PENDAHULUAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas
tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal ( fase syok) sampai fase
lanjut 1,2,3.
Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan dan
rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga terlatih dan
terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola oleh suatu tim
trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks, bedah
umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan
psikologi1.
Penderita luka bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka bakar
berbeda dengan luka tubuh lain. Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat
keadaan seperti: ditempati kuman dengan patogenitas tinggi, terdapat banyak jaringan
mati, mengeluarkan banyak air, serum dan darah, terbuka untuk waktu yang lama (mudah
terinfeksi dan terkena trauma), memerlukan jaringan untuk menutup.
Berbagai karakteristik unik dari luka bakar membutuhkan intervensi khusus yang
berbeda. Hal tersebut dipengaruhi oleh penyebab luka bakar dan bagian tubuh yang
terkena. Luka bakar yang mengenai daerah genitalia mempunyai risiko yang lebih besar
untuk terjadinya infeksi dibandingkan dengan luka bakar yang ukuran/luasnya sama pada
bagian tubuh yang lain. Luka bakar yang mengenai tangan dan kaki dapat mempengaruhi
kapasitas fungsi pasien (produktifitas/kemampuan kerja) sehingga memerlukan teknik
penanganan yang berbeda dengan bagian tubuh lain.
Delapan puluh persen kecelakaan yang menyebabkan luka bakar terjadi dirumah
dan biasanya terjadi karena kelalaian. Ini sering terjadi pada anak-anak atau pekerja yang
berhubungan dengan api. Baik pada daerah yang mudah terjadi kebakaran seperti di
dapur, kasus-kasus demikian masih sering didapati.
Kadang-kadang dokter dihadapkan dengan kasus luka bakar yang berkaitan
dengan penganiayaan yang memerlukan pemeriksaan untuk kepentingan visum et
repertum. Tetapi kadang-kadang kalangan penyidik juga memerlukan bantuan dokter
sehubungan dengan kasus kematian (diduga) karena luka bakar. Pengetahuan luka bakar
secara klinis dalam menetapkan luka bakar ante mortal dan menentukan luas luka bakar
dan lain-lain, serta pengetahuan yang cukup mengenai pemeriksaan pada korban yang
meninggal karena luka bakar diperlukan agar visum yang sampai ke tangan kalangan
penegak hukum dapat memberi arahan dan pegangan dalam mengambil keputusan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Stratum lucidum
Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan
dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan
bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat
translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat
tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula
dari lapisan ini.
c. Stratum granulosum
Tersusun oleh sel-sel keratinosit, berbentuk kumparan yang mengandung butir-
butir dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan ini
paling jelas pada kulit telapak tangan dan kaki.
d. Stratum spinosum
Disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan
perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan
saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-
filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal,
tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut
banyak (polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya.
Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran
cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di
bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap
mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas;
inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan
glutation.
Kedalaman luka bakar di deskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar
derajat I, II, atau III:1,3
1. Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan
untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam
5-7 hari. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri
dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.
2. Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih
terdapat epitel sehat yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan
tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal
rambut. Dengan adanya jaringan yang masih sehat tersebut, luka dapat sembuh
dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi
cairan eksudat dari pembuluh darah karena permeabilitas dindingnya meningkat,
disertai rasa nyeri.
3. Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan
yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat
menjadi dasar regenerasi sel. Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam,
dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak
ada bula dan tidak teras nyeri.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena
perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10
untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
c. Metode Lund dan Browder
Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di
kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan
pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh
pada anak dapat menggunakan Rumus 9 dan disesuaikan dengan usia:
o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso
Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of body
surface area affected by burns in children.
2. Terapi cairan
terapi cairan bertujuan memperbaiki sirkulasi dan mempertahankannya. Indikasi
pemberian cairan :
a. Luka bakar derajat 2 atau 3 > 25%
b. Tidak dapat minum
Terapi cairan dihentikan bila intake oral dapat menggantikan parenteral.
Dengan adanya terapi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan stabilisasi pasien
secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi
bedah seawal mungkin.
