Anda di halaman 1dari 3

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK EKSPLORASI BIJI BESI

DI DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG, PROVINSI JAWA TIMUR


MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET

Bijih besi merupakan salah satu komoditas mineral logam yang cukup lumayan
banyak di Indonesia. Keberadaan bijih besi dapat dideteksi dengan menerapkan
teknologi eksplorasi geomagnet menggunakan karakteristik magnetik bijih besi di
mempelajari daerah. Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai penerapan
geomagnet untuk menjelajahi bijih besi di daerah Kacang Botor. Berdasarkan
hasil geomagnet pengukuran dan pengolahan data, dapat diinterpretasikan bahwa
daerah Tulung agung memiliki prospek bijih besi (Fe) cadangan, dimana kontur
anomali magnetik memiliki nilai sekitar 500 nT - 4000 nT. Dalam ddition, dapat
diprediksi bahwa bijih besi di ini titik area dengan jenis vena dengan arah
distribusinya barat-timur. Ini Bahkan cocok dengan umumnya Linement deposit
bijih besi di daerah tulung agung.

I. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memicu berdirinya industri-
industri untuk memanfaatkan kekayaan alam dengan mengeksplorasi sumberdaya
energi yang tersimpan di bawah permukaan bumi. Metode geofisika merupakan
salah satu metode yang cukup ampuh untuk memetakan sumber daya alam di
bawah bumi. Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya
mineral, minyak, dan gas bumi. Salah satu daerah yang memiliki sumberdaya
mineral melimpah adalah kabupaten Tulungagung. Selain marmer, Kabupaten
Tulungagung memiliki potensi endapan bahan galian yang beragam yaitu potensi
bahan galian seperti mangan, tembaga, dan besi. Hasil uji XRF di laboratorium
menunjukkan bahwa di lokasi penelitian terdapat batuan yang mengandung besi
dengan prosentase 10.4 %.

II. TEORI
A. Geologi Daerah Tulungagung
Kabupaten Tulungagung terletak kurang lebih 154 km ke arah Barat Daya dari
Kota Surabaya. Secara geografis wilayah Kabupaten Tulungagung terletak antara
koordinat (111043 1120 07) Bujur Timur (BT) dan (70 51 80 18) Lintang
Selatan (LS) dengan titik nol derajat dihitung dari Greenwich Inggris. Secara
administrasi Kabupaten Tulungagung dibagi menjadi 19 kecamatan, 257 desa
serta 3 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Tulungagung sebesar 113.167 ha,
sekitar 2,2% dari luas Propinsi Jawa Timur. Berbentuk dataran yang subur pada
bagian utara, tengah, dan timur, sebagian ada pegunungan dan samudera sepan-
jang batas selatan (Rahman, 2011).
B. Topografi Tulungagung
Sekitar 13,35% dari daerah Kabupaten Tulungagung adalah daerah yang
mempunyai ketinggian 85 m dpl (di atas permukaan laut).

C. Gaya dan Kuat Medan Magnetik


Dasar dari metode magnetik adalah gaya coulomb antara dua kutub magnetik m1
dan m2 (emu) yang berjarak r (cm) dalam bentuk.

Dimana F adalah gaya yang bekerja diantara dua magnet dengan kuat
medan magnet 1 dan 2 , 0 adalah permeabilitas medium yang melingkupi
kedua magnet dan r adalah jarak kedua magnet. Kuat medan magnet (H) pada
suatu titik yang berjarak r dari m1 didefinisikan sebagai gaya perstuan kuat kutub
magnet, dapat dituliskan sebagai.

H mempunyai satuan A/m dalam SI, sedangkan dalam cgs mempunyai


satuan oersted.

D. Intensitas Magnetik
Intensitas kemagnetan I adalah tingkat kemampuan menyearahnya momen-
momen magnetik dalam medan magnet luar, atau didefinisikan sebagai momen
magnet persatuan volume:
I=M/V
I adalah intensitas magnetik, V adalah volume, dan M adalah momen magnetik.

E. Suseptibilitas Magnetik
Tingkat suatu benda magnetik untuk mampu dimagnetisasi ditentukan oleh
suseptibilitas kemagnetan atau k, yang dituliskan sebagai:
I = kH
III. METODE
Penelitian ini menggunakan metode Geomagnetik, yaitu dengan mengukur medan
magnet di lokasi penelitian. Tahapan pertama penelitian ini adalah menentukan
panjang, lebar, dan titik-titik penelitian. Pada setiap titik penelitian dilakukan
pembacaan data sebanyak 5 kali untuk mendapatkan data yang valid. Tahap
berikutnya adalah tahap analisis dan interpretasi. Pada hasil pemodelan dilakukan
interpretasi untuk memprediksi keberadaan, kedalaman, jenis, dan koordinat
mineral besi di bawah garis Slicing.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengolahan data berupa peta kontur topografi lokasi penelitian dan peta
kontur anomali medan magnet lokal. Peta topografi 3D yang dihasilkan oleh
Surfer 10 ternyata menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki ketinggian
yang cenderung tidak mulus (tidak rata). Pencarian nilai suseptibilitas batuan
bawah permukaan difokuskan pada medan magnet yang memiliki anomali
tertinggi karena diperkirakan anomali tertinggi disebabkan oleh mineral logam
yang memiliki medan magnet yang tinggi dan diharapkan mengandung mineral
besi. Sehingga slicing dilakukan memotong anomali tertinggi. Hasil slicing kemu-
dian diproses dalam Mag2dc untuk dibuat pemodelan bawah permukaan dan
didapatlah beberapa jenis batuan.

Pada kedalaman 0 14.24 meter nilai suseptibilitasnya adalah 0.01 batuan ini
diperkirakan dominan mengandung dolomit dengan ukuran batuan relatif kecil.
Sedangkan pada kedalaman 14.24 - 25 meter terdapat nilai suseptibilitas -0.001
batuan ini memenuhi kriteria jenis batuan kalsit. Terakhir adalah pada kedalaman
55.19 meter sampai 69.48 meter terdapat batuan dengan suseptibilitas 0.5100.
Diperkirakan ini adalah kandungan bijih besi jenis hematit.

V. PENUTUP
Kesimpulan berdasarkan hasil uji XRF di laboratorium, sampel batu dari lokasi
penelitian mengandung 10.4 % besi. Sedangkan dari hasil pengukuran medan ma-
gnet di lapangan, dusun Tirtosinawang diprediksi memiliki cadangan mineral besi
dengan suseptibilitas 0.5100. Batuan tersebut diperkirakan merupakan bijih besi
jenis hematit dengan nilai suseptibilitas 0.5100 pada kedalaman 55.19 meter
sampai 69.48 meter.

Anda mungkin juga menyukai