Anda di halaman 1dari 6

hasil penelitian

Aplikasi Sistem Skor Stroke Dave dan Djoenaidi (SSSDD)


untuk Membedakan Stroke Hemoragik
dan Stroke Iskemik
David Gunawan Umbas
Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin / RS Dr.Wahidin Sudirohusodo,
Makassar, Indonesia

ABSTRAK
Pendahuluan: Tatalaksana stroke akut yang cepat dan tepat sangat bergantung kepada kecepatan diagnosis jenis stroke, agar dapat
menurunkan mortalitas dan morbiditasnya. Diperlukan cara yang cepat membedakan stroke hemoragik (SH) dan stroke iskemik (SI), terutama
jika fasilitas neuroimaging tidak tersedia pada saat fase akut stroke. Tujuan: Menilai ketepatan skor stroke berdasarkan 5 variabel: tekanan
darah (TD), aktivitas, nyeri kepala, muntah, dan tingkat kesadaran dalam membedakan SH dan SI. Metode: Penelitian cross-sectional
terhadap 185 penderita stroke yang masuk rumah sakit pendidikan FK-UNHAS RSWS dan jejaringnya di Makassar periode Januari-Juni 2014.
Total skor dari 5 komponen SSSDD diuji validitasnya terhadap hasil CT scan kepala, komponen tekanan darah dan aktivitas menggunakan tes
chi square (X test), komponen nyeri kepala, muntah, dan penurunan kesadaran menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov; dilakukan uji nilai
prediksi positif, nilai prediksi negatif, sensitivitas, spesifisitas, akurasi, dan area under the curve (AUC). Total skor dinilai cut-offnya berdasarkan kurva
receiver operating characteristic (ROC) untuk membedakan SH dan SI. Hasil: Cut-off point SSSDD 17 adalah SH dan <17 adalah SI, dengan nilai
prediksi positif 89,4%, nilai prediksi negatif 90,1%, sensitivitas 90,3%, spesifisitas 89,1%, akurasi 89,7%, dan AUC 97,3%. Simpulan: SSSDD dapat
membedakan SH dan SI dengan nilai diagnostik yang baik.

Kata Kunci: Stroke hemoragik, stroke iskemik, SSSDD

ABSTRACT
Introduction: Management of acute stroke quickly and accurately depends on the accuracy of diagnosis to reduce mortality and morbidity.
A rapid assessment to differentiate hemorrhagic stroke (SH) and ischemic stroke (SI) is needed, especially if neuroimaging facilities are not
available. Objective: To assess the accuracy of stroke score based on five clinical variables: blood pressure, activity, headache, vomiting, and
consciousness level to distinguish hemorrhagic and ischemic stroke. Method: A cross-sectionalstudywas performed on 185 acute stroke
patients admitted to Hasanuddin University Teaching Hospitals from January to June 2014. Total score of the 5 components of SSSDD are
validated against head CT scan, blood pressure and activity variables using chi square test (X2 test), while headache, vomiting, and loss of
consciousness using Kolmogorov-Smirnov test; the positive predictive value, negative predictive value, sensitivity, specificity, accuracy, AUC
were determined. The cut-off point of total score to differentiate hemorrhagic stroke (SH) and ischemic stroke (SI) was analyzed using ROC
curve. Result: SSSDD point 17 is SH and <17 is SI, with positive predictive value of 89.4%, negative predictive value of 90.1%, sensitivity of
90.3%, specificity of 89.1%, accuracy of 89.7%, and AUC 97.3%. Conclusion: SSSDD can be used to distinguish SH and SI with good diagnostic
value. David Gunawan Umbas. Dave and Djoenaidi Stroke Score System (SSSDD) Application to Differentiate Haemorrhagic Stroke
and Ischaemic Stroke.

