aktivitas sehari-hari sudah terganggu.

Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (2007) terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, di antaranya sebagai berikut (Fitria dkk, 2013):
a. Pandangan Psikoanalitik.
Teori ini beranggapan bahwa ansietas terjadi apabila konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencermikan hati nurani dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari kedua elemenyang
bertentangan, sedangkan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Pandangan Interpersonal
Teori ini beranggapan bahwa ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah mudah mengalami
perkembangan ansietas yang tepat.
c. Pandangan Perilaku.
Teori ini beranggapan bahwa ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap bahwa sebagai
dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu
yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan, lebih sering menujukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

d. Kajian Keluarga.
Teori ini beranggapan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.

e. Kajian Biologis.
Menurut kajian secara biologis, otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiapine. Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat
GABA juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan
dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endofrin. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor
3. Harga diri rendah situasional
Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, serta merasa gagal mencapai keinginan
sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri
seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif. Misalnya,
seseorang yang mengalami kecelakaan, cerai, putus sekolah, perasaan malu
karena sesuatu, dsb. Harga diri rendah situasional bila tidak diatasi dapat menyebabkan
harga diri rendah kronis (Fitria dkk, 2013).
Factor penyebab

a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang memengaruhi harga diri diantaranya adalah penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri
yang tidak realistis.
2) Faktor yang memengaruhi performa peran adalah steriotif peran gender,
tuntutan peran kerja, nilai-nilai budaya yang tidak dapat diikuti oleh individu.
3) Faktor yang memengaruhi identitas pribadi adalah ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari
kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma, seperti mengalami hal yang tidak menyenangkan atau menyaksikan peristiwa yang
mengancm kehidupan.
2) Ketegangan peran, individu mengalami frustasi ketika dihadapkan
dengan situasi yang berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan. Ada tiga jenis
transisi peran :
Transisi peran perkembangan, perubahan normatif terkait dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu,
keluarga, nilai dan norma budaya, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
Transisi peran situasi, perubahan karena bertambah atau berkurangnya anggota keluarga.
Transisi peran sehat-sakit, perubahan yang terjadi akibat dari keadaan sehat menjadi sakit. Dapat
dicetuskan oleh hal-hal seperti kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan dan fungsi
tubuh, serta prosedur medis dan keperawatan.
Tanda dan Gejala

1) Perasaan malu terhadap diri sendiri, misalnya karena perubahan fisik yang disebabkan oleh
penyakit.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan, mengkritik, mengejek diri sendiri.
3) Merendahkan martabat diri sendiri.
4) Gangguan hubungan social.
5) Kurang percaya diri, sukar mengambil keputusan.
6) Mencederai diri.
7) Mudah marah, mudah tersinggung.
8) Apatis, bosan, jenuh dan putus asa.
9) Kegagalan menjalankan peran sehingga menjadi proyeksi (menyalahkan orang lain).

4. Keputusasaan
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang
melihat keterbatasan atau tidak adanya alternatif atau pilihan pribadi yang
tersedia dan tidak dapat memobilisasi energi yang dimilikinya (Fitria dkk, 2013).

Tanda dan Gejala

a. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa.
b. Klien tampak mengeluh dan murung.
c. Klien berbicara seperlunya.
d. Klien menunjukan kesedihan, afek datar atau tumpul.
e. Klien mengisolasi diri.
f. Kontak mata klien kurang.
g. . Klien masa bodoh terhadap situasi yang ada.
h. Klien menunjukan gejala kecemasan.
i. Nafsu makan klien berkurang.
j. Peningkatan waktu tidur klien.
k. Klien tidak mau terlibat dalam perawatan.
l. Klien mengalami penurunan perhatian.
Factor penyebab

