Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, dan ia merupakan ungkapan fisik dan
peninggalan budaya dari suatu masyarakat dalam batasan tempat dan waktu tertentu. Dari dahulu
sampai sekarang bahkan yang akan datang, arsitektur akan selalu berkembang dalam bentuk
semakin kompleks, sejalan dengan perkembangan peradaban dan budaya termasuk ilmu
pengetahuan, teknologi dan tuntutan kebutuhan manusia baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Sejarah perkembangan arsitektur mencakup dimensi ruang dan waktu yang sukar ditentukan
batasnya. Dan untuk mempermudah di dalam mempelajarinya, suatu karya arsitektur dibedakan
menurut ciri-ciri bentuk dan karakter arsitektural dalam kurun waktu tertentu. Pengelompokan
pengelompokan perkembangan arsitektur antara lain adalah: tradisional, klasik, modern dan post
modern. Kebudayaan sangat mempengaruhi perkembangan arsitektur, mencakup interaksi antar
kebudayaan manusia dengan alam, dalam hal ini termasuk iklim, topografi, dan faktor lingkungan
lainnya. Oleh karena itu dalam mempelajarinya, dibagi ke dalam periode, tempat, siapa, atau
masyarakat mana yang membangun.

1.2. Tujuan
Tujuan kami membuat karya tulis ini bukan hanya untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Pelajaran Bahas Indonesia, tetapi masih banyak tujuan lain dari pembuatan karya tulis ini,
diantaranya :
a) Dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang arsitektur dan pengelompokannya.
b) Dapat menambah pengetahuan disamping pelajaran yang diterima di kampus.

1.3. Metode Penulisan


Pengumpulan data sangat penting dan dibutuhkan dalam pembuatan karya tulis. Karena tanpa
adanya data-data yang lengkap tentang arsitektur tradisional, klasik, modern dan post modern,
penlis tentunya tidak akan bisa membuat karya tulis ini.
Untuk dapat mengumpulkan data dan informasi tentang Arsitektur tradisional, klasik, modern dan
post modern. Penulis menggunakan satu cara yaitu :
a) Melalui internet
Internet merupakan salah satu fasilitas mendunia yang dapat menampilkan informasi dan
data-data yang akurat tentang perkembangan arsitektur.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arsitektur Tradisional

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level
makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro
yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-
hasil proses perancangan tersebut.
Bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih
dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau
melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi
bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau
bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh
masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah
menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri.
Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog
yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu. Pengaruh
arsitektur Modern, International style dsbg membuat Arsitektur di Tanah Air seakan tak berwarna
lagi, sulit membedakan elemen-elemen tradisional yang melekat pada hunian maupun banguna
lokal pada umumnya.Entah melalui kajian yang mendalam tentang lingkungan dan kebudayaan
lokal atau tidak, yang jelas warna Arsitektur Tanah air lambat laun tak ada beda dengan warna
Arsitektur di daerah lain.
Arsitektur tradisional adalah suatu bangunan yang bentuk,struktur ,fungsi,ragam hias dan cara
pembuatannya diwariskan secara turun temurun serta dapat di pakai untuk melakukan aktivitas
kehidupan dengan sebaik-baiknya. Dalam rumusan arsitektur dilihat sebagai suatu bangunan,
yang selanjutnya dapat berarti sebagai suatu yang aman dari pengaruh alam seperti hujan, panas
dan lain sebagainya. Suatu bangunan sebagai suatu hasil ciptaan manusia agar terlindung dari
pengaruh alam, dapatlah dilihat beberapa komponen yang menjadikan bangunan itu sebagai
tempat untuk dapat melakukan aktivitas kehidupan dengan sebaik-baiknya. Adapun komponen-
komponen tersebut adalah : bentuk, struktur , fungsi, ragam hias serta cara pembuatan yang
diwariskan secara turun temurun. Selain komponen tersebut yang merupakan faktor utama untuk
melihat suatu arsitektur tradisional, maka dalam inventarisasi dan dokumentasi ini hendaknya
setiap bangunan itu harus merupakan tempat yang dapat dipakai untuk melakukan aktivitas

2
kehidupan dengan sebaik-baiknya. Dengan memberikan pengertian ini, maka arsitektur
tradisional dapat pula dikategorikan berdasarkan kepada aktivitas yang ditampungnya.
Latar sejarah, perkembangan Daerah Istimewa Yogyakarta akan dapat dilihat dari latar
belakangsejarah ketiga daerah yang diambil sebagai lokasi penelitian.