Keywords: Haemorrhagic stroke, ischaemic stroke, SSSDD

PENDAHULUAN Centre for Disease Control and Prevention (CDC) prevalensi sebesar 7 juta orang (3%)4 dan
Stroke merupakan penyebab kematian kedua di Amerika Serikat melaporkan bahwa stroke kematian sebesar 133.750 jiwa.2,3 Sedangkan
di dunia setelah penyakit jantung iskemik/ menjadi penyebab kematian keempat setelah menurut data profil kesehatan Indonesia
koroner, dengan angka kematian sebesar penyakit jantung, kanker, dan penyakit pada tahun 2008, stroke merupakan penye
6,15 juta jiwa atau 10,8%.1 Pada tahun 2008, kronik saluran pernapasan bawah, dengan bab kematian urutan pertama di Indonesia.2

Alamat korespondensi email: davegunawan_umbas@yahoo.com

CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015 647


hasil penelitian

Di dunia, 15 juta orang menderita stroke se 12 variabel pada skor stroke Djoenaidi Widjaja Kriteria Inklusi: 1). Semua penderita stroke
tiap tahun, sepertiganya meninggal, sepertiga 1988, yaitu tekanan darah, aktivitas, nyeri akut yang masuk rumah sakit dengan onset
mengalami cacat permanen.3 Setiap tahun, kepala, muntah, dan kesadaran, agar 72 jam dengan informed consent yang
sekitar 795.000 orang menderita serangan pemeriksaan lebih mudah dilakukan oleh ditandatangani oleh subjek/walinya; 2). Data
stroke, sekitar 610.000 merupakan serangan kalangan dokter spesialis dan dokter umum autoanamnesis dan heteroanamnesis pasien
pertama dan 185.000 serangan berulang. serta paramedis. Hasil penelitiannya cukup dan keluarga/wali yang menyaksikan saat
Angka mortalitas tahun 2009 menunjukkan membantu para dokter yang bertugas di onset; 3). Disertai hasil CT scan kepala yang
bahwa sekitar 1 dari setiap 19 kematian tempat yang belum memiliki CT scan; cut-off dibaca ahli radiologi.
adalah akibat stroke. Rata-rata, setiap 40 detik point 15 menghasilkan sensitivitas 91,83%,
terjadi 1 kasus stroke dan setiap 4 menit ada 1 spesifisitas 87%, dan akurasi 88,65%, yang Kriteria Eksklusi: 1). Penderita pernah
orang meninggal karena stroke.5 berarti skor 15 adalah SH dan <15 adalah mengalami transient ischaemic attack (TIA)/
SI.10 stroke; 2). Penderita pernah mengalami
Data Indonesia menunjukkan kecenderu trauma kepala dalam 3 bulan terakhir; 3).
ngan peningkatan kejadian, kecacatan, Tujuan Penelitian Penderita mempunyai riwayat tumor otak.
ataupun kematian akibat stroke.6,7 Prevalensi Tujuan Umum
stroke adalah 8,3 per 1000 penduduk.8 Sistem skor stroke Dave and Djoenaidi dapat Sistem skor klinis dinilai di IGD (Instalasi
Insidens stroke di Indonesia sebesar digunakan untuk membedakan SH dan SI Gawat Darurat) dan keterangan gejala klinis
51,6/100.000 penduduk.7 Menurut Yayasan oleh dokter layanan primer dan saraf di digali sejak di tempat kejadian (Lampiran 1):
Stroke Indonesia, diperkirakan setiap tahun rumah sakit yang tidak mempunyai fasilitas
500.000 penduduk terkena serangan stroke, CT scan. 1. Tekanan darah diukur di IGD dengan
sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal tensimeter air raksa sebanyak 3 kali kemu
dan sisanya mengalami cacat ringan atau Tujuan Khusus dian diambil reratanya. Nilai 200/100
berat.2 Di Indonesia, prevalensi stroke ter 1. Menentukan variabel: kesadaran, nyeri mmHg diberi skor 7,5; <200/100 mmHg di
diagnosis tenaga kesehatan dan gejala ter kepala, tekanan darah, muntah, dan aktivitas beri skor 1.
tinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9), sebagai komponen prediktor sistem skor
Yogyakarta (16,9), Sulawesi Tengah stroke. 2. Aktivitas menjelang saat serangan:
(16,6), diikuti Jawa Timur (16).9 Stroke 2. Menemukan cut-off point skor yang jika ada aktivitas diberi skor 6,5, bila tidak
menyerang usia produktif dan usia lanjut, bermakna untuk membedakan SH dan SI. beraktivitas sama sekali, yaitu belum bangun
berpotensi menimbulkan masalah besar 3. Menemukan area under the curve yang dari tempat tidur, diberi skor 1.
dalam pembangunan kesehatan nasional. baik.
Meskipun angka kecacatan jelas menurun 4. Menemukan nilai prediksi positif, nilai 3. Nyeri kepala saat serangan/saat pasien
di negara-negara maju, sebaliknya dengan prediksi negatif, sensitivitas, dan spesifisitas diperiksa di IGD dinilai secara kuantitatif
yang terjadi di negara berkembang bahkan serta akurasi yang baik dalam membedakan menggunakan Numeric Pain Rating Scale
meningkat.6 diagnosis SH dan SI. (NPRS) untuk pasien dengan Glasgow Coma
Scale (GCS) 15, dan pemeriksaan kualitatif
Di era modern teknologi tinggi kedokteran, Manfaat Penelitian disetarakan dengan NPRS bagi pasien
diagnosis stroke menggunakan alat diagnostik 1. Aspek Aplikatif dengan GCS 3-14.
canggih, saat ini akurasi multi slice CT scan Hasil penelitian ini dapat digunakan/
dan magnetic resonance imaging (MRI) diaplikasikan untuk menentukan diagnosis a). Nyeri Kuantitatif dengan auto-
untuk deteksi stroke sangat baik. Namun, stroke dalam praktik klinis sehari-hari. anamnesis:
pada situasi tertentu, terutama pra-hospital - Tidak Nyeri : skala 0, diberi skor 0
atau pada dokter layanan primer, sangat 2. Aspek Pelaporan Statistik - Nyeri Ringan : skala 13, diberi skor 1
dibutuhkan suatu alternatif sistem skor Hasil penelitian ini dapat membantu - Nyeri Sedang : skala 46, diberi skor 7,5
stroke yang dapat cepat dalam membeda mendapatkan angka kejadian/insidens dan - Nyeri Hebat : skala 710, diberi skor 10
kan stroke hemoragik (SH) dan stroke angka kematian/mortality rate penyakit stroke
iskemik (SI), sehingga jendela terapi tidak dan jenisnya dengan tepat. b). Nyeri Kualitatif dengan hetero-
terabaikan.10,11 Beberapa skor stroke pernah anamnesis, yaitu ditanyakan kepada
diteliti, antara lain Guys Hospital Score, Siriraj METODE keluarga/wali yang menyaksikan atau men
Stroke Score; di Indonesia antara lain skor Desain penelitian ini adalah cross-sectional, dengar keluhan pasien saat onset stroke dan
stroke Djoenaidi Widjaja (1988) yang memi dilakukan di beberapa rumah sakit pen disetarakan ke NPRS:
liki sensitivitas 91,3%, spesifisitas 82,4%, dan didikan departemen neurologi fakultas - Tidak Nyeri, yaitu apabila sama sekali
akurasi 87%, algoritma Gadjah Mada (Rusdin kedokteran universitas Hasanuddin di tidak ada keluhan nyeri yang dilontar
Lamsuddin, 1991) yang memiliki sensitivitas Makassar: RS Wahidin Sudirohusodo dan kan oleh pasien, nilai NPRS 0, diberi skor 0.
95%, spesifisitas 71,8%, dan akurasi 79,9%. jejaringnya, dan RS Grestelina. Penelitian - Nyeri Ringan, yaitu mengeluh nyeri
Pada tahun 1998 David Gunawan Umbas dilakukan pada bulan Januari 2014 sampai tanpa ada ekspresi nyeri, nilai NPRS 1-3,
menyeleksi 5 variabel paling bermakna dari Juni 2014. diberi skor 1.

