BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk
uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air prosesnya disebut
dengan transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan kejadian
yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang lainnya.
Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Disamping
mengeluarkan air dalam bentuk uap, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk
tetesan air yang prosesnya disebut dengan gutasi dengan melalui alat yang disebut dengan
hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai pada
species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan yang paling
utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah kita menjumpai
stomata paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal
membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dan
mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel
mesofil kerongga antar sel yang ada dalam daun (Wahab, 2013).
Pada dasarnya terjadinya transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah antara dua sel
penutup stomata, sehingga proses-proses yang menyebabkan membuka dna menutupnya
stomata menentukan besarnya transpirasi. Berbagai faktor lingkungan mempengaruhi proses
transpirasi di antaranya adalah radiasi cahaya, kelembaban, suhu, angin dan keadaan air
tanah.
Hal-hal di ataslah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini sehingga laporan
ini dapat dikerjakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode
penimbangan.
C. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode
penimbangan.
BAB II
KAJIAN TEORI
Transpirasi ialah suatu proses hilangnya air dari tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap
air. Air diserap dari rambut akar tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke
semua bagian tumbuhan khususnya daun. Selain digunakan untuk proses fotosintesis, air
yang berlebih akan dibuang melalui proses transpirasi.
Berdasarkan tempatnya, transpirasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu transpirasi
kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Namun hampir 97% air dari tanaman
hilang melalui transpirasi stomata. (Heddy,1990).
Tiga tipe transpirasi yaitu:
a. Transpirasi Kutikula
Adalah evaporasi (penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan
transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui
daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.
b. Transpirasi Stomata
Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat
ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air
menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian
berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam
kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata
terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama
lembab.
c. Transpirasi Lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal
sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0,1 % dari total
transpirasi.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau
menguapkan pelarut. Proses evaporasi akan menurunkan aktivitas air dalam bahan hasil
pertanian, penurunan aktifitas air ini akan membuat bahan lebih awet karena proses
pertumbuhan pada mikroba akan terhambat. Bahan hasil pertanian merupakan bahan pangan
yang mudah rusak dan tidak tahan lama. Oleh karena itu butuh penanganan lebih lanjut seprti
evaporasi. Contoh produk hasil evaporasi adalah jam, jelly, gula pasir, kecap dan susu kental
manis.
Proses evaporasi selain berfungsi menurunkan aktivitas air, evaporasi juga dapat
meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan dan evaporasi akan memperkecil volume
larutan sehingga akan menghemat biaya pengepakan, penyimpanan, dan transportasi.
Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum diproses lebih lanjut. Sebagai contoh
pada pengolahan gula diperlukan proses pengentalan nira tebu sebelum proses kristalisasi,
spray drying, drum drying dan lainnya
Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan dan
transportasi
Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid terlarut sehingga bahan
menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental manis (Wirakartakusumah, 1989)
(Earle, 1982).
(Earle, 1969)
Mekanisme kerja evaporator adalah steam yang dihasilkan oleh alat pemindah
panas, kemudian panas yang ada (steam) berpindah pada bahan atau larutan sehingga suhu
larutan akan naik sampai mencapai titik didih. Steam masih digunakan atau disuplay
sehingga terjadi peningkatan tekanan uap. Di dalam evaporator terdapat 3 bagian, yaitu:
Berfungsi untuk mnsuplai panas, baik panas sensibel (untuk menurunkan suhu) maupun
panas laten pada proses evaporasi. Sebagai medium pemanas umumnya digunakan uap jenuh.
2. Alat pemisah
Berfungsi untuk mengkondnsasikan uap dan memisahkannya. Alat pendingin ini bisa
ditiadakan bila sistem bekerja pada tekanan atmosfer (Gaman, 1994).
Selama proses evaporasi dapat terjadi perubahan-perubahan pada bahan, baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain
perubahan viskositas, kehilangan aroma, kerusakan komponen gizi, terjadinya pencokelatan
dll.