Jenis-jenis bangunan , dalam bab pendahuluan telah disinggung, bahwa arsitektur tradisional
adalah suatu bangunan atau tempat tinggal ciptaan manusia yang pembuatannya diwariskan
secara turun temurun untuk melakukan aktivitas mereka. Jadi sudah barang tentu dalam hal ini
pengamatannya dalam beberapa segi perlu melepaskan diri dari arsitektur modern. Bangunan
tradisional yang kita lihat sekarang ini perkembangannya melalui suatu proses yang panjang .
Pada mulanya bangunan tradisional berfungsi sebagai suatu tempat berlindung manusia dari
gangguan binatang buas dan gangguan alam seperti panas, dingin, hujan dan angin.
Perkembangan selanjutnya bersamaan dengan cara hidup mereka, yaitu dari hidup berpindah-
pindah atau nomad sampai hidup secara menetap. Dalam sistem hidup manusia yang
berpindah-pindah, bangunan tersebut hanya berupa tempat yang berpindah-pindah, bangunan
tersebut hanya berupa tempat berlindung untuk sementara. Tetapi pada suatu saat bangunan itu
akan merupakan suatu tempat tinggal atau rumah, manakala manusia itu sudah hidup secara
mentap. Hasil produksi rupa-rupanya mempengaruhi pola hidup di suatu tempat. Kalau hasil
produksi tersebut melimpah, manusia akan mengucapkan terimakasih dan mengadakan upacara
upacara dan doa bersama-sama. Tetapi sebaliknya, seandainya hasil produksi tersebut gagal,
mereka menganggap bahwa mereka tidak mendapat restu dan murka dari tuhan.Rumah tempat
tinggal dari masa ke masa mengalami proses perkembangan bentuk. Hal ini disebabkan adanya
kebutuhan hidup yang lebih luas dan yang akhirnya membutuhkan tempat yang lebih luas pula.
Sejalan dengan ini berkembangnya pula kebudayaan. Oleh karena itu rumah tempat tinggal juga
berkembang sesuai dengan proses terbentuknya suatu kebudayaan, yaitu dari taraf yang sederhana
ke taraf yang lebih kompleks.
Berdasarkan sejarah perkembangan bentuk, rumah tempat tinggal dibagi menjadi 4 macam yaitu,
panggangpe, kampung, limasan dan joglo. Sedang bentuk tajug tidak dipakai untuk
rumah tempat tinggal tetapi untuk rumah ibadah atau rumah pemujaan. Sehubungan dengan itu
dalam uraian berikut akan dikemukakan berturut-turut bentuk rumah panggangpe, kampung,
limasan dan joglo. Nama-nama bentuk tersebut sebenarnya merupakan nama-nama atap
rumah tradisional yang menyangkut sebanyak 5 macam, yaitu :
a. Panggangpe merupakan bentuk bangunan yang paling sederhana dan bahkan
merupakan bentuk bangunan dasar. Bangunan panggangpe ini merupakan

3
bangunan yang pertama dipakai orang untuk berlindung dari gangguan angin,
dingin, panas matahari dan hujan.
b. Kampung, bangunan yang setingkat lebih sempurna dari panggangpe adalah
bentuk bangunan yang disebut kampung. Bangunan pokoknya terdiri atas
saka-saka yang berjumlah 4, 6 atau bisa juga 8 dan seterusnya.
c. Limasan, bentuk bangunan ini merupakan perkembangan kelanjutan bentuk
bangunan yang ada sebelumnya. Kata limasan ini diambil dari kata lima-
lasan yakni pehitungan sederhana penggunaan ukuran-ukuran : molo 3m dan
blandar 5m.
d. Joglo lebih sempurna dari bangunan-bangunan sebelumnya. Bentuk bangunan ini
mempunyai ukuran lebih besar bila dibandingkan dengan bentuk bangunann
lainnya seperti panggangpe, kampung dan limasan.
e. Susunan ruangan yang terdapat dalam rumah tradisional bergantung kepada besar
kecilnya rumah itu dan bergantung kepada kebutuhan keluarga. Jadi makin
banyak anggota keluarga itu makin banyak ruangan yang dibutuhkan.

R.Soekmono (1997) seorang ahli percandian Indonesia pernah mengadakan tinjauan ringkas
terhadap bangunan candi di Jawa, dinyatakan bahwa bangunan candi di Jawa mempunyai dua
langgam, yaitu Langgam Jawa Tengah dan Langgam Jawa Timur. Menurutnya Langgam Jawa
Tengah antara lain mempunyai ciri penting sebagai berikut:
a. bentuk bangunan tambun,
b. atapnya berundak-undak,
c. gawang pintu dan relung berhiaskan Kala-Makara,
d. reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalis, dan
e. letak candi di tengah halaman.

Adapun ciri candi Langgam Jawa Timur yang penting adalah:


a. bentuk bangunannya ramping,
b. atapnya merupakan perpaduan tingkatan,
c. Makara tidak ada, dan pintu serta relung hanya ambang atasnya saja yang diberi kepala
Kala,
d. reliefnya timbul sedikit saja dan lukisannya simbolis menyerupai wayang kulit, dan
e. letak candi bagian belakang halaman (Soekmono 1997:86).

4
Demikian ciri-ciri penting yang dikemukakan oleh Soekmono selain ciri-ciri lainnya yang sangat
relatif sifatnya karena berkenaan dengan arah hadap bangunan dan bahan yang digunakan.
Sebagai suatu kajian awal pendapat Soekmono tersebut memang penting untuk dijadikan dasar
pijakan selanjutnya manakala hendak menelaah tentang langgam arsitektur bangunan candi di
Jawa. Sebenarnya setiap butir ciri yang telah dikemukakan oleh Soekmono dapat dijelaskan lebih
lanjut sehingga menjadi lebih tajam pengertiannya. Misalnya bentuk bangunan tambun yang
dimiliki oleh candi Langgam Jawa Tengah, kesan itu terjadi akibat adanya bagian lantai kaki
candi tempat orang berjalan berkeliling memiliki ruang yang lebar, dengan istilah lain
mempunyai pradaksinapatha yang lebar. Bentuk bangunan tambun juga terjadi akibat atap candi
Langgam Jawa Tengah tidak tinggi, atapnya memang bertingkat-tingkat, dan hanya berjumlah 3
tingkat termasuk kemuncaknya. Dibandingkan dengan candi Langgam Jawa Timur jumlah
tingkatan atapnya lebih dari tiga dan berangsur-angsur tiap tingkatan tersebut mengecil hingga
puncaknya, begitupun pradaksinapathanya sempit hanya muat untuk satu orang saja, oleh karena
itu kesan bangunannya berbentuk ramping.
Dalam kesempatan ini uraian yang di pusatkan pada system teknologi khususnya arsitektur di
nusantara sebagai salah satu manifestasi dan ekspresi kebudayaan. Sesungguhnya perumahan
(shelter) merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang tidak mengenal waktu, tempat,
dan tingkat teknologi. Sebagai salah satu manifestasi dan ekspresi kebudayaan. Sesungguhnya
perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang tidak mengenal waktu ,tempat,
dan tingkat teknologi. Kita masih ingat betapa nenek moyang kita yang hidup pada jaman batu
telah mengembangkan system perlindungan fisik, yaitu perumahan di goa-goa, kemudian disusul
dengan penggunaan tenda-tenda tadah angin ataupun tenda yang sifatnya sementara karena
seringnya nenek moyang kita berpindah mengikuti binatang perburuan ataupun musim panen
tanaman liar. Apabila mereka sudah mulai bercocok tanam dan menetap di perkampungan, maka
perkampungan semi permanen pun di bangun.
Apabila diperhatikan dengan seksama, uraian tersebut menunjukkan cara berfikir yang
evolusionis. Sementara itu kita dapat pula melihatnya dari sudut pandangan fungsionis ataupun
struktualis. Akan tetapi sebaiknya kita telaah arsitektur tradisional secara menyeluruh sehingga
dapat dipahami kaitannya dengan nilai-nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Untuk
keperluan tersebut, kita telaah arsitektur-arsitektur tradisional dengan memperhatikan kegunaan
(use), fungsi (function) , dan arti social (meaning) disamping wujud dan gayanya.
Kegunaan rumah khususnya bangunan tradisional itu bereneka ragam, sesuai dengan struktur
masyarakat dan kebudayaan penduduk yang bersangkutan. Akan tetapi pada umumnya sebagai
bangunan tradisional mempunyai kegunaan sebagua pelindungan fisik terhadap dinginnya udara,

5
panasnya matahari atau derasnya angin serta air hujan. Kalu kita perhatikan dengan sungguh-
sungguh ada rumah-rumah yang sekedar menjadi tempat-tempat perlindungan sementara orang
perlu istirahat (windscreen) pada penduduk asli Australia, misalnya : masyarakat Arunta sebagian
besar waktunya dihabiskan di alam terbuka untuk berburu binatang reptile yang langka, meramu
ataupun bercengkrama dengan sesamanya. Sebaliknya ada pula penduduk yang memanfaatkan
tempat berlindung semaksimal mungkin untuk bekerj, beristirahat maupun menyelenggarakan
pertemuan social seperti pada kebanyakan masyarakat petani yang sudah menetap.
Setelah kemerdekaan, bangsa kita telah memilih bentuk republic bersifat demokratis. Ditilik
secara historis maka bentuk tatanan republic yang demokratis, adalah salah satu hal yang sama
sekali baru bagi bangsa Indonesia. Sejarah Indonesia sebelumnya hanya mengenal bentuk tatanan
kerajaan yang otokratis, lengkap dengan perangkat feodalnya. Oleh karena itu, mudah dimengerti
bahwa banyak terjadi kekikunan dan kesalahpahaman mengenai arti kaidah-kaidah kehidupan
yang baru ini. Banyak norma kehidupan sehari-hari harus ditukar dengan yang baru. Terjadi
kekacauan norma selama norma baru yang di terima semua pihak belum tercipta. Timbul
kerancuan budaya.
2.1.1 Ciri Budaya dan Arsitektur Tradisional
Suatu karya arsitektur hamper selalu, secara disadari atau tidak, mencerminkan ciri budaya dari
kelompok manusia yang terlibat di dalam proses penciptaanya. Sekurang-kurangnya akan
tercermin di situ tata nilai yang mereka anut. Dengan demikian apabila kita secara cermat
mengamati sejumlah karya arsitektur suatu masyarakat maka lambat laun kita pasti dapat
mengenali cirri budaya masyarakat tersebut. Namun untuk dapat mengenalinya dengan benar-
benar baik kita akan perlu mengenali kondisi lain dari masyarakat tersebut.
Sebagai contoh kita dapat mencoba menganal gejala budaya masyarakat kita sendiri dengan
mengamati karya arsitektur di sekeliling kita. Mengingat norma, kaidah, dan tata nilai dalam
masa kini masih banyak kemungkinan berubah maka dalam usaha mencari identitas budaya yang
dapat diterapkan pada bangunan baru disarankan sebagai berikut. Arsitektur yang mempunyai
identitas yang sedikit atau tidak dipengaruhi oleh perubahan norma tata nilai. Ciri-ciri ini dalam
Arsitektur Tradisional untuk diterapkan pada bangunan baru. Iklim merupakan factor yang tidak
berubah (relative) Indonesia beriklim tropis panas dan lembap. Karena letaknya di sekitar
khatulistiwa antara garis-garis lintang utara dan selatan maka sepanjang tahun sudut jatuhnya
sinar matahari tegak lurus, hal mana mengakibatkan suhu yang selalu panas. Ciri Arsitektur
Tradisional yang berkaitan dengan iklim yang panas misalnya atap yang mempunyai sudut yang
tidak terlalu landai. Disamping itu ruang-ruang yang terbuka, dimana dinding tidak menutup rapat
ke bidang bawah atau lanmgit-langit memungkinkan ventilasi yang leluasa, hal mana