648 CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015


hasil penelitian

- Nyeri Sedang, yaitu mengeluh nyeri Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian SH dan SI berdasarkan hasil CT scan kepala
kepala mengatakan aduh dan mem Hasil CT scan
perlihatkan ekspresi nyeri, tetapi tidak Variabel SH (n=93) SI (n=92)
sampai berontak menahan sakit, nilai N % N %
NPRS 46, diberi skor 7,5. Kelompok Umur
- Nyeri Hebat, yaitu mendengar pasien <35 tahun 1 1,08 2 2,17
mengeluh nyeri kepala mengatakan 35-44 tahun 9 9,68 9 9,78
aduh aduh sampai berteriak-teriak 45-54 tahun 24 25,8 20 21,74
dengan ekspresi sangat kesakitan, 55-64 tahun 33 35,48 20 21,74
meringis/meremas kepalanya/berontak, 65-74 tahun 20 21,5 30 32,61

nilai NPRS 710, diberi skor 10. 75-84 tahun 4 4,3 11 11,96
85 tahun 2 2,16 0 0
Jenis Kelamin
4. Muntah Proyektil dengan klasifikasi
Laki-laki 46 49,46 47 51,09
dari onset: langsung muntah sampai 1
Perempuan 47 50,54 45 48,91
jam diberi skor 10, muntah setelah >1 jam
sampai 24 jam diberi skor 7,5, muntah terjadi Tabel 2. Distribusi 5 variabel penelitian
>24 jam diberi skor 1, tidak muntah diberi 0. SH SI
Variabel Nilai p
N % N %
5. Penurunan Kesadaran: Hilang kesadaran Tekanan Darah
langsung sampai 1 jam setelah onset diberi 200/100 47 50,54 3 3,27 <0,001
skor 10, hilang kesadaran >1 jam sampai <200/110 46 49,46 89 96,73
24 jam setelah onset diberi skor 7,5, hilang Aktivitas
kesadaran >24 jam setelah onset diberi skor Beraktivitas 76 81,72 48 52,17 <0,001
1, tidak mengalami penurunan kesadaran Tidak Beraktivitas 17 18,28 44 47,83
(GCS 15) diberi skor 0. Nyeri Kepala
Sangat Hebat 14 15,05 7 7,61 <0,005

Skor total 5 komponen variabel diuji validi Hebat 33 35,48 17 18,47

tasnya terhadap CT scan kepala, komponen Ringan 15 16,13 34 36,96


Tidak Ada 31 33,34 34 36,96
tekanan darah dan aktivitas menggunakan
Muntah
tes chi square (X test), serta komponen nyeri
Langsung - <1 jam 15 16,13 1 1,09 <0,005
kepala, muntah, dan penurunan kesadaran
1 - 24 jam 19 20,43 7 7,61
menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov.
>24 jam 5 5,38 27 29,34
Dilakukan uji statistik nilai prediksi positif,
Tidak Ada 54 58,06 57 61,96
nilai prediksi negatif, sensitivitas, spesifisitas,
Penurunan Kesadaran
dan akurasi serta AUC-nya terhadap total skor
Langsung <1 jam 58 62,37 16 17,4 <0,001
dari tekanan darah, kesadaran, nyeri kepala, 1 - 24 jam 23 24,73 3 3,25
muntah, dan aktivitas. >24 jam 2 2,15 0 0
Tidak Ada 10 10,75 73 79,35
Uji statistik menggunakan SPSS versi 22.0.
19,32 jam setelah onset serangan stroke.
HASIL PENELITIAN
Subjek sebanyak 185 orang, terdiri atas 93 Pada penelitian ini: 1). Pada SH, tekanan
pasien SH dan 92 pasien SI. Kelompok darah saat masuk rumah sakit 200/110
umur 55-64 tahun tertinggi di kelompok mmHg hampir sama dengan yang <200/110
SH (35,48%), sedangkan di kelompok SI, mmHg, sedangkan pada SI, mayoritas
kelompok umur 65-74 tahun (32,61%) yang yang bertekanan darah <200/110 mmHg
tertinggi, dengan rata-rata umur 59,6 tahun (p<0,001); 2). Pada SH, serangan lebih banyak
(tabel 1). Rerata masuk rumah sakit adalah saat beraktivitas, yaitu sebesar 81,71%,

Gambar. Area under the curve


AUC = 97.3%

CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015 649


hasil penelitian

Tabel 3a. Cut-off point 17 untuk membedakan SH dan SI kan traksi selaput meningen dan pembuluh
Diagnosis darah di dalamnya.18,19
Total
SH SI
Cut-off 17 N 84 10 94 4. Muntah 24 jam didapatkan lebih
Point banyak pada SH dibandingkan pada SI,
Nilai Prediksi Positif 89,4% 10,6% 100%
Sensitivitas 90,3% 10,9% 50,8% yaitu 36,56% : 8,7% (p<0,005). Sahni juga
Akurasi 45,4% 5,4% 50,8% menemukan bahwa nyeri kepala dan
<17 N 9 82 91 muntah lebih banyak ditemukan pada
Nilai Prediksi Negatif 9,9% 90,1% 100% stroke perdarahan intraserebral dibanding
Spesifisitas 9,7% 89,1% 49,2%
stroke iskemik.20 Mekanisme muntah dapat
Akurasi 4,9% 44,3% 49,2%
oleh rangsang pusat muntah di dasar
Total Total N 93 92 185
ventrikel empat (fossa posterior) atau karena
peningkatan tekanan intrakranial (sirkulasi
% antara SH dan SI 50,3% 49,7% 100%
anterior).19
Tabel 3b. Cut-off point 17 untuk membedakan SH dan SI

