Anda di halaman 1dari 87

792/ PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMBINA


70%
SKIM PENELITIAN INTERNAL

Partisipasi PLS Melalui Kader Pos Pelayanan Terpadu


(Posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan Pembangunan
Kesehataan di Masyarakat RW 10 Kelurahan Kahuripan
Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya

Oleh :

H. Syaefuddin, Drs., M.Si 0025045501


H. Adang Danial, Drs., M.Kes 0027035801

UNIVERSITAS SILIWANGI
AGUSTUS 2017
2
3

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Partisipasi PLS melalui Kader Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya. Target yang hendak dicapai Mendeskripsikan Partisipasi PLS
melalui Kader Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan
Tawang Kota Tasikmalaya. Menghasilkan rekomendasi keilmuan Pendidikan
Luar Sekolah, mempublikasikan hasil penelitian pada prosiding, jurnal nasional
maupun Internasioanal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Peneliti
mengadakan pengamatan dan mencari data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari responden yang diamati. Peneliti secara terus menerus
melaksanakan wawancara dengan informan secara mendalam untuk
mengumpulkan data dari kader Posyandu. Teknik yang di gunakan, Teknik
Triangulasi Data yaitu Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada bentuk partisipasi PLS melalui kader Posyandu, seperti
tenaga, uang dan ikut dalam pelaksanaan program. Hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal, seperti pengetahuan, usia, pekerjaan, keluarga dan
lokasi posyandu, serta upaya yang dilakukan kader untuk meningkatkan kesehatan
balita dengan cara memberikan makanan tambahan, pemberian vitamin secara
rutin setiap 6 bulan sekali, memberikan arahan dan penyuluhan mengenai
kesehatan dan makanan bergizi untuk balita.

Key Word: Partisipasi PLS, penyuluhan Pembangunan kesehtan masyarakat


4

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan judul: Partisipasi PLS Melalui Kader Pos
Pelayanan Terpadu ( Posyandu)Seruni Dalam Penyuluhan Pembangunan
Kesehatan di Masyarakat Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya
Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
bahan pertimbangan dan penelaahan lebih lanjut tentang partisipasi PLS melalui
Kader Posyandu dalam Penyuluhan Pembangunan Kesehatan . Penulis sebagai
peneliti menyadari kemungkinan terdapat beberapa kekurangan baik dalam
sistematika maupun isi penulisan, oleh karena itu kritikan dan masukan yang
membangun penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan penelitian ini.
Penelitian ini merupakan salah satu perwujudan Tri Darma Perguruan
Tinggi yang dilaksanakan oleh civitas akademika Universitas Siliwangi. Kajian
teori penelitian dipilih berdasarkan pengembangan kemitraan PNFI dengan
Posyandu Seruni di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas
Siliwangi yang telah memberikan kemudahan dalam kegiatan penelitian
2. Rektor Universitas Siliwangi
3. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
4. Posyandu Seruni di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang
5. Segenap dosen PLS yang telah berpartisipasi membantu dalam penelitian ini
Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat.

Tasikmalaya, Agustus 2017

Peneliti
5

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan ....................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Ringkasan........................................................................................................ iii
Daftar isi .......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 8
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN................................... 32
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................ 33
BAB V HASIL YANG DICAPAI .................................................................. 47
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ....................................... 75
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 78
LAMPIRAN .................................................................................................... 80
6

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 kerangka berfikir............................................................................ 31
Gambar 3.1 Komponen dan Analisis Data (Flow Model) ................................ 42
Gambar 3.2 Komponen-komponen Analisis Data (Interactive Model) ........... 44
Gambar 5.1 Profil Posyandu ............................................................................. 47
Gambar 5.2 kader Posyandu Seruni ...................................................................... 54
Gambar 5.3 persiapan pelaksanaan kegiatan Posyandu .................................... 57
Gambar 4.4 Penyedian Makanan Tambahan (PMT) ........................................ 61
7

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tugas Kader ..................................................................................... 13


Tabel 2.2 Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu ...................................... 18
Tabel 3.1 Informan Penelitian ........................................................................... 34
Tabel : 5.1 (Data Sasaran dan Kegiatan Penimbangan) .................................... 48
Tabel 5.2 karekteristik informan utama dan Triangulasi.................................. 51
1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2017 yang dicanangkan oleh
pemerintah, kualitas dan kuantitas dari pembangunan kesehatan sangat ditentukan
oleh keberhasilan dalam memberikan pelayanan holistik pada klien dalam rangka
memenuhi sasaran yang ingin dicapai. Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu
merupakan bagian dari pembangunan kesehatan yang diprogramkan oleh
pemerintah dimana sasarannya adalah pembangunan kesehatan untuk mencapai
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang dilaksanakan oleh keluarga, bersama
masyarakat dengan bimbingan dari petugas kesehatan setempat.
Kesehatan merupakan hak azasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga
perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh
seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan
pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau
investasi dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan bersama-sama dengan
pendidikan dan ekonomi merupakan tiga pilar yang sangat mempengaruhi kualitas
hidup sumberdaya manusia
Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) 13 April
2016 mengumumkan akan meluncurkan laporan pembangunan manusia baru
"Membentuk Masa Depan: Bagaimana Perubahan Demografi dapat Mendorong
Pembangunan Manusia," pada tanggal 26 April di Dhaka, Bangladesh. Laporan
ini menganalisa trend populasi di Asia dan Pasifik dan mengajukan serangkaian
strategi jangka panjang untuk pembangunan berkelanjutan."Asia dan Pasifik akan
memiliki jumlah penduduk hampir lima miliar orang pada tahun 2050. Cara
negara-negara mengatur populasi tersebut akan berdampak pada pertumbuhan
mereka," kata Haoliang Xu, Asisten Sekretaris Jenderal PBB dan Direktur UNDP
untuk Asia dan Pasifik. "Selama 65 tahun terakhir, populasi di wilayah tersebut
telah meningkat tiga kali lipat. Beberapa negara mengalami penuaan populasi
dengan cepat sementara yang lain mengalami lonjakan jumlah penduduk usia
2

kerja dan kaum muda. Laporan baru kami menunjukkan bagaimana negara-negara
dapat mengubah trend populasi ini menjadi peluang bagi pembangunan
berkelanjutan."
Menurut Widiastuti (2006: 124) posyandu merupakan salah satu Wujud
pemberdayaan masyarakat yang strategis dalam pembangunan kesehatan dengan
tujuan mewujudkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahanke
sehatan. Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan yang bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberi kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelanan kesehatan dasar. Dalam hal ini
dibutuhkan upaya partisipasi ibu sebagai program tersendiri juga yang terintegrasi
dalam program kesehatan lain. Salah satu bentuk integrasi tersebut yaitu kegiatan
penimbangan berat badan.
Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu merupakan bagian dari
pembangunan kesehatan yang diprogramkan oleh pemerintah dimana sasarannya
adalah pembangunan kesehatan untuk mencapai keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera yang dilaksanakan oleh keluarga, bersama masyarakat dengan
bimbingan dari petugas kesehatan setempat. Kontribusi posyandu dalam
meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat besar, namun sampai saat ini
kualitas pelayanan posyandu masih perlu ditingkatkan. Keberadaan kader dan
sarana yang ada merupakan modal dalam keberlanjutan posyandu. Oleh karena itu
keberadaan posyandu harus terus ditingkatkan sehingga diklasifikasikan menjadi
4 jenis yaitu posyandu pratama, madya, purnama, dan mandiri
Pembangunan kesehatan dalam tahun periode 2017-2019 difokuskan pada
empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan
prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit menular dan
pengendalian penyakit tidak menular. Upaya peningkatan status gizi masyarakat
termasuk penurunan pravelensi balita pendek menjadi salah satu prioritas
pembangunan nasioanal yang tercantum di dalam sasaran pokok Rencana
Pembangunan jangka Menengah tahun 2017-2019. Target prevalensi stunting
(pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (di bawah 2 tahun) adalah menjadi
28% (RPJMN, 2015-2019). Oleh karenanya Infodatin yang di susun dalam rangka
3

hari Anak Balita pada tanggal 8 April ini mengangkat dara yang terkait dengan
upaya penurunan prevalensi balita pendek.
Sejak pencanangan Posyandu yang dilakukan secara masal di Yogyakarta
pada tahun 1986, Posyandu tumbuh dengan pesat. Perkembangan Posyandu ini
mengalami pasang surut, pada saat itu terjadi krisis multidimensi sekitar tahun
1998 berdampak pada rendahnya kemampuan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dasar. Upaya akselerasi terhadap revitalisasi Posyandu masih
diperlukan guna mendukung dan membantu terselenggaranya pelayanan
kesehatan dasar yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Karena itu, amanat
Undang-undang Pemerintah Daerah pada waktu itu memandang perlu melakukan
pembaharuan pedoman Revitalisasi Posyandu, sebagaimana tertuang dalam Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri (Mendagri) No: 411.3/536/Sj, Tanggal 3 Maret
1999, Tentang Revitalisasi Posyandu. Revitalisasi Posyandu merupakan upaya
pemberdayaan Posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap
penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan
untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak
melalui kemampuan kader, manajemen, dan fungsi Posyandu. Pada tahun 2016,
permasalahan kesehatan masih seputar pelayanan kesehatan dasar, yaitu
permasalahan status gizi dan kesehatan ibu dan anak.
MDGs melaporkan Angka kematian ibu yang masih tinggi 228/100.000
kelahiran hidup di atas target MDGs 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun
2014. Kemkes RI (2017), pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah
pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Gizi dan
Penanggulangan Diare.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya yang besar,
sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa adanyaketerlibatan
masyarakat. Dalam upanya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak
balita,angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera,
pelaksanaannya tidak saja melalui, program-program kesehatan melainkan
4

berhubungan erat dengan program keluarga berencana.Upaya menggerakkan


masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan melalui pembangunan
kesehatan masyarakat desa (PKMD), yang pelaksanaanya secara operasional
dibentuklah pos pelayanan terpadu (posyandu). Pos pelayanan terpadu ini
merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional dari petugas kesehatan
danperan serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat,
terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran.
Kader Posyandu, menurut Depkes RI (2003) adalah anggota masyarakat yang
dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam
berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela. Sementara menurut WHO
(1998) merupakan laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih
untuk menangani, masalah-masalah kesehatan perorangan maupun yang amat
dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Pendidikan Luar Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam
mempengaruhi perubahan suatu masyarakat. Partisipasi Pendidikan Luar Sekolah
dapat di wujudkan dalam membangun gerakan pemberdayaan masyarakat melalui
Kader Posyandu dalam penyuluhan pembangunan kesehatan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat ini merupakan salah satu program Pendidikan Luar
Sekolah (PLS) dalam rangka memberdayakan masyarakat dalam bidang
kesehatan di masyarakat. Fungsi dari posyandu adalah sebagai pemberdayaan
masyarakat untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama
untuk penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi dan angka kematian
anak balita.
Pendidikan Luar Sekolah pada dasarnya adalah kegiatan pendidikan yang
berlangsung diluar sistem persekolahan. Pendidikan tidak hanya berlangsung
dalam sistem persekolahan atau jalur sekolah, melainkan juga dijalur sekolah
seperti keluarga, tengah pergaulan dan ditempat kerja. Pendidikan selain terjadi
atas bantuan orang lain bisa juga terjadi sepanjang hayatnya. Pendidikan Luar
Sekolah adalah pendidikan yang mempunyai program-program dalam rangka
mengembangkan potensi yang ada pada masyarakat.
Partisipasi PLS melalui kader Posyandu merupakan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan, kader posyandu merupakan bagian dari
5

pada PLS (Pendidikan Luar Sekolah) tenaga utama pelaksana posyandu adalah
kader posyandu, yang kualitasnya sangat menentukan dalam usaha meningkatkan
kualitas pelayanan yang dilaksanakan. Dengan demikian, kemampuan kader
harus dikembangkan untuk berpotensi secara maksimal, dengan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan tugas yang diemban
dalam mengelola posyandu, agar dapat berperan aktif dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2001). Perlunya partisipasi PLS melalui kader
di dalam setiap kegiatan Posyandu seperti menangani tentang kesehatan ibu anak,
keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi, dan penanggulangan diare
kepada masyarakat dibutuhkan kader yang aktif dan terlatih dengan harapan
untuk mendapatkan suatu hasil yang maksimal. Sehingga masyarakat tidak ragu-
ragu untuk datang kePosyandu.
Berdasarkan realita dilapangan, rendahnya partisipasi PLS melalui kader
Posyandu berdampak pada rendahnya kegiatan pemantauan tingkat status gizi
anak, ibu hamil dan menyusui, yang pada akhirnya tidak dapat memenuhi
kebutuhan dataperkembangan status gizi anak balita di Posyandu. Masalah lain
yang ditemukan adalah : 1) rendahnya cakupan hasil penimbangan balita di
Posyandu, 2) belum tersosialisasinya program-program upaya perbaikan gizi ke
masyarakat, serta 3) masih rendahnya pengetahuan gizi yang dimiliki oleh
masyarakat di desa. Pada umumnya, hal-hal tersebut diatas menjadi beban kader,
yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan dan diatasi.
Dari data yang ada kecamatan tawang sebagian besar masyarakatnya
berpendidikan tamatan SD, tamatan SMP, tamatan SMA, tamatan perguruan
tinggi. Menurut Dra. Hj Ipah (2017), dalam kegiatan Posyandu terdapat
bermacam kegiatan kesehatan mulai dari pemeriksaan tumbuh kembang balita,
sampai penyuluhan tentang penatalaksanaan diare. Disamping kegiatan diatas,
peran Posyandu mencakup rujukan pasien ke Puskesmas dan kunjungan rumah,
dimana kegiatan ini untuk mengetahui bagaimana seorang penderita setelah
mendapatkan pengobatan dari Puskesmas dan perawatan apa saja yang masih
diberikan, sehingga Posyandu diharapkan dapat memenuhi tuntutan masyarakat,
yakni menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yang sesuai dengan
harapan masyarakat.
6

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti memiliki ketertarikan yang sangat


mendalam untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul Partisipasi PLS
melalui Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Di Rw 10 Kelurahan kahuripan Kecamatan
tawang Kota Tasikmalaya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Partisipasi PLS
melalui Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Di Rw 10 Kelurahan kahuripan Kecamatan
tawang Kota Tasikmalaya?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Partisipasi PLS melalui Kader Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya.

D. Target luaran yang ingin dicapai


Target yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah
1. Mendeskripsikan Partisipasi PLS melalui Kader Pos Pelayanan Terpadu
(posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.
2. Menghasilkan rekomendasi keilmuan Pendidikan Luar Sekolah,
mempublikasikan hasil penelitian pada prosiding, jurnal nasional maupun
Internasioanal.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dan memperkaya
pengembangan teori ilmu pendidikan, ilmu sosial dan ilmu pengetahuan
sejenis dalam menambah cakrawala dan membuka wawasan keilmuan;
7

E. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini memiliki kontribusi untuk pengembangan keilmuan pendidikan
luar sekolah, untuk menemukan strategi peningkatan partisipasi PLS melalui
kader Posyandu dalam penyuluhan pembangunan kesehatan masyarakat .
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Partisipasi
Pengertian partisipasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah hal turut
berperan serta dalam suatu kegiatan. Seperti yang kemukakan Faqence (1977,
hlm. 19), partisipasi adalah keterlibatan dalam perencanaan dan penyampaian
kebijakan, sedangkan Davis dan Newstrom (1985, hlm. 137), menjelaskan bahwa
dalam partisipasi terdapat 3 unsur penting yaitu adanya keterlibatan mental,
emosional, kontribusi dan tanggung jawab.
Definisi lain yang berhasil dirangkum oleh FAO dalam Britha Mikkelsen
(2001, hlm. 64) kata partisipasi memiliki arti 1) kontribusi sukarela dari
masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan, 2)
pemekaan (membuat peka) masyarakat untuk meningkatkan kemampuan
menanggapi proyek-proyek pembangunan, 3) suatu proses aktif yang
mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu, 4) pemantapan dialog
antara masyarakat setempat yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring
proyek agar semua memperoleh informasi konteks lokal, dan dampak-dampak
sosial, 5) keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan
sendir, dan 6) keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan
lingkungan mereka.
Pengertian dari Keith Davis (1978, hlm. 128), yang menyatakan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional yang memberikan kepada
sumbangan kepada tujuan, cita-cita kelompok dan ikut bertanggung jawab
terhadap usaha yang besangkutan.
Beal (1964) dalam Mardikanto (2013, hlm. 81) menyatakan bahwa
partisipasi, khususnya partisipasi yang tumbuh karena pengaruh atau karena
tumbuh adanya rangsangan dari luar, merupakan gejala yang dapat diindikasikan
sebagai proses perubahan sosial yang dapat diindikasikan sebagai proses
perubahan sosial yang eksogen (exogenius change). Karakterisrik dari proses
partisipasi ini adalah, semakin mantapnya jaringan (social network) yang baru
9

yang membentuk suatu jaringan sosial bagi terwujudnya suatu kegiatan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang diinginkan. Karena itu, partisipasi sebagai
proses akan menciptakan jaringan sosial baru yang masing-masing berusaha untuk
melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan demi tercapainya tujuan akhir yang
dinginkan masyarakat atau struktur sosial yang bersangkutan.
Berdasarkan pengertian diatas partisipasi merupakan keikutsertaan atau
peran serta yang tidak hanya berkaitan dengan lahiriah saja, namun juga berupa
keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat yang dianggap sebagai suatu
penerimaan yang bersifat aktif dalam pelayanan/fasilitas yang dimulai dari suatu
usaha untuk memanfaatkan tenaga murah dan keterlibatan masyarakat dengan
berfikir, merencanakan, memutuskan, memiliki dan mengevaluasi.
1. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dibagi menjadi beberapa tingkatan. Menurut
pembagian WHO yang dikutip Budioro ( 2002, hlm. 82) tingkat partisipasi
masyarakat memiliki beberapa tingkatan yaitu:
a. Marginal Participation, dimana peran serta masyarakat sifatnya pasif dan
dampaknya pada pembangunan kesehatan belum mengesankan
b. Subtantive Participation, dimana masyarakat sudah secara aktif berperan
dalam menentukan prioritas dan pengambilan keputusan, dan mampu
menyediakan sebagian sumber daya yang diperlukan dalam pembangunan
kesehatan, meskipun masih bertahap lokal.
c. Structural Participation, dimana peran dari partisipasi masyarakat sudah
merupakan bagian yang intergal dan struktur penentu kebijaksanaan dan
pengambilan keputusan pada jenjang yang lebih tinggi.
2. Syarat - syarat terwujudnya partisipasi
Menurut Cary dalam Notoatmojo (2010, hlm. 276) mengatakan bahwa
partisipasi dapat tumbuh jika 3 kondisi berikut terpenuhi:
a. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti adanya kondisi yang memungkinkan
anggota - anggota masyarakat untuk berpartisipasi.
b. Mampu untuk berpartisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota
masyarakat sehingga mampu untuk memberikan sumbang saran yang
konstruktif untuk program.
10

c. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk


berpartisipasi dalam program.
Ketiga kondisi tersebut harus hadir secara bersama-sama. Apabila orang
mampu tetapi tidak merdeka untuk berpartisipasi, maka orang tidak akan
berpartisipasi.
3. Ukuran partisipasi
Menurut Chapin dalam Notoatmojo (2010, hlm. 227), partisipasi dapat diukur
dari yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu:
a. Kehadiran individu dalam pertemuan-pertemuan.
b. Memberikan bantuan dan sumbangan keuangan.
c. Keanggotaan dalam kepanitiaan.
d. Posisi kepemimpinan.
Berdasarkan teori Chapin diatas, maka partisipasi tertinggi dilakukan oleh
pemimpin. Meskipun terlihat kontroversial, namun bisa dipahami, karena dalam
konteks kepemimpinan, walaupun jumlahnya sedikit, pemimpin menentukan
keberhasilan organisasi.
4. Indikator partisipasi masyarakat
Dalam kegiatan posyandu yang dapat dijadikan sebagai indikator tingkat
partisipasi masyarakat, sebagai berikut:
a. Keanggotaan
Pada kamus besar bahasa indonesia kata anggota dapat diartikan bahwa
anggota yang dipilih untuk mengelola perkumpulan. Sedangkan
keanggotaan dapat diartikan bahwa hal atau kedudukan sebagai anggota
dalam hal kepengurusan.
b. Perencanaan
Menurut Sudjana dalam Madjid (2009, hlm. 16) menyatakan bahwa
perencanaan adalah proses yang sistematis dalam mengambil keputusan
tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
c. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam
bidang kesehatan. Konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang
kesehatan. Notoatmodjo (2003, hlm. 97)
11

d. Pengembangan program
Menurut Nisa (2009, hlm. 24) bahwa pengembangan adalah suatu kegiatan
yang menghasilkan suatu alat atau cara merevisi sesuatu yang telah ada
menjadi baik. Selama kegiatan itu dilaksanakan dengan maksud
mengadakan penyempurnaan yang akhirnya alat atau cara tersebut
dipandang cukup bagus untuk digunakan seterusnya maka berakhirlah
kegiatan pengembangan.

B. Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dalam kerangka pemberdayaan


Masyarakat.
Pendidikan Luar Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam
mempengaruhi perubahan suatu masyarakat. Partisipasi Pendidikan Luar Sekolah
dapat di wujudkan dalam membangun gerakan pemberdayaan masyarakat melalui
Kader Posyandu dalam penyuluhan pembangunan kesehatan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat ini merupakan salah satu program Pendidikan Luar
Sekolah (PLS) dalam rangka memberdayakan masyarakat dalam bidang
kesehatan di masyarakat. Fungsi dari posyandu adalah sebagai pemberdayaan
masyarakat untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama
untuk penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi dan angka kematian
anak balita.
Pendidikan Luar Sekolah pada dasarnya adalah kegiatan pendidikan yang
berlangsung diluar sistem persekolahan. Pendidikan tidak hanya berlangsung
dalam sistem persekolahan atau jalur sekolah, melainkan juga dijalur sekolah
seperti keluarga, tengah pergaulan dan ditempat kerja. Pendidikan selain terjadi
atas bantuan orang lain bisa juga terjadi sepanjang hayatnya. Pendidikan Luar
Sekolah adalah pendidikan yang mempunyai program-program dalam rangka
mengembangkan potensi yang ada pada masyarakat.
Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian pembangunan
masyarakat (community development) dan pembangunan yang bertunpu pada
masyarakat (community-based development). Terkait dengan pemahaman ini,
pertama-pertama perlu terlebih dahulu dipahami arti dan makna keberdayaan dan
pemberdayaan masyarakat.
12

Menurut Moedzakir (2008, hlm.33), pemberdayaan masyarakat adalah sebuah


konsep yang dulu dikenal istilah pengembangan masyarakat (Community
Development) atau pembangunan masyarakat (Ruler Development). Secara
konseptual, program ini sejalan dengan tipe program Developmental yang
sasarannya adalah komunitas. Ini kegiatannya adalah pemberian bantuan
pemecahan masalah. Target keluarannya adalah meningkatnya kemampuan
masyarakat dalam mengatasi permasalahannya kehidupannya.
Menurut Taupik (2008, hlm. 21) pembangunan adalah esensinya
pemberdayaan (Enabling, Strengthening, Protecting) yang diharapkan membawa
manusia semakin mampu memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, lebih berdaya
menolong dirinya sendiri, semakin berperan dalam memperkuat kohesi sosial
dalam tatanan masyarakat yang lebih baik, dan semakin berdaya saing dalam
tatanan masyarakat ekonomi yang lebih maju.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan
perkataan lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat.
C. Kader Posyandu
Kader Posyandu merupakan bagian dari pada Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
dan sebagai praktisi Pendidikan Luar Sekolah. Kader Posyandu adalah anggota
masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan
kegiatan posyandu secara sukarela dan penuh dengan tanggung jawab. Yang
dimaksud kader disini adalah tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh
masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela. Agar kader
mampu dan mau melaksanakan tugasnya, yaitu membantu masyarakat untuk bisa
menolong dirinya sendiri dan berperan serta aktif di bidang kesehatan mereka
perlu dipersiapkan dan dikembangkan. Kegiatan posyandu terdiri atas 5 kegiatan,
antara lain: pendaftaran, penimbangan, pencatatan, kegiatan penyuluhan,
pemberian makanan tambahan dan pelayanan kesehatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan
secara umum dengan mengikuti strategi pembangunan nasional yang dapat
13

mewujudkan Indonesia Sehat, yang berarti menerapkan pembangunan


berwawasan kesehatan dimana setiap upaya program pembangunan harus
mempunyai konstribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan
perilaku sehat. Di Rw 10 kelurahan kahuripan kecamatan tawang kota
Tasikmalaya dilakukan penyuluhan kesehatan melalui kader posyandu di
lingkungan tersebut yang merupakan kader posyandu bagian dari partisipasi PLS
kepada masyarakat.
Kader adalah warga masyarakat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan
dapat bekerja secara sukarela. Anggota masyarakat yang bersedia, mampu
dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu (Kementrian
Kesehatan. Jumlah kader posyandu adalah minimal lima orang. Jumlah ini sesuai
dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh posyandu, yakni yang mengacu
pada sistim 5meja. Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah serta para pena
nggung jawab penyelenggaraannya secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut (KemenKes RI, 2011, hlm.31).

Tabel 2.1 Tugas Kader


Langkah Kegiatan Pelaksana
Pertama Pendaftaran Kader
kedua Penimbangan Kader
ketiga Pengisian KMS Kader
Keempat Penyuluhan Kader
Kelima Pelayanan kesehatan Kader atau kader bersama
petugas kesehatan

Penjelasan dari tabel diatas adalah bahwa tugas dari kader posyandu
mempunyai 5 langkah yaitu melaksanakan kegiatan pendaftaran, penimbangan,
pengisisan KMS, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan.
14

D. Layanan Posyandu Dalam Penyuluhan Kesehatan dimasyarakat


Ismawaty (2010, hlm.3) mengemukakan bahwa posyandu adalah kegiatan
kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang
dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana
program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempat
-tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat.
Menurut Widiastuti (2006, hlm.124) Posyandu merupakan salah satu wujud
pemberdayaan masyarakat yang strategis dalam pembangunan kesehatan dengan
tujuan mewujudkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan
Kesehatan. Posyandu adalah salah satu bentukUpaya Kesehatan Yang Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberi kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelanan kesehatan dasar. Dalam hal ini
dibutuhkan upaya partisipasi ibu sebagai program tersendiri juga yang terintegrasi
dalam program kesehatan lain. Salah satu bentuk integrasi tersebut yaitu kegiatan
penimbangan berat badan.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan
kesehatan yang mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang
sekurang-kurangnya mencakup 5 (lima) kegiatan, yakni KIA, KB, imunisasi, gizi,
dan penanggulangan diare (Depkes, 2006). Sasaran Posyandu adalah seluruh
masyarakat, utamanya: Bayi, Anak balita, bu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan
ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS).
Dari beberapa pengertian posyandu diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa posyandu merupakan, suatu bentu layanan terpadu yang diselenggarakan
untuk dan oleh masyarakat dengan program- ;program kerja dan instansi terkait
untuk kemudahan memperoleh layanan kesehatan dasar, penurunan angka
kematian ibu dan anak untuk mencapai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (KKBS)
15

1. Tujuan Posyandu
Tujuan Posyandu adalah (1). Meningkatnya peran masyarakat dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan
penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Balita)
(2) Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. (3) Meningkatnya cakupan dan
jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan
AKI dan AKB.
2. Manfaat Posyandu
Manfaat Posyandu adalah bagi Masyarakat , (1) Memperoleh kemudahan
untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB. (2) Memperoleh bantuan secara profesional
dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
(3) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain
terkait. Bagi Kader, Pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat, (1) Mendapatkan
informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI
dan AKB. (2) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu
masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan
AKB. Bagi Puskesmas, (1) Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama, (2) Dapat lebih spesifik
membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi
setempat. (3) Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian
pelayanan secara terpadu. Bagi sektor lain, (1) Dapat lebih spesifik membantu
masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait
dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat.
(2) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai
dengan tupoksi masing-masing sektor.
16

3.Sasaran Posyandu
Posyandu merupakan program pemerintah dibidang kesehatan, sehingga semua
anggota masyarakat dapat memanfaatkan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat/keluarga,yang menjadi sasaran
utamanya adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan Pasang
an Usia Subur (PUS). (Kementrian Kesehatan, 2014, hlm.13)
a. Bayi
Bayi adalah masa dibawah 1 tahun, yaitu anak yang baru lahir dan
beruasaha kurang dari 1 tahun. (Effendi 1998, hlm. 268)
b. Anak Balita
Balita adalah masa dibawah 5 tahun, yaitu anak dibawah umur 0 sampai 5
tahun. (Effendi 1998, hlm. 268)
c. Ibu hamil, ibu nifas, ibu menyususi
d. Pasangan Usia Subur (PUS)
e. Wanita usia subur (WUS)

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, sasaran posyandu


merupakan bayi, balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, pasangan usia subur
(PUS) dan Wanita Usia Subur (WUS).
4.Fungsi Posyandu
Fungsi Posyandu adalah sebagai pemberdayaan masyarakat untuk mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk penurunan angka kematian
ibu, angka kematian bayi dan angka kematian anak balita. Yang dijelaskan sebagai
berikut (kementrian Kesehatan RI, 2011, hlm. 13).
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan sesama masyarakat dalam
rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian
Bayi dan Angka Kematian Balita.
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi,
dan Angka Kematian Anak Balita dapat dicegah dan ditangani lebih dini
oleh pemerintah.
17

5. Lokasi Posyandu
Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat. Lokasi posyandu
ditentukan sendiri oleh masyarakat. Posyandu berada di setiap desa atau kelurahan
atau sebutan lainnya yang sesuai. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan,
dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun atau sebutan lainnya yang
sesuai (Effendi, 1998, hlm. 269).
6. Tingkat Perkembangan Posyandu
Perkembangan masing- masing Posyandu tidak sama. Dengan demikian,
pembinaan yang dilakukan untuk masingmasing Posyandu juga berbeda. Untuk
mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan metode dan alat
telaahan perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama telaah kemandirian
Posyandu.Tujuan telaah adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu
yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut (Kementrian
Kesehatan RI, 2011, hlm. 53):
a. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai
oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader
sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya
kegiatan rutin bulanan Posyandu, di samping karena jumlah kader yang terbatas,
dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan
untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah
kader.
b. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima
orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu
kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat
adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat
sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan
Posyandu.
18

c. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima
orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih
terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
d. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima
orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih
dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang
dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga
terjamin kesinambungan.

Tabel 2.2 Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu


No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
1. Frekuensi penimbangan <8 >8 >8 >8

2. Perata Kader tugas <5 5 5 5

3. Perata cakupan D/S <50% <50% 50% 50%

4. Cakupan Kumulatif KIA <50% <50% 50% 50%

5. Cakupan kumulatif <50% <50% 50% 50%

imunisasi
6. Cakupan kumulatif KB <50% <50% 50% 50%

7. Program tambahan - - + +
8. Cakupan dana sehat <50% <50% <50% 50%

Sumber : Kementrian Kesehatan RI (2001)


19

Dapat dilihat jika tingkat perkembangan setiap Posyandu berbeda-beda, maka


program-program yang adapun juga berbeda. Dengan demikian, pembinaan yang
dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga berbedadan jenis indikator yang
digunakan untuk setiap program disesuaikan dengan priortas program tersebut.
7. Pembiayaan Posyandu
Sumber pembiayaan posyandu berasal dari berbagai sumber, pertama sumber
biaya posyandu berasal dari masyrakat antara lain dari iuran pengguna/pengunjung
posyandu, iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat, sumbangan/donator
dari perorangan atau kelompok masyarakat. Kedua, sumber dana posyandu
berasal dariswasta/dana usaha misalnya dengan menjadikan posyandu sebagai
anak angkatperusahaan. Bantuan yang diberikan dapat berupa dana, sarana,
prasarana, atautenaga sebagai sukarelawan posyandu. Ketiga, sumber dana
posyandu berasal darihasil usaha yang dilakukan oleh pengurus dan kader
posyandu misalnya dengankelompok usaha bersama, hasil penjualan PMT.
Pemanfaatan dan pengelolaan dana yang dilakukan oleh kader dan petugas
terkait digunakan untuk membiayai kegiatan posyandu dalam bentuk biaya
operasional posyandu, biaya penyediaan PMT, pengganti biaya perjalanan kader,
modal usaha, dan bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan (KemenKes RI,
2011,hlm.40).
8. Pelaporan Kegiatan Posyandu
Pada dasarnya kader posyandu posyandu tidak wajib melaporkan hasil
kegiatan posyandu pada puskesmas ataupun pada sektor terkait lainnya. Bila
puskesmas atau sektor terkait lainnya membutuhkan data terkait dengan
berbagai kegiatan posyandu, puskesmas atau sektor lainnya harus mengambilnya
langsung keposyandu. Untuk itu setiap puskesmas menunjuk petugas yang
bertanggungjawab untuk pengambilan data hasil kegiatan posyandu
(KemenKes RI, 2011, hlm.42).

E. Penyuluhan Pembangunan Kesehatan Masyarakat


Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.
Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu yang telah
20

memperhitungkan dengan seksama berbagai dampak positif maupun negatif


terhadap kegiatan kesehatan masyarakat.tujuan pembangunan kesehatan menuju
indonesia sehat 2017 adalah meningkatkan kesehatan yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan prilaku dan dalam lingkungan yang sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan yang optimal diseluruh
wilayah Republik Indonesia. (Depkes, RI 1989).
Pembangunan kesehatan masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat
yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong
diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang
kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan
sehat sejahtera.
Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengatakan bahwa pembangunan pada
dasarnya merupakan proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang
diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang
semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah
satu perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut.
Kelestarian PKMD akan lebih terjamin bila fasilitas yang disediakan dari
swadaya masyarakat melalui potensi dan sumberdaya yang ada dimasyarakat yang
dapat digali dan dimanfaatkan. Bila masyarakat tidak memilikinya barulah para
penyelenggara pembinaan PKMD berusaha untuk memberikan bantuan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Dengan ketentuan tidak menimbulkan
ketergantungan bagi masyarakat. Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
(PKMD) contohnya Posyandu.

1. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui teknik praktek belajar atau mempengaruhi perilaku manusia
secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam
mencapai tujuan hidup sehat. (Depkes, 2002).
Penyuluhan Kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup
21

sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara
perorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan. (Effendi,
2003).
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga
resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan
sosial ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga
dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan sebagainya.
Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat, sehingga materi
yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah di mengerti, tidak
terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya
menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk
menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003)
Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tercapai suatu penyuluhan secara optimal. Menurut Notoatdmodjo (2007) metode
yang dikemukakan antara lain:
a. Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina
perilaku baru atau seseorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan
perilaku atau inovasi.
b. Metode penyuluhan kelompok
Dalam metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok
yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektipitas
suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan.
c. Metode penyuluhan masa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat
yang sifatnya massa atau public .

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam
menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena
berfungsi untuk membantu dan meragakan dalam proses penyuluhan.
22

(Notoatdmojo,2007, hlm. 21). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip


pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui
panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu
maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang
diperoleh. Dengan kata lain alat peraga ini dimaksudkan untuk mengarahkan
indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.
Pada gari besarnya ada 3 alat penyuluhan yaitu alat bantu lihat (slide, gambar
peta, bagan, bola dunia dll.), alat bantu dengar (radio, pita suara, dll), alat bantu
lihat-dengar (televisi, vidio kaset, dll).
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat
meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya
kearah positif terhadap kesehatan. Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah
adalah media yang memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai
dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk
mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan kesehatan sebagai
berikut :
a. Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang mengusai materi
yang akan dijelaskan, penampilan kurang menyakinkan sasaran, bahasa
yang digunakan kurang dapat dipahami oleh sasaran, suara terlalu kecil
dan kurang dapat di dengar serta penyampaian materi penyuluhan
kesehatan terlalu monoton dan membosankan.
b. Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit
menerima pesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah
sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan
karena lebih memikirkan kebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan
dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk
mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak
mungkin terjadi perubahan perilaku.
c. Faktor proses penyuluhan kesehatan, misalnya waktu penyuluhan tidak
sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat
23

dengan keramaian sehingga menggangu proses penyuluhan yang


dilakukan, jumlah sasaran yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang,
metode yang digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta
bahasa yang digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta
bahasa kurang dimengerti oleh sasaran.

Dari kesimpulan diatas Posyandu merupakan lembaga yang melaksanan


penyuluhan kesehatan dalam pembangunan masyarakat

2. Pembangunan Masyarakat Desa


PKMB (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) merupakan kegiatan
masyarakat yang berujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan peningkatan
berbagai pelayanan yang diperlukan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan Program PKMB
sebagai dari bagian pembangunan desa perlu didukung dan dilaksanakan bersama-
sama secara terpadu oleh pemerintah dan seluruh masyarakat.
Pembangunan kesehatan masyarakat desa adalah rangkaian kegiatan
masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar
gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam
memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan di
bidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan yang sehat sejahtera.
PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya didasarkan
melalui sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam mengembangkan kegiatan-
kegiatan kesehatan oleh lembaga ini diikutsertakan anggota-anggota masyarakat
di pedusunan melalui segala pengarahan untuk menimbulkan kesadaran secara
aktif di dalam ikut membantu memecahkan dan mengembangkan usaha-usaha
kesehatan di desanya.
PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem
pendekatan edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu
atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang
tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong timbulnya kreativitas
24

dan inisiatif setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif
dalam program-program kesehatan di daerahnya dan menentukan prioritas
program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersangkutan
a. Tujuan PKMD
1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya swadaya
masyarakat, sehingga masyarakat mampu secara mandiri melakukan
perilaku sehat, dalam meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup
masyarakat.
2) Menumbuhkan kegiatan dan kesadaran masyarakat akan potensi yang
dimilikinya untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan
mutu hidup mereka.
3) Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan
secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri
4) menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang
mampu, terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa
5) Membentuk kader-kader kesehatan yang berasal dari masyarakat yang
mampu dan aktif dalam program pembangunan kegiatan desa.
6) Terjalinnya kerja sama kegiatan dari berbagai sektor masyarakat dengan
pemerintah secara terpadu.
7) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan turunnya angka
kelahiran, kematian, kesakitan, dan perbaikan status gizi masyarakat.
b. Ciri Ciri PKMD
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Kegiatan dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan prakarsa
masyarakat sendiri, dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh
masyarakat sendiri sebagai kebutuhan, dan dilaksanakan melalui usaha-
usaha swadaya masyarakat berdasarkan gotong-royong yang menggali dan
menggunkan sumber dan potensi masyarakat setempat.
2) Perencanaan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawarah dan mufakat
25

3) Pelaksanaan kegiatan berdasarkan pada peran serta aktif dan swadaya


masyarakat dalam arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan
sumber daya yang dimiliki masyarakat.
4) Masukan dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan menunjang,
tidak mengakibatkan ketergantungan.
5) Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat.
6) Memanfaatkan teknologi tepat guna
7) Kegiatan yang dilakukan sekurang-kurangnya mencakup salah satu dari
unsur PHC.
c. Ruang Lingkup PKMD
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) sebagai suatu bentuk
pendekatan pembangunan kesehatan ditandai dengan lima ciri sebagai berikut:
1) Liputan yang menyeluruh terhadap penduduk sehinggap enduduk dapat
memperoleh pembinaan kesehatan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
asas pemerataan yang adil (equity).
2) Pembinaan kesehatan tersebut mencakup upaya preventif (pencegahan),
promotif (kegiatan peningkatan), kuratif (upaya penyembuhan) dan
rehabilitative (upaya perbaikan kembali), dengan penekanan pada
pembinaan esensial kesehatan penduduk melalui:
(a) Penyuluhan tentang masalah kesehatan dan cara
penanggulangannya. (b) Penyediaan makanan sehat dan peningkatan gizi.
(c) Pengadaan kegiatan air bersih dan sanitasi dasar. (d) Peningkatan
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana. (e) Imunisasi terhadap
penyakit infeksi utama. (f) Pencegahan dan pemberantasan penyakit
endemik. (g) Pengobatan tepat terhadap penyakit umum dan cedera. (h)
Penyediaan obat esensial.
3) Teknologi yang digunakan dalam pembinaan kesehatan esensial tersebut
harus tepat guna, efektif, dapat diterima budaya setempat dan terjangkau
oleh masyarakat.
4) Masyarakat terlibat aktif dalam upaya pembinaan kesehatan esensial
tersebut sehingga dapat mengembangkan kemandirian dan mengurangi
ketergantungan.
26

5) Pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi dikaitkan dengan kegiatan


pembangunan di sektor lain dengan meningkatkan kerjasama lintas
sektoral.

Dalam keterpaduan Keluarga Berencana, Kesehatan, Pendekatan


Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) diwujudkan melalui
Posyandu, Posyandu memenuhi kelima ciri Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD) tersebut di atas, Palang Merah Remaja Madya diharapkan dapat
berperan serta dalam kegiatan Posyandu membantu kader kesehatan atau petugas
sebatas kemampuannya.
Kegiatan Masyarakat di bidang kesehatan dilakukan di:
1) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) untuk kegiatan penyuluhan, pelayanan
kesehatan ibu dan anak, pelayanan keluarga berencana, imunisasi,
pengobatan penyakit diare, dan pelayanan gizi
2) Di luar jadwal Posyandu untuk kegiatan penyuluhan, pencegahan penyakit
diare, penyediaan tempat pembuangan sampah, sarana air bersih,
penanggulangan pencemaran air minum, pengobatan sederhana, kegiatan
yang dikaitkan dengan kesehatan kerja, kesehatan sekolah (dokter kecil),
pramuka.

Kegiatan di Posyandu adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dari


masyarakat untuk masyarakat. Oleh karena itu masyarakat setempat benar
berperan serta dalam kegiatan tersebut. Peran serta Palang Merah Remaja Madya
dalam kegiatan Posyandu tidak saja dalam bentuk kehadiran sebagai pihak yang
meminta pelayanan tetapi juga memberi pelayanan. Empat kegiatan Posyandu
yang dapat dilakukan oleh Palang Merah Remaja Madya dengan bantuan petugas,
yaitu pendaftaran, penimbangan anak di bawah lima tahun (balita), pencatatan
hasil penimbangan, pembagian oralit, vitamin A, tablet daerah Fe, pemberian
makanan tambahan.
27

d. Prinsip-Prinsip Dasar PKMD


PKMD memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
1) Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat, bukan hanya kegiatan kesehatan secara
langsung, ini berarti bahwa kegiatan tidak terbatas pada aspek kesehatan
saja melainkan juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya yang secara
tidak langsung menunjang peningkatan taraf kesehatan.
2) Dalam membina kegiatan masyarakat diperlukan kerja sama yang baik: (a)
Antar dinas-dinas, intansi-intansi, lembaga-lembaga lainnya yang
bersangkutan. (b) Antar dinas-dinas, intansi-intansi, lembaga-lembaga
tersebut dengan masyarakat.
3) Dalam hal masyarakat tidak dapat memecahkan masalah atau kehidupan
sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh sector yang bersangkutan

e. Pokok-Pokok Kegiatan PKMD


Adapun pokok-pokok kegiatan dalam PKMD adalah sebagai berikut:
1) Persiapan masyarakat, yaitu upaya yang bertujuan agar masyarakat
memahami PKMD, dan mampu berperan aktifdalam setiap kegiatan
PKMD.
(a) Pengenalan terhadap masyarakat.
(b) Pengenalam masalah melalui: pengumpulan data, penyajian yang dapat
dimengerti masyarakat, menyelesaikan masalah yang ada dengan
prioritas yang perlu ditanggulangi.
(c) Pembentukan kader dan pengorganisasian kader.
(d) Pelatihan kader kesehatan desa yang disebut promoter kesehatan
desa
2) Perencanaan Kegiatan PKMD
(a) Memilih prioritas masalah
(b) Menetapkan jenis kegiatan
(c) Menyusun rencana kerja yang meliputi: Tujuan yang ingin dicapai,
Strategi yang ingin ditempuh pengorganisasian, Pembiayaan, Waktu
pelaksanaan, Tindakan.
28

3) Pelaksanaan kegiatan.
(a) Kader dan mahasiswa melaksanakan masing-masing tugas sesuai yang
telah disepakati.
(b) Kader dan pengurus desa serta petugas kesehatan memantau kegiatan
(c) Dalam proses kegiatan selalu diadakan pertemuan-pertemuan
(POKJA-POKJA)
(d) Dimonitori adalah rencana kerja yang disepakati: Ketepatan
pelaksanaan, Ketepatan waktu, Penerimaan dan penggunaan biaya,
Penyediaan dan penggunaan biaya, Hasil-hasil yang ingin dicapai,
Jumlah dan kualitas partisipasi masyarakat.
4) Penilaian (Evaluasi) PKMD
(a) Penilaian hasil kegiatan.
(b) Penilaian hasil sementara
(c) Penilaian hasil akhir
5) Pembinaan PKMD
Pembinaan berarti upaya-upaya untuk memelihara dan meningkatkan
kegiatan yang telah dimulai dalam menjamin kelangsungan program.
6) Perluasan program PKMD
Dilakukan secara bertahap.
f. Langkah-Langkah Pemetaan PKMD.
Berikut ini adalah langkah-langkah pemetaan PKMD:
1) Pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa
(PKMD) yang dilakukan masyarakat minimal mencakup salah satu
dari 8 unsur Primary Haelath Care sebagai berikut:
(a) Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan
penyakit serta perlindungannya.
(b) Peningkatan persediaan makanan dan peningkatan gizi.
(c) Pengadaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai.
(d) Kesehatan Ibu dan Anak termasuk keluarga berencana
(e) Imunisasi untuk penyakit yang utama.
(f) Pencegahan dan pengendalian penyakit endemi setempat
(g) Pengobatan penyakit umum dan luka-luka
29

(h) Penyediaan obat esensial.


2) Pengembangan dan Pembinaan PKMD dilakukan sebagai berikut:
(a) Berpedoman pada GBHN.
(b) Dilakukan dengan kerja sama lintas program dan lintas sektor
melalui pendekatan edukatif.
(c) Koordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada Gubernur,
Bupati, atau Camat.
(d) Merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara
keseluruhan.
(e) Kegiatan dilaksanakan dengan membentuk mekanisme kerja yang
efektif antara instansi yang berkepentingan dalam pembinaan
masyarakat desa.
(f) Puskesmas sebagai pusat pembangunan dan pengembangan
kesehatan berfungsi sebagai dinamisator.
g. Hal-hal yang Diperlukan dalam Pelaksanaan Kegiatan PKMD
Adapun hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD adalah
sebagai berikut
1) Masyarakat perlu dikembangkan pengertiannya yang benar tentang
kesehatan dan tentang program-program yang dilaksanakan pemerintah.
2) Masyarakat perlu dikembangkan kesadarannya akan potensi dan sumber
daya yang dimiliki serta harus dikembangkan dan dibina kemampuan dan
keberaniannya untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka.
3) Sikap mental pihak penyelenggara pelayanan perlu dipersiapkan terlebih
dahulu agar dapat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan
potensi untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu
hidup dan kesejahteraan mereka.
4) Harus ada kepekaan dari para pembina untuk memahami aspirasi yang
tumbuh dimasyarakat dan dapat berperan secara wajar dan tepat.
5) Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan berkesinambungan
baik antara para pembina maupun antara pembina dengan masyarakat,
sehingga muncul arus pemikiran yang mendukung kegiatan PKMD.
30

F.Kerangka Berfikir
Pada penelitian ini akan diteliti mengenai partisipasi PLS melalui kader
Posyandu dalam penyuluhan pembangunan kesehatan masyrakat RW 10
Kelurahan Kahuripan Kecamatan tawang Kota Tasikmalaya. Kader Posyandu
merupakan bagian dari pada Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan sebagai praktisi
Pendidikan Luar Sekolah. Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang
bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan
posyandu secara sukarela dan penuh dengan tanggung jawab. Yang dimaksud
kader disini adalah tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat
dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela. Agar kader mampu dan
mau melaksanakan tugasnya, yaitu membantu masyarakat untuk bisa menolong
dirinya sendiri dan berperan serta aktif di bidang kesehatan mereka perlu
dipersiapkan dan dikembangkan.
Partisipasi merupakan keterkaitan seseorang atau kelompok terhadap sesuatu
program atau kegiatan yang berlangsung. Salah satu bentuk perilaku kesehatan
adalahpartisipasi ibu balita dalam program Posyandu, yang mewujudkan
dengan datang dan meninimbangkan anak mereka di Posyandu terdekat secara
teratur setiap bulan.Tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi keduanya saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan.
Pertumbuhan dalam konteks perkembangan merujuk pada perubahan
perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan ukuran dan struktur,
seperti pertumbuhan badan yang dapat diukurmenggunakan alat. Sedangkan per
kembangan merupakan perubahan-perubahan yang
bersifat kualitatif berkaitan dengan pematangan fungsi organ individu. lebih
ditujukanpada kematangan fungsi alat-alat tubuh.
Pemantauan tumbuh kembang balita sangat penting dilakukan oleh orang tu,.
hal ini dimaksudkan agar tumbuh kembang anak dapat terpantau dengan baik,maka
orangtua harus memberi stimulus stimulus yang baik dan asupan nutrisi yang
sehatuntuk anak, selain itu penting bagi orang tua untuk rutin setiap bulannya mem
bawaanakanak mereka ke posyandu terdekat dilingkungan mereka, untuk
pemantauan tumbuh kembang, status gizi dan kesehatan anak. Perubahan
31

berat badan merupakan sebuah indikator untuk memantau pertumbuhan


anak. Jika berat Badan anak mengalami penurunan dan lebih rendah dari
seusianya maka, Pertumbuhan anak akan terganggu dan anak akan mengalami
kekurangan gizi. Sedangkan jika kenaikan berat badan anak lebih besar dari
anak seusianya maka merupakan indikasi resiko kelebihan gizi.
Dari berbagai uraian diatas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:

Partisipasi Kader Penyuluhan kesehan Posyandu

1. Keanggotaan 1. Layanan Posyandu


2. Perencanaan 2. Kegiatan
3. Pendidikan kesehatan Kesehatan ibu
4. Pengembangan dan anak (KIA)
Program KB
5. Syarat-syarat Imunisasi
terwujudnya Gizi
partisipasi Pelaksanaan
Posyandu
Kegiatan diluar
hari posyandu

Masyarakat

Gambar,2.1
32

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Partisipasi PLS melalui Kader Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya.

B. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini memiliki kontribusi untuk pengembangan keilmuan pendidikan
luar sekolah, untuk menemukan strategi peningkatan partisipasi PLS melalui
kader Posyandu dalam penyuluhan pembangunan kesehatan masyarakat serta
pengembangan pendidikan nonformal dalam upaya pemberdayaan masysarakat.
33

BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Partisipan
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Posyandu Seruni Rw 10 Kelurahan Kahuripan
Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Ketertarikan peneliti untuk mengkaji
secara mendalam mengenai Partisipasi PLS melalui Kader Posyandu Seruni
dalam penyuluhan pembangunan kesehatan dimasyarakat Rw 10 Kelurahan
Kahuripan Kecamatan Tawang kota Tasikmalaya. Posyandu Seruni termasuk
Posyandu Mandiri.
2. Partisipan Penelitian
Pengambilan sumber data di dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010, hlm 300) mengemukakan bahwa
teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data atau responden
dengan pertimbangan tertentu. Sumber data atau responden penelitian dapat
memberikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu partisipan penelitian
yang mampu mengemukakan, menjelaskan, menyatakan, serta mengaplikasikan
kemampuannya dalam berkenaan dengan aspek-aspek yang ingin diungkapkan
dalam penelitian ini.
Partisipan merupakan sumber utama yang memiliki kedudukan penting
dalam suatu penelitian, karena didalam subyek penelitian inilah terdapat variabel-
variabel yang menjadi kajian untuk diteliti. Dalam penelitian ini partisipan yang
akan diteliti terdiri dari tiga bagian, pertama, sebagai sumber informasi yaitu
responden kader Posyandu yang dapat memberikan data tentang dirinya serta
bagaimana pengalamannya yang berkaitan dengan partisipasi penyuluhan
kesehatan pembangunan masyarakat Kedua,Sumber Informan, sumber data
lain yang dapat memberikan informasi pelengkap tentang hal-hal yang tidak
terungkap dari subyek penelitian, dan sekaligus sebagai triangulasi untuk
menjamin akurasi data.
Partisipan adalah kader Posyandu yang melaksanakan penyuluhan
pembangunan kesehatan dimasyarakat Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan
Tawang kota Tasikmalaya. Dengan demikian penelitian ini mendeskripsikan
34

partisipasi PLS melalui Kader Posyandu dalam penyuluhan pembangunan


kesehatan masyarakat.
Spadley (1961) dalam Sugiyono (2010, hlm.61) mengemukakan bahwa
pemilihan sumber data atau informan sebaiknya memenuhi kriteria-kriteria
sebagai berikut:
(1) Cukup lama dan intensif dengan informasi yang akan mereka
berikan; (2) Masih terlibat penuh dengan kegiatan yang diinformasikan;
(3) mempunyai cukup banyak waktu untuk memberikan informasi; (4)
mereka tidak direkayasa dalam pemberian infromasinya; (5) mereka siap
memberi informasi dengan ragam pengalamannya.

Partisipan dalam penelitian ini dipilih untuk mendapatkan kemudahan


peneliti dalam melakukan analisis dan mendapatkan hasil penelitian yang
memungkinkan untuk membandingkan dan mengkonstraskan. Penambahan
sumber data atau informan akan dihentikan apabila data yang ada sudah jenuh.
Data yang sudah jenuh di sini maksudnya adalah apabila dari berbagai informan,
baik yang lama maupun yang baru tidak memberikan data yang baru atau berbeda
dengan yang lain.
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No Nama Status Kode
1. Hj Ipah Ketua Posyandu Seruni IL
Latifah
2. Siti Rohimah Kader Posyandu Seruni SR
3. Nunung Kader Posyandu NN
Nurhayati
4. Endeh Rohani Kader Posyandu ER

5. Irma Bidan I

Sumber : Arsip Peneliti Hasil Wawaancara, 2017


35

B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan data
yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Peneliti mengadakan
pengamatan dan mencari data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
responden yang diamati.
Komponen dalam metode penelitian kualitatif meliputi antara lain; alasan
menggunakan metode kualitatif, tempat atau lokasi penelitian, instrumen
penelitian, informan dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data rencana pengujian keabsahan data (Sugiyono, 2010, hlm. 145). Fokus
penyajiannya adalah data berbentuk narasi dan tidak akan di temukan analisis
statistik. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan partisipasi PLS melalui kader
Posyandu dalam penyuluhan pembangunan kesehatan masyarakat dan analisis
secara deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Peneliti langsung terjun
kelapangan selama sebulan sekali selama 7 bulan. Peneliti secara terus menerus
melaksanakan wawancara dengan informan secara mendalam untuk
mengumpulkan data.
Menurut sugiyono (2010, hlm.1) metode kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyektif alamiah, sebagai
lawannya adalah eksperimen, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan triangulasi (gabungan) analisis data
bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna
dari pada generalisasi.
Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang ilmiah, atau natural
setting, sehingga metode penelitian ini disebut sebagai metode naturalistik. Obyek
yang alamiah adalah obyek apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga
kondisi peneliti saat memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar
dari obyek relatif tidak berubah. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi
instrumen kunci. Obyek dalam penelitian ini adalah penyuluhan pembangunan
kesehatan masyarakat.
Sejalan dengan pendapat Sugyono, Nana Syaodih (2007, hlm. 94)
mengemukakan bahwa Penelitian Kualitatif (qualitative Research) bertolak
dari filsafat kontruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berasumsi
jamak interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial (a shared social
experience) yang di interpretasikan oleh individu-individu. Penelitian
kualitatif ditujukan untuk fenomena-fenomena sosial dari sudut partisipatif,
36

partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi,


diminta data memberikan data, pendapat, pemikiran, dan persepsinya.

Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang
pasti adalah data-data yang terjadi sebagaimana adanya, buka data yang sekedar
terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan
terucap. Penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang berbeda dengan
penelitian kuantitatif Nana Syaodih (2007, hlm. 95) mengemukkan karakteristik
penelitian kualitatif sebagai berikut: (1) kajian naturalistik, melihat situasi nyata
yang berubah secara, alamiah, terbuka, tidak ada rekayasa pengontrolan variabel,
(2) analisis induktif, mengungkap data kasus, detil untuk menemui kategori,
dimensi, hubungan penting dan asli dengan pertanyaan yang terbuka, (3) holistik.
totalitas fenomena dipahami sebagai sistem yang kompleks, keterkaitan
menyeluruh tidak dipotong padahal terpisah, sebab akibat, (4) data kualitatif,
persepsi pengalaman orang, (5) hubungan persepsi dan pribadi, hubungan akrab
peneliti dengan informan pengalaman pribadi peneliti penting untuk pemahaman
fenomena-fenomena, (6) dinamis, perubahan terjadi terus lihat proses desain
fleksibel, (7) orientasi keunikan, tiap situasi khas, pahami sifat khusus dan dalam
konteks sosial historis, analisis silang kasus (8) empati netral, subyektif murni,
tidak dibuat-buat.
C. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
yang disesuaikan dengan kebutuhan, adapun teknik yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu; pengamatan/observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Berikut uraian dari ketiga teknik tersebut:
1. Pengamatan/Observasi
Observasi yaitu memperlihatkan sesuatu dengan mempergunakan mata.
Sedangkan Arikunto (1996, hlm. 146) memaparkan konsep observasi sebagai
berikut:
Observasi atau yang disebut juga dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indera. Jadi pengobservasian dapat dilakukan melalui pengamatan,
pendengaran, pencium, peraba, dan pengecap.
37

Pengamatan/observasi dalah upaya aktif peneliti mengumpulkan data


dengan berbuat sesuatu, memilih apa yang diamati dan terlibat secara aktif di
dalamnya. Menurut Guba dan Lincoln (1981, hlm. 191-193) dalam Moleong
(2011, hlm. 174-175) menyatakan bahwa terdapat enam alasan mengapa pada
penelitian kualitatif menggunakan teknik pengamatan untuk mengumpulkan data,
yaitu: (1) Teknik pengamatan ini didasarkan pada pengalaman secara langsung,
(2) Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati fenomena-
fenomena yang terjadi kemudian mencatatnya; (3) Pengamatan memungkinkan
peneliti mencatat peristiwa atau fenomena yang terjadi yang berkaitan dengan
pengetahuan yang proposisional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh
dari data; (4) Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, kemungkinan pada data
yang sudah didapat ada yang keliru atau bias; (5) Teknik pengamatan
memungkinkan peneliti mampu memahami situasi yang rumit; (6) Dalam kasus-
kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak memungkinkan,
pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Peneliti langsung melakukan observasi kelapangan ke tempat pelaksanaaan
Posyandu dalam penyuluhan pembangunan keseharan masyarakat. Teknik
Observasi di lakukan pada saat awal kegiatan penelitian di lapangan dengan
pengamatan langsung pada kegiatan kader posyandu dalam penyuluhan kesehatan
yang ada di Rw 10 kelurahan kahuripan kecamatan tawang Kota Tasikmalaya.

2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara yang penting untuk memeriksa
keakuratan data hasil observasi. Wawancara juga dapat digunakan untuk
mengumpulkan sebuah informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi.
Menurut Estenberg (2002) dalam Sugiyono (2010, hlm. 317) mendefinisikan
wawancara (interview) sebagai berikut a meeting of two persons to exchange
information and idea through question and responses, resulting in communication
and joint construction of meaning about a particular topic. Wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
38

Peneliti melaksanakan wawancara dengan kader Posyandu Seruni selama 3


bulan. Yang menjadi Informan penelitian kader posyandu sebanyak 3 orang.
Pedoman tersebut sifatnya fleksibel, sehingga dapat dikembangkan dan diubah
sesuai dengan kebutuhan penelitian dalam studi ini digunakan wawancara
langsung.

3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi merupakan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Studi
dokumentasi ini untuk melacak berbagai hal yang berkaitan dengan fokus
penelitian meliputi partisipasi PLS melalui Kader Posyandu dalam penyuluhan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat.
Studi dokumentasi sangat penting sebagai gambaran lebih jelas tentang
partisipasi PLS melalui Kader Posyandu dalam pembangunan kesehatan
masyarakat, yang berfungsi sebagai triangulasi terhadap keterangan dari informan.
Teknik pengumpulan data yang lain digunakan untuk melengkapi teknik observasi
dan wawancara yaitu berupa studi dokumentasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2003, hlm.85) bahwa data
penelitian kualitatif diperoleh dari sumber manusia atau Human
Resourcesmelalui observasi dan wawancara. Akan tetapi terdapat sumber data
yang merupakan non Human Resources berupa dokumnetasi yang mana
bahannya telah ada, telah tersedia, dan siap pakai serta tidak memerlukan biaya.
Peneliti mengumpulkan data penelitian, melakukan pengamatan (observasi)
dan wawancara kepada responden lapangan. Dalam mengumpulkan data tersebut
peneliti perlu menghimpun informasi yang akurat dan mencatat data selama
penelitian berlangsung dari awal memasuki lapangan sampai penelitian berakhir.
Catatan-catatan itu disebut catatan lapangan. Menurut Bogdan dan Biklen
Moleong ( 2011, hlm. 209), catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa
yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data
dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.
Penelitian ini menggunakan studi dokumentasi yang dapat berupa bahan
tertulis maupun film yang dapat dijadikan sumber data karena dalam banyak hal
39

dokumen digunakan sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk mrnguji,


menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Data didapat melalui studi dokumentasi
ini adalah: perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, evaluasi
pembelajaran dan pengembangannya. Peneliti dalam melakukan penelitian
mengandalkan pengamatan, wawancara dan catatan lapangan. Catatan lapangan
adalah catatan tertulis tentang apa yang dilihat, dialami dan dipikirkan dalam
rangka pengumpulan data dan refleksi dalam penelitian kualitatif.
D. Triangulasi Data
Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik
Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam
pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian (Moleong, 2011, hlm. 330).
Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda
(Nasution, 2003, hlm. 115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi
ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk
memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna
untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi
bersifat reflektif. Denzin (dalam Moloeng, 2011), membedakan empat macam
triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik dan teori. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu:
1) Triangulasi metode, dilakukan dengan cara membandingkan informasi
atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam
penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi,
dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan
gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa
menggunakan metode wawancara.
2) bebas dan wawancara terstruktur atau peneliti menggunakan wawancara
dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu,
peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek
kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan
diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu,
40

triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari
subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan
demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau
naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu
dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.
3) Triangulasi antar-peneliti, dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari
satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui
memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari
subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak
menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian
dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti
dan melahirkan bias baru dari triangulasi.
4) Triangulasi sumber data, adalah menggali kebenaran informai tertentu
melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain
melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi
terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu
masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda,
yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda
pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan
melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
Penelitian ini menggunakan Triangulasi sumber data yang ada di
Posyandu Seruni Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang, selain
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi peneliti menggunakan
obsevasi terlibat, dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi,
catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto yang ada di Posyandu
Seruni Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang. Sehingga
memperkuat data yang telah ada.
5) Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa
sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk
menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang
41

dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman


pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik
secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui
tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert
judgement ketika membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu,
lebih-lebih jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.

Triangulasi dengan sumber data artinya membandingkan dan mengecek


balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Patton dalam Moleong (2011, hlm. 331).
Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
E. Analisis Data
Analisis data menurut (Creswell, 2014, hlm. 274) merupakan proses
berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat
sepanjang penelitian. Maksudnya, analisis data kualitatif bisa saja melibatkan
proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan
bersama-sama.
Penelitian kualitatif lebih bersifat konstruksionistik, yang beranggapan
bahwa realistis itu tidak tunggal, tetapi majemuk, ada hubungan yang dinamik dan
interaktif di antara individu-individu pelaku. Menurut Trisnamansyah dalam
Sugiyono (2010, hlm. 48) data dalam penelitian kualitatif umumnya berupa narasi
deskriptif. Tidak ada analisis data secara statistik dalam penelitian kualitatif.
Analisisnya bersifat naratif kualitatif, mencari kesamaan dan perbedaan informasi.
Analis data dalam penelitian kualitatif tidak dinantikan sampai semua data
42

terkumpul, tetapi dilakukan secara berangsur setelah selesai mendapatkan


sekumpulan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumen. Penafsiran
diarahkan pada menemukan esensi atau hal-hal mendasar dari kenyataan.
Menurut Bogdan dalam Sugyono (2010, hlm.88) menyatakan bahwa analis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain. Analis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
Analisis data melibatkan pengumpulan data yang terbuka, yang didasarkan
pada pertanyaan-pertanyaan umum, analisis informasi dari partisipan. Model
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Miles
Huberman (1984, hlm. 21-23) dalam Emzir (2012, hlm. 131), yang digambarkan
sebagai berikut:
Masa Pengumpulan Data

REDUKSI DATA

Antisipasi Selama Pasca

PENYAJIAN DATA

Selama Pasca = Analisis

Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Selama Pasca

Gambar 3.1 Komponen dan Analisis Data (Flow Model)


menurut Miles (1992)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dari ctatan-catatan tertulis di lapangan. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data,
berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif
berlangsung. Sebenarnya bahkan sebelum data benar-benar terkimpul, antisipasi
kan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitinya memutuskan (acapkali
tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan
43

penelitian, dan pendektan pengumpulan data yang mana yang dipilihnya. Selama
pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat
ringkasan, mengkode, menelusur tema, rnembuat gugus-gugus, membuat partisi,
menulis memo). Reduksi data/proses-transformasi ini berlanjut terus sesudah
penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.
Penyajian data, Alur penting yang kedua dan kegiatan analisis adalah
penyajian data. Miles dan Huberman membatasi suatu penyajian sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Braneka penyajian yang dapat ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari mulai dari alat pengukur bensin, surat kabar, sampai
layar komputer. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami
apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh mengailalisis
ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dan
penyajian-penyajian tersebut.
Dalam pelaksanaan penelitian Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono
(2010,hlm. 341) yakin bahwa penyajian-penyajian yang lebih balk merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian-penyajian
yang dimaksud meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian seorang penganalisis dapat
melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan
yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang
dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.
Menarik Kesimpulan/Verifikasi, Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah
menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang
penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan.
penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang mungkin, alur sebab- akibat, dan
proposisi. Peneliti yang berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu
dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan,
mula-mula belum jelas, namun dengan meminjam istilah kiasik dan Glaser dan
Strauss (1967) kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan
kokoh. Kesimpulan-kesimpulan final mungkin tidak muncul sampai
44

pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan -kumpulan


catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang
yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan-tuntutan pemberi dana, tetapi
seringkali kesimpulan itu telah dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun
seorang peneliti menyatakan telah melanjutkannya secara induktif.
Penarikan kesimpulan, dalam pandangan Miles dan Huberman (1984) dalam
Sugiyono (2010,hlm. 341), hanyalah sebagian dan satu kegiatan dan konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas
dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-
catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan memakan tenaga
dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk
mengembangkan kesepakatan intersubjektif, atau juga upaya-upaya yang luas
untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.
Singkatnya, makna-makna yang muncul dan data harus diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupaka validitasnya. Jika tidak
demikian, yang dimiliki adalah cita-cit yang menarik mengenai sesuatu yang
terjadi dan yang tidak jelas kebenaran dan kegunaannya.

Gambar 3.2
Komponen-komponen Analisis Data (Interactive Model) menurut Miles
(1992).

Menurut Diagram hubungan antar komponen model interaktif, analisis data


kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah
45

reduksi data penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi


gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang
saling susul menyusul.
Proses seperti tersebut sesungguhnya tidak lebih rumit, berbicara secara
konseptual, daripada jenis-jenis analisis yang digunakan oleh para peneliti
kuantitatif. Peneliti kualitatif pun harus terpaku perhatiannya pada reduksi data
(menghitung mean, standar deviasi, indeks), penyajian data (tabel korelasi,
cetakan angka-angka regresi), dan penarikan kesimpulan/verifikasi (derajat
signifikansi, perbedaan eksperimental/ kontrot). Soalnya ialah bahwa kegiatan itu
dilakukan melalui batasan-batasan yang jelas, metode yang sudah dikenal,
patokan-patokan yang memberi pedoman, dan kegiatannya lebih berupa peristiwa
berturutan jika dibandingkan dengan kegiatan yang berulang atau siklus. Di sisi
lain, para peneliti kualitatif nenempati posisi yang lebih bersifat longgar, dan juga
lebih bersifat perintis.

F. Keabsahan Data
Menurut Moeleong (2011, hlm 175), untuk mendapatkan keabsahan data maka
peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu:
a) Derajat kepercayaan (credibility)
Teknik ini dapat dilakukan dengan jalan: Keikutsertaan peneliti sebagai
instrumant (alat) tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti, sehingga memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Peneliti
menggunakan teknik credibility ikut serta membantu kader Posyandu dalam
melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan sehingga peneliti benar-benar
mempercayai dan memahami tentang penyuluhan kesehatan dimasyarakat Rw
10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.

b) Keteralihan (transferability) dengan cara uraian rinci. Teknik ini meneliti agar
laporan hasil fokus penelitian dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang
menggambarkan kontek tempat penelitian diadakan. Uraiannya harus
mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca
agar mereka dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh. Peneliti
melakukan penelitian secermat mungkin dengan mewawancarai kader
46

Posyandu seruni dan membuat catatan sehingga hasil penelitian


mendapatkan penemuan-penemuan yang diperoleh secara akurat.
c) Kebergantungan (dependabiliy) dengan cara auditing ketergantungan.Teknik
tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan catatan pelaksanaan
keseluruhan proses dan hasil penelitian. Pencatatan itu diklasifikasikan dari
data mentah sehingga formasi tentang pengembangan instrument sebelum
auditing dilakukan agar dapat mendapatkan persetujuan antara auditor dan
auditi terlebih dahulu. Setelah peneliti melaksanakan keseluruhan proses dan
hasil penelitian di Posyandu Seruni Rw 10 kelurahan kahuripan kecamatan
Tawang Kota Tasikmalaya karena datanya masih mentah maka peneliti
melakukan auditing sehingga hasil datanya menjadi tersusun baik.
d) Kepastian (confirmability)
Pada penelitian kualitatif kriteria kepastian atau objektivitas hendaknya harus
menekankan pada datanya bukan pada orang atau banyak orang. Peneliti
menekankan pada hasil penelitian secara objektif bukan pada Tutor,
Pengelola maupun Panitia Diklat, tetapi hasil dari penelitian seadanya tanpa
dibuat-buat artinya pasti tidak ditambah-tambah ataupun dikurangi.
47

BAB V
HASIL YANG DICAPAI
A. Hasil Penelitian
1. Profil Posyandu Seruni di RW 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan
Tawang Kota Tasikmalaya .
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil dokumentasi bahwa Posyandu seruni
dibentuk pada tanggal 18 Januari 1987. Jumlah kader pada awal pembentukan
Posyandu sebanyak 4 kader. Selama 25 tahun, pelayanan Posyandu dilaksanakn
dirumah kader , berpindah dari satu kader ke kader lain, bahkan pernah
dilaksanakan di mesjid At Taqwa. Seiring dengan perkembangan Posyandu Seruni
serta meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya Posyandu, maka
para kader posyandu berupaya untuk memiliki gedung sendiri, namun keinginan
tersebut sulit untuk diwujudkan mengingat haraga tanah yang sangat mahal di
lingkungan Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.
Pada tanggal 18 November 2003 ada pergantian ketua Posyandu dari Hj
Suryantini kepada Hj Ipah Latifah.

Gambar 5.1 Profil Posyandu

Dalam waktu 3 bulan (sesuai kesepakatan pembayaran kepada pihak


Koperasi) di peroleh uang sebesar Rp. 25.000.000,- dan segera dibayarkan ke
koperasi. Perjuangan ketua dan para kader Posyandu tidak berhenti sampai disitu,
48

mereka harus berfikir kembali bagaimana caranya agar tersebut dapat dibangun
untuk gedung Posyandu. Mereka mencoba mengkoordinasi dengan pemerintahan
kelurahan kahuripan, ada program pemerintah yang berkaitan dengan
pembangunan sarana lingkungan. Pemerintah Kelurahan Kahuripan memberikan
bantuan uang sebesar Rp. 15.000.000,- dari Program PNPM yang digunakan
untuk pembangunan Posyandu Seruni. Dan pada tahun 2013 sudah terwujud
gedung Posyandu Seruni yang sederhana yang sangat bermanfaat bagi masyrakat
RW 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang, dengan menghabiskan biaya
sebesar Rp. 29.775.000,- yang bersumber dari Program PNPM Rp. 15.000.000,-
dan Swadaya masyarakat Rp. 14.290.000,-, Alhamdullillah Gedung Posyandu
Seruni Terwujud.
Tabel : 5.1 (Data Sasaran dan Kegiatan Penimbangan)
Sasaran 0/d 12 bln 12 s/d 36 bln 36 s/d 60 bln Jumlah
a. Bayi dan 12 46 30 88 anak
balita yang
terdaftar di
Posyandu
(S)
b. Bayi dan 12 46 30 88 anak
balita yang
punya KMS
(K)
c. Bayi dan 14 34 15 63 anak
balita yang
datang ke
posyandu
(D)
d. Bayi dan 7 14 7 28 anak
balita naik
timbangan
nya (N)
e. Bayi dan 11 4 15 anak
balita yang
tidak naik
timbangan
nya (T)
f. Bayi dan 1 7 3 11 anak
balita yang
tidak
ditimbang
bulan lalu
49

(O)
g. Bayi dan 2
balita yang
baru
pertama kali
ditimbangan
(B)
h. Bayi dan 2 2
balita
dibawah
garis merah
B G M (A)

Arsip: Penelitian dilapangan


Berdasarkan tabel di atas jumlah balita di Rw 10 Kelurahan Kahuripan
Kecamatan Tawang pada bulan Juli 2017 sebanyak 88 anak. Sedangkan jumlah
kadernya sebanyak 11 orang. Di Posyandu Seruni dituntut untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih baik tidak hanya melaksanakan 5 program utama
saja yaitu : kesehatan ibu dan anak, keluaraga berencana, perbaikan gizi dan
imunisasi penanggulangan diare dan ISPA, akan tetapi telah melakukan dan
mengembangkan berbagai upaya kesehatan lainnya. Dengan kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang semakin berkembang maka dilaksanakan pula
kegiatan integrasi dan kegiatan pengembangan. Dengan adanya program yang
dilakukan serta cakupan kegiatan yang memenuhi target maka Posyandu Seruni
merupakan posyandu mandiri. Adapun dampak yang dirasakan oleh masyarakat
khususnya Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya
adalah minimnya gangguan gangguan kesehatan ibu dan anak, tidak terjadi KLB,
penyakit menular, peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan perilaku
bersih dan sehat serta tidak ada gizi kasus buruk.

2. Partisipasi PLS Melalui Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)


Seruni Dalam Penyuluhan Pembangunan Kesehataan Masyarakat.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan kader Posyandu Seruni
dalam pembangunan kegiatan penyuluhan kesehatan di Posyandu Seruni Rw 10
Kelurahan kahuripan Kecamatan Tawang, penyuluhan kesehatan yang diadakan
kader tepat pada sasaran. Yang menjadi masyarakat dalam penyuluhan kesehatan
50

adalah ibu-ibu yang ikut dalam kegiatan posyandu. Berdasarkan hasil observasi
masyarakat yang ingin mengikuti kegiatan ini. Agar kegiatan penyuluhan ini
berjalan lancar dengan efektip dan efisien, maka kader akan ditentukan jam kerja
kader posyandu. Kesehatan masih belum stabil makan dan makanan kurang
bergizi. Karena kurang menerapkan (PHBS) pola hidup bersih dan sehat
dikarenakan belum Ada sosialisasi tentang pentingnya hidup sehat untuk keluarga
dan masyarakat hal tersebut diperjelas oleh pernyataan ketua Posyandu Hj.Ipah
Latifah. Masyarakat Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang mulai
menyadari setelah diadakan penyuluhan tentang pentingnya kesehatan makanan
yang bergizi. Setelah ada penyuluhan tersebut, masyarakat langsung praktek
menerapkan kebiasaan makan makanan bergizi. Belum ada pengaruh yang
signifikan terhadap kesehatan masyarakat Rw 10 Kelurahan Kahuripan
Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya kesehatan belum tercapai sebelumnya.
Masyarakat menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan untuk baik
untuk sendiri maupun untuk lingkungan sekitarnya. Kebiasaan yang dilakukan
tersebut dapat memberikan dampak yang sangat positif bagi masyarakat untuk
menciptakan suasana masyarakat menjadi sehat. Pola hidup bersih dan sehat
diberikan oleh kader Posyandu waktu penyuluhan kesehatan. Kader Posyandu
mensosialisasikan pentingnya hidup sehat dengan pendampingan kepada
masyarakat Posyandu. Dengan adanya kader posyandu, masyarakat terbantu
khususnya dibidang kesehatan. Partisipasi kader Posyandu sangat membantu
masyarakat di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang, berpengaruh
kesehatan yang diberikan oleh kader Posyandu sangat bermanfaat.
a. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 4 kader
dan1bidan sebagai informan utama dan sebagai informan Triangulasi yang
bertugas di Posyandu Seruni Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang
Kota Tasikmalaya.
51

Tabel 5.2 karekteristik informan utama dan Triangulasi


No kode L/P Keterangan
1. K.1 (IL) P Bertugas sebagai ketua kader di posyandu Seruni
bernama ibu Hj Ipah Latifah tinggal di Rw 10
Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang
Berusia 60 bertugas menjadi kader
selama 31 tahun. Jenjang pendidikan terakhir D2
dan bekerja sebagai pensiunan
2. K.2 P Bertugas sebagai sekretaris kader di Posyandu
Seruni bernama ibu Siti Rohimah tinggal di Rw 10
(ST)
Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang berusia
50 tahun bertugas menjadi kader selama 15 tahun.
Jenjang pendidikan terakhir SMA dan bekerja
sebagai ibu rumah tangga.
3. K.3 P Bertugas sebagai anggota kader Posyandu di
(NN) Posyandu Seruni bernama Nunung Nurhayati
tinggal di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan
Tawang berusia 30 tahun bertugas menjadi kader
selama 5 tahun. Jenjang pendidikan terakhir SMA
dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.

4 K.4 P Bertugas sebagai anggota kader Posyandu di


(ER) Posyandu Seruni bernama Nunung Nurhayati
tinggal di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan
Tawang berusia 55 tahun bertugas menjadi kader
selama 10 tahun. Jenjang pendidikan terakhir SMA
dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Bidan yang bertugas di Desa Mergowati.


5. B.5 (I) P Bernama ibu Irma berusia 30 tahun. Jenjang
pendidikan D3 Kebidanan.
Sumber : Data Primer yang diolah
Keterangan : K.1= Kader 1 (informan triangulasi )
K.2 = Kader 2 (informan triangulasi)
K.3 = kader 3 (informan triangulasi)
K.4 = Kader 4 (informan triangulasi)
B.5 = Bidan 5 (informan triangulasi)
52

b. Partisipasi kader Posyandu


Notoatmojo (2010,hlm.274) menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat
adalah keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin
kemitraan diantaramasyarakat dan pemerintah dalam perencanaan, implementasi,
dan berbagai aktivitas program kesehatan, mulai dari pendidikan kesehatan,
pengembangan programkemandirian dalam kesehatan, sampai dengan mengontrol
perilaku masyarakat dalam menghadapi teknologi dan infrastruktur kesehatan.
Pelaksanaan kegiatan posyandu dari persiapan pelaksanaan kegiatan hari buka
posyandu, pelaksaaan kegiatan hari buka posyandu hingga kegiatan di luar kegiatan
hari buka posyandu. Tingkat partisipasi masyarakat dapat diukur dan dilihat
melaluikeanggotaan(kader) masyarakat dalam kegiatan, perencanaan kegiatan,
dalam kehidupan sehari hari, pendidikan kesehatan, pengembangan program,
dan syarat-syarat terwujudnya partisipasi.
Menurut K.1(IL) kinerja kader dalam kegiatan penyelenggaraan penyuluhan
kesehatan kegiatan posyandu sudah baik, sudah saling membantu satu sama lain,
dan sangat membantu masyarakat yang ada di sekitarnya.
Partisipasi yang dilakukan oleh kader, seperti tenaga, uang dan ikut dalam
pelaksanaan program. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal,
seperti pengetahuan, usia, pekerjaan, keluarga dan lokasi posyandu, serta upaya
yang dilakukan kader untuk meningkatkan kesehatan balita dengan cara
memberikan makanan tambahan, pemberian vitamin secara rutin setiap 6 bulan
sekali, memberikan arahan dan penyuluhan mengenai kesehatan dan makanan
bergizi untuk balita.
Sedangkan menurut K. 2 (ST) bahwa partisipasi kader dalam penyuluhan
kesehatan adalah bentuk partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam hal ini
khususnya para ibu, baik ibu yang menjadi kader maupun ibu balita yaitu
partisipasi dalam bentuk tenaga, uang/harta benda dan ikut dalam pelaksanaan
program. Upaya yang dilakukan kader untuk meningkatkan kesehatan balita ialah
dengan memberikan arahan kepada ibu balita untuk memberikan makanan yang
bergizi, penyuluhan tentang kesehatan, pemantauan dalam timbangan, imunisasi
53

serta pemberian vitamin A dan B kepada balita dan adanya program baru yaitu
berupa pemberian hadiah atau apresiasi kepada balita.
Berdasarkan informan B.5 (I) Partisipasi PLS melalui kader Posyandu dalam
penyuluhan kesehatan di masyarakat Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan
Tawang cukup baik dengan adanya semangat gotong royong dalam kegiatan
Posyandu. Semua kader mampu menangani dalam kesehatan masyarakat.
Manfaat penyuluhan bagi masyarakat adalah kesadaran akan pentingnya
kesehatan.

