MODUL 2
BERCAK PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
Skenario 1 :
Seorang perempuan 19 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan timbul bercak putih di
pipi kanan yang terasa gatal sejak 5 bulan lalu. Makin lama bercak putih ini makin bertambah
banyak dan menyebar hampir ke seluruh pipi. Bercak terasa gatal terutama pada saat waktu
siang dan berkeringat. . Tidak ada keluhan nyeri, tidak ada riwayat pengobatan .
Kata kunci
Perempuan 19 tahun
keluhan timbul bercak putih di pipi kanan terasa gatal sejak 5 bulan lalu
bercak putih ini makin bertambah banyak dan menyebar hampir ke seluruh pipi
Bercak terasa gatal terutama pada saat waktu siang dan berkeringat.
Tidak ada keluhan nyeri,
Tidak ada riwayat pengobatan
Pertanyaan :
Referensi:
Densitas
melanosit
normal
Bateri berkurang atau
(streptococus sp ) penurunan Hipopigmentasi
jumlah dan
ukuran dari
melanosome
Cortex
Pruritus (Gatal)
Referensi :
- Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 7. 2015. Jakarta. FKUI
- http://digilib.unimus.ac.id
- P. C. A. Kam, K. H. Tan. 1996. Pruritus-itching for acause and relief. Vol. 51. Hlm.
1133-1138
3. Mengapa bercak putih terasa gatal pada siang hari saat berkeringat dan
mengapa bercak putih menyebar ke seluruh pipi?
3. Adanya basil tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit (slit
skin smear.
Gejala umum:
1. Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil
2. Anoreksia
3. Nausea, kadang-kadang disertai vomitus
4. Nyeri kepala
5. Kadang-kadang disertai Neuritis dan Orchitis
Pitiriasis vesikolor
Pitiriasis Versikolor yang disebabkan oleh Malassezia furfur / Pityrosporum
orbiculare (P.orbiculare) / P. ovale. Pitiriasis versikolor merupakan
penyakit infeksi jamur superfisial kronis pada kulit yang ditandai dengan
makula hipopigmentasi dan skuama.
Gejala: Lesi pitiriasis versikolor terutama dijumpai di bagian atas dada dan
meluas ke lengan atas, leher, tengkuk, perut atau tungkai atas/bawah.
Dilaporkan adanya kasus-kasus yang khusus dimana lesi hanya dijumpai
pada bagian tubuh yang tertutup atau mendapatkan tekanan pakaian ,
misalnya pada bagian yang tertutup pakaian dalam. Dapat pula dijumpai lesi
pada lipatan aksila, inguinal atau pada kulit muka dan kepala
Vitiligo
Vitiligo adalah kehilangan pigmen yang didapatkan dan ditegakkan dengan
pemeriksaan histologi dimana didapati tidak adanya melanosit epidermal
Gejala: Pasien dengan vitiligo akan menunjukkan satu sampai beberapa
makula amelanotik yang berwarna seperti kapur atau putih susu. Lesi
vitiligo biasanya dapat ditentukan batasnya dengan baik, tetapi garis tepinya
dapat dijumpai scalloped. Makula vitiligo dapat dievaluasi dengan
pemeriksaan lampu wood. Perbesaran lesi secara sentrifugal pada kadar
yang tidak dapat diprediksi dan dapat timbul di semua sisi tubuh, termasuk
mukosa membran. Walaupun demikian, lesi inisial lebih sering timbul pada
tangan, lengan bawah, kaki , dan wajah. Ketika vitiligo timbul pada wajah,
vitiligo sering melibatkan penyebaran di daerah perioral dan periokular
Pityriasis alba
Lesi berupa bercak hipopigmentasi dan dijumpai adanya skuama. Lesi
biasanya terdapat pada pipi, lengan dan paha bagian atas. Biasanya terdapat
pada penderita dermatitis atopik.
Tuberous sclerosis
Berupa makula hipopigmentasi yang berbentuk ash-leaf. Pada umumnya
terlihat sejak lahir atau masa bayi, dengan lokasi didaerah punggung dan
ekstremitas.