95% Confidence Interval 5. Penurunan kesadaran 24 jam di


Risk Estimate Cut-Off Point 17 Value dapatkan lebih sering pada SH dibanding
Lower Upper
Odds Ratio for Cut-off 17 (1,00 / 2,00) 76,533 29,582 198,003 kan pada SI, yaitu 87,1% : 20,65% (p<0,001).
For Cohort KODEDIAGNOSIS = 1,0 9,035 4,841 16,865 Pada penelitian Widjaja (1988), kesadaran
For Cohort KODEDIAGNOSIS = 2,0 ,118 ,065 ,213 menurun langsung pada 18,2% kasus
N of Valid Cases 185 perdarahan intraserebral, sedangkan pada
31,8% kasus kesadaran menurun beberapa
berbanding 18,28% saat tak beraktivitas, tekanan darah 200/100 mmHg lebih banyak menit sampai beberapa jam.
sedangkan pada kasus SI hampir sama, ditemukan pada kasus SH.10-12
yaitu 52,17% : 47,83% (p<0,001); 3). Pada SH, Hasil uji lima variabel menghasilkan titik
nyeri kepala hebat lebih sering didapat 2. Aktivitas: Ditemukan bahwa persentase potong terbaik 17, yaitu jika jumlah skor
kan (35,48%), sedangkan pada SI persentase pasien dengan riwayat beraktivitas pada 17 maka diagnosis cenderung SH dengan
nyeri kepala ringan dan tidak ada nyeri penelitian ini lebih banyak pada SH diban odds ratio 76,53, dan jika jumlah skor <17
kepala lebih banyak, yaitu 36,96% (p<0,005); ding SI (p <0,001). Widjaja, Gunawan, dan diagnosisnya cenderung SI. Nilai sensitivitas
4). Pada SH, onset muntah 24 jam, di Rauf juga mendapatkan bahwa aktivitas saat 90,3%, spesifisitas 89,1%, nilai prediksi positif
dapatkan lebih banyak dibandingkan pada serangan SH lebih dominan.10,11,13 Aktivitas fisik 89,4%, nilai prediksi negatif 90,1%, dan akurasi
SI, yaitu 36,56% : 8,7% (p<0,005); 5). Pada sangat berhubungan dengan peningkatan 87,5%, serta AUC 97,3% (tabel 3 dan gambar
SH, penurunan kesadaran onset 24 jam, fungsi saraf simpatis, terjadi peningkatan 1), penemuan ini berbeda dengan hasil
didapatkan lebih banyak dibandingkan pada kadar norepinefrin, sehingga akan me penelitian sebelumnya dengan titik potong
SI, yaitu 87,1% : 20,65% (p<0,001) (tabel 2). ningkatkan curah jantung dan kemudian 15 yang dihitung manual.10 Sistem skor stroke
menaikkan tekanan darah.13 Aktivitas berat Dave and Djoenaidi (SSSDD) mempunyai
Penilaian statistik cut-off point 17 pada meningkatkan tekanan intraabdominal kelebihan mudah diaplikasikan dalam praktik
penelitian ini mempunyai nilai prediksi (manuver Valsava) dapat meningkatkan risiko sehari-hari dan hanya membutuhkan 5-10
positif 89,4%, nilai prediksi negatif 90,1%, stroke perdarahan.15.16 menit waktu pemeriksaan untuk dapat
sensitivitas 90,3%, spesifisitas 89,1%, dan membedakan jenis stroke.
akurasi 89,7%. 3. Nyeri kepala pada penelitian ini banyak
ditemukan pada penderita SH (66,66%), SIMPULAN
PEMBAHASAN dibanding SI (63,04%) (p <0,005). Hasil ini Pada penelitian ini, akurasi dan AUC
Pada penelitian ini, lima variabel untuk tidak jauh berbeda dari penelitian Abadi SSSDD dengan cut-off point 17 baik untuk
membedakan jenis stroke, yaitu tekanan V, et al, di mana pada 1411 pasien stroke, dapat membedakan SH dan SI sebelum
darah saat masuk rumah sakit, aktivitas saat nyeri kepala ditemukan lebih banyak pada pemeriksaan CT scan, sehingga tindakan/
serangan stroke, nyeri kepala, muntah, dan perdarahan intraserebral (46,3%) dibanding terapi stroke pada fase akut dapat segera
kesadaran. pada SI (13,5%).17 Pada kasus SI, nyeri dilakukan untuk mengejar jendela terapi,
kepala disebabkan stimulasi langsung agar dapat menurunkan tingkat morbiditas
1. Tekanan darah pasien saat masuk dinding pembuluh darah dan reseptor dan mortalitas stroke.
rumah sakit. Seperti halnya pada penelitian nyeri di sekitarnya oleh pembuluh darah
ini, penelitian Gunawan D (1998) yang yang tersumbat yang mengaktivasi sistem SARAN
memiliki sensitivitas 91,83%, spesifisitas 87%, trigeminovaskuler. Pada SH, nyeri kepala SSSDD dapat disosialisasikan untuk diguna
dan akurasi 88,65% dan Rauf N (2008) yang disebabkan oleh peningkatan tekanan kan, terutama di daerah yang belum memiliki
memiliki sensitivitas 82,4%, spesifisitas 86,8%, intrakranial akibat hematoma yang secara alat CT scan dan pada dokter layanan primer
dan akurasi 85,2% juga menemukan bahwa langsung atau tidak langsung menyebab agar tanda dan diagnosis stroke hemoragik

650 CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015


hasil penelitian

dan stroke iskemik dapat segera diketahui, sesuai jenis stroke. Hasil penelitian ini masih (multisenter) menggunakan sampel yang
sehingga penanganan pra-hospital dapat perlu validasi internal ataupun eksternal lebih besar.

daftar pustaka
1. World Health Organization. The top 10 causes of death [Internet]. 2011 [cited 2011 September 10]. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310_2008.pdf
2. Centres for Disease Control and Prevention. Stroke drops to fourth leading cause of death in 2008. CDC Media Relations: Press Release; 2010.
3. Jauch EC, Sever JL, Adams HP, Bruno A, Connor JJ, Demaerschalk BM, et al. Guidelines for the early management of patients with acute ischemic stroke: A guideline for healthcare
professionals from the American Heart Association/American Stroke Association. Stroke 2013; 44: 870-947.
4. Yayasan Stroke Indonesia. Stroke penyebab kematian urutan pertama di rumah sakit Indonesia [Internet]. 2012 [cited 2012 September 13]. Available from: http://www.yastroki.or.id/read.
php?id=276.
5. World Health Organization. The atlas of heart disease and stroke [Internet]. 2004 [cited 2004 September 13]. Available from: http://www.who.int/entity/cardiovascular_diseases/en/
cvd_atlas_15_burden_stroke.pdf?ua=1
6. Roger L, Go AS, Donal M, Jones L, Adams RJ, Berry JD, et al. AHA heart disease and stroke statistics update: A report from the American Heart Association. Circulation 2011; 123: 18-209.
doi: 10.1161/CIR.0b013e3182009701. [Epub 2010 Dec 15]
7. Go AS, Mozaffarian D, Roger VL, Benjamin EJ, Berry JD, Blaha MJ, et al. Heart disease and stroke statisticsupdate: A Report from the American Heart Association. Circulation 2014; 129(3):
28-292.
8. Aliah A. Analisis dinamika kadar interleukin-10 dan tumor necrosis factor alpha serum dan liquor serebrospinalis terhadap derajat klinis pada penderita SI akut [Disertasi]. Makassar:
Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin; 2005.
9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2013.
10. Gunawan D. Uji validasi sistem skor Widjaja yang disederhanakan untuk membedakan diagnosis stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik [Thesis]. Makassar: Universitas Hasanuddin;
1998.
11. Gunawan D. Kajian komponen klinis stroke dan kadar glial fibrillary acidic protein (GFAP) dalam membedakan stroke hemoragik dan stroke iskemik pada penderita stroke akut [Disertasi].
Makassar: Universitas Hasanuddin; 2014: 1-3, 27-43, 64-70.
12. Rauf N. Uji validasi skor stroke Hasanuddin untuk diagnosis klinik stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik dibandingkan dengan Siriraj stroke score dan algoritma Gadjah Mada
[Thesis]. Makassar: Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin; 2008.
13. Djoenaidi W. Sistem skor pada stroke. Makassar: KONAS IDASI; 1988.
14. McArdle WD, Katch FI, Katch VL. Essentials of exercise physiology. 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2011. pp. 326.
15. Anderson C, Ni Mhurchu C, Scott D, Bennett D, Jamrozik K, Hankey G, et al. Triggers of subarachnoid hemorrhage: Role of physical exertion, smoking, and alcohol in the Australasian
cooperative research on subarachnoid hemorrhage study (ACROSS). Stroke 2003; 34: 1771-6.
16. Matsuda M, Watanabe K, Saito A, Matsumura K, Ichikawa M. Circumstances, activities, and events precipitating aneurysmal subarachnoid hemorrhage. J Stroke Cerebrovasc Dis. 2007;
16(1): 25-9.
17. Abadie V, Jacquin A, Daubail B, Vialatte AL, Lainay C, Durier J, et al. Prevalence and prognostic value of headache on early mortality in acute stroke: The Dijon stroke registry. Cephalgia
[Internet]. 2014 [cited 2014 September 13]; 34(11). Available from: http://onlinedigeditions.com/article/Prevalence_And_Prognostic_Value_Of_Headache_On_Early_Mortality_In_
Acute_Stroke%3A_The_Dijon_Stroke_Registry/1826149/227227/article.html
18. Bogousslavsky J, Caplan L. Stroke syndrome. England: Cambridge University Press; 2001.
19. Caplan LR. Diagnosis and the clinical encounter. Caplans Stroke: A clinical approach. 4th ed. Elsevier Saunders; 2009; p.64-86.
20. Sahni R, Weinberger J. Management of intracerebral hemorrhage. Vasc Health Risk Manag. 2007; 3(5): 701-9.

CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015 651


hasil penelitian

Lampiran 1. Penilaian skor stroke Dave Djoenaidi


No. Variabel Skor
1. Penurunan Kesadaran
Langsung hilang saat serangan s/d <1 jam onset 10
1 jam - 24 jam onset 7,5
Hilang >24 jam 1
Hilang kesadaran sementara kemudian pulih kembali 1
Tidak ada (GCS 15) 0
2. Nyeri Kepala Saat Serangan
Sangat hebat (NPRS 7-10) 10
Sedang (NPRS 4-6) 7,5
Ringan (NPRS 1-3) 1
Tidak ada 0
3. Muntah Proyektil
Langsung saat onset s/d <1 jam 10
1 jam s/d <24 jam onset 7,5
24 jam onset 1
Tidak ada 0
4. Waktu Serangan
Sedang beraktivitas 6,5
Tidak beraktivitas 1
5. Tekanan Darah
200/110 mmHg 7,5
<200/<100 mmHg 1
Total Skor .....
Jika skor 17 adalah stroke hemoragik, dan bila <17 adalah stroke iskemik.

Lampiran 2. Diagnosis berdasarkan beberapa sistem skor stroke/algoritma dibandingkan CT Scan kepala (Gold Standard).
Sensitivitas Spesifisitas Akurasi
No. Peneliti
SH (%) SI (%) SH &SI (%)
1. Sandercock, 1985
SSSMod 81 88 -
2. Widjaja D, 1988
Skor Stroke Djoenaidi Widjaja 91,3 82,4 87
3. Aulina S, 1990
Skor Stroke Djoenaidi Widjaja 85,71 84,21 -
4. Poungvarin, 1991
SSSMod 89,3 92,2 90,3
5. Weit, 1994
GHS 70 64 -
6. Hawkins, 1995
SSSMod 68 64 -
7. Lamsudin R, 1996
Algoritma Gadjah Mada 95 71,8 79,9
8. Gunawan D, 1998
ModSSDW 91,83 87 88,65
9. Rauf N, 2008
ModSSDW 82,4 86,8 85,2
SSSMod 50 87,2 -
10. Algoritma Gadjah Mada 1991 82,1 67,4 73,2
SSSDD 2014 90,3 89,1 89,7

652 CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015

Anda mungkin juga menyukai