Terapi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara
untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
1. Menurut EVANS
a. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
b. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem. Plasma
diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan
meninggikan tekanan osmosis sehingga mengurangi perembesan keluar
dan menarik kembali cairan yang keluar
c. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan diberikan 2.000 cc
glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
2. Menurut Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL (RL)
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
3. Obat-obatan
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi, yang banyak
dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada
infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil dan uji kepekaan kuman.
Untuk mengatasi nyeri, beri opiat melalui intravena dalam dosis rendah yang bisa
menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertai hipotensi. Selanjutnya
diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/ toksoid.
4. Nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan
sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka pemberian
nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Kebutuhan Nutrisi penderita luka bakar:
a. Minuman
1. Segera setelah peristalsis menjadi normal
2. Sebanyak 25mL/kgBB/hari
3. Sampai diuresis sekurang-kurangnya mencapai 30 mL/jam
b. Makanan
1. segera setelah dapat minum tanpa kesulitan
2. Sedapat mungkin 2500kalori/hari
3. Sedapat mungkin mengandung 100-150 gr/hari
c. Sebagai tambahan diberikan setiap hari
1. Vitamin A, B, dan D
2. Vitamin C 500 mg
3. Fe sulsat 500 mg
4. Penangan lokal
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar
sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut dapat diharapkan sembuh sendiri asal
dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Perlu
dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam perlu diusahakan secepat mungkin
membuang jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya
tinggi sampai mencapai dasar jaringan mati. Pemakaian obat topikal berfungsi untuk
membuat luka bebas infeksi, mengurangi nyeri, bisa menembus eskar dan mempercepat
epitelisasi. Jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine (SSD) dan
yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment) dalam bentuk larutan, salep atau
krim. Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon/ nitras argenti 0,5%. Kompres
nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam.
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi, yang banyak
dipakai adalah golongan pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan
hasil dan uji kepekaan kuman. selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/
toksoid.
2.2.11 PROGNOSIS2
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain
itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut
menentukan kecepatan penyembuhan.
2.2.12 KOMPLIKASI2
a. Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap berbagai
stimulus klinik berat. Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-
mediator inflamasi (proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses
penyembuhan luka, namun oleh karena pengaruh beberapa faktor predisposisi
dan faktor pencetus, respon ini berubah secara berlebihan (mengalami
eksagregasi) dan menyebabkan kerusakan pada organ-organ sistemik.
menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan kegagalan organ terkena
menjalankan fungsinya
b. Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS)
MODS merupakan bagian akhir dari spektrum klinis SIRS. Kerusakan pada
organ-organ sistemik tersebut menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan
kegagalan organ menjalankan fungsinya.
c. Sepsis
Bila diperoleh bukti bahwa infeksi sebagai penyebab (dari hasil kultur
darah/bakteremia), maka SIRS disebut sebagai sepsis.
BAB III
KESIMPULAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas
tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal ( fase syok) sampai fase
1,2,3
lanjut. Luka bakar dalam perjalannya melewati beberapa fase antara lain yaitu fase
Akut/syok, fase Sub-akut, fase Lanjut.
Tidak semua pasien luka bakar dilakukan terapi cairan, indikasi pemberian terapi
cairan jika, luka bakar derajat 2 atau 3 > 25% pada orang dewasa, luka bakar di daerah
wajah dengan trauma inhalasi dan tidak dapat minum, sedangkan pada anak-anak dan
orang tua > 15% .
Selain itu pada kasus luka bakar tidak semuanya harus dilakukan perawatan di
rumah sakit, adapun kriteria pasien yang perlu dirawat luka bakar derajat 2 lebih dari
20% pada dewasa dan lebih dari 10% pada anak, derajat 2 pada muka, tangan, kaki dan
perineum, derajat 3 lebih dari 20% pada orang dewasa dan setiap derajat 3 pada anak,
luka bakar yang disertai trauma visera, tulang dan jalan nafas.
DAFTAR PUSTAKA