Piebaldism
Merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara dominan autosomal.
yang timbul sejak lahir atau segera setelah lahir, dimana tidak dijumpainya
melanosit pada kulit dan rambut. Lokasi lesi selalu pada permukaan tubuh
bagian ventral dan rambut bagian depan sering berwarna putih, kemudian
bercak depigmentasi dapat meluas hingga ke dahi. Perkembangan lesi
depigmentasi biasanya stabil. Riwayat keluarga selalu dijumpai pada
penyakit ini
Nevusdepigmentosus
Merupakan bercak hipopigmentasi yang besar, dijumpai pada semua umur,
tidak mengalami depigmentasi dan biasanya tidak berkembang. Pada
pemeriksaan histologi dijumpai melanosit dan melanin tetapi dengan jumlah
sel dan pigmen yang berkurang dibandingkan pada kulit yang normal.
Hipopigmentasi post inflamasi
Berbagai proses inflamasi pada penyakit kulit dapat pula menyebabkan
hipopigmentasi misalnya lupus eritematosus diskoid, dermatitis atopik,
psoriasis, parapsoriasis gutata kronis, dan lain-lain. Predileksi dan bentuk
kelainan hipopigmentasi yang terjadi sesuai dengan lesi primernya.
Chemical leukoderma
Chemical leukoderma adalah hipomelanosis yang didapat akibat paparan
berulang bahan kimia tertentu terutama derivat phenol dan sulfhydril. Telah
dilaporkan terjadinya leukoderma pada pekerja yang terpajan monobenzil
eter hidrokuinon (MBEH) yang digunakan sebagai antioksidan
Referensi:
Repository.usu.ac.id
PEMERIKSAAN KULIT
1) Pemeriksaan penderita seharusnya ditempat yang terang. Dan seharusnya
selalu memeriksa pasien mulai dari kepala hingga kaki. Inspeksi dan palpasi
lesi atau kelainan kulit yang ada (menggunakan kaca pembesar). Hal-hal
pokok dalam pemeriksaan dermatologis yang baik
adalah:
a. Lokasi dan /atau distribusi dari kelainan yang ada : Hal ini bisa
sangat membantu : sebagai contoh, dermatitis seboroik
mempunyai tempat predileksi pada wajah, kepala, leher, dada,
telinga, dan suprapubis; pada anak,eksema cenderung terjadi di
daerah fleksor; akne terutama pada wajah dan tubuh bagian atas;
karsinoma sel basal biasanya lebih sering muncul di kepala dan leher
b. Karakterisitik lesi individual: Tipe: Karakteristik lesi :makula,
papula, nodul, plak, vesikel, bulla, pustula, ulkus, urtikaria (untuk
mencari gambar gambar effloresensi lainnya, cobalah cari di buku
buku rujukan) Karakteristik permukaan lesi : Skuama , Krusta,
Hiperkeratosis, Eskoriasi, Maserasi dan Likenifikasi
Ukuran, bentuk , garis tepi dan batas-batasnya. Ukuran sebaiknya
diukur dengan tepat, daripada hanya membandingkan dengan
kacang polong, jeruk atau koin. Lesi bisa mempunyai berbagai
macam bentuk, misalnya bulat, oval, anular, liniear atau tidak
beraturan; tepi-tepi yang lurus atau bersudut mungkin disebabkan
oleh faktor-faktor eksternal.
Warna, selalu ada manfaatnya untuk membuat catatan tentang
warna:merah, ungu, cokelat, hitam pekat dan sebagainya
Gambaran Permukaan. Telusuri apakah permukaan lesi halus
atau kasar, dan untuk membedakan krusta( serum yang
mengering) dengan skuama (hiperkeratosis); beberapa
penelusuran pada skuama dapat membantu, misalnya terdapat
warna keperakan padapsoriasis.
Teksturdangkal?dalam? Gunakan ujung jari Anda pada
permukaan kulit; perkirakan kedalaman dan letaknya apakah di
dalam atau di bawah kulit;angkat sisik atau krusta untuk melihat
apa yang ada dibawahnya; usahakan untuk membuat lesi
memucat dengan tekanan.
1. Pemeriksaan dengan Lampu Wood, yaitu sinar dengan panjang gelombang 320-
400 nm (365 nm) (berwarna ungu).
Pemeriksaan ini untuk mengetahui fluoresensi dari berbagai kuman patogen,
seperti pada infeksi: Microsporum sp. (kuning orange), P. ovale (kuning
kehijauan), eritrasma: C. minutissimun (kuning kemerahan). Pemeriksaan ini
juga untuk mengetahui kedalaman pigmentasi pada melasma, apabila pada
penyinaran dengan lampu Woods batas pigmentasi terlihat lebih jelas daripada
pemeriksaan langsung, memperlihatkan pigmentasi epidermal, dan sebaliknya
pada pigmentasi dermal, hasil pemeriksaan lampu Wood akan tampak
mengabur.