6
mempertinggi comfort dalam ruang. Dinding atau bidang kaca yang berlebihan, apalagi tidak di
lindungi terhadap sinar matahari langsung, dan hujan tidak sesuai untuk iklim tropis. Kita sering
menggunakan air conditioning untuk ruang-ruang yang jika direncanakan dengan tepat
sebenarnya tidak memerlukannya. Energy yang diperlukan untuk air conditioning cukup besar.
Dalam Negara yang sedang menganjurkan hemat energy, hendaknya penggunaan air conditioning
juga dibatasi. Rumah Tradisional Jawa dan Bali merupakan open air habitation.
2.1.1 Arsitektur adalah produk dari kebudayaan
Kalau seseorang dapat menerima bahwa arsitektur adalah wadah kegiatan. Tidaklah sukar untuk
mengerti anggapan pada butir ini. Selama diikuti dengan pngertian bahwa arsitektur adalah
bagian dari kebudayaan (dan saling mempengaruhi). Kita akan lebih mudah mengamati kejadian-
kejadian di masyarakat. Kesulitan akan timbul bila di sertai dengan pendapat bahwa arsitektur
adalah hardware sedangkan kebudayaan adalah software.
Dalam dunia computer hal ini dapat dipahami,namun tidak di dunia bangunan. Arsitektur dalam
dunia bangunan sudah menyimpan program-program tertentu yang sewaktu waktu dapat
dimainkan. program-prpgram ini pada saat tertentu dapat menghasilkan penampilan yang
bersuasana gembira,khusus,atau bahkan mendirikan bulu roma.
2.1.2 Arsitektur adalah Alat Ungkap dari Kehidupan Masyarakat
Tersirat dalam anggapan ini adalah bahwa arsitektur juga merupakan media komunikasi bagi
masyarakatnya. Sebelum diketemukannya alat cetak, semua benda buatan manusia menjadi
buku untuk menitipkan pesan-pesan social. Paradigma nilai-nilai, moral, dan lain-lain adalah
pesan yang harus dimengerti oleh anggota masyarakat.
Bangunan, sebagai benda terbesar, adalah : buku dengan format yang ideal bagi penulisan
semacam ini. Makin canggih sebuah masyarakat, makin sarat pula pesannya diletakkan pada
bangunannya. Kemajuan teknologi komunikasi telah membebaskan bangunan dari beban-beban
diatas. Namun juga demikian masih tetap diakui bahwa bagaimanapunjuga bangunan merupakan
media komunikasi yang efektif bagi manusia..
2.1.3 LANDASAN ARSITEKTUR INDONESIA
Arsitektur Indonesia adalah arsitektur yang memenuhi kebutuhan manusia Indonesia. Persoalan
akan segera bergeser menuju kebutuhan akan perumusan kebutuhan manusia Indonesia ini.Lalu
siapakah yang menetapkan kebutuhan manusia Indonesia ini? Manusia Indonesia seluruhnya,
atau diwakilkan saja pada para arsitek, atau para ahli perumus kebutuhan manusia yang sekarang
ini agaknya sedang berbunga-bunganya? Para perumus kebutuhan manusia Indonesia inilah yang
biasa disebut kaum cerdik cendekiawannya, baik yang terdiri dari kaum teknokrat maupun apa
yang disebut intelektual yang sangat heterogen, terbesar, dan sering anti struktur. Persoalan jadi :

7
apakah perumus kebutuhan manusia Indonesia yang diwakili oleh para cerdik cendekiawan ini
sampai sekarang sudah bisa dikatakan benar-benar mewakili kebutuhan manusia Indonesia?
Karenanya, maka pembicaraan tentang landasan kebutuhan manusia Indonesia sebagaimana
diungkapkan oleh para cerdik cendekianya.
Angka rata-rata diatas memang tidak terlalu merisaukan bagi lungkungan tadisional, yang
ekologinya masih baik dengan lahan yang longgar dan bahan bangunan yang alami. Walau
demikian, lain halnya bagi para penjajah Belanda. Gaya disesuaikan dengan iklim topis.
Plafonnya tinggi, dindingnya tebal, lubang ventilasi ditempatkan di berbagai sudut. Pada rumah
tinggal, jendela-jendela lebar berkisi diberi tritis. Yang menarik adalah berandanya yang sangat
luas, mencakup antara 25 sampai 35 persen dari luas bangunan, sebuah konsep ruang hasil
adaptasi terhadap ruang serambi pada arsitektur tadisional Nusantara. Antara rumah induk dan
dapur atau bangunan kecil dihubungkan dengan selasar-selasar terbuka.
Arsitek colonial atau arsitektur Hindia-Belanda ini kemudian menjadi orientasi bagi para
pedagang pribumi, santri, Cina, dan priyayi. Pada tahap selanjutnya banyak rumah sakit dan
sekolah dibanun dengan gaya serupa.
Diantara karya-karya arsitektur tropis colonial ini, ternyata bias kita jimpai jenis arsitektur tropis
yang Indonesia. Ambilah contoh kampus ITB (Institut Teknologi Bandung) yang dirancang Mc.
Laine Pont. Yang sangat Indonesia dan berfungsi untuk social budaya modern adalah Teater
Sobokarti di Semarang. Ini dirancang oleh Thomas Karsten dengan konsep yang dia tulis dalam
sebuah artikel di JAwa pada tahun 1921. Berdenah teater romawi, tapi seluruh ekpresi
arsitekturnya adalah arsitektur Jawa dan tropis. Hat\rus diakui, arsitek Belanda pencinta arsitektur
tradisional Indonesia yang menyempal ini, ternyata sangat serius dalam penyiasati iklim tropis.