a. Factor predisposisi
1) Teori kehilangan, berhubungan dengan faktor perkembangan seperti kehilangan orang tua
pada masa anak-anak. Teori ini menjelaskan bahwa seseorang tidak berdaya dalam mengatasi
kehilangan.
2) Teori kepribadian, ada kepribadian seseorng yang menyebabkan seseorang rentan terhadap
rasa putus asa.
3) Model kognitif, putus asa merupakan masalah kognitif yang didominasi
oleh penilaian negatif seseorang terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
4) Model belajar ketidakberdayaan, putus asa dimulai dari hilangnya
kendali diri yang kemudian menjadi pasif dan tidak mampu
menyelesaikan masalah. Setelah itu , akan timbul keyakinan akan
ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga individu menjadi tidak berupaya untuk
mengembangkan respon yang adaptif.
5) Model perilaku, putus asa terjadi karena kurangnya pujian positifselama berinteraksi dengan
lingkungan.
6) Model biologis, dalam tubuh seseorang terjadi penurunan zat kimiawi yaitu katekolamin,
tidak berfungsinya endokrin danterjadi peningkatan sekresi dari kortisol.

b. Factor prespitasi
1) Faktor biologis, putus asa dapat terjadi jika seseorang mengalami gangguan fisik yang
diakibatkan penyakit tertentu atau pengobatan yang berlangsung lama.
2) Faktor psikologis, putus asa dapat terjadi jika seseorang kehilangan kasih sayang dari seseorang
yang dicintainya atau kehilangan harga dirinya.
3) Faktor sosial budaya, putus asa terjadi jika seseorang mengalami kehilangan peran,
misalnya karena perceraian atau kehilangan pekerjaan. Klien yang mengalami keputusasaan akan
menampilkan perasaan diri
negatif terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar akibat dari
keyakinan akan ketidakmampuan diri dalam menghadapi kehidupan. Jika
lingkungan eksternal kemudian tidak memberikan dukungan akan menyebabkan reaksi
mengisolasi diri dan reiko tinggi bunuh diri.

C. PSIKOSOSIAL DALAM KEGAWAT DARURATAN


1. Ansietas
Ansietas adalah keadaan khawatir atau tegang dalam diri individu yang terjadi ketika kebutuhan
interpersonal akan keamanan dan kebebasan dari perasaan tegang atau terpenuhi, sumber ansietas
tidak spesifik atau tidak diketahui pada individu ( stillwell.2011 )
a. Factor resiko
1) Kurang control atas peristiwa yang terjadi
2) Ancaman terhadap control diri
3) Ancaman sakit atau penyakit
4) Ancaman lingkungan rumah sakit
5) Terpisah dari orang lain
6) Perubahan peran
7) Gangguan sensorimotor
8) Masalah finansial
9) Ancaman kematian
10) Percerayain
11) Pengangguran
12) Pension yang di paksakan
13) Ancaman prosedur invasive atau alat pendukung
14) Krisis situasi atau maturase
15) Kehilangan status
16) Tatanan lingkungan yang tidak di kenal
17) Ketidakmampuan untuk memahami konsekuensi sakit
18) Hambatan dalam mencapai tujuan
19) Ketergantungan
20) Kurang pengetahuan
21) Kehilangan kekuasaan dalam mengambil keputusasaan
b. Tanda dan gejala
Regulator Kognitif
a. Palpitasi a. Khawatir
b. Mual b. Gugup
c. Peningkatan frekuensi pernafasan c. Ketakutan
d. Peningkatan frekuensi jantung d. Agitasi iritabilitas
e. Diaphoresis e. Menarik diri
f. Ketegangan otot f. Marah
g. Vertigo g. regresi
h. Peningkatan tekanan darah h. ketidakmampuan berkonsentrasi
i. Tremor tangan i. pelupa
j. Peningkatan keringat pada telapak tangan
j. kurang inisiatif atau motivasi
k. Peningkatan aktivitas gastrointestinal k. perilaku menghindar
l. Insomnia l. ketidakberdayaan
m. Sering berkemih dilatasi pupil m. kehilangan control
n. Flushing n. berfikir tentang masa lalu versus
o. Pingsan saat ini
p. Mulut kering o. menangis
q. Paresthesia p. kehilangan kepercayaan diri
r. Muntah q. cemas
s. Dilatasi bronkiolus r. tegang
t. Kelemahan s. gembira berlebihan
t. lapang persepsi menyempit
u. verbalisasi berlebihan

