Anda di halaman 1dari 8

Pengamatan Transpirasi pada tanaman pacar air bertujuan untuk mengetahui pengaruh

lingkungan terhadap kecepatan transpirasi. Metodenya yaitu dengan meletakkan erlenmeyer


yang berisi tanaman pacar air 20 cm dari lampu 100 watt dan juga meletakkan erlenmeyer
ditempat gelap. Kemudian menimbang kedua erlenmeyer setiap 30 menit sekali. Dari hasil
pengamatan diperoleh kecepatan transpirasi pada tanaman yang diletakkan di ruangan yaitu
9,52 x 10-5 gr/menit/cm2 sedangkan kecepatan transpirasi pada tanaman yang diletakkan 20
cm dari lampu 100 watt, yakni sebesar 4,69 x 10-5 gram/menit/cm2. Hasil yang kami peroleh
tidak sesuai dengan teori , hal ini dikarenakan praktikan dalam meletakkan tanaman pacar air
pada ruangan tidak diletakkan pada bagian ruangan yang gelap. Namun, tanaman pacar air
diletakkan di atas meja yang sebagian besar juga menerima cahaya. Selain itu, jumlah daun
yang digunakan pada praktikum ini tidak dikontrol sehingga mempengaruhi hasil perhitungan
kecepatan transpirasi.

Kata Kunci: Transpirasi , Tanaman pacar air

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk
uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air prosesnya disebut
dengan transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan kejadian
yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang lainnya.
Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Disamping
mengeluarkan air dalam bentuk uap, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk
tetesan air yang prosesnya disebut dengan gutasi dengan melalui alat yang disebut dengan
hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai pada
species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan yang paling
utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah kita menjumpai
stomata paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal
membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dan
mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel
mesofil kerongga antar sel yang ada dalam daun (Wahab, 2013).
Pada dasarnya terjadinya transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah antara dua sel
penutup stomata, sehingga proses-proses yang menyebabkan membuka dna menutupnya
stomata menentukan besarnya transpirasi. Berbagai faktor lingkungan mempengaruhi proses
transpirasi di antaranya adalah radiasi cahaya, kelembaban, suhu, angin dan keadaan air
tanah.
Hal-hal di ataslah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini sehingga laporan
ini dapat dikerjakan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode
penimbangan.

C. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode
penimbangan.
BAB II
KAJIAN TEORI

Transpirasi ialah suatu proses hilangnya air dari tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap
air. Air diserap dari rambut akar tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke
semua bagian tumbuhan khususnya daun. Selain digunakan untuk proses fotosintesis, air
yang berlebih akan dibuang melalui proses transpirasi.
Berdasarkan tempatnya, transpirasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu transpirasi
kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Namun hampir 97% air dari tanaman
hilang melalui transpirasi stomata. (Heddy,1990).
Tiga tipe transpirasi yaitu:
a. Transpirasi Kutikula
Adalah evaporasi (penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan
transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui
daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.
b. Transpirasi Stomata
Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat
ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air
menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian
berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam
kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata
terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama
lembab.

c. Transpirasi Lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal
sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0,1 % dari total
transpirasi.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau
menguapkan pelarut. Proses evaporasi akan menurunkan aktivitas air dalam bahan hasil
pertanian, penurunan aktifitas air ini akan membuat bahan lebih awet karena proses
pertumbuhan pada mikroba akan terhambat. Bahan hasil pertanian merupakan bahan pangan
yang mudah rusak dan tidak tahan lama. Oleh karena itu butuh penanganan lebih lanjut seprti
evaporasi. Contoh produk hasil evaporasi adalah jam, jelly, gula pasir, kecap dan susu kental
manis.

Proses evaporasi selain berfungsi menurunkan aktivitas air, evaporasi juga dapat
meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan dan evaporasi akan memperkecil volume
larutan sehingga akan menghemat biaya pengepakan, penyimpanan, dan transportasi.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah yang didapatkan berdasarkan latar belakang diatas adalah:
-Bagaimana cara menghitung luas permukaan daun?
- Bagaimana cara mengetahui kecepatan evaporasi dari lembaran daun?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung luas permukaan daun dan mengetahui
kecepatan evaporasi dari lembaran daun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau


menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk,
meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan
aktivitas air aw (Praptiningsih 1999).

Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk:

Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum diproses lebih lanjut. Sebagai contoh
pada pengolahan gula diperlukan proses pengentalan nira tebu sebelum proses kristalisasi,
spray drying, drum drying dan lainnya

Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan dan
transportasi

Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid terlarut sehingga bahan
menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental manis (Wirakartakusumah, 1989)

Sebagai bagian dari suatu proses di dalam pabrik, alat evaporasi


mempunyai dua fungsi, yaitu merubah panas dan memindahkan uap yang
terbentuk dari bahan cair. Ketentuan-ketentuan penting pada praktek
evaporasi adalah :

1. Suhu maksimum yang diperkenankan yaitu sebagian besar dibawah


212 F.
2. Promosi perputaran bahan cair melalui permukaan pindah panas,
untuk mempertahankan koefisien pindah panas yang tinggi dan
untuk menghindari setiap pemanasan global yang terlalu tinggi.
3. Kekentalan bahan cair yang selalu meningkat dengan cepat karena
meningkatnya jumlah bahan yang tidak terlarut.
4. setiap kecenderungan untuk berbusa yang mempersulit pemisahan
bahan cair dengan uap

(Earle, 1982).

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi kecepatan pada proses


evaporasi adalah :

a. Kecepatan hantaran panas yang diuapkan ke bahan

b. Jumlah panas yang tersedia dalam penguapan

c. Suhu maksimu yang dapat dicapai

d. Tekanan yang terdapat dalam alat yang digunakan

e. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses penguapan.

(Earle, 1969)

Sedangkan menurut Buckle (1987), dalam prakteknya ada


beberapa faktor yang harus diperhatikan selama proses penguapan
meliputi :

1. sirkulasi udara sehingga proses penghantaran panas tinggi.


2. terjadinya kenaikan viskositas
3. terbentuknya deposit pada evaporator
4. kehilangan aroma

kelarutan zat padat.

Mekanisme kerja evaporator adalah steam yang dihasilkan oleh alat pemindah
panas, kemudian panas yang ada (steam) berpindah pada bahan atau larutan sehingga suhu
larutan akan naik sampai mencapai titik didih. Steam masih digunakan atau disuplay
sehingga terjadi peningkatan tekanan uap. Di dalam evaporator terdapat 3 bagian, yaitu:

1. Alat pemindah panas

Berfungsi untuk mnsuplai panas, baik panas sensibel (untuk menurunkan suhu) maupun
panas laten pada proses evaporasi. Sebagai medium pemanas umumnya digunakan uap jenuh.

2. Alat pemisah

Berfungsi untuk memisahkan uap dari cairan yang dikentalkan.


3. Alat pendingin

Berfungsi untuk mengkondnsasikan uap dan memisahkannya. Alat pendingin ini bisa
ditiadakan bila sistem bekerja pada tekanan atmosfer (Gaman, 1994).

Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam proses evaporasi

Selama proses evaporasi dapat terjadi perubahan-perubahan pada bahan, baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain
perubahan viskositas, kehilangan aroma, kerusakan komponen gizi, terjadinya pencokelatan
dll.

Pemekatan dapat dilakukan melalui penguapan, proses melalui membrane, dan


pemekatan beku. Peralatan yang digunakan untuk memindahkan panas ke bahan bermacam-
macam bentuk dan jenisnya. Penggunaan bermacam-macam peralatan ini akan berpengaruh
pada kemudahan penguapan dan retensi zat gizi. Pada waktu air menguap dan larutan
menjadi pekat, terjadi beberapa perubahan penting. Pertama zat terlarut reaktif menjadi lebih
pekat dan laju kerusakan kimiawi dapat meningkat. Kedua terjadikenaikan titik didih. Ketiga
viskositas larutan meningkat dengan tajam, jika viskositas meningkat, maka cairan menjadi
sulit dipanaskan. Kesulitan ini menyebabkan penyebaran suhu yang tidak seragam sehingga
dapat terjadi bercak panas dan hangus. Hal ini sangat mempengaruhi retensi zat gizi. Sebagai
contoh adalah susu dan produk olahannya yang merupakan produk umum dengan kadar
protein tinggi yang dipekatkan. Karena adanya gula reduksi kerusakan terjadi pada lisin.
Hasil riset tahum 1960 menunjukkan bahwa pada susu kental manis yang diolah dengan
retort pada suhu 113 C Selma 15 menit, retensi lisin yang tersedia adalah 80%. Sedangkan
pada susu kental manis yang tidak diolah dengan retort retensi lisin yang tersedia adalah
97%. Kerusakan vitamin pada proses pemekatan hamper tidak terjadi selama proses
pemekatan itu dilakukan dengan benar. Sari buah yang dikentalkan pada suhu rendah
menunjukkan retensi menunjukkan retensi vitamin C sebesar 92 97%. Thiamin adalah
perkecualian, selama pemekatan zat ini dapat mengalami susut sebesar 14 27%. Retensi zat
gizi juga dipengaruhi oleh lama waktu pemanasan larutan di dalam evaporator. Semakin lama
lama pemanasan maka retensi zat gizi semakin menurun (Tejasari, 1999)

Besarnya suhu dan tekanan evaporator sangat berpengaruh terhadap proses


penguapan cairan. Semakin tinggi maka semakin cepat proses evaporasi, tetapi dapat
menyebabkan kerusakan-kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bahan (Gaman, 1994).

Anda mungkin juga menyukai