2.2. Arsitektur Klasik

Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang
terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur klasik juga
banyak memiliki napas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan
struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna.
Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara
formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis
langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalama beberapa alasan, jenis arsitektur ini
dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah
penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, dsb). Untuk

8
alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin
dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit.
Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci. Beberapa peradaban yang
tumbuh dari batu dan lumpur turut memperkaya ragam bentuk Arsitektur Klasik, misalnya candi
dan kuburan orang-orang Mesir.Bentuk-bentuk arsitektur klasik masih eksis hingga saat ini dan
diadopsi dalam bangunan-bangunan modern. Pilar-pilar besar, bentuk lengkung di atas pintu, atap
kubah, dsb adalah sebagian ciri Arsitektur Klasik. Ornamen-ornamen ukiran yang rumit dan
detail juga kerap menghiasi gedung-gedung yang dibangun di masa sekarang.
Arsitektur Klasik (Classic) memberikan kesan yang anggun dan mewah. Ciri khas arsitektur
klasik yaitu pada pilar-pilar, ornament, dan profil-profil yang yang berkembang pada saat
Kerajaan Romawi atau Yunani kuno. Bangunan dengan gaya klasik memiliki ukuran yang
melebihi kebutuhan fungsinya. Memiliki komposisi bangunan yang simetris dengan tata letak
jendela yang teratur (monoton).
Untuk desain interiornya, misalnya langit-langitnya memiliki ketinggan ideal 3.5 meter, sehingga
dapat mengekspresikan kemegahan. Bentuk lengkung dan lebar menjadi ciri khas pada tangga
rumah klasik. Setiap jenis ruangan dibuat terpisah dengan ukuran yang besar. Dinding dilapisi
motif floral atau garis sementara tirai jendela dipilih yang berbahan tebal dan menjuntai sampai
ke lantai. Furnitur pun dipercantik dengan teknik ukir, pahat dan penyepuhan yang membuatnya
semakin terlihat mewah. Bahan beludru dan brokat banyak diterapkan sebagai bahan penutup
untuk furnitur maupun tirai. Warna-warna sepertrti kuning keemasan, biru langit dan krem
banyak diterapkan pada ruang, furniture maupun elemen pelengkapnya.

2.2.1 Arsitektur Klasik Yunani


Yunani memiliki tioplogi wilayah berbukit yang memisahkan beberapa suku, kemudia suku-suku
tersebut mulai terorganisir dan membentuk suatu polis (negara kota) dan menjalankan
pemerintahan dengan cara demokrasi. Beberapa polis terkenal seperti Aegea, Athena, Doria,
Ionia, Myconos, Olimpia, Sparta, dll. Selain itu tipologi berbukit itu juga menjadikan Yunani
kaya akan batu, sehingga banyak material bangunan yang menggunakan batu

9
Gambar Edward Dodwell - View in Greece, menggambarkan suasana peradaban Yunani dahulu

Gambar reruntuhan agora di Athena


Yunani dalam perkembangan peradabannya pun cukup pesat, sudah lama mengenal tulisan dan
mulai mengembangkan rasio manusia. Masyarakat Yunani sudah lumrah dalam membicarakan
filsafat yang mengedepankan politik, sains, & seni dalam obrolannya sehari-hari. Selain itu
masyarakat Yunanipun memilki kepercayaan pagan politheisme dengan dewa tertinggi Zeus
(dewa langit), Poseidon (dewa laut), dan Hades (dewa bawah tanah).
Arsitektur vernakular Yunani adalah berupa megaron (rumah tinggal) yang terbuat dari kayu dan
menerapkan rasionaisme keindahan dalam desainnya. Megaron inilah yang kemudian menjadi
preseden dalam membuat arsitektur tradisional Yunani (baik itu berupa tempat pemerintahan,
tempat peribadatan, dll.) Partheon (kuil paganism Yunani) adalah salah satu contoh arsitektur
tradisional Yunani yang nantinya akan menjadi langgam arsitektur klasik Yunani dan masih
digunakan hingga kini.

10
Gambar megaron, Yunani

Gambar denah megaron dan Athens Parthenon


Arsitektur klasik Yunani selain partheon adalah agora (public space, selasar tempat masyarakat
bernteraksi yang terdapat di jalanan), bouleterion (balai dewan) gymnasium (sekolah), pastanium
(kantor walikota), stadion, & teather. Bangunan-bangunan di Yunani menggunakan prinsip post
linthel yang merupakan penemuan struktural pertama yakni dua kolom yang dapat mendukung
unsur horizontal. Stoa (kolom) merupakan elemen arsitektural estetis yang ditonjolkan sehingga
kedepannya di beberapa polis setiap kolom memiliki ciri khasnya sendiri seperti, doric (dari
Doria), ionic (dari Ionia), dan corintian (dari Corintia). Kolom-kolom tersebut dibangun
menggunakan rasionalitas masyarakat Yunani yang kemudian dibakukan dalam sebuah aturan
desain yakni golden section dan greek order.

11
Gambar Athens Treassure, Yunani, memperlihatkan struktur post linthel

12
Gambar reruntuhan dan perkiraan Tyre Agora, Yunani

Gambar detail stoa menurut greek order (dari kiri ke kanan, doric, ionic, corintian)

Filsafat berawal ketika manusia berusaha memahami dunia dengan menggunakan perangkat yang
melekat pada manusia (hati dan perasaan), bukan lagi semata keyakinan. Yakni kebenaran adalah
hal yang relatif, tergantung pada persepsi dan interpertasi manusia, dan kebenaran hanya dapat
diperoleh dengan cara mempertanyakan, menghaluskan pengertian, dan menguji. Beberapa
filusuf yang terkenal diantaranya Aristoteles, Democritus, Plato, Socrates, dll.
Filsafat dalam pemahamannya melahirkan paradigma baru mengenai kesempurnaan, suatu
persepsi yang banyak diimplementasikaan dalam kehidupan masyarakat Yunani, sedangkan untuk
desain persepsi tersebut berupa:

13
a. kualitas penghalusan dan pengujian karya manusia: puisi, musik, kriya, patung, dan
arsitektur tujuan setiap karya adalah bentuk, detil dan rekayasa yang mencerminkan
kesempurnaan manusia
b. keseimbangan simetri merupakan sesuatu yang ideal dalam arsitektur, bangunan
menampilkan keseimbangan antara elemen vertikal (kolom) dan elemen horisontal
(balok) antara aksi dan istirahat dan geometri yang sempurna.