2. kemarahan
kemarahan adalah pertahanan emosional yang terjadi dalam upaya untuk melindungi intergritas
individu dan tindakan melibatkan unsur destruktif. Kemarahan adalah respon otomatis yang
relative terjadi ketika individu terancam dan kemarahan dapat di internalisasi atau dieksternalisasi(
stillwell.2011 )
a. faktor resiko
ekspresi kemarahan di hambat internalisasi
persepsi ancaman yang meliputi:
1) tujuan terhambat
2) kegagaglan individu untuk memenuhi harapan pasien
3) kekecewaan
4) meningkatkannya konsep diri
5) sakit dirasakan mengancam jiwa
6) ketergantungan fisik
7) perubahan intrgritas social
b. tanda dan gejala
Regulatori kognitif
1) peningkatan tekanan darah 1) otot atau tangan mengepal
2) peninkatan denyut nadi 2) membalikan tubuh
3) ketegangan otot 3) menghindari kontak mata
4) perspirasi 4) kelembatan
5) kulit kemerahan 5) diam
6) mual 6) sarkasme
7) mulut kering 7) ucapan menghina
8) penganiaan verbal
9) membantah
10) sikap menuntut

3. konfusi
konfusi (kebingungan) adalah deficit perhatian. Konfusi juga menggabungkan kemampuan
individu mengintegrasikan stimulus yang akan terjadi. ( stillwell.2011 )
a. Factor resiko
1) Gangguan medis
a) Hipoksia
b) Penyakit paru
c) Gagal jantung kongestif
d) Ketidakseimbangan cairan atau elektrolit
e) Gangguan tiroid, paratiroid, dan kelenjar adrenal
f) Devisiensi vitamin B
g) Alkoholisme
h) Malnutrisi
i) Infekeksi seperti pneumonia, septicemia, meningitis atau ensefalitis
j) Disritmia
2) Gangguan pembedahan
a) Anesthesia
b) Obat nyeri
c) Hipotermia
d) Ansietas pasca operasi
e) Agitasi
f) Depresi
3) Gangguan intoksikasi
a) Intoksikasi atau putus alcohol
b) Intokasi atau putus apioid
c) Antikonilergik
d) Stimulant
e) Sedative
f) Vasopressor
g) Steroid
4) Gangguan neurologis
a) Penyakit neurologis
b) Kejang
c) Trauma kepala
d) Anoksia serbral
e) Ensefalopati hipertensi
f) Neoplasma intrak kranial
5) Gangguan sensori persepsi
a) Imobilisasi atau tirah baring lama
b) Gangguan penglihatan atau pendengaran saat ini
c) Amputas
d) Balutan atau fraktur
e) Nyeri yang tidak bekurang
f) Kelebihan beban sensori
g) Deprivasi tidur
b. Tanda dan gejala
Regulatori kognitif
1) Inkontinesia 1) Disorientasi
2) Disritmia 2) Gangguan rentang perhatian
3) Peningkatan frekuensi jantung 3) Gelisah
4) Peningkatan frekuensi pernafasan 4) Agitasi
5) Kulit lembap 5) Menarik diri
6) Suka berkelahi
7) Waham
8) Gangguan memori
9) Ketidakmampuan untuk mengenali
orang lain

4. Depresi
Depresi adalah penurunan perporma normal, seperti kelambatan aktifitas psikomotor atau
penurunan fungsi intelektual. Depresi mencakup rentang luas preubahan status apektif
yang keparahanya berkisar dari alam perasaan sedih atau murung yang normal dan terjadi setiap
hari sampai episode psikotik dengan resiko bunuh diri( stillwell.2011 )
a. Factor resiko
1) Penyakit
a) Penyakit akut yang mengancam jiwa
b) Penyakit kronis dan atau tahap akhir
2) Obat obatan
a) Tranqulizer
b) anti hipertensi
c) kortikosteroid
3) ketidak seimbangan elektrolit
a) kelebihan bikarbonat
b) hiperkalesmia
c) hypomagnesemia
d) hyperkalemia
e) hypokalemia
f) hyponatremia
4) kehilangan
a) masalah financial
b) kehilangan control
c) sparasi atau kehilangan orang terdekat
d) kehilangan fungsi tubuh
e) perasaan tidak berdaya atau merasa bersalah
f) perubahan peran atau gaya hidup
b. tanda dan gejala
Regulatori Kognitif
1) konstifasi 1) Agetasi
2) diare 2) Marah
3) sakit kepala 3) Ansietas
4) dyspepsia 4) Menghindar
5) insomnia 5) Bosan
6) perubahan menstruasi 6) Perbuatan ceroboh
7) nyeri otot 7) Konfusi
8) mual 8) Menangis
9) takikardia 9) Ketergantungan
10) ulkus 10) Kehampaan
11) Penurunan atau penambhan berat badan
11) Keletihan
12) Anoreksia 12) Ketakutan

