Identifikasi Pasien
Nama Lengkap : Ny. S
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Natar
Anamnesa
Diambil dari autoanamnesis Tanggal : 09-07-2010 Jam : 13:00 WIB
Riwayat Penyakit
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Status Generalis
KEPALA
MUKA
- Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis.
LEHER
- Inspeksi : Tampak massa, trakea berada di tengah tidak deviasi, tidak ada
pembesaran KGB
- Palpasi : Massa lunak, berbatas tidak tegas tegas, nyeri tekan (-), bergerak
saat menelan.
- Perkusi : Tidak dilakukan
- Auskultasi : Bising tiroid (+)
THORAK
JANTUNG
GENITALIA EXTERNA
EKSTREMITAS
LABORATORIUM
Hb : 11.1 gr/dl
LED : 5 mm/jam
Leukosit : 7.100/ul
Diff count : 0/2/0/70/23/5
Natrium : 135 mmo/L
Kalium : 3.5 mmo/L
Kalsium : 7.0 mg/dl
Klorida : 102 mmo/L
DIAGNOSA SEMENTARA
Struma difusa toksik
DIAGNOSA BANDING
Struma nodusa toksik
Tiroiditis akut
PENATALAKSANAAN
Infus RL d50 20gtt/menit
PTU 3x100 Propanolol 2x1
Diet TKTP Neurodex 3x1
PEMERIKSAAN ANJURAN
T3 T4 TSH
Follow Up
Vital sign
- TD 120/50 mmHg 120/60 mmHg
- Suhu 37,1 0 C 36,9 0 C
- Pernafasan 35 x / menit 30 x / menit
- Nadi 104 x / menit 104 x / menit
Status generalis
- Mata
Ikterik (-) (-)
Anemis (-) (-)
- Leher
Nyeri tekan (-) (-)
(+) (+)
Massa
(+) (+)
Bising tiroid
(+) (+)
Bergerak saat menelan
- Thoraks
(-) (-)
Nyeri tekan
Pernapasan
Simetris kanan kiri Simetris kanan kiri
Fremitus Simetris kanan kiri Simetris kanan kiri
- Abdomen
Nyeri tekan (-) (-)
Laboratorium
- Darah :
- Hb 11,1 g/dl
- LED 5 mm/jam
- Leukosit 7100 /lp
- Natrium 135 mmol/L
- Kalium 4,8 mmol/L
- Calsium 8,7 mg/dl
- Chlorida 106 mmol/L
Penatalaksanaan
- Diet TKTP (+) (+)
- Infus RL D50 20 gtt/menit (+) (+)
- PTU 3x100 (+) (+)
- Propanolol 2x100 (+) (+)
- Neurodex 3x1 (+) (+)
RESUME
Pasien datang dengan keluhan terdapat pembesaran pada leher, sering berkeringat,
tangan bergetar, tidak tahan panas, jantung berdebar debar dan sering merasa
lapar. Sebelumnya pasien belum pernah mengalami seperti ini, anggota keluarga
belum pernah mengalami seperti ini.
Pemeriksaan fisik :
LEHER
- Inspeksi : Tampak massa, trakea berada di tengah tidak deviasi, tidak ada
pembesaran KGB
- Palpasi : Massa lunak, berbatas tidak tegas, nyeri tekan (-), bergerak saat
menelan.
- Auskultasi : Bising tiroid (+)
MUKA
- Mata : Eksoftalmus
- Kulit : Lembab
EKSTREMITAS
- Superior : Tremor (+), kulit lembab hangat
Hasil Lab :
- Hb 11.1 g/dl
- LED 5 mm/jam
- Leukosit 7.100/ul
- Natrium 135
- Kalium 4,8
- Clhorida 106
- Calsium 8,7
Prognosa
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Penyebab tirotoksikosis
Penyebab paling sering tirotoksikosis adalah penyakit grave sisanya karena gondok
multinoduler toksik dan adenoma toksik. Ciri morbus grave adalah :
hipertiroidisme, optalmopati dan struma difus. Rokok ternyata faktor resiko grave
pada wanita.
Diagnosis tirotoksikosis
Gejala dan tanda umum : tidak tahan hawa panas, hiperkinesis, capek, BB turun,
tumbuh cepat, toleransi obat.
Gastrointestinal : hiperdefekasi, lapar, makan banyak, haus, muntah, disfagia,
splenomegali.
Muskular : rasa lemah
Genitourinaria : oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomastia
Kulit : rambut rontok, berkeringat, kulit basah
Psikis dan saraf : labil, iritabel, tremor, psikosis, hipertensi, aritmia, palpitasi
Jantung : limfositosis, anemia, leher membesar.
Manifestasi klinis
Pada penyakit Graves terdapat dua gambaran utama yaitu tiroidal dan
ekstratiroidal. Keduanya mungkin tidak tampak. Ciri- ciri tiroidal berupa goiter
akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid
yang berlebihan (Price dan Wilson, 1994).