2. Pemeriksaan darah, urin, atau feces rutin, kimia darah (fungsi hati, fungsi ginjal,
glukosa darah), serologi (infeksi herpes simpleks, sifilis, HIV), biologi
molekuler (PCR (polymerazed chain reaction) DNA tuberkulosis kulit).
1. Ketokonazole
Dosis: 200Mg setiap hari selama sepuluh haridan sebagai dosis
tunggal 400Mg
2. Intracoazole
Dosis: 200Mg setiap hari selama tujuh hari
3. Fluconazole
Dosis: 200Mg setiap hari selam tujuh hari
B. PITYRIASIS ALBA
Penyakit kulit yang asimptomatik dengan ciri khas berupa lesi kulit
yang hipopigmentasi, penebalan, dan skuama dengan batas yang kurang
tegas. Kondisi seperti ini biasanya terletak pada daerah wajah, lengan atas
bagian lateral, dan paha. Jika terkena pada anak-anak biasanya lesinya
menghilang setelah dewasa. Pitiriasis alba umumnya ditemukan pada anak-
anak dan dewasa muda dan sering didapatkan pada wajah, leher, dan bahu.
Lesi menjadi jelas pada saat setelah musim panas dimana hanya pada bagian
lesi, kulit tidak menjadi gelap. Ukuran lesinya bervariasi namun biasanya
rata-rata berdiameter 2 4cm.
Pitiriasis alba pertama kali ditemukan oleh Gilbert tahun 1860 dan
digolongkan sebagai penyakit bersisik pada saat ini pitiriasis alba
digolongkan sebagai bentuk inflamasi dermatosis dan mempunyai beberapa
nama yang berbeda dengan melihat aspek klinis pada lesi. Nama-nama yang
sering digunakan adalah seperti pityriasis alba faciei dan pityriasis alba
simplex.
EPIDEMIOLOGI
PATOGENESIS
Dalam penelitian pada 9 pasien dengan pitiriasis alba yang luas,
ditemukan densitas dari melanosit yang normal berkurang pada daerah lesi
tanpa adanya aktivitas sitoplasmik. Melanosom cenderung lebih sedikit dan
lebih kecil namun pola distribusi dalam keratinosit normal. Hipopigmentasi
utamanya diakibatkan oleh berkurangnya jumlah melanosit aktif dan
penurunan jumlah dan ukuran dari melanosomes pada daerah lesi kulit.
Transfer melanosom di keratinosit secara umum tidak terganggu. Gambaran
histologis kurang spesifik. Hiperkeratosis dan parakeratosis tidak selalu ada
dan sepertinya tidak berperan penting dalam patogenesis dari
hipomelanosis. Beragam derajat jumlah edema dan sekret lemak
intrasitoplasmik dapat terlihat.
GAMBARAN KLINIS
A. Bentuk lokal.
Bentuk yang sering ditemukan dan sering pada anak. Umumnya lesi
didapatkan pada daerah wajah. Bentuk ini memberikan respon yang baik
dengan pengobatan.
B. Bentuk umum.
Jarang ditemukan dan sering pada usia remaja
Idiopatik : ditandai oleh lesi nonsquamous yang simetris berbatas tegas dan
berwarna putih di mana cenderung untuk merusak permukaan kulit pada
daerah tungkai dan lengan secara ekstensif. Varian ini memberikan respon
yang jelek dengan pengobatan.
Dengan riwayat dermatitis atopik : varian ini juga dikenali sebagai extensive
pityriasis alba yang ditandai dengan rasa gatal pada daerah lesi dan sering
didapatkan pada daerah antecubital, popliteal dan bisa mengenai seluruh
badan. Varian ini memberikan respon yang baik dengan pengobatan
kortikosteroid.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
Pitiriasis alba memiliki prognosis yang baik. Depigmentasi yang terjadi tidak
permanen dan biasanya sembuh spontan dalam beberapa bulan sampai beberapa
tahun. Durasi gejala berbeda pada setiap individu. Pengobatan dapat
mempersingkat durasi lesi sampai beberapa minggu.
Refrensi :
Dr, Prof,dr, Adhi Djuanda. Mochtar, dr Hamzah. Dr, Prof, Dr, Siti, Aisah.