5. Keputusasaan
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu memperhatikan perasaan tidak mungkin
dan perasaan bahwa hidup terlalu banyak untuk di tanganani, keputusasaan merupakan keadaan
subjektiv ketika individu melihat alternative yang terbatas atau tidak ada alternative atau pilihan
personal yang tersedia dan tidak mampu mempengaruhi energy untuk kepentinganya sendiri. (
stillwell.2011 )
a. Factor resiko
1) Ancaman terhadap sumber internal
a) Otonomi
b) Harga diri
c) Kemandirian
d) Kekuatan
e) Integritas
f) Keamanan biologis
2) Ancaman terhadap persepsi tentang sumber eksternal
a) Lingkungan
b) Staf
c) Keluarga
d) Pengabaian
e) Kegagalan atau deteriorasi
f) Stress jangka panjang
b. Tanda dan gejala
Regulatori Kognitif
1) Penurunan berat badan 1) Aktivitas menurun
2) Kehilangan nafsu makan 2) Kurang inisiatif
3) Kelemahan 3) Penurunan respon terhadap stimulus
4) Gangguan tidur 4) Penurunan apek
5) Pasif
6) Gangguan dalam belajar
7) Diam
8) Menutup mata
9) Ekspresi kesedihan
10) Ketidak patuhan terhadap program
terapi

6. Ketidakbedayaan
Ketidakberdayaa adalah perasaan kurang kendali pada situasi fisilogis, psikologis, dan situasi
lingkungan saat ini dan yang akan dating. ( stillwell.2011 )
a. Factor risiko
1) Kehilangan sensorimotor
2) Ketidakmampuan berkomunitas
3) Ketidakmampuan untuk melaksanakan peran
4) Kurang pengetahuan
5) Kurang privasi
6) Isolasi social
7) Ketidakmampuan untuk mengndalikan perawatan personal
8) Terpisah dari orang terdekat
9) Kehilangan kendali terhadap orang lain
10) Kurang kendali dalam mengambil keputusan
11) Ketakutan terhadap nyeri
b. Tanda dan gejala
Regulator Kognitif
1) Kelelahan 1) Apati
2) Keletihan 2) Menarik diri
3) Pusing 3) Pasrah
4) Sakit kepala 4) Perasaan hampa
5) Mual 5) Perasaan kurang kendali
6) Fatalism
7) Mudah dipengetahui

7. Deprivasi
Deprivasi adalah tidak adekuatnya waktu tidur atau waktu bermimpi yang berhubungan dengan
pola tidur sebelumnya atau pola tidur yang tidak lazim, kuantitas atau kualitas actual perubahan
pola tidur individu menyebabkan perubahan gaya hidup yang diinginkan. ( stillwell.2011 )
a. Factor resiko
1) Suara gaduh yang berlebihan
2) Nyeri
3) Penyakit
4) Ansietas
5) Stress
6) Pengobatan
7) Kurang olahraga
8) Depresi
9) Kekuatan terhadap kematian
10) Kesepian di bangunkan untuk terapi dan prosedur diagnostic
b. Tanda dan gejala
Regulatori Kognitip
Perilaku pengaturan tidur NREM1) Lesu
1) Penurunan tekanan darah 2) Latergi
2) Penurunan frekuensi jantung 3) Halusinasi
3) Penurunan volume urin 4) Disorientasi
4) Penurunan volume plasma 5) Kebingungan
5) Penurunan laju metabolisme 6) Gelisah
Perilaku pengaturan tidur REM 7) Iritabilitas
1) Peningkatan frekuensi jantung 8) Apatis
2) Peningkatan frekuensi
9) Penilaian yang buruk
pernapasan 10) Gangguan yang buruk
3) Peningkatan tekanan darah 11) Waham
4) Peningkatan aktifitas otonom 12) Ide paranoid
5) Peningkatan aktivitas metabolic 13) Sikap bermusuhan

D. INTERVENSI KEPERAWATAN DALAM MASALAH PSIKOSOSIAL DI


KEGAWATDARURATAN
1. Ansietas
Intervensi psikososial pada pasien ansietas ( stillwell.2011 ) :
a. Bina hubungan interpersonal yang menenangkan dengan pasien
b. Berikan informasi tentang situasi yang mengancam atau situasi yang menyebabkan stress,
termasuk prosedur invasive dan sensasi yang mungkin di perkirakan
c. Gunakan istilah sederhana dan repetisi untuk memberikan informasi tentang penyakit saat ini,
tujuan intervensi, dan perubahan perawatan.
d. Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan ketakutan mereka, klarifikasi reaksi pasien
terhadap ansietas
e. Minimalkan stimulus yang menyebabkan ansietas di lingkungan dan dorong penggunaan releksasi
otot progresif, biofeedback, hipnosis, releksasi autogenic, meditasi, atau imajinasi
f. Gunakan sentuhan terapeutik ntuk menenangkan pasien sebelum dan selama situasi stress yang di
rasakan.
g. Bantu pasien menetapkan tujuan, dengan mengetahui bahwa sedikit penetapan dapat
meningkatkan perasaan mandiri dan harga diri serta memungkinkan pasien untuk mencapai derajat
control.
h. Berikan umpan balik positif kepada pasien ketika strategi koping alternative di gunakan untuk
menghilangkan perasaan ansietas.
i. Diskusikan rencana pemindahan dari unit perawatan intensif (icu) dengan pasien agar pasien tetap
menyadari kemajuanya dan pemindahanya yang akan dilakukan.
j. Berikan agenes antiansietas dan pantau respon pasien, dengan memperhatikan efek samping
potensial
2. Kemarahan
Intervensi psikososial pada pasien kemarahan ( stillwell.2011 ):
a. Bina hubungan interpersonal yang menenangkan dan dorongan pasien untuk mengakui dan
mengekspresikan rasa marah
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ekspresi kemarahan
c. Gali alasan pasien mengalami perasaan marah dan perilaku pasien yang dapat ubah
d. Ajarkan pasien untuk mengevaluasi perasaan yang menimbulkan internalisasi atau eksternalisasi
kemarahan
e. Dorong keluarga untuk menerima perilaku pasien tampa menghakimi
f. Dorong pasien untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan dan perawatan diri
g. Berikan aktivitas pengalihan sebagai cara untuk mengulangi sertes
h. Ajarkan pasien untuk menggunakan teknik rileksasi proresif, meditasi, atau imajinasi terbingbing
guna mengurangi perasaan marah dan permusuhan
i. Bantu pasien dalam mengidentifikasi aspek positif dari penyakit atau cedera dan bantu pasien
dalam menggunakan strategi koping alternatif
3. Konfusi
Intervensi psikososial pada pasien konfusi ( stillwell.2011 ):
a. Anjurkan pertanyaan yang mendorong jawaban yang menggambarkan persepsi realitas
b. Lindungi pasien dari cedera pada saat pasien mengalami konfusi
c. Identifikasi situasi atau factor yang mungkin menyebabkan konfusi
d. Dengarkan pertanyaan konfusi pasien dan bantu dengan orientasi realitas
e. Dengarkan kehawatiran, ketakutan, ansietas keluarga
f. Tenangkan pasien bahwa konfusi itu bersifat sementar
g. Kurang kebutuhan untuk fungsi kognitif ketika pasien sakit atau letih
h. Kenali pengalaman baru secara bertahap
i. orientasikan kembali pasien pada setiap interaksi
j. evaluasi frekuensi dan situasi konfusi
k. orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, dan orang
l. akui konfusi dan waham pasien sehingga konfusi dan waham tersebut dapat dia jelaskan secara
realistis dengan cara yang aman
m. ajarkan pasien tentang semua prosedur tepat sebelum prosedur tersebut di lakukan