Diagnosis
Pengobatan
Prinsip pengobatan : tegantung dari etiologi tirotoksikosis, usia pasien, riwayat
alamiah penyakit, tersedia modalitas pengobatan, situasi pasien, resiko pengobatan
dsb. Dikelompokan dalam :
a. Tirostatika
Terpenting adalah kelompok tiomidazol (CBZ, carbimazol 5mg, MTZ
metimazol atau tiamazol 5,10,30 mg) dan derivat tiourasil (PTU
propiltiourasil 50,100 mg) menghambat proses organifikasi dan reaksi
imun.
Proses pemberian dosis dimulai dengan 30 mg CMZ, 30 mg MTZ atau 400
mg PTU sehari dalam dosis terbagi. Biasanya dalam 4-6 minggu tercapai
eutiroidisme. Kemudian dosis di titrasi sesuai dengan respon klinis. Lama
pengobatan 1-1,5 tahun, kemudian dihentikan untuk dilihat apakah ada
remisi.
Ada dua metoda dalam penggunaan OAT ini, pertama berdasarkan titrasi
yaitu dengan memberikan dosis besar dan kemudian sesuai dengan keadaan
klinis diturunkan sampai mencapai dosis terendah dimana pasien masih
dalam keadaan eutiroidisme.
Kedua sebagai blok-substitusi, dalam metode ini pasien diberikan dosis
besar terus menerus dan apabila mencapai keadaan hipotiroidisme, maka
ditambah hormon tiroksin hingga mencapai eutiroidisme pulih kembali.
Rasional cara kedua ini yaitu bahwa dosis tinggi dan lama memberi
kemungkinan perbaikan proses imunologik yang mendasari penyakit
graves.
Efek samping yang sering adalah rash, urtikaria, demam dan malaise,
alergi, eksantem, nyeri otot dan atralgia, yang jarang keluhan
gastrointestinal, perubahan rasa dan kecap, dan yang paling ditakuti adalah
agranulositosis. Yang terakhir ini kalau terjadi hampir selalu pada 3 bulan
pertama penggunaan obat.
b. Tiroidektomi
Prinsip umum adalah operasi baru dikerjakan setelah pasien dalam keadaan
eutiroid klinis maupun biokimiawi. Operasi dilakukan dengan tiroidektomi
subtotal dupleks, mensisakan jaringan seujung ibu jari, atau lobektomi total
termasuk ithsmus dan tiroidektomi subtotal lobus lain. Setiap pasien setelah
operasi harus dipantau apakah terjadi remisi, hipotiroidisme atau residif.
Operasi yang tidak disiapkan dengan baik dapat menyebabkan adanya
krisis tiroid dengan mortalitas yang tinggi.
c. Yodium radioaktif (RAI)
Untuk menghindari krisis tiroid sebaiknya pasien disiapkan dengan OAT
menjadi eutiroid. Dosis RAI berbeda : ada yangbertahap untuk membuat
eutiroid tanpa hipotiroidisme, ada yang langsung dengan dosis besar untuk
mencapai hipotiroidisme kemudian ditambahkan tiroksin sebagai substitusi.
Kontraindikasi adalah graviditas. Komplikasinya ringan, kadang terjadi
tiroiditis sepintas.
Pemeriksaan penunjang
a. Scanning tiroid : Presentasi uptake dan I131 yang didistribusikan tiroid.
Dari uptake dapat ditentukan fungsi tiroid, Uptake normal, 15-40% dalam 24
jam. Dikatakan Hot area jika hasil uptake > normal, hal ini jarang pada
neoplasma
Misal pada : struma adenomatosa, adenoma toksik, radang neoplasma.
dan pada Cold area : uptake < normal, sering pada neoplasma. Cold area curiga
ganas jika ditemukan moth eaten appearance, pada pria usia tua / anak-anak.
Contoh : kista, hematoma/perdarahan, radang neoplasma.
b. Ultrasonografi : untuk membedakan kelainan kistik / solid (neoplasma biasanya
solid).
c. Radiologik Foto leher, foto soft-tissue, foto thorak, bone scanning.
d. Fungsi tiroid - BMR : (0,75 x N) + (0,74 + IN) 72% - PB I mendekati kadar
hormone tiroid, normal 4-8 mg% - Serum kolesterol meningkat pada hipertiroid
(N: 150-300 mg%). - Free tiroksin index : T3/T4 - Hitung kadar FT4, TSH,
Tiroglobulin, dan Calsitonin bila perlu.
e. Potong beku
f. Needle biopsy - Large Needle Cutting Biopsy : jarum besar, sering perdarahan. -
Fine Needle Aspiration Biopsy : jarum no 22.
g. Termografi Yaitu suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit
pada suatu tempat dengan memakai dynamic telethermografi. Pemeriksaan
khusus pada curiga keganasan. Hasilnya disebut panas apabila perbedaan panas
dengan sekitarnya > 0,9C dan dingin apabila < 0,9C. Pada penelitian Alves
dkk didapatkan bahwa pada yang ganas semua hasilnya panas.
h. Petanda tumor Yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg) serum. Kadar
Tg serum normal antara 1,5-3,0 mg/ml. Pada kelainan jinak rata-rata 323 ng/ml
dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.