2010. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta. 333-334
M., Judith, Wilkinson. R., Nancy, Ahern. 2007. Diagnosis keperawatan.
Buku kedokteraan
EPIDEMIOLOGI
Sampai saat ini epidemiologi penyakit kusta belum sepenuhnya
diketahui secara pasti. Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia terutama di
daerah tropis dan subtropis. Dapat menyerang semua umur, frekwensi
tertinggi pada kelompok umur antara 30-50 tahun dan lebih sering mengenai
laki-laki daripada wanita.
Menurut WHO (2002), diantara 122 negara yang endemik pada
tahun 1985 dijumpai 107 negara telah mencapai target eliminasi kusta
dibawah 1 per 10.000 penduduk pada tahun 2000. Pada tahun 2006
WHO mencatat masih ada 15 negara yang melaporkan 1000 atau lebih
penderita baru selama tahun 2006. Lima belas negara ini mempunyai
kontribusi 94% dari seluruh penderita baru didunia. Indonesia menempati
urutan prevalensi ketiga setelah India, dan Brazil.
Di Indonesia penderita kusta terdapat hampir pada seluruh propinsi
dengan pola penyebaran yang tidak merata. Meskipun pada pertengahan
tahun 2000 Indonesia secara nasional sudah mencapai eliminasi kusta
namun pada tahun tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 terjadi
peningkatan penderita kusta baru. Pada tahun 2006 jumlah penderita kusta
baru di Indonesia sebanyak 17.921 orang. Propinsi terbanyak melaporkan
penderita kusta baru adalah Maluku, Papua, Sulawesi Utara dan Sulawesi
Selatan dengan prevalensi lebih besar dari 20 per 100.000 penduduk. Pada
tahun 2010, tercatat 17.012 kasus baru kusta di Indonesia dengan angka
prevalensi 7,22 per 100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2011, tercatat
19.371 kasus baru kusta di Indonesia dengan angka prevalensi 8,03 per
100.000 penduduk.
ETIOLOGI
Kuman penyebab penyakit kusta adalah M.leprae yang ditemukan
oleh GH Armauer Hansen, seorang sarjana dari Norwegia pada tahun 1873.
Kuman ini bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1-8 mikron
dan lebar 0,2 - 0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar
satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak
dapat dikultur dalam media buatan. Kuman ini juga dapat menyebabkan
infeksi sistemik pada binatang armadilo.
DIAGNOSIS
Untuk menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda utama
atau tanda kardinal, yaitu:
a) Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa.
Kelainan kulit/lesi yang dapat berbentuk bercak keputihan
(hypopigmentasi) atau kemerahan (erithematous) yang mati rasa
(anaesthesia)
b) Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf.Gangguan
fungsi saraf tepi ini biasanya akibat dari peradangan kronis pada saraf tepi
(neuritis perifer). Adapun gangguan gangguan fungsi saraf tepi berupa:
Gangguan fungsi sensoris: mati rasa.
Gangguan fungsi motoris: kelemahan otot (parese) atau kelumpuhan
(paralise).
Gangguan fungsi otonom: kulit kering.
Ditemukannya M.leprae pada pemeriksaan bakteriologis.
Pemeriksaan Serologi
Tes serologi merupakan tes diagnostik penunjang yang paling
banyak dilakukan saat ini. Selain untuk penunjang diagnostik klinis
penyakit kusta, tes serologi juga dipergunakan untuk diagnosis infeksi M.
lepraesebelum timbul manifestasi klinis. Uji laboratorium ini
diperlukanuntuk menentukan adanya antibodi spesifik terhadap M. lepraedi
dalam darah. Dengan diagnosis yang tepat, apalagi jika dilakukan sebelum
timbul manifestasi klinis lepra diharapkan dapat mencegah penularan
penyakit sedini mungkin Pemeriksaan serologis kusta yang kini banyak
dilakukan cukup banyak manfaatnya, khususnya dalam segi
seroepidemiologi kusta di daerah endemik. Selain itu pemeriksaan ini dapat
membantu diagnosis kusta pada keadaan yang meragukan karena tanda-
tanda klinis dan bakteriologis tidak jelas. Karena yang diperiksa adalah
antibodi spesifik terhadap basil kusta maka bila ditemukan antibodi dalam
titer yang cukup tinggi pada seseorang maka patutlah dicurigai orang
tersebut telah terinfeksi oleh M.leprae .
REPOSITORY.USU.AC.ID