4. depresi
Intervensi psikososial pada pasien depresi( stillwell.2011 ):
a. bantu pasien dalam mengidentifikasi situasi yang menyebabkan perasaan depresi
b. dorong pasien untuk membahas penyakit, terapi, atau prognosis
c. bantu pasien dalam mencapai pandangan positf tentang diri sendriri dengan mempasilitasi
persepsi yang akurat tentang sakit, penyakit, atau cedera
d. bantu pasien dalam menetapkan tujuan yang realistis, dengan mengetahui bahwa sedikit pencapai
dalam meningkatkan perasaan positif tentang masa depan
e. dorong pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan mengambil control pmbuatan
keputusan dalam keperawatan
f. bantu pasien dalam mempasilitasi penilaian realistis tentang perubahan peran
g. berikan ruang personal kepada pasien dalam lingkungan teknis
h. berikan umpan balik positif kepada pasien ketika pasien menyelesaikan tugas yang spesifik
i. berikan agens antidepresi dan pantau respon pasien, dengan memperhatikan efek samping
potensial
5. keputusasaan
Intervensi psikososial pada pasien keputusasaan( stillwell.2011 ):
a. berikan suasana harapan realistis
b. informasikan pasien mengenakan perkembangan sakit, penyakit, atau cedera
c. ajarkan pasien mengenai cara mengidentifikasi perasaan putus asa dan dorong pasien untuk
menerima bantuan dari orang lain
d. dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang diri sendiri dan penyakit dengan
mendengar aktif dan mengajukan pertanyaan terbuka
e. evaluasi apakah ketidak nyamana fisik menyebabkan perasaan putusasa pasien
f. ciptakan lingungan untuk mengfasilitasi partisifasi aktiv dalam perawatan diri
g. dorong pasien untuk melakukan aktifitas fisik yang memberikan perasaan maju dan harapan
kepada pasien
h. berikan umpan bali positif kepada pasien atas upaya yang berhasil terlibat dalam perawatan diri
i. bantu pasien dalam mengidentifikasi dan menggunakan mekanisme koping alternative
6. ketidakbedayaan
Intervensi psikososial pada pasien ketidakberdayaan ( stillwell.2011 ):
a. sediakan anggota perawatan kesehatan yang konsisten untuk memberikan perawatan dan
informasi mengenai penyakit, terapi, dan prognosis
b. dorong pasie untuk mengungkapkan perasaan tentang diri sendiri dan penyakit serta situasi ketika
keberdayaan dirasakan
c. terima perasaan marah pasien yang disebabkan oleh hilangnya kendali dan berikan kesempatan
untuk melakukan pengendalian (mis., dalam menetapkan privasi, dalam menginformasikan pasien
tentang perubahan sensor yang berhubungan dengan prosedur invasive)
d. dorong penggunaan teknik relaksasi progresif, meditasi, dan imajinasi terbimbing untuk
mengucapkan perasaan menerima atau mengendalikan (memberikan)
e. dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan, mencari informasi, dan berpartisipasi dalam
mengambil keputusan yang berhubungan dengan perawatan diri
f. ajarkan pasien tentang cara menerima penyakit dan perubahan potensial gaya hidup
g. dengarkan diskusi pasien mengenai kemungkinan perubahan peran dan masalah finansial serta
bantu pasien dalam menjelaskan kembali situasi penyakit untuk mengidentifikasi aspek positif
h. ajarkan pasien tentang cara mendokumentasikan kemajuan dengan tetap membuat catatan harian