Tiroiditis
Tiroiditis berasal dari kata tiroid yaitu kelenjar tiroid sedangkan itis menandakan
adanya proses peradangan (inflamasi) dengan beragam penyebab. Bila dilihat dari
aspek waktu kejadian maka tiroiditis dibagi menjadi tiroiditis akut (muncul
mendadak atau durasi penyakit singkat), tiroiditis subakut (antara akut dan kronik)
dan tiroiditis kronik (durasi penyakit lama).
Tiroiditis Hashimoto adalah tiroiditis yang disebabkan oleh proses autoimun dan
berdasarkan waktu kejadian termasuk tiroiditis kronik. Tiroiditis postpartum juga
disebabkan oleh proses autoimun tapi termasuk tiroiditis subakut tanpa nyeri. Jika
jaringan tiroid yang mengalami tiroiditis diperiksa dibawah mikroskop maka akan
tampak gambaran peradangan berupa infiltrasi sel-sel limfosit.
Sebagian besar tiroiditis disebabkan oleh autoimun tetapi ada pula tiroiditis yang
tidak diketahui penyebabnya yaitu tiroiditis Riedel. Pada tiroiditis ini kelenjar
tiroid mengalami fibrosis (pembentukan jaringan parut) sehingga teraba keras
seperti papan tapi tidak nyeri. Tiroiditis karena infeksi sudah jelas penyebabnya
karena kuman, bias bakteri, jamur atau virus. Tiroiditis karena infeksi ini biasanya
ditemukan pada pasien-pasien yang mengalami imunokompromais (system
kekebalan tubuh yang lemah) dan jarang sekali orang normal mengalami infeksi
pada kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid termasuk organ yang sulit terkena infeksi karena memiliki kapsul
pelindung yang sulit ditembus oleh kuman, kelenjar tiroid juga banyak
mengandung iodine dan juga dialiri oleh banyak pembuluh darah (vaskularisasi
baik) sehingga sulit ditumbuhi oleh kuman.
Gejala umum dari tiroiditis sangat bervariasi serta polanya tergantung dari jenis
tiroiditisnya. Semua jenis tiroiditis yang aktif memiliki gambaran radang, namun
ada yang mengalami nyeri dan ada yang tidak. Biasanya pasien datang dengan
keluhan pembesaran kelenjar tiroid, untuk tiroiditis Hashimoto dan postpartum
gejala awal yang timbul merupakan gejala hipertiroid yang ringan. Gejala itu
berupa jantung terasa berdebar, sulit tidur, banyak keringat dan berat badan
menurun. Sedangkan gejala local yang dirasakan pada kelenjar tiroid dan sekitar
leher adalah rasa nyeri (bagi sebagian orang), sulit menelan, leher terasa tertekan,
tegang pada leher bagian depan dan kadang terganggu jalan nafasnya.
Karena sebagian besar tiroiditis disebabkan oleh proses autoimun maka sulit
diketahui persis penyebabnya yang berakibat susah untuk mengobatinya kecuali
untuk mengobati gejalanya saja. Jadi pengobatan tiroiditis bersifat simptomatik
yaitu untuk mengatasi keluhan. Jika dating dengan rasa nyeri maka pengobatannya
adalah dengan memberikan obat anti nyeri atau anti radang.
Kasus tiroiditis paling banyak ditemukan pada usia sekitar 30-50 tahun dengan
penderita lebih banyak ditemukan pada kaum perempuan. Penyakit tiroiditis
dipastikan dengan pemeriksaan antibodi Tiroid Piroksidase (anti-TPO) yang positif
pada 90-95% kasus. Pada tiroiditis infeksi, frekuensi penderita pria dan wanita
sama.
Analisa Kasus
Berdasarkan anamnesa pada pasien ini mengalami keluhan terdapat massa pada
leher yg sudah lama dirasakan dan tidak adanya rasa nyeri. Pasien juga merasakan
tubuh sering berkeringat, jari-jari tangan sering bergetar, dada berdebar-debar,
gelisah dan tidak tahan terhadap panas.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan hasil : massa teraba lunak, batas tidak
tegas, ikut bergerak saat menelan dan terdapat bising tiroid. Pada mata terdapat
eksoftalmus. Telapak tangan lembab basah berkeringat dan tremor. Kulit disekujur
tubuh pasien teraba lembab.
Atas dasar anamnesa dan pemeriksaan fisik kami mendiagnosis pasien menderita
struma difusa toksik. Pengobatan diberikan PTU 3x100gr dan propanolol 2x1tab
sebagai terapi awal dan akan dilanjutkan dengan rawat jalan untuk mencapai
kondisi eutiroid. Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan adalah pemeriksaan
hormon T3,T4 dah TSH.
DAFTAR PUSTAKA
1. W, Aru. Sudoyo, et all. 2006. Ilmu Peyakit Dalam Ed IV Jilid I. Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta
2. Aziz, A. Rani, et all. 2008. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta
3. Wilson, M Lorraine. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
EGC, Jakarta
4. PROTAP SMF PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H ABDUL MOELOEK
PROPINSI LAMPUNG 2003
Case Report
Hipertiroid
----------------------------------------------------------------------------------
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG