87 70 PN20170210015
87 70 PN20170210015
Oleh :
UNIVERSITAS SILIWANGI
AGUSTUS 2017
2
3
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Partisipasi PLS melalui Kader Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya. Target yang hendak dicapai Mendeskripsikan Partisipasi PLS
melalui Kader Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan
Tawang Kota Tasikmalaya. Menghasilkan rekomendasi keilmuan Pendidikan
Luar Sekolah, mempublikasikan hasil penelitian pada prosiding, jurnal nasional
maupun Internasioanal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Peneliti
mengadakan pengamatan dan mencari data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari responden yang diamati. Peneliti secara terus menerus
melaksanakan wawancara dengan informan secara mendalam untuk
mengumpulkan data dari kader Posyandu. Teknik yang di gunakan, Teknik
Triangulasi Data yaitu Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada bentuk partisipasi PLS melalui kader Posyandu, seperti
tenaga, uang dan ikut dalam pelaksanaan program. Hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal, seperti pengetahuan, usia, pekerjaan, keluarga dan
lokasi posyandu, serta upaya yang dilakukan kader untuk meningkatkan kesehatan
balita dengan cara memberikan makanan tambahan, pemberian vitamin secara
rutin setiap 6 bulan sekali, memberikan arahan dan penyuluhan mengenai
kesehatan dan makanan bergizi untuk balita.
KATA PENGANTAR
Peneliti
5
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ....................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Ringkasan........................................................................................................ iii
Daftar isi .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 kerangka berfikir............................................................................ 31
Gambar 3.1 Komponen dan Analisis Data (Flow Model) ................................ 42
Gambar 3.2 Komponen-komponen Analisis Data (Interactive Model) ........... 44
Gambar 5.1 Profil Posyandu ............................................................................. 47
Gambar 5.2 kader Posyandu Seruni ...................................................................... 54
Gambar 5.3 persiapan pelaksanaan kegiatan Posyandu .................................... 57
Gambar 4.4 Penyedian Makanan Tambahan (PMT) ........................................ 61
7
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2017 yang dicanangkan oleh
pemerintah, kualitas dan kuantitas dari pembangunan kesehatan sangat ditentukan
oleh keberhasilan dalam memberikan pelayanan holistik pada klien dalam rangka
memenuhi sasaran yang ingin dicapai. Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu
merupakan bagian dari pembangunan kesehatan yang diprogramkan oleh
pemerintah dimana sasarannya adalah pembangunan kesehatan untuk mencapai
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang dilaksanakan oleh keluarga, bersama
masyarakat dengan bimbingan dari petugas kesehatan setempat.
Kesehatan merupakan hak azasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga
perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh
seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan
pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau
investasi dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan bersama-sama dengan
pendidikan dan ekonomi merupakan tiga pilar yang sangat mempengaruhi kualitas
hidup sumberdaya manusia
Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) 13 April
2016 mengumumkan akan meluncurkan laporan pembangunan manusia baru
"Membentuk Masa Depan: Bagaimana Perubahan Demografi dapat Mendorong
Pembangunan Manusia," pada tanggal 26 April di Dhaka, Bangladesh. Laporan
ini menganalisa trend populasi di Asia dan Pasifik dan mengajukan serangkaian
strategi jangka panjang untuk pembangunan berkelanjutan."Asia dan Pasifik akan
memiliki jumlah penduduk hampir lima miliar orang pada tahun 2050. Cara
negara-negara mengatur populasi tersebut akan berdampak pada pertumbuhan
mereka," kata Haoliang Xu, Asisten Sekretaris Jenderal PBB dan Direktur UNDP
untuk Asia dan Pasifik. "Selama 65 tahun terakhir, populasi di wilayah tersebut
telah meningkat tiga kali lipat. Beberapa negara mengalami penuaan populasi
dengan cepat sementara yang lain mengalami lonjakan jumlah penduduk usia
2
kerja dan kaum muda. Laporan baru kami menunjukkan bagaimana negara-negara
dapat mengubah trend populasi ini menjadi peluang bagi pembangunan
berkelanjutan."
Menurut Widiastuti (2006: 124) posyandu merupakan salah satu Wujud
pemberdayaan masyarakat yang strategis dalam pembangunan kesehatan dengan
tujuan mewujudkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahanke
sehatan. Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan yang bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberi kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelanan kesehatan dasar. Dalam hal ini
dibutuhkan upaya partisipasi ibu sebagai program tersendiri juga yang terintegrasi
dalam program kesehatan lain. Salah satu bentuk integrasi tersebut yaitu kegiatan
penimbangan berat badan.
Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu merupakan bagian dari
pembangunan kesehatan yang diprogramkan oleh pemerintah dimana sasarannya
adalah pembangunan kesehatan untuk mencapai keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera yang dilaksanakan oleh keluarga, bersama masyarakat dengan
bimbingan dari petugas kesehatan setempat. Kontribusi posyandu dalam
meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat besar, namun sampai saat ini
kualitas pelayanan posyandu masih perlu ditingkatkan. Keberadaan kader dan
sarana yang ada merupakan modal dalam keberlanjutan posyandu. Oleh karena itu
keberadaan posyandu harus terus ditingkatkan sehingga diklasifikasikan menjadi
4 jenis yaitu posyandu pratama, madya, purnama, dan mandiri
Pembangunan kesehatan dalam tahun periode 2017-2019 difokuskan pada
empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan
prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit menular dan
pengendalian penyakit tidak menular. Upaya peningkatan status gizi masyarakat
termasuk penurunan pravelensi balita pendek menjadi salah satu prioritas
pembangunan nasioanal yang tercantum di dalam sasaran pokok Rencana
Pembangunan jangka Menengah tahun 2017-2019. Target prevalensi stunting
(pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (di bawah 2 tahun) adalah menjadi
28% (RPJMN, 2015-2019). Oleh karenanya Infodatin yang di susun dalam rangka
3
hari Anak Balita pada tanggal 8 April ini mengangkat dara yang terkait dengan
upaya penurunan prevalensi balita pendek.
Sejak pencanangan Posyandu yang dilakukan secara masal di Yogyakarta
pada tahun 1986, Posyandu tumbuh dengan pesat. Perkembangan Posyandu ini
mengalami pasang surut, pada saat itu terjadi krisis multidimensi sekitar tahun
1998 berdampak pada rendahnya kemampuan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dasar. Upaya akselerasi terhadap revitalisasi Posyandu masih
diperlukan guna mendukung dan membantu terselenggaranya pelayanan
kesehatan dasar yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Karena itu, amanat
Undang-undang Pemerintah Daerah pada waktu itu memandang perlu melakukan
pembaharuan pedoman Revitalisasi Posyandu, sebagaimana tertuang dalam Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri (Mendagri) No: 411.3/536/Sj, Tanggal 3 Maret
1999, Tentang Revitalisasi Posyandu. Revitalisasi Posyandu merupakan upaya
pemberdayaan Posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap
penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan
untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak
melalui kemampuan kader, manajemen, dan fungsi Posyandu. Pada tahun 2016,
permasalahan kesehatan masih seputar pelayanan kesehatan dasar, yaitu
permasalahan status gizi dan kesehatan ibu dan anak.
MDGs melaporkan Angka kematian ibu yang masih tinggi 228/100.000
kelahiran hidup di atas target MDGs 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun
2014. Kemkes RI (2017), pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah
pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi, Gizi dan
Penanggulangan Diare.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya yang besar,
sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa adanyaketerlibatan
masyarakat. Dalam upanya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak
balita,angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera,
pelaksanaannya tidak saja melalui, program-program kesehatan melainkan
4
pada PLS (Pendidikan Luar Sekolah) tenaga utama pelaksana posyandu adalah
kader posyandu, yang kualitasnya sangat menentukan dalam usaha meningkatkan
kualitas pelayanan yang dilaksanakan. Dengan demikian, kemampuan kader
harus dikembangkan untuk berpotensi secara maksimal, dengan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan tugas yang diemban
dalam mengelola posyandu, agar dapat berperan aktif dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2001). Perlunya partisipasi PLS melalui kader
di dalam setiap kegiatan Posyandu seperti menangani tentang kesehatan ibu anak,
keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi, dan penanggulangan diare
kepada masyarakat dibutuhkan kader yang aktif dan terlatih dengan harapan
untuk mendapatkan suatu hasil yang maksimal. Sehingga masyarakat tidak ragu-
ragu untuk datang kePosyandu.
Berdasarkan realita dilapangan, rendahnya partisipasi PLS melalui kader
Posyandu berdampak pada rendahnya kegiatan pemantauan tingkat status gizi
anak, ibu hamil dan menyusui, yang pada akhirnya tidak dapat memenuhi
kebutuhan dataperkembangan status gizi anak balita di Posyandu. Masalah lain
yang ditemukan adalah : 1) rendahnya cakupan hasil penimbangan balita di
Posyandu, 2) belum tersosialisasinya program-program upaya perbaikan gizi ke
masyarakat, serta 3) masih rendahnya pengetahuan gizi yang dimiliki oleh
masyarakat di desa. Pada umumnya, hal-hal tersebut diatas menjadi beban kader,
yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan dan diatasi.
Dari data yang ada kecamatan tawang sebagian besar masyarakatnya
berpendidikan tamatan SD, tamatan SMP, tamatan SMA, tamatan perguruan
tinggi. Menurut Dra. Hj Ipah (2017), dalam kegiatan Posyandu terdapat
bermacam kegiatan kesehatan mulai dari pemeriksaan tumbuh kembang balita,
sampai penyuluhan tentang penatalaksanaan diare. Disamping kegiatan diatas,
peran Posyandu mencakup rujukan pasien ke Puskesmas dan kunjungan rumah,
dimana kegiatan ini untuk mengetahui bagaimana seorang penderita setelah
mendapatkan pengobatan dari Puskesmas dan perawatan apa saja yang masih
diberikan, sehingga Posyandu diharapkan dapat memenuhi tuntutan masyarakat,
yakni menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yang sesuai dengan
harapan masyarakat.
6
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Partisipasi PLS
melalui Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Di Rw 10 Kelurahan kahuripan Kecamatan
tawang Kota Tasikmalaya?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Partisipasi PLS melalui Kader Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya.
E. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini memiliki kontribusi untuk pengembangan keilmuan pendidikan
luar sekolah, untuk menemukan strategi peningkatan partisipasi PLS melalui
kader Posyandu dalam penyuluhan pembangunan kesehatan masyarakat .
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Partisipasi
Pengertian partisipasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah hal turut
berperan serta dalam suatu kegiatan. Seperti yang kemukakan Faqence (1977,
hlm. 19), partisipasi adalah keterlibatan dalam perencanaan dan penyampaian
kebijakan, sedangkan Davis dan Newstrom (1985, hlm. 137), menjelaskan bahwa
dalam partisipasi terdapat 3 unsur penting yaitu adanya keterlibatan mental,
emosional, kontribusi dan tanggung jawab.
Definisi lain yang berhasil dirangkum oleh FAO dalam Britha Mikkelsen
(2001, hlm. 64) kata partisipasi memiliki arti 1) kontribusi sukarela dari
masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan, 2)
pemekaan (membuat peka) masyarakat untuk meningkatkan kemampuan
menanggapi proyek-proyek pembangunan, 3) suatu proses aktif yang
mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu, 4) pemantapan dialog
antara masyarakat setempat yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring
proyek agar semua memperoleh informasi konteks lokal, dan dampak-dampak
sosial, 5) keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan
sendir, dan 6) keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan
lingkungan mereka.
Pengertian dari Keith Davis (1978, hlm. 128), yang menyatakan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional yang memberikan kepada
sumbangan kepada tujuan, cita-cita kelompok dan ikut bertanggung jawab
terhadap usaha yang besangkutan.
Beal (1964) dalam Mardikanto (2013, hlm. 81) menyatakan bahwa
partisipasi, khususnya partisipasi yang tumbuh karena pengaruh atau karena
tumbuh adanya rangsangan dari luar, merupakan gejala yang dapat diindikasikan
sebagai proses perubahan sosial yang dapat diindikasikan sebagai proses
perubahan sosial yang eksogen (exogenius change). Karakterisrik dari proses
partisipasi ini adalah, semakin mantapnya jaringan (social network) yang baru
9
yang membentuk suatu jaringan sosial bagi terwujudnya suatu kegiatan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang diinginkan. Karena itu, partisipasi sebagai
proses akan menciptakan jaringan sosial baru yang masing-masing berusaha untuk
melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan demi tercapainya tujuan akhir yang
dinginkan masyarakat atau struktur sosial yang bersangkutan.
Berdasarkan pengertian diatas partisipasi merupakan keikutsertaan atau
peran serta yang tidak hanya berkaitan dengan lahiriah saja, namun juga berupa
keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat yang dianggap sebagai suatu
penerimaan yang bersifat aktif dalam pelayanan/fasilitas yang dimulai dari suatu
usaha untuk memanfaatkan tenaga murah dan keterlibatan masyarakat dengan
berfikir, merencanakan, memutuskan, memiliki dan mengevaluasi.
1. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dibagi menjadi beberapa tingkatan. Menurut
pembagian WHO yang dikutip Budioro ( 2002, hlm. 82) tingkat partisipasi
masyarakat memiliki beberapa tingkatan yaitu:
a. Marginal Participation, dimana peran serta masyarakat sifatnya pasif dan
dampaknya pada pembangunan kesehatan belum mengesankan
b. Subtantive Participation, dimana masyarakat sudah secara aktif berperan
dalam menentukan prioritas dan pengambilan keputusan, dan mampu
menyediakan sebagian sumber daya yang diperlukan dalam pembangunan
kesehatan, meskipun masih bertahap lokal.
c. Structural Participation, dimana peran dari partisipasi masyarakat sudah
merupakan bagian yang intergal dan struktur penentu kebijaksanaan dan
pengambilan keputusan pada jenjang yang lebih tinggi.
2. Syarat - syarat terwujudnya partisipasi
Menurut Cary dalam Notoatmojo (2010, hlm. 276) mengatakan bahwa
partisipasi dapat tumbuh jika 3 kondisi berikut terpenuhi:
a. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti adanya kondisi yang memungkinkan
anggota - anggota masyarakat untuk berpartisipasi.
b. Mampu untuk berpartisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota
masyarakat sehingga mampu untuk memberikan sumbang saran yang
konstruktif untuk program.
10
d. Pengembangan program
Menurut Nisa (2009, hlm. 24) bahwa pengembangan adalah suatu kegiatan
yang menghasilkan suatu alat atau cara merevisi sesuatu yang telah ada
menjadi baik. Selama kegiatan itu dilaksanakan dengan maksud
mengadakan penyempurnaan yang akhirnya alat atau cara tersebut
dipandang cukup bagus untuk digunakan seterusnya maka berakhirlah
kegiatan pengembangan.
Penjelasan dari tabel diatas adalah bahwa tugas dari kader posyandu
mempunyai 5 langkah yaitu melaksanakan kegiatan pendaftaran, penimbangan,
pengisisan KMS, penyuluhan, dan pelayanan kesehatan.
14
1. Tujuan Posyandu
Tujuan Posyandu adalah (1). Meningkatnya peran masyarakat dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan
penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Balita)
(2) Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. (3) Meningkatnya cakupan dan
jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan
AKI dan AKB.
2. Manfaat Posyandu
Manfaat Posyandu adalah bagi Masyarakat , (1) Memperoleh kemudahan
untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB. (2) Memperoleh bantuan secara profesional
dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
(3) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain
terkait. Bagi Kader, Pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat, (1) Mendapatkan
informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI
dan AKB. (2) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu
masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan
AKB. Bagi Puskesmas, (1) Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama, (2) Dapat lebih spesifik
membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi
setempat. (3) Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian
pelayanan secara terpadu. Bagi sektor lain, (1) Dapat lebih spesifik membantu
masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait
dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat.
(2) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai
dengan tupoksi masing-masing sektor.
16
3.Sasaran Posyandu
Posyandu merupakan program pemerintah dibidang kesehatan, sehingga semua
anggota masyarakat dapat memanfaatkan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat/keluarga,yang menjadi sasaran
utamanya adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan Pasang
an Usia Subur (PUS). (Kementrian Kesehatan, 2014, hlm.13)
a. Bayi
Bayi adalah masa dibawah 1 tahun, yaitu anak yang baru lahir dan
beruasaha kurang dari 1 tahun. (Effendi 1998, hlm. 268)
b. Anak Balita
Balita adalah masa dibawah 5 tahun, yaitu anak dibawah umur 0 sampai 5
tahun. (Effendi 1998, hlm. 268)
c. Ibu hamil, ibu nifas, ibu menyususi
d. Pasangan Usia Subur (PUS)
e. Wanita usia subur (WUS)
5. Lokasi Posyandu
Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat. Lokasi posyandu
ditentukan sendiri oleh masyarakat. Posyandu berada di setiap desa atau kelurahan
atau sebutan lainnya yang sesuai. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan,
dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun atau sebutan lainnya yang
sesuai (Effendi, 1998, hlm. 269).
6. Tingkat Perkembangan Posyandu
Perkembangan masing- masing Posyandu tidak sama. Dengan demikian,
pembinaan yang dilakukan untuk masingmasing Posyandu juga berbeda. Untuk
mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan metode dan alat
telaahan perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama telaah kemandirian
Posyandu.Tujuan telaah adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu
yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut (Kementrian
Kesehatan RI, 2011, hlm. 53):
a. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai
oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader
sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya
kegiatan rutin bulanan Posyandu, di samping karena jumlah kader yang terbatas,
dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan
untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah
kader.
b. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima
orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu
kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat
adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat
sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan
Posyandu.
18
c. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima
orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih
terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
d. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima
orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih
dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang
dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga
terjamin kesinambungan.
imunisasi
6. Cakupan kumulatif KB <50% <50% 50% 50%
7. Program tambahan - - + +
8. Cakupan dana sehat <50% <50% <50% 50%
1. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui teknik praktek belajar atau mempengaruhi perilaku manusia
secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam
mencapai tujuan hidup sehat. (Depkes, 2002).
Penyuluhan Kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup
21
sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara
perorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan. (Effendi,
2003).
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga
resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan
sosial ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga
dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan sebagainya.
Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat, sehingga materi
yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah di mengerti, tidak
terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya
menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk
menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003)
Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tercapai suatu penyuluhan secara optimal. Menurut Notoatdmodjo (2007) metode
yang dikemukakan antara lain:
a. Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina
perilaku baru atau seseorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan
perilaku atau inovasi.
b. Metode penyuluhan kelompok
Dalam metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok
yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektipitas
suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan.
c. Metode penyuluhan masa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat
yang sifatnya massa atau public .
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam
menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena
berfungsi untuk membantu dan meragakan dalam proses penyuluhan.
22
dan inisiatif setiap individu atau kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif
dalam program-program kesehatan di daerahnya dan menentukan prioritas
program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersangkutan
a. Tujuan PKMD
1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya swadaya
masyarakat, sehingga masyarakat mampu secara mandiri melakukan
perilaku sehat, dalam meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup
masyarakat.
2) Menumbuhkan kegiatan dan kesadaran masyarakat akan potensi yang
dimilikinya untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan
mutu hidup mereka.
3) Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan
secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri
4) menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang
mampu, terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa
5) Membentuk kader-kader kesehatan yang berasal dari masyarakat yang
mampu dan aktif dalam program pembangunan kegiatan desa.
6) Terjalinnya kerja sama kegiatan dari berbagai sektor masyarakat dengan
pemerintah secara terpadu.
7) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan turunnya angka
kelahiran, kematian, kesakitan, dan perbaikan status gizi masyarakat.
b. Ciri Ciri PKMD
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Kegiatan dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan prakarsa
masyarakat sendiri, dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh
masyarakat sendiri sebagai kebutuhan, dan dilaksanakan melalui usaha-
usaha swadaya masyarakat berdasarkan gotong-royong yang menggali dan
menggunkan sumber dan potensi masyarakat setempat.
2) Perencanaan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawarah dan mufakat
25
3) Pelaksanaan kegiatan.
(a) Kader dan mahasiswa melaksanakan masing-masing tugas sesuai yang
telah disepakati.
(b) Kader dan pengurus desa serta petugas kesehatan memantau kegiatan
(c) Dalam proses kegiatan selalu diadakan pertemuan-pertemuan
(POKJA-POKJA)
(d) Dimonitori adalah rencana kerja yang disepakati: Ketepatan
pelaksanaan, Ketepatan waktu, Penerimaan dan penggunaan biaya,
Penyediaan dan penggunaan biaya, Hasil-hasil yang ingin dicapai,
Jumlah dan kualitas partisipasi masyarakat.
4) Penilaian (Evaluasi) PKMD
(a) Penilaian hasil kegiatan.
(b) Penilaian hasil sementara
(c) Penilaian hasil akhir
5) Pembinaan PKMD
Pembinaan berarti upaya-upaya untuk memelihara dan meningkatkan
kegiatan yang telah dimulai dalam menjamin kelangsungan program.
6) Perluasan program PKMD
Dilakukan secara bertahap.
f. Langkah-Langkah Pemetaan PKMD.
Berikut ini adalah langkah-langkah pemetaan PKMD:
1) Pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat desa
(PKMD) yang dilakukan masyarakat minimal mencakup salah satu
dari 8 unsur Primary Haelath Care sebagai berikut:
(a) Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan
penyakit serta perlindungannya.
(b) Peningkatan persediaan makanan dan peningkatan gizi.
(c) Pengadaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai.
(d) Kesehatan Ibu dan Anak termasuk keluarga berencana
(e) Imunisasi untuk penyakit yang utama.
(f) Pencegahan dan pengendalian penyakit endemi setempat
(g) Pengobatan penyakit umum dan luka-luka
29
F.Kerangka Berfikir
Pada penelitian ini akan diteliti mengenai partisipasi PLS melalui kader
Posyandu dalam penyuluhan pembangunan kesehatan masyrakat RW 10
Kelurahan Kahuripan Kecamatan tawang Kota Tasikmalaya. Kader Posyandu
merupakan bagian dari pada Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan sebagai praktisi
Pendidikan Luar Sekolah. Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang
bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan
posyandu secara sukarela dan penuh dengan tanggung jawab. Yang dimaksud
kader disini adalah tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat
dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela. Agar kader mampu dan
mau melaksanakan tugasnya, yaitu membantu masyarakat untuk bisa menolong
dirinya sendiri dan berperan serta aktif di bidang kesehatan mereka perlu
dipersiapkan dan dikembangkan.
Partisipasi merupakan keterkaitan seseorang atau kelompok terhadap sesuatu
program atau kegiatan yang berlangsung. Salah satu bentuk perilaku kesehatan
adalahpartisipasi ibu balita dalam program Posyandu, yang mewujudkan
dengan datang dan meninimbangkan anak mereka di Posyandu terdekat secara
teratur setiap bulan.Tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi keduanya saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan.
Pertumbuhan dalam konteks perkembangan merujuk pada perubahan
perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan ukuran dan struktur,
seperti pertumbuhan badan yang dapat diukurmenggunakan alat. Sedangkan per
kembangan merupakan perubahan-perubahan yang
bersifat kualitatif berkaitan dengan pematangan fungsi organ individu. lebih
ditujukanpada kematangan fungsi alat-alat tubuh.
Pemantauan tumbuh kembang balita sangat penting dilakukan oleh orang tu,.
hal ini dimaksudkan agar tumbuh kembang anak dapat terpantau dengan baik,maka
orangtua harus memberi stimulus stimulus yang baik dan asupan nutrisi yang
sehatuntuk anak, selain itu penting bagi orang tua untuk rutin setiap bulannya mem
bawaanakanak mereka ke posyandu terdekat dilingkungan mereka, untuk
pemantauan tumbuh kembang, status gizi dan kesehatan anak. Perubahan
31
Masyarakat
Gambar,2.1
32
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Partisipasi PLS melalui Kader Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) Seruni Dalam Penyuluhan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya.
B. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini memiliki kontribusi untuk pengembangan keilmuan pendidikan
luar sekolah, untuk menemukan strategi peningkatan partisipasi PLS melalui
kader Posyandu dalam penyuluhan pembangunan kesehatan masyarakat serta
pengembangan pendidikan nonformal dalam upaya pemberdayaan masysarakat.
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Partisipan
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Posyandu Seruni Rw 10 Kelurahan Kahuripan
Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Ketertarikan peneliti untuk mengkaji
secara mendalam mengenai Partisipasi PLS melalui Kader Posyandu Seruni
dalam penyuluhan pembangunan kesehatan dimasyarakat Rw 10 Kelurahan
Kahuripan Kecamatan Tawang kota Tasikmalaya. Posyandu Seruni termasuk
Posyandu Mandiri.
2. Partisipan Penelitian
Pengambilan sumber data di dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010, hlm 300) mengemukakan bahwa
teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data atau responden
dengan pertimbangan tertentu. Sumber data atau responden penelitian dapat
memberikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu partisipan penelitian
yang mampu mengemukakan, menjelaskan, menyatakan, serta mengaplikasikan
kemampuannya dalam berkenaan dengan aspek-aspek yang ingin diungkapkan
dalam penelitian ini.
Partisipan merupakan sumber utama yang memiliki kedudukan penting
dalam suatu penelitian, karena didalam subyek penelitian inilah terdapat variabel-
variabel yang menjadi kajian untuk diteliti. Dalam penelitian ini partisipan yang
akan diteliti terdiri dari tiga bagian, pertama, sebagai sumber informasi yaitu
responden kader Posyandu yang dapat memberikan data tentang dirinya serta
bagaimana pengalamannya yang berkaitan dengan partisipasi penyuluhan
kesehatan pembangunan masyarakat Kedua,Sumber Informan, sumber data
lain yang dapat memberikan informasi pelengkap tentang hal-hal yang tidak
terungkap dari subyek penelitian, dan sekaligus sebagai triangulasi untuk
menjamin akurasi data.
Partisipan adalah kader Posyandu yang melaksanakan penyuluhan
pembangunan kesehatan dimasyarakat Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan
Tawang kota Tasikmalaya. Dengan demikian penelitian ini mendeskripsikan
34
5. Irma Bidan I
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan data
yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Peneliti mengadakan
pengamatan dan mencari data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
responden yang diamati.
Komponen dalam metode penelitian kualitatif meliputi antara lain; alasan
menggunakan metode kualitatif, tempat atau lokasi penelitian, instrumen
penelitian, informan dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data rencana pengujian keabsahan data (Sugiyono, 2010, hlm. 145). Fokus
penyajiannya adalah data berbentuk narasi dan tidak akan di temukan analisis
statistik. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan partisipasi PLS melalui kader
Posyandu dalam penyuluhan pembangunan kesehatan masyarakat dan analisis
secara deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Peneliti langsung terjun
kelapangan selama sebulan sekali selama 7 bulan. Peneliti secara terus menerus
melaksanakan wawancara dengan informan secara mendalam untuk
mengumpulkan data.
Menurut sugiyono (2010, hlm.1) metode kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyektif alamiah, sebagai
lawannya adalah eksperimen, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan triangulasi (gabungan) analisis data
bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna
dari pada generalisasi.
Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang ilmiah, atau natural
setting, sehingga metode penelitian ini disebut sebagai metode naturalistik. Obyek
yang alamiah adalah obyek apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga
kondisi peneliti saat memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar
dari obyek relatif tidak berubah. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi
instrumen kunci. Obyek dalam penelitian ini adalah penyuluhan pembangunan
kesehatan masyarakat.
Sejalan dengan pendapat Sugyono, Nana Syaodih (2007, hlm. 94)
mengemukakan bahwa Penelitian Kualitatif (qualitative Research) bertolak
dari filsafat kontruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berasumsi
jamak interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial (a shared social
experience) yang di interpretasikan oleh individu-individu. Penelitian
kualitatif ditujukan untuk fenomena-fenomena sosial dari sudut partisipatif,
36
Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang
pasti adalah data-data yang terjadi sebagaimana adanya, buka data yang sekedar
terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan
terucap. Penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang berbeda dengan
penelitian kuantitatif Nana Syaodih (2007, hlm. 95) mengemukkan karakteristik
penelitian kualitatif sebagai berikut: (1) kajian naturalistik, melihat situasi nyata
yang berubah secara, alamiah, terbuka, tidak ada rekayasa pengontrolan variabel,
(2) analisis induktif, mengungkap data kasus, detil untuk menemui kategori,
dimensi, hubungan penting dan asli dengan pertanyaan yang terbuka, (3) holistik.
totalitas fenomena dipahami sebagai sistem yang kompleks, keterkaitan
menyeluruh tidak dipotong padahal terpisah, sebab akibat, (4) data kualitatif,
persepsi pengalaman orang, (5) hubungan persepsi dan pribadi, hubungan akrab
peneliti dengan informan pengalaman pribadi peneliti penting untuk pemahaman
fenomena-fenomena, (6) dinamis, perubahan terjadi terus lihat proses desain
fleksibel, (7) orientasi keunikan, tiap situasi khas, pahami sifat khusus dan dalam
konteks sosial historis, analisis silang kasus (8) empati netral, subyektif murni,
tidak dibuat-buat.
C. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
yang disesuaikan dengan kebutuhan, adapun teknik yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu; pengamatan/observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Berikut uraian dari ketiga teknik tersebut:
1. Pengamatan/Observasi
Observasi yaitu memperlihatkan sesuatu dengan mempergunakan mata.
Sedangkan Arikunto (1996, hlm. 146) memaparkan konsep observasi sebagai
berikut:
Observasi atau yang disebut juga dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indera. Jadi pengobservasian dapat dilakukan melalui pengamatan,
pendengaran, pencium, peraba, dan pengecap.
37
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara yang penting untuk memeriksa
keakuratan data hasil observasi. Wawancara juga dapat digunakan untuk
mengumpulkan sebuah informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi.
Menurut Estenberg (2002) dalam Sugiyono (2010, hlm. 317) mendefinisikan
wawancara (interview) sebagai berikut a meeting of two persons to exchange
information and idea through question and responses, resulting in communication
and joint construction of meaning about a particular topic. Wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
38
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi merupakan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Studi
dokumentasi ini untuk melacak berbagai hal yang berkaitan dengan fokus
penelitian meliputi partisipasi PLS melalui Kader Posyandu dalam penyuluhan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat.
Studi dokumentasi sangat penting sebagai gambaran lebih jelas tentang
partisipasi PLS melalui Kader Posyandu dalam pembangunan kesehatan
masyarakat, yang berfungsi sebagai triangulasi terhadap keterangan dari informan.
Teknik pengumpulan data yang lain digunakan untuk melengkapi teknik observasi
dan wawancara yaitu berupa studi dokumentasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2003, hlm.85) bahwa data
penelitian kualitatif diperoleh dari sumber manusia atau Human
Resourcesmelalui observasi dan wawancara. Akan tetapi terdapat sumber data
yang merupakan non Human Resources berupa dokumnetasi yang mana
bahannya telah ada, telah tersedia, dan siap pakai serta tidak memerlukan biaya.
Peneliti mengumpulkan data penelitian, melakukan pengamatan (observasi)
dan wawancara kepada responden lapangan. Dalam mengumpulkan data tersebut
peneliti perlu menghimpun informasi yang akurat dan mencatat data selama
penelitian berlangsung dari awal memasuki lapangan sampai penelitian berakhir.
Catatan-catatan itu disebut catatan lapangan. Menurut Bogdan dan Biklen
Moleong ( 2011, hlm. 209), catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa
yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data
dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.
Penelitian ini menggunakan studi dokumentasi yang dapat berupa bahan
tertulis maupun film yang dapat dijadikan sumber data karena dalam banyak hal
39
triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari
subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan
demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau
naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu
dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.
3) Triangulasi antar-peneliti, dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari
satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui
memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari
subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak
menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian
dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti
dan melahirkan bias baru dari triangulasi.
4) Triangulasi sumber data, adalah menggali kebenaran informai tertentu
melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain
melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi
terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu
masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda,
yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda
pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan
melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
Penelitian ini menggunakan Triangulasi sumber data yang ada di
Posyandu Seruni Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang, selain
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi peneliti menggunakan
obsevasi terlibat, dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi,
catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto yang ada di Posyandu
Seruni Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang. Sehingga
memperkuat data yang telah ada.
5) Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa
sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk
menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang
41
REDUKSI DATA
PENYAJIAN DATA
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Selama Pasca
penelitian, dan pendektan pengumpulan data yang mana yang dipilihnya. Selama
pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat
ringkasan, mengkode, menelusur tema, rnembuat gugus-gugus, membuat partisi,
menulis memo). Reduksi data/proses-transformasi ini berlanjut terus sesudah
penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.
Penyajian data, Alur penting yang kedua dan kegiatan analisis adalah
penyajian data. Miles dan Huberman membatasi suatu penyajian sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Braneka penyajian yang dapat ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari mulai dari alat pengukur bensin, surat kabar, sampai
layar komputer. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami
apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh mengailalisis
ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dan
penyajian-penyajian tersebut.
Dalam pelaksanaan penelitian Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono
(2010,hlm. 341) yakin bahwa penyajian-penyajian yang lebih balk merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian-penyajian
yang dimaksud meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian seorang penganalisis dapat
melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan
yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang
dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.
Menarik Kesimpulan/Verifikasi, Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah
menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang
penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan.
penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang mungkin, alur sebab- akibat, dan
proposisi. Peneliti yang berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu
dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan,
mula-mula belum jelas, namun dengan meminjam istilah kiasik dan Glaser dan
Strauss (1967) kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan
kokoh. Kesimpulan-kesimpulan final mungkin tidak muncul sampai
44
Gambar 3.2
Komponen-komponen Analisis Data (Interactive Model) menurut Miles
(1992).
F. Keabsahan Data
Menurut Moeleong (2011, hlm 175), untuk mendapatkan keabsahan data maka
peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu:
a) Derajat kepercayaan (credibility)
Teknik ini dapat dilakukan dengan jalan: Keikutsertaan peneliti sebagai
instrumant (alat) tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti, sehingga memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Peneliti
menggunakan teknik credibility ikut serta membantu kader Posyandu dalam
melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan sehingga peneliti benar-benar
mempercayai dan memahami tentang penyuluhan kesehatan dimasyarakat Rw
10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.
b) Keteralihan (transferability) dengan cara uraian rinci. Teknik ini meneliti agar
laporan hasil fokus penelitian dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang
menggambarkan kontek tempat penelitian diadakan. Uraiannya harus
mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca
agar mereka dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh. Peneliti
melakukan penelitian secermat mungkin dengan mewawancarai kader
46
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
A. Hasil Penelitian
1. Profil Posyandu Seruni di RW 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan
Tawang Kota Tasikmalaya .
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil dokumentasi bahwa Posyandu seruni
dibentuk pada tanggal 18 Januari 1987. Jumlah kader pada awal pembentukan
Posyandu sebanyak 4 kader. Selama 25 tahun, pelayanan Posyandu dilaksanakn
dirumah kader , berpindah dari satu kader ke kader lain, bahkan pernah
dilaksanakan di mesjid At Taqwa. Seiring dengan perkembangan Posyandu Seruni
serta meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya Posyandu, maka
para kader posyandu berupaya untuk memiliki gedung sendiri, namun keinginan
tersebut sulit untuk diwujudkan mengingat haraga tanah yang sangat mahal di
lingkungan Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.
Pada tanggal 18 November 2003 ada pergantian ketua Posyandu dari Hj
Suryantini kepada Hj Ipah Latifah.
mereka harus berfikir kembali bagaimana caranya agar tersebut dapat dibangun
untuk gedung Posyandu. Mereka mencoba mengkoordinasi dengan pemerintahan
kelurahan kahuripan, ada program pemerintah yang berkaitan dengan
pembangunan sarana lingkungan. Pemerintah Kelurahan Kahuripan memberikan
bantuan uang sebesar Rp. 15.000.000,- dari Program PNPM yang digunakan
untuk pembangunan Posyandu Seruni. Dan pada tahun 2013 sudah terwujud
gedung Posyandu Seruni yang sederhana yang sangat bermanfaat bagi masyrakat
RW 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang, dengan menghabiskan biaya
sebesar Rp. 29.775.000,- yang bersumber dari Program PNPM Rp. 15.000.000,-
dan Swadaya masyarakat Rp. 14.290.000,-, Alhamdullillah Gedung Posyandu
Seruni Terwujud.
Tabel : 5.1 (Data Sasaran dan Kegiatan Penimbangan)
Sasaran 0/d 12 bln 12 s/d 36 bln 36 s/d 60 bln Jumlah
a. Bayi dan 12 46 30 88 anak
balita yang
terdaftar di
Posyandu
(S)
b. Bayi dan 12 46 30 88 anak
balita yang
punya KMS
(K)
c. Bayi dan 14 34 15 63 anak
balita yang
datang ke
posyandu
(D)
d. Bayi dan 7 14 7 28 anak
balita naik
timbangan
nya (N)
e. Bayi dan 11 4 15 anak
balita yang
tidak naik
timbangan
nya (T)
f. Bayi dan 1 7 3 11 anak
balita yang
tidak
ditimbang
bulan lalu
49
(O)
g. Bayi dan 2
balita yang
baru
pertama kali
ditimbangan
(B)
h. Bayi dan 2 2
balita
dibawah
garis merah
B G M (A)
adalah ibu-ibu yang ikut dalam kegiatan posyandu. Berdasarkan hasil observasi
masyarakat yang ingin mengikuti kegiatan ini. Agar kegiatan penyuluhan ini
berjalan lancar dengan efektip dan efisien, maka kader akan ditentukan jam kerja
kader posyandu. Kesehatan masih belum stabil makan dan makanan kurang
bergizi. Karena kurang menerapkan (PHBS) pola hidup bersih dan sehat
dikarenakan belum Ada sosialisasi tentang pentingnya hidup sehat untuk keluarga
dan masyarakat hal tersebut diperjelas oleh pernyataan ketua Posyandu Hj.Ipah
Latifah. Masyarakat Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang mulai
menyadari setelah diadakan penyuluhan tentang pentingnya kesehatan makanan
yang bergizi. Setelah ada penyuluhan tersebut, masyarakat langsung praktek
menerapkan kebiasaan makan makanan bergizi. Belum ada pengaruh yang
signifikan terhadap kesehatan masyarakat Rw 10 Kelurahan Kahuripan
Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya kesehatan belum tercapai sebelumnya.
Masyarakat menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan untuk baik
untuk sendiri maupun untuk lingkungan sekitarnya. Kebiasaan yang dilakukan
tersebut dapat memberikan dampak yang sangat positif bagi masyarakat untuk
menciptakan suasana masyarakat menjadi sehat. Pola hidup bersih dan sehat
diberikan oleh kader Posyandu waktu penyuluhan kesehatan. Kader Posyandu
mensosialisasikan pentingnya hidup sehat dengan pendampingan kepada
masyarakat Posyandu. Dengan adanya kader posyandu, masyarakat terbantu
khususnya dibidang kesehatan. Partisipasi kader Posyandu sangat membantu
masyarakat di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang, berpengaruh
kesehatan yang diberikan oleh kader Posyandu sangat bermanfaat.
a. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 4 kader
dan1bidan sebagai informan utama dan sebagai informan Triangulasi yang
bertugas di Posyandu Seruni Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang
Kota Tasikmalaya.
51
serta pemberian vitamin A dan B kepada balita dan adanya program baru yaitu
berupa pemberian hadiah atau apresiasi kepada balita.
Berdasarkan informan B.5 (I) Partisipasi PLS melalui kader Posyandu dalam
penyuluhan kesehatan di masyarakat Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan
Tawang cukup baik dengan adanya semangat gotong royong dalam kegiatan
Posyandu. Semua kader mampu menangani dalam kesehatan masyarakat.
Manfaat penyuluhan bagi masyarakat adalah kesadaran akan pentingnya
kesehatan.
1) Kader
Kader adalah warga masyarakat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan
dapat bekerja secara sukarela. Anggota masyarakat yang bersedia, mampu
dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu (Kementrian
Kesehatan RI, 2011:19).
Berdasarkan hasil wawancara dengan K. 3 (NN) Bahwa
Jumlah kader di posyandu Seruniada 11 orang. Keanggotaan kader dalam posyandu
terdiri atas ketua dan anggota. Kader bertugas sebagai pendaftaran ibu balita yang
datang sebagai penimbang balita, sebagai pencatatan pertumbuhan balita,
pengisisan KMS (Kartu Menuju Sehat), penyuluhan, dan kader 11 pelayanan
kesehatan yang bekerja sama dengan bidan. Keanggotaan kader terdiri dari ketua,
sekretasis, bendahara dan anggota.
54
Menurut K.2 (ST) mengatakan bahwa masa kerja di Posyandu Seruni mulai
dari 5 tahun bahkan ada yang sudah bertugas belasan tahun, contohnya ibu hj Ipah
Latifah sudah menjadi kader Posyandu Selama 15 tahun.
1) Perencanaan
Perencanaan suatu kegiatan merupakan proses yang sistematis dalam
pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang
akan datang, agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik.
Menurut Sudjana ( 2009 ,hlm. 16) menyatakan bahwa perencanaan
adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang
akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan K.1 (IL) bahwa para
kader Poyandu Seruni melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum
dilaksanakan kegiatan Posyandu, merencanakan tersebut meliputi:
menyebarluaskan hari buka posyandu, mempersiapkan pelaksanaan tempat
posyandu, mempersiapkan sarana Posyandu, melakukan pembagian tugas kader
Posyandu, melakukan kordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya,
dan mempersiapkan PMT penyuluhan.
55
posyandu berupa buku KMS/bukuKIA (Kesehatan Ibu Dan Anak), alat timbang
yang digunakan meliputi (timbangan gantung, timbangan injak, timbangan
bayi, alat pengukur tinggi badan, danmetelin/meteran), alat bantu penyuluhan,
buku pencatatan dan pelaporan. Selain itu sarana yang dibutuhkan yaitu 7 meja
dan kursi yang digunakan dalam kegiatan tujuh meja. Sebelum melaksanakan
kegiatan Posyandu kader menata sarana yang akan digunakan dalam kegiatan
Posyandu.
Sedangkan menurut informan K.2 (ST) menyatakan kader selalu
mempersiapkan sarana dan prasarana yang digunakan sebelumnya. Persiapan yang
dilakukan berupa membersihkan Gedung Posyandu Seruni yang akan digunakan
sebagai tempat kegiatan Posyandu dengan menyapu dan menata meja- meja yang
nantinnya digunakan dalam kegiatan 7 meja. Sarana dan prasarana yang
digunakan berupa timbangan (timbangan bayi, timbangan gantung, dan timbangan
injak), alat pengukur (matelin dan alat pengukur tinggi badan), meja, kursi,
bolpoin, buku-buku catatan dan administrasi.
2) Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam
bidang kesehatan. Konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan
yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Notoatmodjo (2003, hlm.97)
Menurut informan K.1 (IL) menyatakan pada posyandu pendidikan
kesehatan yang diberikan untuk ibu balita berupapenyuluhan yang dilaksanakan
saat kegiatan posyandu. Materi yang disampaikan saatkegiatan penyuluhan antar
lain tentang cara pengasuhan yang baik pada anak,pemberian makanan yang
bergizi pada anak, penyuluhan imunisasi, penyululuhanKB, dan penyuluhan
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).Kegiatan penyuluhan disampaikan oleh
kader, bidan, Kesling (Kesehatanlingkungan), PLKB dan ada juga dari SGM.
Ibu balita meras setuju dan senang sekalidengan diadakannya kegiatan penyuluhan
di posyandu karena dapat menambah ilmudan dapat memberikan yang terbaik
62
pada anak mereka, dan materi penyuluhan yang disukai oleh ibu balita adalah
penyuluhan tentang cara pengasuhan yang baik untuk anak.
Menurut informan K.2 (ST) bahwa Pendidikan kesehatan untuk kader berupa
pelatihan dasar menjadi kaderposyandu.Kader-kader dibina dan dilatih terlebih
dahulu tentang bagaimana cara menimbang bayi dan balita, cara mengukur
tinggi badan balita, cara mengukur lingkar kepala dan lingkar lengan balita,
cara pengasuhan yang baik pada anak,penjelasan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak dan cara mencatat hasilpenimbangan dan pengukuran balita
pada buku pelaporan dan mengisi SIP (Sistem Informasi Posyandu).
Sedangkan menurut informan K.3 (NN) Pelatihan pada kader dilakukan di
Puskesmas yang disampampaikan olehbidan, ahli gizi, dan petugas kesehatan
yang bertugas. Kader juga mendapatpenyegaran setiap satu bulan sekali pada
rapat bulanan PKK. Setelah mengikuti pelatihan ini kader menjadi cekatan
dalam memberikan pelayanan bagi warga yang datang dalam kegiatan posyandu.
Berdasarkan hasil wawancara tentang partisipasi PLS melalui kader
Posyandu maka dapat ditarik teori subtansial adalah pendidikan kesehatan yang
diberikan pada ibu balita yaitu kegiatan penyuluhan yang diberikan oleh
bidan dan kader dengan berbagai materi seperti cara pengasuhan yang baik
untuk anak,pemberian makanan bergisi untuk anak, cara memilih makanan
sehat, dan KB. Sedangkanpendidikan untuk kader posyandu berupa pelatihan
dasar selama 2 minggu dipuskesmas, kegiatan pelatihan dilakukan oleh bidan,
ahli gizi, dan petugas kesehatan yang bertugas. Selanjutnya kader mendapat
penyegaran setiap satu bulan sekali pada rapat bulanan PKK.
3) Pengembangan Program
Pengembangan program dapat diartikan sebagai pengembangan dari program
yang sudah ada sebelumnya. Dalam posyandu selain ada program pokok ada juga
program tambahan. Program tambahan dilakukan jika kegiatan utama
posyandu seperti kegiatan sudah terlaksana.
Menurut K.2 (ST) bahwa Pengembangan program yang dilaksanakan
disini adalah arisan untuk ibu balita dan pembagian hasil usaha dari pendapatan
penjualan PMT yang dananya berasal dari sumber daya masyarakat yang
63
Menurut informan K.2 (ST) bahwa bentuk partisipasi yang dilakukan oleh
masyarakat dalam hal ini khususnya para ibu, baik ibu yang menjadi kader
maupun ibu balita yaitu partisipasi dalam bentuk tenaga, uang/harta benda dan
ikut dalam pelaksanaan program. Upaya yang dilakukan kader untuk
meningkatkan kesehatan balita ialah dengan memberikan arahan kepada ibu balita
untuk memberikan makanan yang bergizi, penyuluhan tentang kesehatan,
pemantauan dalam timbangan, imunisasi serta pemberian vitamin A dan B kepada
balita dan adanya program baru yaitu berupa pemberian hadiah atau apresiasi
kepada balita.
Berdasarkan wawancara dan observasi tentang bentuk partisipasi PLS
melalui Kader Posyandu dalam Penyuluhan Pembangunan Kesehatan Di Rw 10
Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang ada 3 yaitu tenaga, uang dan ikut serta
dalam pelaksanaan program posyandu, adanya Program baru berupa pemberian
hadiah atau apresiasi kepada balita.
ibu melahirkan bidan memantau kesehatan ibu dan pelayanan KB jika ibu ingin
memberi jarak antara anak pertama dan anak kedua. Kader ikut berpartisipasi
secara aktif dalam kegiatan. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang di laksanakan
pada kegiatan posyandu.
e. Imunisasi
Menurut informan K. 1 (IL) kegiatan imunisasi dilaksanakan serentak
diseluruh Indonesia pada bulan maret dan September. Imunisasi sangat
bermanfaat untuk menambah daya tahan tubuh anak dan untuk penanggu
langan penyakit pada anak seperti kelumpuhan,campak, meningitis (radang
selaput otak), hepatitis, TBC dan difteri. Ibu balita mengimunisasi balitanya
di Posyandu ada juga yang datang ke Pustu dan rumah bidan.