2.3. Arsitektur Modern


Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-
pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907)
yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik
lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman
tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni,
ketrampilan, dan teknologi.
Arsitektur modern pertama kali muncul dan dikenal dibarat bersamaan dengan revolusi industri
(1760-1870), selain berdampak terhadap perkembangan teknologi juga berdampak pada
perkembangan budaya dan sosial-politik. Dalam penerapannya era perkembangan arsitektur ini
disesuaikan dengan warna dan corek arsitektur yang sesuai dengan zaman tersebut.
Masa era arsitektur moderen juga bisa disebut masa peralihan, yaitu masa peralihan dari
primitive, tradisional, neo klasik (abad ke-20) menuju masa corak design arsitektur yang lebih
maju (abad ke-21). Masa peralihan ini pun nantinya akan terus belanjut dari satu era corak
arsitektur yang satu ke masa arsitektur yang lainnya (yang lebih pas atau cocok dengan
zamannya). Era arsitektur moderen ini ditandai dengan penyederhanaan ide-ide design dari ide-
ide design yang berbentuk yang rumit dan bertele-tele. Arsitektur modern itu timbul karena
adanya kemajuan dalam bidang teknologi yang membuat manusia cenderung untuk sesuatu yang
ekonomis, mudah dan bagus. Hal itu dapat dilihat dari adanya penemuan penemuan seperti
dinamit yang memudahkan manusia untuk menggali lubang atau penggunaan mesin yang dapat
mempercepat produksi dan menghemat tenaga manusia. Tapi itu semua tidak membuat manusia
senang karena penggunaanya yang disalahgunakan, karena dinamit yang mestinya membantu
manusia malah mencelakakan manusia, yang memudahkan manusia malah menyulitkan manusia
itu sendiri. Berarti apa yang dibuat didalam jaman modern itu belum tentu bagus/masih ada
kekurangannya. Dikatakan masih ada kekurangannya karena yang diciptakan manusia itu pada
dasarnya tidak ada yang sempurna selain itu penggunaan yang disalah gunakan bisa membuat
karya manusia itu berbalik menjatuhkan manusia itu sendiri.

14
Arsitektur Modern sebelum Perang Dunia I dimulai dengan adanya pengaruh Art Nouveau yang
banyak menampilkan keindahan plastisitas alam, dilanjutkan dengan pengaruh Art Deco yang
lebih mengekspresikan kekaguman manusia terhadap kemajuan teknologi. Konsep tersebut
kemudian dimanifestasikan ke dalam media arsitektur dan seni, serta gaya hidup. Arsitektur
modern adalah suatu istilah yang diberikan kepada sejumlah bangunan dengan gaya karakteristik
serupa, yang mengutamakan kesederhanaan bentuk dan menghapus segala macam ornamen.
Pertama muncul pada sekitar tahun 1900. Pada tahun 1940 gaya ini telah diperkuat dan dikenali
dengan Gaya Internasional dan menjadi bangunan yang dominan untuk beberapa dekade dalam
abad ke 20 ini.
Asal dan karakteritis arsitektur modern sampai sekarang ini masih di perdebatkan dalam kalangan
arsitek. Beberapa sejarawan melihat perkembangan arsitektur modern sebagai perihal sosial yang
kelat kaitannya terhadap pembaharuan dan keringanan, suatu hasil dari perkembangan sosial dan
politis. Arsitektur lainnya yang melihat gaya modern sebagai sesuatu yang di kendalikan oleh
teknologi dan pengembangan produk dan dengan munculnya bahan-bahan yang dipakai dalam
membangun gaya bangunan modern seperti material besi, baja, kaca dan beton menambahkan
pengetahuan bahwa gaya modern adalah sebuah penemuan baru dalam bidanga Revolusi Industri.
Pada tahun 1796, Shrewsbury dengan gaya desainnya ohwis yang tahan api, yang mana gaya ini
bersandar pada besi cor dan batu bata. Konstruksi seperti itu sangat memperkuat struktur
bangunan, yang memungkinkan mereka untuk mengakomodasi banyak mesin yang lebih besar.
Sejarawan lain menghormati pandangan modern sebagai suatu reaksi melawan terhadap gaya
ekletik dan mencurahkan perhatian mereka kepada gaya Jaman Victorian dan gaya Seni Nouveau.
Pada tahun 1900 sejumlah arsitek di seluruh muka bumi mulai mengembangkan gaya arsitektur
mereka beralih dari arsitektur yang klasik ( Gotik sebagai contoh) dengan berbagai kemungkinan
teknologi baru. Arsitek Louis Sullivan dan Frank Llyod Wright di Chicago, Viktor Horta di
Brussels, Antoni Gaudi di Barselona, Otto Wagner di Vienna dan Charles Rennie Mackintosh di
Glasgow, dan masih banyak lagi arsitektur modern lainnya berusaha membangun gaya modern
pada bangunan dengan meninggalkan gaya lama.
Sejak tahun 1920 yang paling terpenting dalam gaya bangunan adalah gaya arsitektur modern
yang telah menetapkan reputasi mereka. Tiga arsitektur modern terbesar adalah Le Corbusier di
Perancis, Mies van der Rohe dan Walter Gropius di Negara Jerman. Mies van der Rohe dan
Gropius keduanya adalah arsitektur yang menangani gaya Bauhaus. Arsitek Frank Llyod Wright
sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur modern di Eropa. Wright adalah salah satu
dari sekian banyaknya arsitektur yang sangat berpengaruh dalam dunia perarsitekturan. Pada