7. deprivasi tidur
Intervensi psikososial pada pasien deprivasi tidur ( stillwell.2011 )::
a. evaluasi frekuensi dan lamamya tidur siang
b. ikuti ritual waktu tidur pasien
c. hilangkan stimulus luar seperti cahaya, aktifitas yang tidak perlu. Suara gaduh dan pembicaraan
staf, jika realistis
d. atur posisi ventilator sehingga menghasilkan suara gaduh dengan tingkat decibel yang paling
rendah untuk pasien
e. matikan unit pengisap dan unit oksigen saat tidak digunakan
f. gelapkan ruangan pada malam hari dan selama tidur siang
g. sesuaikan suhu ruangan dan berikan selimut untuk kenyamanan
h. jadwalkan terapi, yang mencakup pengobatan dan prosedur, sebelum tidur jika realistis.
i. Berikan aktivitas di siang hari, seperti latihan rentan gerak, duduk, berdiri, atau berjalan
j. Dorong pasien untuk meningkatkan tingkat aktivitas sepanjang hari sehingga ia dapat tidur pada
malam hari.
k. Atur posisi pasien sehingga ia merasa nyaman
l. Berikan sentuhan yang bermakna dengan gosokan pada punggung
m. Evaluasi dan berikan stimulus tidur yang biasa kepada pasien, seperti radio atau televise.
n. berikan penutup telinga untuk menghilangkan stimulus lingkungan luar jika perlu
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Pasien pasien yang dirawat diruangan ICU adalah pasien pasien yang sedang mengalami
keadaan kritis. Keadaaan kritis merupakan suatu keadaan penyakit kritis yang mana pasien sangat
beresiko untuk meninggal. Pada keadaan kritis ini pasien mengalami masalah psikososial yang
cukup serius dan karenanya perlu perhatian dan penanganan yang serius pula dari perawat dan
tenaga kesehatan lain yang merawatanya. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
kritis ini, perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik
serta berkomunikasi yang efektif kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. johal,sarb.2009, Foundations of Psychosocial Support in Emergency Management. New


Zealand : newzealandgovt.nz
https://www.health.govt.nz/system/files/documents/pages/fou
ndations-of-psychosocial-disaster-handbook.pdf di akses tanggal 29
maret 2016.
2. ARC resource pack. 2009. Foundation module 7: psychosocial support. www. Arc-
online.org www.unchcr.org/4c98a5169.pdf diakses 29 mart 2016
3. Fitria, N. dkk. 2013. Laporan Pendahuluam tentang Masalah Psikososial. Jakarta: Salemba
Medika.
4. Stillwell,susan b.2011.pedoman keperawatan kritis.edisi 3. Egc : Jakarta

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook


Categories: KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN GAWAT DARURAT DAN
KRITIS

Related Posts:

KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN GAWAT DARURAT


DAN KRITIS KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, Read More

Newer Post Older Post Home

0 komentar:
Post a Comment

Search

Popular
Tags
Blog Archives

ILEUS OBSTRUKTIF

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. Y DENGAN ILEUS OBSTRUKTIF DI


RUANG NUSA INDAH RSUD MAJALENGKA MATA KULIAH PRAKTIK
KEPERAWATAN DEWASA...

sistem limfatik

Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Dewasa Kelompok 8 / PSIK II B


Aniatunissa DiahRahmayanti ...

resume sistem perkemihan

PRAKTEK KEPERAWATAN DEWASA I RESUME SISTEM PERKEMIHAN Di


susun oleh : 1013031023 ASROPUL ANAM Pro...

sap hemoroid

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN FALETEHAN SERANG 2016 SATUAN ACARA PENYULUHAN
SAT...

KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN GAWAT DARURAT DAN KRITIS

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas keha...

resume sistem kardiovaskuler

RESUME SISTEM KARDIOVASKULER PRAKTIK KEPERAWATAN DEWASA


RINA NINGSIH 1013031081 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes...

infeksi saluran kemih


ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK ) Dosen
Pembimbing : Dra. Ns. Wartonah, S.Kep, MM ...

resume sistem pernapasan

RESUME SISTEM PERNAPASAN PRAKTIK KEPERAWATAN DEWASA RINA


NINGSIH PROGRAM ...

vesikolithiasis

DitujukanuntukmemenuhitugasKeperawatanDewasa Kelompok 8 / PSIK II B


Aniatunissa Dia...

promosi kesehatan

Pengajar: Ns. Delly Arfa Syukrowardi, MNS Diktat, Keperawatan Komunitas 2 (Pokok
Bahasan Promosi Kesehatan). A. LATAR BELAKANG P...

BTemplates.com

Blogroll
About
Copyright 2017 ilmu keperawatan | Powered by Blogger
Design by FThemes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com |
NewBloggerThemes.com

Anda mungkin juga menyukai