Menurut informan B. 5 (I) adapun jenis imunisasi yang wajib diberikan pada
anak, pada masih bayi barulahir diberi imunisasi Hepatitis untuk mencegah
penyakit hepatitis, pada umur 1bulan imunisasi yang diberikan berupa
imunisasi BCG untuk mencegah penyakiTBC, selanjutnya imunisasi DPT yang
sekarang disempurnakan menjadi imunisasiventavalen sebanyak 3 kali untuk
mencegah penyakit difteri dan minningitis atau radang selaput otak imunisasi
ventavalen di berikan pada umur 2 bulan sampai umur3 tahun. Setelah itu dilanjut
kan imunisasi polio untuk mencegah kelumpuhan dani munisasi campak untuk
mencegah penyakit campak. Untuk balita umur 2 bulansampai 1,5 tahun yang
sebelumnya sudah mendapatkan imunisasi DPTdiulang lagi dengan imunisasi
ventavalen.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS melalui
kader di Rw 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang
posyandu maka dapat ditarik kesimpulan adalah imunisasi merupakan usaha
memberikan kekebalan kepada anak dengan memesukkan vaksinguna menambah
daya tahan tubuh dan kekebalan terhadap penyakit. Adapun imunisasi yang
wajib diberikan pada anak antara lain imunisasi BCG, Hepatitis, DPT Ventavalen,
Campak, dan Polio.
f. Gizi
Jenis palayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan
badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi,
pemberian makanan tambahan (PMT)lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe.
Apabila ada balita yang berat badannyatidak naik 2 kali berturut-turut atau berada
Dibawah garis merah kader wajib melaporkan puskesmas atau poskesdes.
69
Menurut informan K.2 (ST) Sumber dana pada setiap posyandu berbeda-
beda, seperti di posyandu Seruni sumber dana posyandu berasal dari swadaya
kader dan hasil daripenjualan PMT di kumpulkan dan kemudian dibagikan sebelum
lebaran. sumber dana berasal dari swadaya perangkat desa yang bertugas.
Sumber dana posyandu juga berasal dari puskesmas yang diberikan setiap 1 tahun
sekali, namun tidak pasti karena kadang-kadang juga tidak ada dana dari
puskesmas.
Menurut informan K.1 (IL) kader juga mengajak warga untuk
memanfaatkan pekarangan mereka dengan ditanami sayuran dan tanaman obat
warga (TOGA). Warga pun mengikuti dan menanami pekarangan mereka
dengan tanaman obat seperti kunyit putih,kencur, jahe, temulawak, dan tanaman
obat lainnya. Sehingga dapat dimanfaatkan jika ada keluarga atau warga lainnya
yang sakit.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang partisipasi PLS melaui
kader posyandu maka dapat ditarikkesimpulan kegiatan diluar hari buka posyandu
dilakukan kader dengan mendaangirumah warga jika tidak hadir dalam kegiatan
posyandu dengan membawatimbangan dan buku catatan, selain itu kader juga
memberikan pengertian akan pentingnya menimbangkan balita diposyandu
mengajak warga untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan ditanami
tanaman obat tradisionalseperti kunyit, kencur, temulawak, sirih, serai melalui
perkumpumpulan wargaseperti kegiatan arisan warga.
B. PEMBAHASAN
Pembahasan ini berusaha untuk mengambarkan fakta-fakta dalam temuan dan
menginterpretasikan data yang diperoleh dari hasil wawancara, pedoman
observasi, catatan lapangan dan studi dokumentasi yang berhubungan dengan
Partisipasi PLS melalui kader Posyandu Seruni Dalam Penyuluhan Pembangunan
Kesehataan di Masyarakat RW 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya sehinggga dapat menjawab beberapa rumusan masalah yang menjadi
fokus penelitian ini.
73
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga bentuk partisipasi yang
dilakukan oleh kader, seperti tenaga, uang dan ikut dalam pelaksanaan program.
Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti pengetahuan,
usia, pekerjaan, keluarga dan lokasi posyandu, serta upaya yang dilakukan kader
untuk meningkatkan kesehatan balita dengan cara memberikan makanan
tambahan (PMT), pemberian vitamin secara rutin setiap 6 bulan sekali,
memberikan arahan dan penyuluhan mengenai kesehatan dan makanan bergizi
untuk balita.
Bentuk partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam hal ini khususnya
para ibu, baik ibu yang menjadi kader maupun ibu balita yaitu partisipasi dalam
bentuk tenaga, uang/harta benda dan ikut dalam pelaksanaan program. Upaya
yang dilakukan kader untuk meningkatkan kesehatan balita ialah dengan
memberikan arahan kepada ibu balita, KIA, untuk memberikan makanan yang
bergizi, penyuluhan tentang kesehatan, pemantauan dalam timbangan, imunisasi,
KB, serta pemberian vitamin A dan B kepada balita dan adanya program baru
yaitu berupa pemberian hadiah atau apresiasi kepada balita.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang partisipasi PLS melalui kader Posyandu
Seruni dalam penyuluhan dalam pembangunan kesehatan Rw 10 Kelurahan
Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.
Maka saran yang dapat diberikan adalah Tingkat partisipasi dalam penyuluhan
kesehatan yang dilaksanakan pada kegiatan posyandu sudah baik , agar pada
pelaksanaan kegiatan posyandu penyuluhan kesehatan selalu diadakan sehingga
menambah pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya peningkatan gizi,
kesehatan ibu dan anak , KB, imunisasi, penanggulangan diare kegiatan
penyuluhan sebagai pondasi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Ismawati, C.( 2010). Posyandu dan Desa Siaga panduan untuk Bidan dan Kader.
Nuha Medika. Jakarta
Kementrian Pendidikan RI. (2011). Manfaat Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak.
Miles M.B & Huberman , A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Terjemahan, Rohidi, Tjeptjep Rohendi. Judul Asli:
Qualitative Data Analysis.
79
Undang- Undang
UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
INTERNET
http://www.antarabogor.com/berita/21148/posyandu-wujud-pemberdayaan-
masyarakat-yang- masih-dinantikan
https://indahtirtya1.wordpress.com/2014/07/01/makalah-posyandu-dan-polindes/
http://www.id.undp.org/content/indonesia/id/home/presscenter/pressreleases/2016
/04/14/undp-luncurkan-laporan-tentang-pembangunan-yang-berpusat-
http://dinkes.lumajangkab.go.id/kader-posyandu-2/pada- masyarakat-di-asia-
pasifik.html
80
LAMPIRAN