15
tahun 1932 didakan pameran MOMA, Pameran Internasional Arsitektur Modern, yang
dilakasanakan oleh Philip Johnson dan kolaborator Henry-Russell Hitchcock.
Arsitektur moderen lebih banyak berhubungan dengan (form follows function). Gerakan modern
dalam arsitektur mencoba menjawab kekacauan mengenai peranan perencanan bangunan dengan
adanya pengaruh revolusi industri (akibat kurangnya pengertian tentang bagaimana tersebut
bekerja). Contohnya di Jepang sejarah desain parametrik banyak dikembang, dalam pergerakan
arsitektur yang dipelopori oleh Kenzo Tange. Dalam satu segi merupakan perkembangan dari
zaman keiayan (heroic period) dari hasil akhir Le Corbusier. Dan dari segi lain, yaitu mirip
dengan gerakan super sensualis (yang menggambarkan keabsolutan teknologi yang kontras
dengan nilai tradisional). Dimana aliran/Metabolisme Jepang ditempatkan pada tradisi ini, sebab
Jepang banyak mengambil ide dan image, dan kemudian secara sistematis menyempurnakannya
(sehingga pada umumnya hasilnya lebih baik dari sumber/asal dari ide tersebut).
Berikut ini adalah beberapa latar belakang yang mendasari munculnya arsitektur modern, yaitu
sebagai berikut :
Dalam dunia arsitektur seringkali terjadi perubahan yang selaras dengan perkembangan
teknologi, politik, sosial, ekonomi.

salah satu karya arsitektur modern

terjadinya spesialisasi dan terpisahnya dua keahlian, yaitu arsitek dalam hal fungsi; ruang dan
bentuk disatu pihak dan akhli struktur dan konstruksi dalam hal perhitungan dan pelaksanaan.

16
Masa jaya ini terjadi pada kurun waktu tahun (1880 1890) seiring dengan dimulainya revolusi
industry ke-dua, masa jaya ini ditandai dengan menggubah proses produksi yang tadinya
dilakukan diindustri rumahan digantikan dengan pabrik-pabrik besar, sehinnga melibatakan
mesin-mesin produksi secara besar-besaran guna mencapai hasil yang sesuai diinginkan dan
mempersingkat proses penyelesaian pembanggunan.
Masa ini juga mempengaruhi fungsi atau peran seorang Arsitek dalam keterlibatannya pada
prosese pembangunan. Dimana fungsi Arsitek yang pertama adalah memeperhitungkan bangunan
dari segi bentuk, fungsi, dan ruang. Dan peran yang ke-dua adalah sebagai pihak yang
menghitunggkan bangunan dari segi struktur dan kontruksi. Teori-teori Arsitektur ini lebih tertuju
menentang pada gagasan pemikiran teori Arsitektur Classik (Classicissm), diantaranya tokoh-
tokoh penentangnya adalah Pugin, Moris dan masih banyak lagi. Sebaliknya Teori ini lebih
menekan pada teori-teori yang berhubungan dengan fungsi banggunan (Fungsionalisme) dan
kesederhanaan bentuk dan ruang suatu bangunan (Purisme).
Karakteristik Arsitektur modern pada umumnya adalah :
a. Suatu penolakan terhadap gaya lama.
b. Suatu yang mengadopsi prinsip bahwa bahan dan fungsi sangatlah menentukan
hasil dalam suatu bangunan.
c. Suatu yang menyangkut tentang mesin.
d. Menolak adanya bordiran atau ukiran dalam bangunan.
e. Menyederhanakan bangunan sehingga format detail menjadi tidak perlu.
f. Terjadinya spesialisasi dan terpisahnya dua keahlian, yaitu arsitek dalam hal
fungsi; ruang dan bentuk disatu pihak dan akhli struktur dan konstruksi dalam hal
perhitungan dan pelaksanaan.
g. Perubahan dalam kebudayaan ditandai dengan style neo clasic yang semakin
pudar, menuju ke arah Form follow function.
h. Ornamen diyakini sebagai suatu kejahatan karena dianggap tempelan dari ukiran
dan merupakan kebenaran palsu, yang hal ini diungkapkan oleh Adolf Loos.

Kondisi arsitektur modern dipenuhi dengan ambisi, ketegangan, hilangnya referensi lama, dan
juga ketergeseran akan nilai kemanusiaan karena adanya industrialistis yang mendominasi
kehidupan pada saat itu.
a. Mengenai bentuk ruang lebih menekankan pada fungsi dan kegunaan ruang.
b. Bentuk bangunan cenderung kubisme, geometris, asimetri dan bukan merupakan masa.
c. Sederhana, teratur, seragam, bersih dan anti ornamen.

17
d. Konstruksi terekspose baik itu material struktur yang terfabrikasio maupun
konvensional.
e. Interior dan eksterior bangunan terdiri dari garis-garis vertikal, asimetri dan teratur.
f. Tidak berhubungan dengan sejarah masa lalu, berdiri sendiri sesuai dengan
perkembangan iptek.
g. Bersifat universal karena adanya industrialisasi, ilmu pengetahuan, teknologi serta
manusianya yang universal.