1) Kader
Kader adalah warga masyarakat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan
dapat bekerja secara sukarela. Anggota masyarakat yang bersedia, mampu
dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu (Kementrian
Kesehatan RI, 2011:19).
Berdasarkan hasil wawancara dengan K. 3 (NN) Bahwa
Jumlah kader di posyandu Seruniada 11 orang. Keanggotaan kader dalam posyandu
terdiri atas ketua dan anggota. Kader bertugas sebagai pendaftaran ibu balita yang
datang sebagai penimbang balita, sebagai pencatatan pertumbuhan balita,
pengisisan KMS (Kartu Menuju Sehat), penyuluhan, dan kader 11 pelayanan
kesehatan yang bekerja sama dengan bidan. Keanggotaan kader terdiri dari ketua,
sekretasis, bendahara dan anggota.
54

Gambar 5.2 kader Posyandu Seruni sedang melakukan penimbangan Balita


Sumber Dokumentasi 2017

Menurut K.2 (ST) mengatakan bahwa masa kerja di Posyandu Seruni mulai
dari 5 tahun bahkan ada yang sudah bertugas belasan tahun, contohnya ibu hj Ipah
Latifah sudah menjadi kader Posyandu Selama 15 tahun.

1) Perencanaan
Perencanaan suatu kegiatan merupakan proses yang sistematis dalam
pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang
akan datang, agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik.
Menurut Sudjana ( 2009 ,hlm. 16) menyatakan bahwa perencanaan
adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang
akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan K.1 (IL) bahwa para
kader Poyandu Seruni melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum
dilaksanakan kegiatan Posyandu, merencanakan tersebut meliputi:
menyebarluaskan hari buka posyandu, mempersiapkan pelaksanaan tempat
posyandu, mempersiapkan sarana Posyandu, melakukan pembagian tugas kader
Posyandu, melakukan kordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya,
dan mempersiapkan PMT penyuluhan.
55

a) Menyebarluaskan Hari Buka Posyandu


Penyebarluasan hari buka posyandu dilakukan oleh kader posyandu atau
tokoh masyarakat. Penyebarluasan hari buka posyandu dilakukan melalui
pertemuanwarga setempat (majelis taklim, pertemuan keagamaan lainnya,
arisan, rapatkegiatan PKK). Kader dapat mengajak sasaran untuk datang ke
posyandu denganbantuan tokoh masyarakat atau tokoh agama setempat.Fasilitas
umum seperti sarana ibadah dapat dijadikan sarana untuk menyebarluasan
informasi hari buka posyandu (KemenKes RI, 2011:10).
Sejalan dengan hal tersebut sebelum terlasananya kegiatan posyandu, kader
melakukan perencanaan terlebih dahulu yaitu dengan menyebarluaskan hari buka
posyandu padawarga. Kader sebelumnya mengumumkan kegiatan hari buka
posyandu melaluiarisan warga dan acara rapat PKK. Setelah semua persiapan
sudah selesai kader menyiarkan kegiatan hari buka posyandu menggungguna
kan pengeras suara dimesjid untuk memberitahukan kepada warga bahwa hari
itu ada kegiatan posyandu.
Berdasarkan hasil wawancara, menurut K.4 ((ER) bahwa di Posyandu Seruni
Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya
penyebarluasan hari buka Posyandu oleh kader dengan diumumkan di mesjid.
Kader mendapatkan jadwal hari buka Posyandu dari bidan dan yang bertugas,
yang sebelumnya sudah dibuatkan jadwal kegiatan dalam satu tahun.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi kader posyandu dalam
penyuluhan kesehatan kader penyebarluaskan hari buka posyandu sebelum
kegiatan posyandu dilaksanakan, dengan menggunakan fasilitas umum yaitu
dengan menggunakan pengeras suara di mesjid setempat.

b) Persiapan Tempat Persiapan Posyandu


Tempat pelaksanaan kegiatan posyandu berada di tempat yang mudah
didatangi oleh masyarakat. Lokasi posyandu ditentukan sendiri oleh masya
rakat.Posyandu berada di setiap desa atau kelurahan atau sebutan lainnya yang
sesuai. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk
didirikan di RW, dusun atau sebutan lainnya yang sesuai (Efendi, 1998, hlm.269).
56

Menurut informan K.2 (ST) kegiatan Posyandu Seruni dilaksanakan di


Gedung Posyandu Seruni, karena Posyandu Seruni memiliki Gedung Sendiri,
yang dekat dengan pemukiman warga dan mudah di jangkau oleh warga.
Persiapan tempat pelaksanaan Posyandu dilakukan oleh kader dengan
membersihkan tempat pelayanan posyandu.
Sebelum melakukan pelaksanaan hari buka posyandu, kader melakukan
persiapan di dalam ruangan atau bisa juga di luar ruangan, dengan membersihkan
tempat pelaksanaan posyandu dan penataan sarana dan prasarana kegiatan
posyandu. Kader posyandu Seruni di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang
selalu mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu dengan, membersihkan
dan menyapu tempat kegiatan posyandu agar tempat kegiatan posyandu
menjadi bersih dan nyaman. Setelah di sapu dan dibersihkan kemudian kader
menata meja dan kursi menjadi lima meja yang nantinyadigunakan dalam kegiatan
tujuh meja.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS melalui
kader Posyandu Seruni dalam penyuluhan pembangunan kesehatan dimasyarakat
RW 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya,
maka dapat ditarik teori subtansial adalah Kegiatanposyandu diselenggarakan
diGedungPosyanduSeruni. Kegiatan persiapan tempat pelaksanaanposyandu dilak
ukan oleh kader dan tidak melibatkan orang tua balita. Kegiatan persiapan
tempat persiapan tempat pelaksanaan posyandu dilakukan dengan
membersihkan tempat pelaksanaan posyandu yaitu dengan menyapu,
merapikan ruangan dan menata meja dan kursi yang nantinya akan digunakan
dalam kegiatan 7 meja.

c) Persiapan Sarana Posyandu


Kebutuhan sarana berupa KMS/buku KIA, alat timbang (dacin, dan sarung,
pita LILA, timbangan, meteran), obat gizi (kapsul Vitamin A, tablet tambah darah,
oralit), alat bantu penyuluhan, buku pencataan dan pelaporan (KemenKes RI
2011, hlm.11).
Menurut informan K.1 (IL) bahwa sarana yang digunakan dalam kegiatan
57

posyandu berupa buku KMS/bukuKIA (Kesehatan Ibu Dan Anak), alat timbang
yang digunakan meliputi (timbangan gantung, timbangan injak, timbangan
bayi, alat pengukur tinggi badan, danmetelin/meteran), alat bantu penyuluhan,
buku pencatatan dan pelaporan. Selain itu sarana yang dibutuhkan yaitu 7 meja
dan kursi yang digunakan dalam kegiatan tujuh meja. Sebelum melaksanakan
kegiatan Posyandu kader menata sarana yang akan digunakan dalam kegiatan
Posyandu.
Sedangkan menurut informan K.2 (ST) menyatakan kader selalu
mempersiapkan sarana dan prasarana yang digunakan sebelumnya. Persiapan yang
dilakukan berupa membersihkan Gedung Posyandu Seruni yang akan digunakan
sebagai tempat kegiatan Posyandu dengan menyapu dan menata meja- meja yang
nantinnya digunakan dalam kegiatan 7 meja. Sarana dan prasarana yang
digunakan berupa timbangan (timbangan bayi, timbangan gantung, dan timbangan
injak), alat pengukur (matelin dan alat pengukur tinggi badan), meja, kursi,
bolpoin, buku-buku catatan dan administrasi.

Gambar 5.3 persiapan pelaksanaan kegiatan Posyandu

Menurut B.5 (I) bahwa kesiapan kader dalam mempersiapkan sarana


dan tempat pelaksanaan posyandu sudah dapat dikatakan baik.Terbukti dengan
timbangan dan alat pengukur lainnya juga 5 meja sudah tertata dengan rapi.
58

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS melalui


kader Posyandu Seruni dalam penyuluhan pembangunan kesehatan
maka dapat ditarik teori subtansial adalah selain mempersiapkan
tempat pelaksanaan kegiatan posyandu Seruni kader di Kelurahan Kahuripan
juga mempersiapkan sarana yang dibutuhkan untuk memdukung terlaksananya
kegiatan posyandu yakni berupa: mempersiapkan KMS dan buku KIA (Kesehatan
Ibu dan Anak) kemudian meletakkannya di meja yaitu meja pendaftaran.
kader juga mempersiapkan dan menata timbangan injak, timbangan bayi,
alatpengukur tinggi badan berdiri dan pengukur tinggi badan untuk bayi, meteran/
metelindi meja yaitu meja penimbangan. Kader juga mempersiapkan buku catatan
danlaporan pertumbuhan bayi dan balita di meja yaitu meja pencatatan. Kemudian
mempersiapkan alat bantu penyuluhan seperti buku dan PMT di meja yaitu meja
penyuluhan. Setelah itu kader mempersiapkan sarana untuk membantu
kegiatanpelayanan di meja yaitu meja layanan seperti thermometer, tensi tekanan
darah dan tempat tidur jika ada warga atau ibu hamil yang ingin memeriksa
kan kesehatanmereka.Kesiapan kader sendiri dalam perencanaan pelaksanaan
kegiatan posyandu sudah dapat terlihat. Terbukti dengan bersihnya tempat
kegiatan posyandu dan tertata rapinya sarana yang digunan untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan posyandu. Selain itu juga warga warga sudah dapat
merasakan kesiapan kader dalam mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Posyandu.
d) Pembagian Tugas Antar Kader Posyandu
Pembagian tugas dilakukan sesuai langkah kegiatan yang dilakukan di
posyandu seperti pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, dan
pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader (KemenKes RI 2011,hlm.12).
Sejalan dengan haltersebut pembagian tugas dalam pelaksanaan kegitan posyandu
sudah terbagi denganmerata pada lima kader. Setiap meja ada satu kader yang
bertugas, kader sudah dapat bekerja sama dalam menjalankan kegiatan
posyandu. Kader sudah bekerja sama dan saling membantu dengan baik
dalam pelaksanaan kegiatan posyandu.
Menurut Informan K.3 (NN) bahwa kader selalu melakukan
perencanaan kegiatan posyandu sebelum pelaksanaan hari Posyandu.
59

Perencanaanya berupa pembuatan PMT untuk balita, persiapan tempat kegiatan


posyandu, persiapan sarana yang dibutuhkan untuk membantu pelaksanaan
Posyandu. Setelah semua persiapan kader kemudian menyebar luaskan hari buka
Posyandu. Sebelum pelaksanaan kegiatan posyandu kader melakukan
perencanaan seperti membersiapkan danmembersihkan tempat pelaksanaan
kegiatan posyandu, mempersiapkan sarana yangmendukung kegiatan posyandu,
mempersiapkan alat bantu penyuluhan berupa PMT dan materi penyuluhan, dan
mempersiapkan sarana yang mendukung dalam kegiatan pelayanan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS melalui
Kader Posyandu Seruni dalam penyuluhan pembangunan kesehatan di Rw10
Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang , maka dapat ditarik kesimpulan
adalah pembagian tugas kader posyandu sesuai dengan langkah kegiatan
dalam posyandu yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan,
pelayanan kesehatan.

e) Melakukan kordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.


Sebelum pelaksanaan kegiatan di posyandu, kader berkoordinasi dengan
petugas kesehatan dan petugas lainnya terkait dengan sasaran, tindak lanjut
dari kegiatan posyandu sebelumnya, dan rencana kegiatan berikutnya
(KemenKes RI 201, hlm.12).
Menurut informan K.4 (ER) menyatakan sebelum kegiatan posyandu
terlaksana kader melakukan koordinasi di dengan bidan tentang kegiatan hari
buka posyandu. Koordinasi dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan kegiatan
posyandu yaitu dengan kader atau bidan mengingatkan hari buka posyandu
melalui SMS atau telepon.kader dan bidan selalu melakukan koordinasi untuk
mengkoordinasi untuk mengingatkan kegiatan hari bukaposyandu dan membahas
tindak lanjut jika didapati ada balita yang mengalami timbangan di bawah
garis merah dan terjadi tanda bahaya umum.
Berdasarkan hasil wawancara tentang partisipasi PLS melalui kader posyandu
maka dapat ditarik teori subtansial yaitu, sebelum pelaksanaan kegiatan
di posyandu, kader melakukan koordinasi dengan ibu bidan terkait dengan jadwal
60

pelaksanaan hari buka posyandu. Koordinasi dilakukan dengan mengirim SMS


mengirim SMS atau kader yang datang ke rumah kader satu hari sebelum pegiatan
hari buka posyandu untuk mengingatkan pelaksanaan hari buka posyandu
kepada kader. Selain berkoordinasi mengenai jadwal kegiatan posyandu kader
dan bidan jugaberkoordinasi dalam sasaran posyandu dan tindak lanjut dari
kegiatan posyandusebelumnya jika didapati ada anak dengan timbangan rendah,
dibawah garis merah(BGM) dan anak dengan pertumbuhan dan perkembangan
yang tidak sesuai dengan anak seusianya.

f) Persiapan bahan PMT


Selain melakukan persiapan tempat pelaksanaan posyandu dan persiapan
sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan posyandu, kader
juga mempersiapkan PMT penyuluhan yang akan diberikan kepada balita.
Kader membuat PMT penyuluhan dengan bahan makanan yang diperoleh dari
daerah setempat, beraneka ragam dan bergizi (KemenKes RI 2011,hlm.13).
Menurut informan K.3 (NN) bahwa PMT yang diberikan yaitu berupa bubur
kacang hijau. Kader membuat bubur kacang hijau dipagi hari agar PMT yang
diberikan kepada balita tetap segar dan hangat. Sejalan dengan hal tersebut,
Sebelum menyebarluaskan hari buka posyandu, mempersiapkan tempat
pelaksanaan posyandu, mempersiapkan sarana posyandukader membuat PMT.
Di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang PMT yang diberikan berupa
bubur kacang hijau sebab jika tidak bubur kacang hijau balita tidak mau.
61

Gambar 4.4 Penyedian Makanan Tambahan (PMT)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS melalui


kader posyandu maka dapat ditarik teori subtansial yaitu,PMT yang diberikan
adalah bubur kacang, karena selain itu orang tua balita tidak berkenan.

2) Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam
bidang kesehatan. Konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan
yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Notoatmodjo (2003, hlm.97)
Menurut informan K.1 (IL) menyatakan pada posyandu pendidikan
kesehatan yang diberikan untuk ibu balita berupapenyuluhan yang dilaksanakan
saat kegiatan posyandu. Materi yang disampaikan saatkegiatan penyuluhan antar
lain tentang cara pengasuhan yang baik pada anak,pemberian makanan yang
bergizi pada anak, penyuluhan imunisasi, penyululuhanKB, dan penyuluhan
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).Kegiatan penyuluhan disampaikan oleh
kader, bidan, Kesling (Kesehatanlingkungan), PLKB dan ada juga dari SGM.
Ibu balita meras setuju dan senang sekalidengan diadakannya kegiatan penyuluhan
di posyandu karena dapat menambah ilmudan dapat memberikan yang terbaik
62

pada anak mereka, dan materi penyuluhan yang disukai oleh ibu balita adalah
penyuluhan tentang cara pengasuhan yang baik untuk anak.
Menurut informan K.2 (ST) bahwa Pendidikan kesehatan untuk kader berupa
pelatihan dasar menjadi kaderposyandu.Kader-kader dibina dan dilatih terlebih
dahulu tentang bagaimana cara menimbang bayi dan balita, cara mengukur
tinggi badan balita, cara mengukur lingkar kepala dan lingkar lengan balita,
cara pengasuhan yang baik pada anak,penjelasan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak dan cara mencatat hasilpenimbangan dan pengukuran balita
pada buku pelaporan dan mengisi SIP (Sistem Informasi Posyandu).
Sedangkan menurut informan K.3 (NN) Pelatihan pada kader dilakukan di
Puskesmas yang disampampaikan olehbidan, ahli gizi, dan petugas kesehatan
yang bertugas. Kader juga mendapatpenyegaran setiap satu bulan sekali pada
rapat bulanan PKK. Setelah mengikuti pelatihan ini kader menjadi cekatan
dalam memberikan pelayanan bagi warga yang datang dalam kegiatan posyandu.
Berdasarkan hasil wawancara tentang partisipasi PLS melalui kader
Posyandu maka dapat ditarik teori subtansial adalah pendidikan kesehatan yang
diberikan pada ibu balita yaitu kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh
bidan dan kader dengan berbagai materi seperti cara pengasuhan yang baik
untuk anak,pemberian makanan bergisi untuk anak, cara memilih makanan
sehat, dan KB. Sedangkanpendidikan untuk kader posyandu berupa pelatihan
dasar selama 2 minggu dipuskesmas, kegiatan pelatihan dilakukan oleh bidan,
ahli gizi, dan petugas kesehatan yang bertugas. Selanjutnya kader mendapat
penyegaran setiap satu bulan sekali pada rapat bulanan PKK.
3) Pengembangan Program
Pengembangan program dapat diartikan sebagai pengembangan dari program
yang sudah ada sebelumnya. Dalam posyandu selain ada program pokok ada juga
program tambahan. Program tambahan dilakukan jika kegiatan utama
posyandu seperti kegiatan sudah terlaksana.
Menurut K.2 (ST) bahwa Pengembangan program yang dilaksanakan
disini adalah arisan untuk ibu balita dan pembagian hasil usaha dari pendapatan
penjualan PMT yang dananya berasal dari sumber daya masyarakat yang
63

dibagikan setiap satu tahun sekali sebelum lebaran. Kegiatan tambahan


juga terlaksana yakni berupa TOGA (Tanaman Obat Keluarga) yang
ditanam di pekarangan warga.
Berdasarkan hasil wawancara tentang partisipasi PLS melalui kader
posyandu maka dapat ditarik kesimpulan adalah pada posyandu pengembangan
program yang dilakukan berupa arisan antar kader dan ibu balita.
Pada salah satu posyandu pengembangan program yang dilakukan berupa
pembagian hasil dari penjualan PMT yang sumber dananya berasal dari swadaya
kader yang kemudian hasilnya dibagi sebelum lebaran. Selain arisan dan
Pembagian hasil usaha pengembangan program berupa penanaman tanaman
obat warga (TOGA)seperti kunyit putih, kencur, temulawak, jahe dan tanaman
lain yang berfungsi untuk obat di pekarangan rumah warga.

4) Syarat- syarat Terwujudnya Partisipasi


Syarat-syarat terwujutnya partisipasi antara lain: pertama adanya rasa saling
percaya antara anggota dalam masyarakat, maupun anggota masyarakat dan pihak
petugas. Rasa saling percaya diciptakan melalui suatu niat baik untuk melakukan
sesuatu demi kesejahteraan masyarakat. Kedua adanya ajakan dan kesempatan
bagi anggota masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan atau program.
Ketiga adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat.
Konsep inipenting karena masyarakat biasanya bersikap praktis. Keempat adanya
contoh danketeladanan dari para tokoh dan pemimpin masyarakat, terutama pada
masyarakatyang bercorak paternalistik (Notoatmojo, 2010, hlm. 276).
Menurut informan K.1 (IL) bahwa partisipasi PLS melalui kader Posyandu
bentuk partisipasi yang dilakukan oleh kader, seperti tenaga, uang dan ikut dalam
pelaksanaan program. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal,
seperti pengetahuan, usia, pekerjaan, keluarga dan lokasi posyandu, serta upaya
yang dilakukan kader untuk meningkatkan kesehatan balita dengan cara
memberikan makanan tambahan, pemberian vitamin secara rutin setiap 6 bulan
sekali, memberikan arahan dan penyuluhan mengenai kesehatan dan makanan
bergizi untuk balita.
64

Menurut informan K.2 (ST) bahwa bentuk partisipasi yang dilakukan oleh
masyarakat dalam hal ini khususnya para ibu, baik ibu yang menjadi kader
maupun ibu balita yaitu partisipasi dalam bentuk tenaga, uang/harta benda dan
ikut dalam pelaksanaan program. Upaya yang dilakukan kader untuk
meningkatkan kesehatan balita ialah dengan memberikan arahan kepada ibu balita
untuk memberikan makanan yang bergizi, penyuluhan tentang kesehatan,
pemantauan dalam timbangan, imunisasi serta pemberian vitamin A dan B kepada
balita dan adanya program baru yaitu berupa pemberian hadiah atau apresiasi
kepada balita.
Berdasarkan wawancara dan observasi tentang bentuk partisipasi PLS
melalui Kader Posyandu dalam Penyuluhan Pembangunan Kesehatan Di Rw 10
Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang ada 3 yaitu tenaga, uang dan ikut serta
dalam pelaksanaan program posyandu, adanya Program baru berupa pemberian
hadiah atau apresiasi kepada balita.

3. Layanan Posyandu Dalam Penyuluhan Pembangunan Kesehatan Seruni


di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya
a. Sasaran
Posyandu merupakan program pemerintah dibidang kesehatan, sehingga
semua anggota masyarakat dapat memanfaatkan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu). Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat/keluarga, yang
menjadi sasaran utamanya adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu
menyusui, dan PasanganUsia Subur (PUS) (Kementrian Kesehatan, 2011, hlm13)
Menurut informan K.2 (ST) sasaran dalam kegiatan posyandu di Rw 10
Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang tidak hanya bayi dan balita saja
namun mencakup ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui dan Pasangan Usia
Subur (PUS) yang ingin merencanakan mempunyai anak dan KB. Dengan datang
keposyandu kesehatan dan pertumbuhan balita dapat terpantau dengan baik,
karena diposyandu balita di timbang berat badannya, diukur tinggi badannya,
diukur lingkarlengan atas, dikukur lingkar kepala, dan setelah itu tidak lupa balita
di beri PMT yangbergizi oleh kader posyandu. PMT yang diberikan berupa bubur
kacang hijau.
65

Menurut informan K.3 (NN) posyandu bermanfaat dalam perbaikan


perilaku masyarakat terhadap kesadaran akan kesehatan keluarga dan
keadaan gizi keluarga. Ibu datang keposyandu untuk menimbangkan balitanya
dengan datang ke posyandu ibu balitamengetahui pertumbuhan balitanya
sehingga kesehatan anak dapat terpantau denganbaik dan jika ada kelainan pada
anak dapat tertangani sejak dini. Selain untuk pemantauan pertumbuhan dan
kesehatan balita, poyandu juga bermanfaat untuk mendukung perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).Kegiatan atau programdilaksanakan melalui kegiatan
penyuluhan, kegiatan penyuluhan ini dilakukan oleh Kesling (Kesehatan
Lingkungan) dari Puskesmas.Materi yang diberikan berupa cara membersihkan
rumah, PHBS (Perilaku HidupBersih dan Sehat) yakni dengan kegiatan bersih-
bersih rumah agar lantai rumah tidakkedap air, membuka ventilasi rumah setiap
pagi agar sirkulasi udara berjalan lancar,menguras bak mandi minimal 1 minggu
sekali, membersihkan lingkungan rumah baik dalam rumah maupun luar rumah.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS
melalui Kader posyandu adalah sasaran posyandu meliputi bayi, balita, ibu
nipas, ibu menyusui, ibu hamil, dan pasangan usia subur.
b. Kegiatan
Menurut informan K.1 (IL) bahwa kegiatan Posyandu Seruni di Rw 10
Kelurahan Kahuripan mencakup kegiatan 7 meja diantaranya pendaftaran yang
dilakukan oleh kader. Kader mendaftar namanama balita,ibu hamil, Pasangan Usia
Subur (PUS). penimbangan balita, pencatatanyang dilakukan oleh kader. Setelah
balita ditimbang berat badannya diukur lingkarkepala, lingkar lengan atas, dan
tinggi badan kemudian hasilnya dicatat dalamKMS(Kartu Menuju Sehat) dan
buku catatan kader. penyuluhan, kegiatan penyuluhan dilakukan oleh kader,
bidan dan juga oleh dinas terkait. Pelayanan, kegiatan pelayanan dilakukan
olehbidan yakni pelayanan kesehatan yangmeliputi KB jika ada warga yang ingin
KB di posyandu, Imunisasi, pemeriksaanIbuhamil, pemeriksaan kesehatan jika ada
warga atau balita yang sakit dan minta Obat dan pemberian PMT berupa bubur
kacang hijau.
66

c. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Menurut informanK.1(IL)Pemantauan kesehatan ibu dan anak dilakukan
melalui pemeriksaan awalsejak dini. Untuk pemantauan kesehatan ibu dimulai
saat ibu hamil rajinmemeriksakan kandungannya ke posyandu atau ke bidan
desa setempat dan diberivitamin untuk kesehatan ibu hamil. Setelah anak lahir,
balita rajin dibawa keposyandu setiap bulannya agar kesehatan dan pertumbu
hannya dapat terpantaudengan baik sehingga jika ada kelainan atau permasalahan
dapat ditangani sejak dini.Selain itu baila juga wajib mendapatkan Imunisasi yang
berguna untuk kekebalan dankesehatan tubuh anak. Setelah anak lahir jika ibu
ingin memberi jarak antara anakpertama dan kedua ibu dapat berkonsultasi dengan
bidan untuk melakukan KB yang sesuai pada ibu dan pasangan usia subur.
Menurut Informan K.2 (ST ) kegiatan yang dilaksanakan di posyandu
untuk program KIA (Kesehatan Ibudan Anak), pada ibu berupa pemeriksaan
kesehatan berkala saat hamil yang dilakukan oleh bidan desa setempat dan
di beri vitamin untuk ibu hamil. Pada anak yaitu penimbangan dan pengukuran
pertumbuhan balita, deteksi dini pertumbuhan balita, imunisasi, pemberian
vitamin A, pencegahan diare, dan pemberian PMT yangbergizi. setelah ibu melahir
kan bidan memantau kesehatan ibu dan pelayanan KB jikaibu ingin memberi jarak
antara anak pertama dan anak kedua.
Menurut B.5 (I) semua program pokok posyandu seperti KIA (kesehatan ibu
dan anak), KB (keluarga berencana), imunisasi, gizi (PMT), penanggulangan
diare dan ISPA(insfeksi saluran nafas) sudah terlaksana dengan baik, berkesinam
bungan dan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS melalui
Kader Posyandu Seruni maka dapat ditarik teori subtansial adalah kegiatan yang
dilaksanakan di posyandu untuk program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), pada ibu
berupa pemeriksaan kesehatan berkala saat hamil yang dilakukan oleh kader
setempat dan di beri vitamin untuk ibu hamil. Pada anak yaitu penimbangan dan
pengukuran pertumbuhan balita, deteksi dini pertumbuhan balita, imunisasi,
pemberian vitamin A, pencegahan diare, dan pemberian PMT yang bergizi. Setelah
67

ibu melahirkan bidan memantau kesehatan ibu dan pelayanan KB jika ibu ingin
memberi jarak antara anak pertama dan anak kedua. Kader ikut berpartisipasi
secara aktif dalam kegiatan. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang di laksanakan
pada kegiatan posyandu.

d. Keluarga Berencana (KB)


Menurut informan K.4 (IR ) bahwa di posyandu Seruni Penjelasan
mengenai KB disini dilakukan dalam bentuk penyuluhan yang disampaikan
oleh kader yang dibantu oleh bidan dan PLKB. Pelayanan KB dilakukan di
Pustu(Puskesmas Pembantu) yang dekat dengan pemukiman warga. Pasangan
Usia subur(PUS) atau warga yang ingin melakukan KB tidak datang ke posyandu
melainkandatang ke Pustu dan rumah bidan.
Menurut informan K.2 (ST ) menyatakan pelayanan KB di Posyandu yang
dapat diberikan oleh kader adalah pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kese
hatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB.
Apabila tersedia ruangan danperalatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih
dapat dilakukan pemasanganIUD dan implant. Pelayanan KB di Rw 10 Kelurahan
Kahuripan dilakukan di Pustu (puskesmas Pembantu) dan rumah bidan desa.
Pelayanan KB yang dilakukan di posyandu berupapemberian pil KB dan KB suntik
oleh ibu bidan untuk pemasangan KB seperti IUDdan implant pelayanan dikaksan
akan di Pustu atau rumah bidan karena di posyandu tidak tersedia ruangan khusus
dan peralatan yang menunjang.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS
maka dapat ditarik teori subtansial adalah penjelasan mengenai KB dilakukan
oleh bidan dan PLKB. Pelayanan KB dilakukan di Pustu danrumah bidan karena
peralatan yang lebih lengkap.Sedangkan jika di posyandu kader memberikan
pelayanan KB yang dapat diberikan berupa pil ulangan.
68

e. Imunisasi
Menurut informan K. 1 (IL) kegiatan imunisasi dilaksanakan serentak
diseluruh Indonesia pada bulan maret dan September. Imunisasi sangat
bermanfaat untuk menambah daya tahan tubuh anak dan untuk penanggu
langan penyakit pada anak seperti kelumpuhan,campak, meningitis (radang
selaput otak), hepatitis, TBC dan difteri. Ibu balita mengimunisasi balitanya
di Posyandu ada juga yang datang ke Pustu dan rumah bidan.
Menurut informan B. 5 (I) adapun jenis imunisasi yang wajib diberikan pada
anak, pada masih bayi barulahir diberi imunisasi Hepatitis untuk mencegah
penyakit hepatitis, pada umur 1bulan imunisasi yang diberikan berupa
imunisasi BCG untuk mencegah penyakiTBC, selanjutnya imunisasi DPT yang
sekarang disempurnakan menjadi imunisasiventavalen sebanyak 3 kali untuk
mencegah penyakit difteri dan minningitis atau radang selaput otak imunisasi
ventavalen di berikan pada umur 2 bulan sampai umur3 tahun. Setelah itu dilanjut
kan imunisasi polio untuk mencegah kelumpuhan dani munisasi campak untuk
mencegah penyakit campak. Untuk balita umur 2 bulansampai 1,5 tahun yang
sebelumnya sudah mendapatkan imunisasi DPTdiulang lagi dengan imunisasi
ventavalen.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS melalui
kader di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang
posyandu maka dapat ditarik kesimpulan adalah imunisasi merupakan usaha
memberikan kekebalan kepada anak dengan memesukkan vaksinguna menambah
daya tahan tubuh dan kekebalan terhadap penyakit. Adapun imunisasi yang
wajib diberikan pada anak antara lain imunisasi BCG, Hepatitis, DPT Ventavalen,
Campak, dan Polio.
f. Gizi
Jenis palayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan
badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi,
pemberian makanan tambahan (PMT)lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe.
Apabila ada balita yang berat badannyatidak naik 2 kali berturut-turut atau berada
Dibawah garis merah kader wajib melaporkan puskesmas atau poskesdes.
69

(Kementrian Kesehatan RI, 2011, hlm.25).