Beberapa pendapat tentang arsitektur Modern :


a. Bentuk mengikuti fungsi ( Form follows function ) yang dicetuskan oleh pemahat Horatio
Greenough atau yang lebih dikenal sebagai Louis Sullivan.
b. Sedikit adalah lebih (Less is more) di umumkan oleh Arsitek Mies van der Rohe.
c. Sedikit adalah lebih dan lebih adalah terlalu banyak (Less is more only when more is too
much ) yang dikatakan oleh Frank Llyod Wright.
d. Sedikit itu membosankan (Less is a bore) yang dicetuskan oleh Robert Venturi, pelopor
arsitektur Postmodern sebagai jawaban atas Gaya Internasional yang tidak menarik yang
dipopulerkan oleh Mies van der Rohe
2.4. Arisitektur Postmodern
Istilah Post-Modern mulai dikenal pada pertengahan tahun 1970-an. Secara umum, istilah Post-
Modern merupakan reaksi terhadap Modernisme. Sehingga kaduanya tidak dapat dipisahkan dan
saling berhubungan.
Arsitektur Post-Modern merupakan kelanjutan atau perkembangan dari arsitektur modern. Pada
dasarnya Arsitektur Post-Modern muncul akibat terjadinya kejenuhan terhadap karya-karya
arsitektur modern yang lebih menonjolkan fungsi dari pada estetika pada suatu bangunan. Hal ini
menunjukan bahwa dasar filosofi dan teori Arsitektur Modern sudah tidak relevan aau sesuai
dengan tuntutan zaman.

18
Salah Satu contoh karya arsitektur post modern

Pada tahun 1960-1970 gerakan Arsitektur Modern mulai memperlihatkan tanda-tanda berakhir.
Berakhirnya era Arsitektur Modern ini diawali dengan dihancurkannya Pruitt-Igoe Housing di
kota St. Louis, Negara bagian Missouri, Amerika Serikat, pada tanggal 15 Juli 1972 jam 15.32
(Jenks, 1984).Yang menjadi ciri pokok dari desain arsitektur post modern yaitu anti rasional dan
neo-sculptural, berbeda dengan Arsitektur modern yang rasional dan fungsional.
Arsitektur Post Modern adalah arsitektur yang menyatu-padukan Art dan Science, Craft dan
Technology, Internasional dan Lokal yang merupakan hasil perkembangan sumber daya manusia
terhadap arsitektur modern.
Alasan banyak pihak meninggalkan Arsitektur Modern, meliputi:
a. Tidak ada muatan yang kaya/luas, miskin akan makna, memiskinkan bahasa arsitektur
pada bentuk dan pada level konten/isi. Tidak mampu berkomunikasi efektif dengan
penggunanya.
b. Tidak memiliki memori, dan tidak memiliki hubungan yang efektif dengan kota dan
sejarah. Terlalu logis dan rasional. Kurang memperhatikan nilai-nilai masyarakat, faktor
lingkungan dan emosi manusia.Bertentangan dengan tradisi/anti klasik. Menolak
ornamen dan dekorasi.

19
c. Tidak diketahui keberadaan/ciri khusus suatu bangunan atau tidak berkonteks.
Menciptakan kota tanpa karakter, karena kemonotonan warna putih dan bentuk yang
kotak.
2.4.1. Teori teori Post Modern :
a. Robert Venturi (1966).
b. Charles Jencks (1977-1992).
c. Heinrich Klotz (1988).
d. Kisho Kurokawa (1991).

Di dalam dunia arsitektur post modern menunjuk pada suatu proses atau kegiatan dan dapat
dianggap sebagai sebuah langgam, yakni postmodern. Dalam kenyataan hasil karya arsitekturnya,
langgam ini muncul dalam tiga versi/sub-langgam yakni Purna Modern, Neo Modern dan
Dekonstruksi. Mengingat bahwa masing masing pemakai dan pengikut dari sub-langgam/versi
tersebut cendrung tidak peduli pada versi/sub-langgam yang lain, maka masing-masing
menamakannya langgam purna-modern, langgam neo-modern dan langgam dekonstruksi.

20
BAB III
PENUTUP

3.1. kesimpulan
Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, dan ia merupakan ungkapan fisik dan
peninggalan budaya dari suatu masyarakat dalam batasan tempat dan waktu tertentu. Dari dahulu
sampai sekarang bahkan yang akan datang, arsitektur akan selalu berkembang dalam bentuk
semakin kompleks, sejalan dengan perkembangan peradaban dan budaya termasuk ilmu
pengetahuan, teknologi dan tuntutan kebutuhan manusia baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Arsitektur terbagi atas beberapa yaitu:
a. Arsitektur tradisional
b. Arsitektur klasik
c. Arsitektur modern
d. Arsitektur postmodern
Masing masing ciri arsitektur di atas memiliki perbedaan. Berikut adalah perbedaannya.
CIRI TRADISIONAL KLASK MODERN POSTMODERN
ATAP Beradaptasi Menyesuaikan Biasanya rata Menyesuaikan
dengan iklim dengan (cor dek) dengan
(curam) lingkungan lingkungan
Ornamen Memiliki Memiliki Anti ornament Memiliki
ornamen ornament ornament
Material Material berasal Material berasal Material berasal Material berasal
dari alam sekitar dari alam sekitar dari pabrik dari pabrik (seng,
(seng, baja, dll) baja, dll)

21
Daftar Pustaka
Internet:
Contoh kata pengantar. http://belajarpsikologi.com/kata-pengantar-contoh-kata-pengantar/ (diakses 28
Desember 2014)
Arsitektur Modern. http://blog.propertykita.com/arsitektur/ciri-khas-gaya-arsitektur-modern/ (diakses 28
Desember 2014)
Arsitektur Postmodern. http://edupaint.com/jelajah/cipta-dan-karya/6356-sejarah-arsitektur-post-
modern.html
https://ffredo.wordpress.com/category/sejarah-arsitektur/
http://sigitsetyoutomo.blogspot.com/

22

Anda mungkin juga menyukai