Menurut informan K.4 (ER) pertumbuhan balita di Posyandu Seruni
sudah dapat dikatakan baik,terbukti dengan tidak ada anak yang mengalami
timbangan dibawah garis merah(BGM) dan gizi buruk. Berat badan dan tinggi
badan badan dapat menjadi acuan baikatau tidaknya status gizi dan pertumbuhan
balita, karena jika anak mendapat gizi yang baik tentunya pertumbuhan anak
juga akan baik dan dapat dilihat dengan bertambahnya berat badan dan
tinggi badan balita. Lingkar kepala balita di Posyandu Seruni normal seperti rata-
rata anak pada usianya terbukti dengan tidak ditemukan lingkar kepala balita yang
terlalubesar dan terlalu kecil.
Menurut informan K.2 (ST) Pemerintah melakukan tindak lanjut jika
didapati ada anak dengan timbangankurang dan timbangan dibawah garis merah
(BGM). Tidak lanjut dari pemerintah berupa, pemantauan secara berkala pada
kesehatan anak yang sebelumnya dicari tahu penyebab mengapa timbangan anak
turun atau dibawah ratarata anak pada usianyaapakah karena sakit atau karena gizi
buruk. Selain di pantau secara berkala orangtuabalita di beri pengarahan agar anak
diberi makanan yang brgizi dan vitamin. Selainitu diberi PMT dari pemerintah
yang berupa biskuit dan susu. Jika tidakada perubahan dan memang mengalami
gizi buruk dikonsultasikan pada ahli gizi dan rujukan untuk dibawa ke rumah
sakit.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS
melalui kader Posyandu Jenis layanan berupa penimbangan dan pengukuran
guna deteksi dini pertumbuhan balila, apabila ditemukan ada tanda bahaya umum
dapat segera tertangani. Selain itu kader juga memberikan penyuluhan tentang
pemberian makanan yang bergizi pada anak agar anak tumbuh sehat dan aktif,
pemberian PMT yaitu bubur kacang hijau, danpemberian vitamin A pada bulan
februari dan agustus. Jika di temukan ada anak yangtimbangannya dibawah garis
merah dan tidak naik 2 kali berturut-turut kader berkoodinasi dengan
bidan guna tindak lanjut apa yang akan diberikan kepada anak.Tidak lanjut yang
diberikan berupa, pemantauan secara berkala pada kesehatan anak yang
70

sebelumnya dicari tahu penyebab mengapa timbangan anakturun atau dibawah


rata-rata anak pada usianya apakah karena sakit atau karena giziburuk. Selain di
pantau secara berkala orangtua balita di bri pengarahan agar anakdiberi makanan
yang bergizi dan vitamin. Selain itu diberi PMT dari pemerintah yang berupa
biskuit dan susu. Jika tidak ada perubahan dan memang mengalami gizi buruk
dikonsultasikan pada ahli gizi dan rujukan untuk dibawa ke rumah sakit.
g. Pelaksanaan Posyandu
Menurut informan K.1 (IL) Alur dalam kegiatan posyandu yang pendaftaran,
penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pelayanan. Kegiatan
utama posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA) seperti imunisasi untuk pencegahan penyakit,
penanggulangan diare, pelayanan KB. Dalam kegiatan tersebut sudah
terlaksana dengan baik dan berkesinambungan.
Menurut K.2 (ST) KMS (Kartu Menuju Sehat) berfungsi sebagai sarana
pemantauan pertumbuhan balita. Permasalahan gizi dalam KMS jika didapati
skala berat badanbalita dibawah garis normal yaitu berada di garis merah dan
dibawah garis merah,jika ditemukan hal seperti itu kader berkoordinasi dengan
bidan untuk melakukan tindakan lanjutan pada balita. Bidan melakukan
deteksi dini tanda bahaya umumterhadap ibu hamil, bayi dan anak balita untuk
mencegah terjadinya gizi buruk padabalita dan jika ada tanda bahaya atau kelainan
dapat tertangani sejak dini.
Pelaksanaan kegiatan posyandu meliputi: pendaftaran balita, ibu hamil,
pasangan usia subur (PUS), penimbangan dan pengukuran, pencatatan
hasi ltimbangan dan pengukuran, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan
dan KB (KemenKes RI 2010, hlm. 13).
Menurut informan B.5 (I) alur kegiatan di posyandu Seruni pendaftaran ibu
balita mendaftarkan balitanya di meja dengan menyerahkan KMS
penimbangan, setelah mendaftar kemudian balita ditimbang dan diukur tinggi
badannya, lingkar kepalanya dan lingkar lengan atasnya di meja yang dilakukan
oleh kader, ketiga pencatatan, setelah ditmbang dan diukur kemudian kader
mencatathasil di buku catatan dan KMS untuk mengetahui pertumbuhan
71

balita apakahtimbangannya turun atau naik kegiatan ini dilaksanakan di meja


oleh kader,penyuluhan, kegiatan penyuluhan ini dapat dilakukan dengan
penyuluhan individu ataupun kelompok.
Kegiatan penyuluhan berupa penyuluhan pertumbuhandan kesehatan anak,
kegiatan ini dilaksanakan oleh kaderpelayanan, kegiatan pelayanan dilakukan oleh
bidan seperti di posyandu seruni salah satu warga yang sakit, bidan memeriksa
dan mentensi tekanan darahkemudian memberikanya obat. Kegiatan utama
posyandu meliputi kegiatanpemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA) seperti imunisasi untuk pencegahan penyakit,
penanggulangan diare, pelayanan KB. Dalamkegiatan tersebut sudah terlaksana
dengan baik dan berkesinambungan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS maka
dapat ditarik teori subtansial adalah alur kegiatan Posyandu Seruni :
pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan,pelayanan kesehatan. KMS
yaitu kartu menuju sehat yang berfungsi untuk pemantauan pertumbuhan
balita.
h. Kegiatan diluar buka Posyandu
Menurut informan K. 4 (ER) kegiatan diluar hari buka posyandu dilakukan
kader dengan mendatangirumah ibu balita yang tidak datang ke posyandu
dengan membawa timbangan,meteran dan buku catatan. Sekalian mendatangi
rumah ibu balita kader juga memberikan pengertian akan pentingnya
menimbangkan balita di posyandu melaluikegiatan arisan warga, majelis talim
dan kegiatan PKK. Pengelolaan posyandudilakukan oleh kader yang dibantu
oleh bidan, tokoh masyarakat dan PKK.
Menurut informan K.3 (NN) Sumber dana pada setiap posyandu berbeda-
beda, ada yang berasal dariswadaya kader yang hadir dari pemjualan PMT di
kumpulkan dan kemudiandibagikan sebelum lebaran. Pada posyandu yang lain
sumber dana berasal dari perangkat desa yang bertugas. Selain dari swadaya
kader sumber dana pada posyandu berasal dari puskesmas yang diberikansetiap 1
tahun sekali.
72

Menurut informan K.2 (ST) Sumber dana pada setiap posyandu berbeda-
beda, seperti di posyandu Seruni sumber dana posyandu berasal dari swadaya
kader dan hasil daripenjualan PMT di kumpulkan dan kemudian dibagikan sebelum
lebaran. sumber dana berasal dari swadaya perangkat desa yang bertugas.
Sumber dana posyandu juga berasal dari puskesmas yang diberikan setiap 1 tahun
sekali, namun tidak pasti karena kadang-kadang juga tidak ada dana dari
puskesmas.
Menurut informan K.1 (IL) kader juga mengajak warga untuk
memanfaatkan pekarangan mereka dengan ditanami sayuran dan tanaman obat
warga (TOGA). Warga pun mengikuti dan menanami pekarangan mereka
dengan tanaman obat seperti kunyit putih,kencur, jahe, temulawak, dan tanaman
obat lainnya. Sehingga dapat dimanfaatkan jika ada keluarga atau warga lainnya
yang sakit.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS melaui
kader posyandu maka dapat ditarikkesimpulan kegiatan diluar hari buka posyandu
dilakukan kader dengan mendaangirumah warga jika tidak hadir dalam kegiatan
posyandu dengan membawatimbangan dan buku catatan, selain itu kader juga
memberikan pengertian akan pentingnya menimbangkan balita diposyandu
mengajak warga untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan ditanami
tanaman obat tradisionalseperti kunyit, kencur, temulawak, sirih, serai melalui
perkumpumpulan wargaseperti kegiatan arisan warga.

B. PEMBAHASAN
Pembahasan ini berusaha untuk mengambarkan fakta-fakta dalam temuan dan
menginterpretasikan data yang diperoleh dari hasil wawancara, pedoman
observasi, catatan lapangan dan studi dokumentasi yang berhubungan dengan
Partisipasi PLS melalui kader Posyandu Seruni Dalam Penyuluhan Pembangunan
Kesehataan di Masyarakat RW 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya sehinggga dapat menjawab beberapa rumusan masalah yang menjadi
fokus penelitian ini.
73

Aspek-aspek yang dibahas dalam pembahasan hasil penelitian ini sebagai


berikut:
1. Bagaimana Partisipasi PLS melalui kader Posyandu Seruni Dalam
Penyuluhan Pembangunan Kesehataan di Masyarakat RW 10 Kelurahan
Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya?
Dari temuan hasil penelitian bahwa partisipasi PLS melalui kader Posyandu
Seruni dalam pembangunan kegiatan penyuluhan kesehatan di Posyandu Seruni
Rw 10 Kelurahan kahuripan Kecamatan Tawang, penyuluhan kesehatan yang
diadakan kader tepat pada sasaran. Yang menjadi masyarakat dalam penyuluhan
kesehatan adalah ibu-ibu yang ikut dalam kegiatan posyandu. Berdasarkan hasil
observasi masyarakat yang ingin mengikuti kegiatan ini. Agar kegiatan
penyuluhan ini berjalan lancar dengan efektip dan efisien, maka kader akan
ditentukan jam kerja kader posyandu. Kesehatan masih belum stabil makan dan
makanan kurang bergizi. Karena kurang menerapkan (PHBS) pola hidup bersih
dan sehat dikarenakan belum Ada sosialisasi tentang pentingnya hidup sehat
untuk keluarga dan masyarakat hal tersebut diperjelas oleh pernyataan ketua
Posyandu Hj.Ipah Latifah. Masyarakat Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan
Tawang mulai menyadari setelah diadakan penyuluhan tentang pentingnya
kesehatan makanan yang bergizi. Setelah ada penyuluhan tersebut, masyarakat
langsung praktek menerapkan kebiasaan makan makanan bergizi. Belum ada
pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat Rw 10 Kelurahan
Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya kesehatan belum tercapai
sebelumnya.
Masyarakat menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan untuk baik
untuk sendiri maupun untuk lingkungan sekitarnya. Kebiasaan yang dilakukan
tersebut dapat memberikan dampak yang sangat positif bagi masyarakat untuk
menciptakan suasana masyarakat menjadi sehat. Pola hidup bersih dan sehat
diberikan oleh kader Posyandu waktu penyuluhan kesehatan. Kader Posyandu
mensosialisasikan pentingnya hidup sehat dengan pendampingan kepada
masyarakat Posyandu. Dengan adanya kader posyandu, masyarakat terbantu
khususnya dibidang kesehatan. Partisipasi kader Posyandu sangat membantu
74

masyarakat di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang, berpengaruh


kesehatan yang diberikan oleh kader Posyandu sangat bermanfaat.
Beal (1964) dalam Mardikanto (2013, hlm. 81) menyatakan bahwa
partisipasi, khususnya partisipasi yang tumbuh karena pengaruh atau karena
tumbuh adanya rangsangan dari luar, merupakan gejala yang dapat diindikasikan
sebagai proses perubahan sosial yang dapat diindikasikan sebagai proses
perubahan sosial yang eksogen (exogenius change). Karakterisrik dari proses
partisipasi ini adalah, semakin mantapnya jaringan (social network) yang baru
yang membentuk suatu jaringan sosial bagi terwujudnya suatu kegiatan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang diinginkan. Karena itu, partisipasi sebagai
proses akan menciptakan jaringan sosial baru yang masing-masing berusaha untuk
melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan demi tercapainya tujuan akhir yang
dinginkan masyarakat atau struktur sosial yang bersangkutan.
Hasil temuan menunjukkan bahwa ada tiga bentuk partisipasi yang
dilakukan oleh kader, seperti tenaga, uang dan ikut dalam pelaksanaan program.
Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti pengetahuan,
usia, pekerjaan, keluarga dan lokasi posyandu, serta upaya yang dilakukan kader
untuk meningkatkan kesehatan balita dengan cara memberikan makanan
tambahan, pemberian vitamin secara rutin setiap 6 bulan sekali, memberikan
arahan dan penyuluhan mengenai kesehatan dan makanan bergizi untuk balita.
Kesimpulannya ialah bentuk partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam
hal ini khususnya para ibu, baik ibu yang menjadi kader maupun ibu balita yaitu
partisipasi dalam bentuk tenaga, uang/harta benda dan ikut dalam pelaksanaan
program. Upaya yang dilakukan kader untuk meningkatkan kesehatan balita ialah
dengan memberikan arahan kepada ibu balita untuk memberikan makanan yang
bergizi, penyuluhan tentang kesehatan, pemantauan dalam timbangan, imunisasi
serta pemberian vitamin A dan B kepada balita dan adanya program baru yaitu
berupa pemberian hadiah atau apresiasi kepada balita.
75

BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Rencana tahapan berikutnya adalah sebagai berikut:


1. Menyempurnakan laporan hasil penelitian, pebahasan serta kesimpulan dan
rekomendasi.
2. Menyusun artikel jurnal untuk publikasi nasional atau internasional.
3. Melaporkan hasil penelitian.
76

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga bentuk partisipasi yang
dilakukan oleh kader, seperti tenaga, uang dan ikut dalam pelaksanaan program.
Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti pengetahuan,
usia, pekerjaan, keluarga dan lokasi posyandu, serta upaya yang dilakukan kader
untuk meningkatkan kesehatan balita dengan cara memberikan makanan
tambahan (PMT), pemberian vitamin secara rutin setiap 6 bulan sekali,
memberikan arahan dan penyuluhan mengenai kesehatan dan makanan bergizi
untuk balita.
Bentuk partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam hal ini khususnya
para ibu, baik ibu yang menjadi kader maupun ibu balita yaitu partisipasi dalam
bentuk tenaga, uang/harta benda dan ikut dalam pelaksanaan program. Upaya
yang dilakukan kader untuk meningkatkan kesehatan balita ialah dengan
memberikan arahan kepada ibu balita, KIA, untuk memberikan makanan yang
bergizi, penyuluhan tentang kesehatan, pemantauan dalam timbangan, imunisasi,
KB, serta pemberian vitamin A dan B kepada balita dan adanya program baru
yaitu berupa pemberian hadiah atau apresiasi kepada balita.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang partisipasi PLS melalui kader Posyandu
Seruni dalam penyuluhan dalam pembangunan kesehatan Rw 10 Kelurahan
Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.
Maka saran yang dapat diberikan adalah Tingkat partisipasi dalam penyuluhan
kesehatan yang dilaksanakan pada kegiatan posyandu sudah baik , agar pada
pelaksanaan kegiatan posyandu penyuluhan kesehatan selalu diadakan sehingga
menambah pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya peningkatan gizi,
kesehatan ibu dan anak , KB, imunisasi, penanggulangan diare kegiatan
penyuluhan sebagai pondasi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
77

Kinerja kader dan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhanposyandu yang sudah


baik hendaknyadipertahankan agar partisipasi masyarakat dalam kegiatan
posyandu yang sudah baik dapat dipertahankan dan meningkat.
78

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1996). Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Creswell, W. John. (2014). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,


dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
DEPDIKNAS. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

DepKes RI. (1999). Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat. 2012: :


Visi Baru, Misi, Kebijakan, dan Strategi Pembangunan Kesehatan.
Jakarta

Depkes RI. (2004). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

DepKes RI.( 2006). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: EGC.

Emzir. (2012). Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali


Pers.
Hapsara,.(1968). orientasi kesehatan kepada masyarakat. Jakarta: pustaka pelajar

Hartono, B.( 2001). Penataan Sistem Kesehatan Daerah. Departemen Kesehatan


RI, Jakarta

Ismawati, C.( 2010). Posyandu dan Desa Siaga panduan untuk Bidan dan Kader.
Nuha Medika. Jakarta

Kamil, M (2009). Pendidikan Non Formal : Pengembangan Melalui PKBM Di


Indonesia. Bandung: Alfabeta

Kementrian Pendidikan RI. (2011). Manfaat Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Umum Posyandu.

_______. (2011). Buku Panduan Kader Posyandu MenujuKeluarga Sadar Gizi.

Moloeng, J. (2011). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Miles M.B & Huberman , A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Terjemahan, Rohidi, Tjeptjep Rohendi. Judul Asli:
Qualitative Data Analysis.
79

Muninjaya, A, G. (2004). Manajemen Kesehatan.Jakarta: Kementerian


Pendidikan Nasional RI.

Nasution, (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito.

Notoatmojo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Re


kaCipta.

_________. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Reka Cipta.

Petunjuk Teknis Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta : Kementerian


Kesehatan RI. 2011.

Sudjana, H.D. (2004). Pendidikan Non Formal, Bandung: Falah Production.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Syodih. S, (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Kerja Sama Program
Pascasarjana UPI Bandung: Remaja Rosdakarya
Widiastuti, I Gusti Agung Ayu dan Kristiani.( 2006) Pemanfaatan Pelayanan
Posyandu di Kota Denpasar. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta

Undang- Undang
UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

INTERNET
http://www.antarabogor.com/berita/21148/posyandu-wujud-pemberdayaan-
masyarakat-yang- masih-dinantikan
https://indahtirtya1.wordpress.com/2014/07/01/makalah-posyandu-dan-polindes/
http://www.id.undp.org/content/indonesia/id/home/presscenter/pressreleases/2016
/04/14/undp-luncurkan-laporan-tentang-pembangunan-yang-berpusat-
http://dinkes.lumajangkab.go.id/kader-posyandu-2/pada- masyarakat-di-asia-
pasifik.html
80

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai