Anda di halaman 1dari 48

PusKes Online

Kumpulan Materi Keperawatan dan Kebidanan

Home
Keperawatan
Kebidanan
Tips dan Informasi

Saturday, May 17, 2014


LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA

KONSEP DASAR SKIZOFRENIA


A. Pengertian
Skizofrenia diistilahkan dengan jiwa yang terpecah belah oleh Eugene Bleuler (1911),
sesuai dengan asal katanya Schozos artinya pecah belah atau bercabang, sedangkan fhren
artinya jiwa. Skizofrenia adalah jiwa yang terpecah belah karena adanya keretakan atau
disharmoni antara proses pikir, perasaan, dan perbuatan (Saseno, 2001).
Menurut DSM III-R (1987), skizofrenia adalah kelainan-kelainan yang berhubungan dengan
psikosis terdiri dari suatu kelompok sindrom klinis yang
dinyatakan dengan kelainan dalam isi organisasi pikir, interpretasi masukan sensori, ketegangan
afek/emosional, identitas kemauan, perilaku psikomotor, dan kemampuan untuk menetapkan
hubungan interpersonal yang memuaskan (Townsend, 1998).
Definisi lain dari skizofrenia adalah suatu gangguan kejiwaan yang cukup berat dan
menunjukkan adanya disorganisasi kepribadian individu dan perubahan tingkah laku, orang lain
mengatakannya pasien dan bukan dirinya lagi (Maramis, 1995).

B. Tipe Skizofrenia
Kraepelin (1856-1926) seorang ahli jiwa di kota Munich, membagi gangguan skizofrenia
menjadi beberapa tipe, hingga sekarang masih dipakai, pasien digolongkan menurut gejala
utama yang terdapat padanya (Townsend, 1998). Pembagian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Skizofrenia simpleks, sering muncul pertama kali pada masa pubersitas, gejala utama pada tipe
ini adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan, tipe ini timbul perlahan-lahan sekali,
pada permulaannya klien mulai kurang memperhatikan keluarga, menarik diri dari pergaulan,
makin lama ia akan mundur dari pekerjaan, sekolah dan bila tidak ada yang membantu untuk
mengarahkannya, dia akan menjadi pengangguran, pengemis, pelacur dan penjahat.
b. Skizofrenia hebefrenik, timbulnya perlahan-lahan atau sub akut pada masa remaja, gejala yang
mencolok adalah gangguan proses pikir, kemauan, dipersonality, double personality, psikomotor
seperti neologisme, perilaku kekanak-kanakan, disertai waham dan kadang adanya halusinasi.
c. Skizofrenia katatonik, timbul pertama kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya akut didahului
oleh stress emosional. Tipe ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Stupor katatonik negativisme.
Pasien tidak menunjukkan perhatian sama sekali terhadap lingkungan, emosinya sangat
dangkal, gejala yang penting adalah psikomotor seperti mutisme, muka tanpa mimik (seperti
topeng), kadang dengan mata tertutup, klien tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama,
beberapa hari bahkan kadang sampai beberapa bulan. Bila posisinya diganti pasien menentang,
menolak makan dan minum, menahan air ludah sehingga air ludah terkumpul dalam mulut, air
seni dan faeces ditahan, terdapat grimasem dan katalepsi, secara tiba-tiba atau perlahan-lahan
klien keluar dari stupor ini dan mulai bicara dan bergerak.
b. Gaduh gelisah katatonik
Pasien berbicara terus-menerus dan pergerakan menunjukkan streotipi, manerisme, grimasem
dan neologisme, tidak bisa tidur, tidak mau makan dan minum, jika tidak segera ditangani
mengakibatkan kelelahan, melukai diri sendiri, dan orang lain.
d. Skizofrenia paranoid
Permulaannya sub akut, bisa juga akut, mulai sesudah umur 30 tahun, kepribadian klien
sebelum sakit mengalami schizoid, mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan
kurang percaya kepada orang lain. Gejala yang mencolok adalah adanya kecurigaan yang
ekstrim kepada orang lain, halusinasi, waham kejar, dan waham kebesaran. Dengan pengkajian
yang teliti didapatkan adanya gangguan proses pikir, gangguan afek, emosi, dan kemauan.
e. Episode Skizofrenia akut, gejala timbul mendadak, pasien seperti dalam keadaan mimpi,
kesadaran berkabut, perasaan seakan-akan berubah, mengatakan dirinya sedang terbang di
awang-awang (eneroid) prognosa baik dalam beberapa minggu, dan kurang dari 6 bulan.
f. Skizofrenia residual, gejala-gejala psikosis tidak menonjol, menarik diri tetapi afek tidak serasi,
merupakan karakteristik dari kelainan ini. Klien mempunyai riwayat paling sedikit satu episode
skizofrenia akut dengan gejala yang menonjol.
g. Skizofrenia afektif, gangguan ini menunjukkan kelainan perilaku ditambah dengan kelainan alam
perasaan dan depresi.
h. Skizofrenia disorganisasi, perilaku khas regresi primitive, afek tidak sesuai dengan karakteristik
umum, wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis, menarik diri, secara ekstrim, dan komunikasi
inkoheren secara konsisten.
i. Skizofreniaform, ciri-ciri dasar identik dengan skizofrenia afektif dengan pengecualian bahwa
lamanya kurang dari 6 bulan dan lebih dari 4 minggu, prognosanya baik dengan harapan
kembali pada tingkat fungsi sebelumnya, biasanya diagnosanya diakhiri dengan kata
sementara.
j. Skizofrenia tak tergolongkan, gejala yang mencolok adalah delusi, halusinasi, inkoheren,
perilaku disorganisasi, bukti dari gangguan melewati dua atau lebih gejala residual.
k. Skizofrenia tipe I dan II
Sistem ini yang terbaru diusulkan diklasifikasikan menurut pasien. Skizofrenia tipe I disebut
sebagai gejala positif atau produktif, diklasifikasikan dengan asosiasi longgar, halusinasi, perilaku
aneh, dan berbicara banyak, sedangkan skizofrenia tipe II disebut sebagai gejala negatif atau
defisit mencakup penumpulan afektif, kemiskinan bicara atau isi bicara, blocking, penampilan
kurang, motivasi kurang, anhedonia, menarik diri dari pergaulan, deteksi negatif dan defisit
perawatan diri.

C. Etiologi
Menurut Kaplan dan Sadock (1997) adapun faktor-faktor yang menyebabkan skizofrenia
adalah :
1. Faktor Predisposisi
Teori biologis
a. Penelitian Heston (1977) dan Gottesman (1978) telah mengindikasikan bahwa faktor-faktor genetik
pasti terlibat dalam suatu kelainan. Tampak dari individu-individu yang berada pada resiko tinggi
adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara
kandung, dan saudara lain). Bila kedua orang tua menderita skizofrenia kemungkinan 40-60%
anaknya akan diturunkan, bila salah satu orang tua menderita skizofrenia kemungkinan 7-16%
anaknya akan diturunkan, bila saudara kandung menderita skizofrenia kemungkinan 7-12% saudara
lain akan terkena. Pengaruh keturunan tidak sesederhana hukum Mendel, diperkirakan bahwa
potensi untuk mendapatkan skizofrenia diturunkan melalui gen resesif, potensi ini mungkin kuat
mungkin juga lemah, tergantung pada lingkungan yang mendidiknya.
b. Penelitian baru mengatakan bahwa klien skizofrenia merupakan suatu kecacatan sejak lahir yang
terjadi pada bagian hippocampus otak, pengamatan ini memperlihatkan suatu kekacauan sel-sel
pyramidal dalam otak bagi penderita skizofrenia, sedangkan orang yang tidak menderita skizofrenia
sel-sel pyramidal dalam otaknya tersusun rapi.
c. Teori Biokimia, mengatakan adanya peningkatan dari dopamine neurotransmitter yang diperkirakan
menghasilkan peningkatan aktivitas yang berlebihan, defisiensi serotonim yang dihambat oleh asam
LiSergik Diathilamide (LSD). Teori biokimia lain mencakup degenerasi neuron non adrenalin dan
defisiensi MonoAmine Oksidase (MAO) hal ini disebut dengan In born error of metabolisme
(gangguan metabolisme saat lahir).
d. Immunologi, belakangan ini diketahui adanya minat dan peranan antibody otak dalam genesis
skizofrenia.
e. Kerusakan otak, gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi dan
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak, menimbulkan ketidakmampuan secara
selektif menanggapi rangsangan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh organik seperti infeksi virus.
2. Stressor pencetus
a. Teori psikososial
1) Teori sistem keluarga, menurut Bowen (1978), menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai
suatu disfungsi keluarga. Konflik diantara suami-isteri akan mempengaruhi anak yang menghasilkan
keluarga yang selalu berfokus pada ansietas, sementara anak harus meninggalkan ketergantungan
totalnya pada orang tua masuk ke dalam masa dewasa, di masa ini anak tidak mampu memenuhi
tugas perkembangan dewasanya.
2) Teori interpersonal Sullivan (1953) mengatakan orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan
suatu hubungan orang tua- anak yang penuh dengan ansietas tinggi, bila tingkat ansietas anak
dipertahankan konsep dirinya akan mengalami ambivalen, pesan-pesan yang membingungkan tidak
mampu membentuk rasa percayanya kepada orang lain maka terjadilah kemunduran dalam psikosis
ditandai dengan rasa tidak aman dalam suatu hubungan.
3) Teori Psikodinamik Hartman (1964) menegaskan bahwa perkembangan yang dihambat oleh suatu
hubungan yang saling mempengaruhi antara orang tua-anak akan mengakibatkan ego menjadi
lemah, penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu mengalami ansietas menjadi
maladaptive, perilakunya sering merupakan penampilan dari segmen Id dalam kepribadiannya.
b. Kesehatan
Gizi buruk, kurang tidur, irama sirkadian tidak seimbang, keletihan, infeksi, obat sistem saraf pusat
yang menjadi penyebab gangguan dalam proses informasi, kurang olahraga, alam perasaan
abnormal, ansietas dari sedang sampai berat.
c. Lingkungan
Rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan (tidak puas dengan
suasana rumah), tekanan terhadap penampilan (kehilangan kemandirian dalam kehidupan).
Perubahan pola aktivitas hidup, stress akibat kurang keterampilan untuk mempertahankan
kehidupan, kesukaran interpersonal, kesepian (Isolasi sosial, kurang dukungan sosial), kehilangan
isyarat lingkungan, tekanan pekerjaan (kurang keterampilan dalam bekerja). Keterampilan sosial
kurang, kemiskinan, kurang informasi dan transportasi.
d. Sikap atau perilaku
Konsep diri rendah, kurang percaya diri, kehilangan motivasi, demoralisasi/kendali moral menurun,
tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual, bertindak berbeda dengan orang lain yang seusia dan
sebudaya dengannya, perilaku agresif, perilaku amuk, pengelolaan pengobatan kurang (defisit care
manager).

D. Prognosa dan Perjalanan Penyakit


Prognosa skizofrenia tidak begitu buruk seperti yang diperkirakan orang sampai dengan
pertengahan abad ini. Dahulu bila diagnosa skizofrenia telah ditetapkan, maka ini berarti sudah
tidak ada harapan lagi bagi orang yang bersangkutan, kepribadiannya selalu akan menuju
kemunduran mental (deteriorasi mental). Dewasa ini dengan pengobatan modern, ternyata bila
pasien datang berobat dalam tahun pertama serangan, mereka dapat mengalami penyembuhan
total dan kembali ke masyarakat. Terlebih dengan ditemukannya Neuroleptika, seperti penderita
dirawat di luar rumah sakit, dengan pengobatan lanjutan akan mengalami sembuh sama sekali (full
remission).
Untuk mengetahui prognosa ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, antara lain :
a. Kepribadian pre psikotik schizoid, dan mempunyai hubungan antar manusia yang tidak memuaskan,
maka prognosanya akan jelek.
b. Didalam keluarga terdapat seorang atau lebih yang menderita skizofrenia, maka prognosanya akan
jelek.
c. Skizofrenia yang timbul secara akut daripada skizofrenia yang timbul secara lambat maka
prognosanya akan lebih baik.
d. Skizofrenia tipe katatonik dan paranoid lebih baik prognosanya dan mereka bisa berfungsi secara
normal kembali ke masyarakat dibandingkan dengan tipe hebefrenik dan simpleks biasanya akan
menuju kemunduran mental.
e. Semakin muda umur pada serangan pertama semakin jelek prognosanya.
f. Semakin cepat mendapat pengobatan setelah serangan semakin baik prognosanya.
g. Dengan mengetahui faktor pencetus yang jelas, misalnya organobiologik, stress psikologik semakin
lebih baik prognosanya.
Di masa lampau dua pertiga dari pasien skizofrenia harus menghabiskan waktunya di rumah
sakit, sekarang ini hanya 1 dari 10 pasien yang memerlukan perawatan secara permanen di rumah
sakit.

E. Psikoterapi
1. Pengertian
Psikoterapi adalah suatu perlakuan tindakan atau pengobatan psikosis untuk masalah-
masalah gangguan mental emosional yang dilakukan oleh seorang terlatih melalui suatu
hubungan interpersonal yang profesional kepada pasien bertujuan untuk :
a. Menghilangkan, merubah, menghambat gejala-gejala penyakit.
b. Merubah pola perilaku yang terganggu.
c. Meningkatkan perkembangan kepribadian yang positif.
(Gardjito S O, 1996).
2. Jenis Psikoterapi
a. Psikoterapi analitik
Adalah terapi yang didasarkan pada rumusan psikoanalitik yang dimodifikasi secara konseptual
dan teknik, bertujuan untuk memusatkan perhatian pada konflik pasien yang sekarang, analisis
pasien dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri. Memakai teknik wawancara dan diskusi
antar therapist (ahli terapi) dengan pasien biasanya dilakukan oleh seorang Psikolog.
b. Psikoterapi kelompok
Dimana orang yang memiliki penyakit emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan
ke dalam kelompok dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih. Tujuan pertama untuk memberi
umpan balik/respon sesama anggota kelompok. Kedua, ahli terapinya dapat mengobservasi
langsung respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien. Jenis dari psikoterapi kelompok ada
beberapa macam antara lain :
1) Terapi aktivitas kelompok, yaitu dilakukan terhadap sekelompok pasien secara bersama-sama
dengan jalan berdiskusi, bermain simulasi, dan bermain peran, dengan model antara lain, model
fokal konflik, model komunikasi, model interpersonal dan model psikodrama diarahkan oleh
therapist dan petugas kesehatan yang terlatih.
2) Terapi keluarga yaitu, pendekatan terapuetik yang melihat masalah individu dalam konteks
lingkungan khususnya keluarga, dan menitik beratkan pada proses interpersonal. Tujuannya
untuk membina komunikasi secara terbuka dan interaksi keluarga yang sehat.
3) Terapi marital yaitu, bentuk psikoterapi yang dirancang untuk memodifikasi interaksi antara dua
orang yang terlibat konflik dalam suatu parameter seperti masalah sosial, ekonomi, hubungan
interpersonal, emosional, dan seksual. Ahli menegakkan kontrak yang terapeutik dengan
pasangan konflik melalui tipe komunikasi tertentu dengan tujuan berusaha untuk
menghilangkan gangguan, mengubah perilaku maladaptif, mendorong pertumbuhan
kepribadian positif.
c. Okupasi terapi
Sering diterjemahkan dengan terapi kerja, pengertian ini menimbulkan kekeliruan dalam
pelaksanannya. Okupasi terapi sebenarnya adalah pemberian aktivitas yang bersifat terapeutik
bukan hanya pemberian pekerjaan semata-mata, akan tetapi pemberian kegiatan yang dapat
memulihkan dan meningkatkan fungsi mental, kemampuan komunikasi, daya konsentrasi, daya
ingat, pengendalian emosi, motivasi, kemauan dan sebagainya. Bentuk kegiatan antara lain, olah
raga, membaca, bermain catur, rekreasi, seni tari, musik, lukis, kerajinan tangan, menjahit,
sulam, menganyam, bercocok tanam, pertukangan, perbengkelan (Work shop) dan lain-lain
(Siahaan HB, 1996).
d. Farmakoterapi
Farmakoterapi adalah pemberian pengobatan yang berkhasiat psikoafektif melalui
pengaruh selektif pada Susunan Syaraf Pusat (SSP) yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku (Mind and Behaviour Altering Drugs) umumnya digunakan untuk
berbagai terapi gangguan jiwa (Rusli Maslim, 1996). Farmakoterapi dibagi menurut jenis dan
cara pemberian tindakan :
1) Elektro Convulsi Terapi (ECT)
Pertama kali diperkenalkan oleh Lazio Von Medunna pada tahun 1934, dengan
menggunakan induksi obat. Kemudian berkembang menjadi ECT Konvensional memakai arus
listrik 70-130 volt oleh Cerletti dan Bini, (1938) dengan pemberian premedikasi berupa obat
pelemas otot. Cara kerjanya dapat memperpendek lamanya serangan pada pasien skizofrenia
dan mempermudah kontak dengan pasien, akan tetapi tidak dapat mencegah serangan di masa
datang. Hasilnya baik pada skizofrenia katatonik stupor.
2) Terapi koma insulin
Dengan jalan pemberian insulin dalam jumlah tertentu sampai pasien jatuh koma, setelah
sadar diharapkan pasien menunjukkan perubahan perilaku, terapi ini diberikan pada permulaan
penyakit hasilnya baik pada skizofrenia paranoid.
3) Neuroleptika
Jenis farmakoterapi dengan menggunakan obat yang mempengaruhi langsung otak dan
Susunan Saraf Pusat (SSP) salah satu praktek yang bekerja paling cepat dalam psikiatrik
kontemporer dan bisa dikombinasi dengan terapi lain. Pengobatan harus secepat mungkin
karena kondisi/keadaan psikotik yang lama dapat menimbulkan kemunduran mental.
Neuroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat untuk gangguan skizofrenia yang
menahun dan dosis efektif tinggi lebih berfaedah pada pasien yang hiperaktif. Apabila penderita
baru pertamakali mendapatkan pengobatan, sesudah gejala-gejala hilang maka dosis
dipertahankan dalam beberapa bulan, sedangkan pada skizofrenia menahun neuroleptika
diberikan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan, dengan dosis tinggi atau rendah sesuai
dengan keadaan pasien (Saseno, 2001).

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

keperawatan
Mengapa saya ingin menulis tentang keperawatan!! karna saya adalah seorang perawat..
kemudian saya sangat prihatin terhadap kehidupan seorang perawat.. MARI KITA BERSATU
MEWUJUDKAN PERAWAT YANG PROPESIONAL

Sabtu, 24 Oktober 2009


LAPORAN PENDAHULUAN Skizofrenia

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Skizofrenia


1. Pengertian
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui)
dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah
akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi
Maslim, 1997; 46).

2. Penyebab
a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi
saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-
68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).

b. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas,
waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat
dibuktikan.

c. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas
agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan
stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan
pemberian obat halusinogenik.

d. Susunan saraf pusat


Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak,
tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau
merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.

e. Teori Adolf Meyer :


Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat
ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer
mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat
mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang
salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang
tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

f. Teori Sigmund Freud


Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun
somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta
terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan
(transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

g. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah
belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler
membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran,
gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala
katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).
h. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macaam sebab antara
lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues
otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.

i. Ringkasan
Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor
keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau
faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya
tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit Skizofrenia
yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ).

3. Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :
a. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan
kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang
didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.

b. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-
25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan
adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism,
neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak
sekali.

c. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress
emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.

d. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan
halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan
afek emosi dan kemauan.

e. Episode Skizofrenia akut


Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi.
Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar
maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus
baginya.

f. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala
sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.

g. Skizofrenia Skizo Afektif


Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi
(skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh
tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.

Konsep Dasar Skizofrenia Hebefrenik


1. Batasan : Salah satu tipe skizofrenia yang mempunyai ciri ;
1. Inkoherensi yang jelas dan bentuk pikiran yang kacau (disorganized).
2. Tidak terdapat wamam yang sistemik
3. Efek yang datar dan tak serasi / ketolol tololan.

2. Gejala Klinik
Gambaran utama skizofrenia tipe hebefrenik berupa :
- Inkoherensi yang jelas
- Afek datar tak serasi atau ketolol tololan.
- Sering disertai tertawa kecil (gigling) atau senyum tak wajar.
- Waham / halusinasi yang terpecah pecah isi temanya tidak terorganisasi sebagai suatu
kesadaran, tidak ada waham sistemik yang jelas gambaran penyerta yang sering di jumpai.
- Menyertai pelangaran (mennerism) berkelakar.
- Kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrem dari hubungan sosial.
- Berbagai perilaku tanpa tujuan.

Gambaran klinik ini di mulai dalam usia muda (15-25 th) berlangsung pelan pelan menahan
tanpa remisi yang berarti peterroasi kepribadian dan sosial terjadi paling hebat di banding tipe
yang lain.

Konsep Dasar Halusinasi


1. Pengertian
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
pikiran dan rangsang eksternal (dunia luar) klien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata, misalnya : klien menyatakan
mendengar suara. Padahal tidak ada orang yang bicara.

2. Proses terjadinya halusinasi


Fase pertama
Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, kesepian yang memuncak dan tidak dapat
di selesaikan, klien mulai melamun dan memikirkan hal hal yang menyenangkan cara ini hanya
menolong sementara.

Fase kedua
Kecemasan meningkatkan, menurun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada
bisikan yang tidak jelas, klien tidak ingin orang lain tahu ia tetap dapat mengontrol.

Fase ketiga.
Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengotrol klien, Klien menjadi
terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Fase keempat
Halusinasi berubah menjadi mengancam memerintah dan memarahi klien, klien menjadi takut,
tidak berdaya hilang kontrol dan tidak berdaya, hilang dan tidak dapat berhubungan secara nyata
dengan orang lain di lingkungan

3. Tanda tanda halusinasi


Menurut diri, tersenyum sendiri duduk terpaku, bicara sendiri memandang satu arah, menyerang
tiba tiba, arah gelisah.

4. Jenis halusinasi
a. Halusinasi dengar
Dengar suatu membicarakan, mengejek, menertawakan, mengancam tetapi tidak ada sumbernya
disekitarnya.

b. Halusinasi terlihat
Melihat pemandangan, orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada tetapi klien yakin ada.

c. Halusinasi penciuman
Menyatakan mencium bau bunga kemenyan yang tidak dirasa orang lain dan ada sumber.

d. Halusinasi kecap
Merasa mengecap sesuatu rasa di mulut tetapi tidak ada.

e. Halusinasi raba
Merasa ada binatang merayap pada kulit tetapi tidak ada.

PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan tahap pengkajian terdiri
atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikupulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokan
data pada pengakajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (stuart
dan Sunden, 1998). Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) dimensi : fisik, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual. Isi pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama/alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Dimensi fisik / biologis
5. Dimensi psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Aspek medik
Data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung di sebut data obyektif,
sedangkan data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga melalui wawancara
perawatan disebut data subyektif.
Dari data yang dikumpulkan, perawatan langsung merumuskan masalah keperawatan pada setiap
kelompok data yang terkumpul. Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan
dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Fasio, 1983 dan INJF, 1996). Agar penentuan pohon
masalah dapat di pahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan yang terdapat pada pohon
masalah : Penyebab (kausa), masalah utama (core problem) dan effect (akibat). Masalah utama
adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya
masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah
satu dari beberapa masalah klien yang menyebabkan masalah utama. Akibat adalah salah satu
dari beberapa masalah klien yang merupakan efek / akibat dari masalah utama. Pohon masalah
ini diharapkan dapat memudahkan perawat dalam menyusun diagnosa keperawatan

Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. Tujuan Umum :
Klien tidak mencederi diri sendiri dan atau orang lain / lingkungan.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat hubungan saling percaya :
a. Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan interaksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas pada setiap pertemuan (topik, waktu dan tempat berbicara).
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati.

2. Klien dapat mengenal halusinasinya


a. Lakukan kontak sering dan singkat
rasional : untuk mengurangi kontak klien dengan halusinasinya.

b. Obeservasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya; bicara dan tertawa tanpa stimulus,
memandang kesekitarnya seolah olah ada teman bicara.

c. Bantu klien untuk mengenal halusinasinya;


- Bila klien menjawab ada, lanjutkan; apa yang dikatakan ?
- Katakan bahwa perawat percaya klien mendengarnya.
- Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien.
- Katakan bahwa perawatan akan membantu klien.

d. Diskusikan dengan klien tentang ;


- Situasi yang dapat menimbulkan / tidak menimbulkan halusinasi.
- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang sore, malam atau bila sendiri atau bila
jengkel / sedih).

e. Diskusikan dengan klien tentang apa yang dirasakan bila terjadi halusinasi (marah / takut /
sedih / senang) dan berkesempatan mengungkapkan perasaan.
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
a. Identifikasi bersama klien cara / tindakan yang dilakukan bila terjadi halusinasi
(tidur/marah/menyibukkan diri)
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, bila bermanfaat beri pujian.
c. Diskusi cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya halusinasi :
- Katakan saya tidak mau dengan kamu (pada halusinasi).
- Menemui orang lain (perawat / teman / anggota keluarga untuk bercakap cakap . mengatakan
halusinaasinya.
- Membuat jadwal kegiatan sehari hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
- Meminta orang lain (perawat / teman anggota keluarga) menyapa bila tampak bicara sendiri.
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus / mengontrol halusinasi secara bertahap.
e. Berikan kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan pujian bila
berhasil.
f. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok (orientasi realisasi dan stimulasi
persepsi).

4. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengotrol halusinasinya :


a. Anjurkan klien memberitahu keluarga bila mengalami halusinasi.
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung / pada saat kunjungan rumah)
- Gejala halusinasinya yang dialami klien
- Cara yang dapat dilakukan klien dan ke-luarga untuk memutus halusinasi
- Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah : Beri kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama, berpergian bersama
- Berikan informasi waktu follow up atau kapan perlu mandapat bantuan; halusinasi tak
terkontrol dan resiko mencederai orang lain.

5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik :


a. Diskusi dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat merasakan manfaatnya.
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter / perawat tentang efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
d. Diskusikan akibat berhenti obat tanpa kon-sultasi.
e. Bantu klien menggunakan obat, dengan prinsip 5 (lima) benar (benar dosis, benar cara, benar
waktu)

Tujuan Umum :
Klien dapat melakukan komunikasi verbal
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien.

b. Jangan membantah dan mendukung waham klien.


- Katakan perawat menerima : saya menerima keyakinan anda, disertai ekspresi menerima.
- Katakan perawat tidak mendukung : sadar bagi saya untuk mempercayainya disertai ekspresi
ragu dan empati.
- Tidak membicarakan isi waham klien.
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung.
- Gunakan keterbukaan dan kejujuran
- Jangan tinggalkan klien sendirian
- Klien diyakinkan berada di tempat aman, tidak sendirian.

2. Klien dapat mengindentifikasi kemampuan yang dimilki


a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realitas.
b. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
c. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (aktiviotas sehari hari)
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai waham tidak ada.

3. Klien dapat mengindentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi :


a. Observasi kebutuhan klien sehari hari.
b. Diskusi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah / di RS.
c. Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien (buat jadwal aktivitas klien).

4. Klien dapat berhubungan dengan realitas :


a. Berbicara dengan klien dalam kontek realita (diri orang lain, tempat, waktu)
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

5. Klien dapat dukungan keluarga :


a. Gejala waham.
b. Cara merawatnya.
c. Lingkungan keluarga.

6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar


- Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi, efek samping obat, akibat
penghentian.
- Diskusikan perasaan klien setelah minum obat
- Berikan obat dengan prinsip 5 tepat

Tujuan Umum :
Klien mampuan merawat diri sehingga penampilan diri menjadi adekuat
Tujuan Khusus :
1. klien dapat mengindentifikasi kebersihan diri
a. Dorong klien mengungkakan perasaan tentang keadaan dan kebersihan dirinya.
b. Dengan ungkapan klien dengan penuh perhatian dan empati.
c. Beri pujian atas kemapuan klien mengungkapkan perasaan tentang kebersihan dirinya.
d. Diskusi dengn klien tentang arti kebersihan diri
e. Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri.

2. Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan dirinya.


a. Kaji tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang kebutuhan perawatan diri klien
b. Diskusikan dengan keluarga
c. Motivasi keluarga dalam berperan aktif memenuhi kebutuhan perawatan diri klien.
d. Beri pujian atas tindakan positif yang telah dilakukan keluaga

Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
Tujuan Khusus :
1.1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
a. Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan interaksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Bina kontrak yang jelas (topik, waktu, tempak).
b. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang diderita
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab Serta
mampu menolong dirinya sendiri.

1.1. Klien dapat mengindetifikasi kemampuan dan aspek positf yang memiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek yang di miliki klien. Dapat dimulai dari bagian tubuh yang
masih berfungsi dengan baik, kemampuan lain yang dimiliki oleh klien, aspek positif (keluarga,
lingkungan) yang dimiliki klien. Bila klien tidak mampu mengindetifikasi maka dimulai oleh
perawat memberi pujian terhadap aspek positif klien.
b. Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan memberikan pujian
yang realistis.

1.1. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


a. Diskusikan selama sakit
Misal : penampilan klien dalam self care, latihan fisik dan ambulasi serta aspek asuhan terkait
dengan gangguan fisik yang dialami klien.
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaanya setelah plan sesuai dengan
kondisi sakit klien.

1.1. Klien dapat menetapkan / merencakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang
membutuhkan bantuan total.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai degan tolerasi kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (kadang klien takut me
laksanakannya).

1.1. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan.
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
1.1. Klien dapat menfaatkan sistem pendukung yang ada
a. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantuan keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Diposkan oleh keperawatan di 20.03
Label: Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui)

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

kalau udah di baca beri komentar ya....

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

keperawatan
medan, sumatera utara, Indonesia
Jadikan hidup kamu berguna bagi dirimu dan lingkungan mu... Oleh Pegawai LAB
THAMRIN Sei Batang Hari perjalanan panjang masih perlu kita hadapi..Pantang
Menyerah teruslah bersemangat
Lihat profil lengkapku
Pengikut
LAPORAN KEPANITRAAN KLINIK TEMAN SEJAWAT
LAPORAN KEPANITRAAN KLINIK DI Tetaplah semangat dan terus
PUSKESMAS TANJUNG MORAWA berkarya

Daftar isi
2010 (3)

2009 (154)
o Desember (1)
o November (2)
o Oktober (2)
Okt 28 (1)
Okt 24 (1)
LAPORAN PENDAHULUAN
Skizofrenia
o September (5) Toba lake
o Juli (2)
o Juni (1) My Album
o Mei (8)
o April (7)
o Maret (13)
o Februari (82)
o Januari (31)

i'm yours

gunung sibayak
Free Music Ada kesalahan di dalam gadget ini

SEKRIPSI
HUBUNGAN KEPUASAN IBU HAMIL
TERHADAP KAPABILITAS BIDAN DALAM
PELAYANAN ANTENATAL CARE DI KLINIK
BIDAN RASITA BR BANGUN PENEN SIBIRU-
BIRU DELI SERDAN
Efektivitas Pemberian Tablet Zat Besi dengan Anemia
pada Ibu Hamil di Klinik Kasih ibu Desa durian Kec.
Deli Tua Tahun 2009
hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang infeksi
nasokomial post operatif appendik dengan cara
perawatannya di RSUD.Dr.Djoelham Binjai
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
MANFAAT TABULIN DI DESA DELITUA TAHUN
2009
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS DELITUA TAHUN 2009

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU


TENTANG STIMULASI DENGAN
PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK
USIA 3-5 TAHUN DI DESA PEMATANG TATAL
KEC PERBAUNGAN KAB SERDANG BEDAGAI
TAHUN 2009

Template Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Icoel's Blog Lakukan Dengan fikiran

Beranda
Kebidanan
Koleksi Gambarku
Kumpulan Askep
Kumpulan Skripsi
Manajemen
Rubrik Kamu
Ceritaku..

Skizofrenia

2 Votes

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Skizofrenia
Menurut Isaac (2005) schizophrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
berbagai area fungsi individu termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima,
menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi serta perilaku dengan sikap
yang dapat diterima secara sosial. Schizophrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius
yang melibatkan perilaku psikotik, pemikiran kongkret, kesulitan dalam memperoleh informasi
dan hubungan interpersonal serta kesulitan dalam memecahkan masalah (Stuart, 2007).
Gangguan schizophrenia merupakan gangguan jiwa yang berlanngsung menahun, sering kambuh
dan kondisi kejiwaa penderita semakin lama semakin merosot, gangguan ini terdiri dari:
a) Schizophrenia paranoid
Schizophrenia paranoid merupakan schizophrenia yang dikarakteristikkan dengan kecurigaan
yang ekstrim terhadap orang lain dengan halusinasi dan waham kejar atau waham kebesaran
(Towsend, 1998).
b) Schizophrenia catatonic
Schizophrenia catatonic merupakan salah satu jeniss schizophrenia yang ditandai dengan
rigiditas otot, negativism, kegembiraan berlebih atau posturing (mematung), kadang-kadang
pasien juga menunjukkan perubahan yang cepat antara kegembiraan dan stupor. Cirri penyerta
yang lain adalah gerakan stereotypic, manerisme dan fleksibilitas lilin (waxy flexibility) dan
yang sering dijumpai adalah mutisme (Kusuma, 1997).
c) Schizophrenia hebephrenic
Schizophrenia hebephrenic (Disorganized schizophrenia) merupakan jenis schizophrenia yang
ditandai dengan adanya percakapan dan perilaku yang kacau, serta afek yang datar atau tidak
tepat, gangguan asosiasi, pasien mempunyai sikap yang aneh, menunjukkan perilaku menarik
diri secara sosial yang ekstrim, mengabaikan hygiene dan penampilan diri, biasanya terjadi
sebelum usia 25 tahun (Isaac, 2005)
d) Schizophrenia tak tergolongkan
Schizophrenia tak tergolongkan dikarakteristikkan dengan perilaku yang disorganisasi dan
gejala-gejala psikosis (mis: waham, halusinasi, inkoherensia atau perilaku kacau yang sangat
jelas) yang mungkin memenuhi lebh dari satu tipe/kelompok criteria schizophrenia (Towsend,
1998).
e) Schizoaffective
Kelainan schizoaffective merujuk kepada perilaku yang berkarakteristik schizophrenia, ada
tambahan indikasi kelainan alam perasaan seperti depresi atau mania (Towsend, 1998).
f) Schizophrenia residual
Schizophrenia residual adalah eksentrik, tetapi gejala-gejala psikosis saat diperiksa/dirawat tidak
menonjol. Menarik diri atau afek yang serasi merupakan karakteristik dari kelainan, pasien
memiliki riwayat paling sedikit satu episode schizophrenia dengan gejala-gejala yang menonjol

2. Penyebab (Faktor predisposisi dan presipitasi)


Menurut Ingram dkk (1995) penyebab skizofrenia tidak diketahui akan tetapi hal-hal yang dapat
diketahui sebagai factor presipitasi dan predisposisi terjadinya skizofrenia antara lain:
a. Herediter
Pentingnya faktor genetik telah dibuktikan secara meyakinkan. Risiko bagi masyarakat umum
1% pada orang tua risiko skizofrenia 5% pada saudara kandung 8% dan pada anak 10%.
Gambaran terakhir ini menetap walaupun anak telah dipisahkan orang tua sejak lahir, dan pada
kembar monozigot 30-40%.
b. Lingkungan
Gambaran pada penderita kembar seperti di atas menunjukkan bahwa faktor lingkungan cukup
berperan dalam menampilkan penyakit pada individu yang memiliki faktor predisposisi,
beberapa penelitian mengatakan skizofrenia bukan suatu penyakit, tetapi suatu respon terhadap
tekanan emosi yang dapat ditoleransi dalam keluarga dan masyarakat, tetapi pandangan ekstrim
demikian walaupun sesuai dengan masyarakat kurang didukung oleh penelitiaan. Banyak
penelitian terhadap pengaruh masa kanak-kanak, khususnya atas personalitas orang tua, tetapi
belum ada yang berhasil
c. Emosi yang diekspresikan
Jika keluarga skizofrenia memperlihatkan emosi yang diekspresikan secara berlebihan, misalnya
pasien diomeli atau terlalu banyak dikekang denagn aturan-aturan yang berlebihan, maka
kemungkinan, maka kemungkinan kambuh lebih besar. Juga jika pasien tidak mendapatkan obat
neuroleptik. Angka kekambuhan di rumah dengan ekspresi emosi rendah dan pasien minum obat
teratur sebesar 12% dengan ekspresi emosi rendah dan tanpa obat 42%, ekspresi emosi tinggi
dengan tanpa obat, angka kekambuhan 92%.

3. Tanda dan gejala


Menurut Hawari (2004, p.43-46), gejala gejala positif yang yang diperlihatkan pada penderita
skizofrenia adalah sebagai berikut:
a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun
telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rational, namun penderita tetap
meyakini keberanannya.
b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya pederita
mendenga suara suara / bisikan bisikan di telinganya padahal tdak ada sumber dari suara /
bisikan itu.
c. Kekacauan alam piker, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau,
sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar mandir, agresif, bicara dengan semangat dan
gembira berlebihan.
e. Merasa dirinya orang besar, merasa serba mampu, serba hebat, dan sejenisnya.
f. Pekirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan akan ada ancaman terhadap dirinya.
g. Menyimpan rasa permusuhan.
Gejala gejala positif skizofrenia sebagaimana diuraikan diatas amat mengganggu lingkungan
(keluarga) dan merupakan salah satu motivasi keluarga untuk membawa penderita berobat.
Gejala negative yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah sebagai berikut:
a. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat
dari wajahnya yang tidak menunjukan ekspresi.
b. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawl) tidak mau bergaul atau kontak dengan orang
lain, suka melamun (day dreaming).
c. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
d. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
e. Sulit dalam berpikir abstrak.
f. Pola piker stereotype.
g. Tidak ada / kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya
dan usaha, tidak ada spontanitas, menonton, serta tidak ingin apa apa, dan serba malas
(kehilangan nafsu)

4. Penatalaksanaan
Menurut Tomb (2004), pengobatan untuk penderita skizofrenia dapat menggunakan beberapa
metode antara lain:
a. Metode biologic
Obat psikosis akut dengan obat anti psikotik, lebih disukai dengan anti psikotik atypical baru
(kisaran dosis ekuivalen = chlorpromaxine 300-600 mg/hari). Ketidak patuhan minum obat
sering terjadi, oleh karena itu perlu diberikan depo flufenazine atau haloperidol kerja lama
merupakan obat terpilih. Penambahan litium, benzodiazepine, atau diazepam 15-30 mg/ hari atau
klonazepam 5-15 mg/hari sangat membantu menangani skizofrenia yang disertai dengan
kecemasan atau depresi. Terapi kejang listrik dapat bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat
beberapa psikosis akut. Sangat sedikit pasien skizofrenia yang tidak berespon dengan obat-
obatan dapat membaik dengan ECT.

b. Metode psikosis
Menurut Hawari (2006, p.105-108) jenis psikoterapi yang dilakukan untuk menangani penyakit
skizofrenia antara lain;
1. Psikoterapi suportif
Bentuk terapi yang bertujuan memberikan dorongan semangat dan motivasi agar penderita tidak
merasa putus asadan semangat juangnya (fighting spirit) dalam menghadapi hidup.
2. Psikoterapi re edukatif
Bentuk terapi yang dimaksudkan member pendidikan ulang untuk merubah pola pendidikan
lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
3. Psikoterapi rekonstruksi
Terapi yang dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang mengalami keresahan.
4. Terapi tingkah laku
Adalah terapi yang bersumber dari teori psikologi tingkah laku (behavior psichology) yang
mempergunakan stimulasi dan respon modus operandi dengan pemberian stimulasi yang positif
akan timbul proses positif.
5. Terapi keluarga
Bentuk terapi yang menggunakan media sebagai titik tolak terapi karena keluarga selain sebagai
sumber terjadinya gangguan tingkah laku juga sekaligus sarana terapi yang dapat
mengembalikan fungsi psikis dan sosial melalui komunikasi timbal balik.
6. Psikoterapi kognitif
Memulihkan kembali fungsi kognitif sehingga mampu membedakan nilai nilai sosial dan etika.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada saat pengkajian focus pada penderita skizofrenia sering didapatkan adanya data data
sebagai berikut (Carpenito, L.J, 1998; 328 329);
a. Perubahan persepsi sensori ; halusinasi
1) Data subyektif: tidak mampu mengenal waktu, orang, tempat, tidak mampu memecahkan
masalah, mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara suara atau bayangan
bayangan), mengeluh cemas dan khawatir.
2) Data obyektif ; mudah tersinggung, apatis, dan cenderung menarik diri, tampak gelisah,
perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara seolah olah mendengar
sesuatu, menggerakkkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara, menyeringai dan tertawa yang tidak
sesuai, gerakan mata yang cepat, pikiran yang berubah ubah dan konsentrasi rendah, kadang
tampak ketakutan, respon respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk
yang kompleks).

b. Perilaku kekerasan/ resiko perilaku kekerasan


1. Data subyektif: klien mengeluh perasaan terancam, marah, dendam, klien mengungkapkan
perasaan tidak berguna, klien mengungkapkan perasaan jengkel, klien mengungkapkan keluhan
adanya fisik seprti dada berdebar debar, rasa tercekik, dada terasa sesak, bingung, klien
mengatakan mendengar suara suara yang menyuruh melukai diri sendiri. Orang lain dan
lingkungan, klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya
2. Data obyektif ; muka merah, mata melotot, rahang dan bibir mengatup tangan dan kaki tegang,
tangan mengepal, tampak mondar mandir, tampak berbicara sendiri dan ketakutan, tampak
bicara dengan suara tinggi, tekanan darah meningkat, frekuensi denyut jantung meningkat,
banyak keluar keringat, napas pendek.

c. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah


1. Data subyektif; mengkritik diri sendiri dan orang lain, perasaan dirinya sangat penting yang
berlebih lebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah. Sikap negative pada diri sendiri, sikap
pesimis pada kehidupan.
2. Data obyektif; produktivitas menurun, perilaku destruktif pada diri sendiri, perilaku destruktif
pada orang lain, penyalahgunaan zat, menarik diri dari hubungan sosial, ekspresi wajah malu dan
rasa bersalah, menunjukkkan tanda depresi (sukar makan dan sukar tidur), tampak mudah
tersinggung, mudah marah.
d. Isolasi sosial : menarik diri
1. Data subyektif; mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan,
mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki.
2. Data obyektif; tampak menyendiri dalam ruangan, tidak berkomunikasi dan tidak bisa
memulai pembicaraan, menarik diri, tidak melakukan kontak mata, tampak sedih, afek datar,
posisi meringkuk di tempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu. Kegagalan berinteraksi
dengan orang lain didekatnya, kurang aktifitas fisik dan verbal, tidak mampu membuat
keputusan dan berkonsentrasi, mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya.
e. Waham
1. Data subyektif : merasa curiga, merasa cemburu, merasa diancam/ diguna guna, merasa
sebagai orang hebat, merasa memiliki kekuatan luar biasa, merasa sakit/ rusak organ tubuh,
merasa sudah mati, merasa perilakunya dikontrol orang lain, merasa pikiran orang lain masuk ke
dalam alam pikirnya, merasa orang lain mengetahui isi pikirannya, merasa orang lain menjauh,
merasa tidak ada orang yang mau mengerti.
2. Data obyekstif : marah marah tanpa sebab, banyak berbicara (logorrhoe), menyendiri,
sirkumtansial, inkoheren, flight of idea, hipermotorik, euphoria (gembira berlebihan), disforia
(sedih berlebihan), marah marah karena alasan sepele, menyendiri.
f. Defisit perawatan diri
1. Data subyektif; menyatakan malas mandi, tidak tahu cara makan yang baik, tidak tahu cara
dandan yang baik, tidak tahueliminasi yang baik, tidak tahu cara berpakaian yang baik, merasa
tak berguna, merasa tak perlu mengubah penampilan, merasa tidak ada yang peduli.
2. Data obyeksif ; badan kotor, dandanan tidak rapi, makan berantakan, BAB/ BAK sembarang
tempat, rambut dan kuku panjang, badan bau, gigi kotor, pakaian kotor, dan tidak terkancing
dengan benar, menolak ketika disarankan untuk makan, mandi dan berpakaian. Menolak buang
air kecil dan buang air besar di tempat yang disediakan.

2. Diagnosa keperawatan
Menurut Townsend (1998) dan Stuart (1998) diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari
pohon masalah tersebut adalah;
a. Perilaku kekerasan
1) Pengertian diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri, orang lain dan lingkungan yang merupakan
respon dari kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagi ancaman
(Stuart & Sundeen, 1995).
2) Faktor yang berhubungan
Perilaku kekerasan sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada orang lain,
perasaan panic, reaksi kemarahan, waham, sukar berinteraksi di masa lampau, perkembangan
ego yang lemah serta represi rasa takut (Towsend, 1998 p 150). Menurut Stuart & Sundeen,
(1998; 345) perilaku kekerasan disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah.
3) Kriteria
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya (Boyd & Nihart (1998)) antara
lain:
Data subyektif;
a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah, dendam
b. Klien mengungkapkan perasaan tidak berguna
c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel
d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar debar, rasa tercekik, dada
terasa sesak, bingung.
e. Klien mengatakan mendengar suara suara yang menyuruh melukai diri sendiri, orang lai dan
lingkungan.
f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya

Data obyektif;
a. Muka merah
b. Mata melotot
c. Rahang dan bibir mengatup
d. Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal
e. Tampak mondar mandir
f. Tampak berbicara sendiri dan ketakutan
g. Tampak bicara dengan suara tinggi
h. Tekanan darah meningkat
i. Frekuensi denyut jantung meningkat,
j. Banyak keluar keringat
k. Nafas pendek
b. Perubahan sensori persepsi; halusinasi
1). Pengertian diagnose keperawatan
Menurut maramis (1998; 119) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari
panca indera, dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan
oleh psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik. Sedangkan menurut pendapat lain
halusinasi merupakan suatu keadaaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan
pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal) disertai
dengan suatu pengurangan, berlebih lebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setiap
stimulus (Townsend, 1998; 156).
2). Faktor yang berhubungan
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panic, stress berat yang
mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial dan menarik diri.(Townsend, 1998 ; 156)
3). Kriteria
Klien dengan halusinasi sering menunjukkan adanya (Carpenito, 1998:363; Townsend,
1998:156; Stuart, & Sundeen, 1998; 328 329):
Data subyektif:
a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat.
b. Tidak mampu memecahkan masalah
c. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara suara atau melihat bayangan)
d. Mengeluh cemas dan khawatir
Data obyektif:
a. Mudah tersinggung
b. Apatis dan cenderung menarik diri
c. Tampak gelisah, perubahan perilaku, dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara seolah
olah mendenganrkan sesuatu.
d. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
e. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
f. Gerakan mata yang cepat.
g. Pikiran yang berubah ubah dan konsentrasi rendah
h. Kadang tampak ketakutan
i. Respon respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks).

c. Isolasi sosial (menarik diri)


1) Pengertian diagnosa keperawatan
Menurut towsaend (1998:152), isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negative yang mengancam bagi dirinya.
Sedangkan menurut Carpenito (1998:381), isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu
atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.
2) Faktor yang berhubungan
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada orang lain,
perasaan panic, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar berinteraksi di masa
lampau, perkembangan ego yang lemah serta serta represi rasa takut (Towsend, 1998:152).
Menurut Stuart & Sundeen (1998:345) Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri
rendah.
3) Kriteria
Menurut Towsend (1998:152-153) & Carpenito (1998:382) isolasi menarik diri sering ditemukan
adanya tanda dan gejala sbb:
Data subjektif:
a Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan
b Menungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki
Data objektif:
a. Tampak menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri
c. Tidak melakukan kontak mata
d. Tidak bisa memulai pembicaraan
e. Tampak sedih, afek datar
f. Posisi meringkuk di tempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu
g. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau immature dengan perkembangan
usianya
h. Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain di dekatnya
i. Kurang aktifitas fisik dan verbal
j. Tidak mampu membuat keputusan dan konsentrasi
k. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

d. Gangguan konsep diri; harga diri rendah


1. Pengertian diagnosa keperawatan
Harga diri rendah adalah penilaian kepribadian terhadap hasil yang dicapai dengan meganalisa
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart & Sundeen, 1998:227). Menurut Towsend
(1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung.
2. Faktor yang berhubungan
Harga diri rendah sering disebabkan karena adaya koping individu yang tidak efektif akibat
adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung, kemunduran perkembangan
ego, pengulangan umpan balik yang negative, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada
tahap perkembangan awal (Towsend, 1998:366)
3. Kriteria
Menurut Carpenito (1998:352), Keliat (1994:20) perilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah antara lain:
Data subjektif:
a) Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b) Perasaan dirinya sangat penting yang berlebihan
c) Perasaan tidak mampu
d) Rasa bersalah
e) Sikap negatif pada diri sendiri
f) Sikap pesimis pada kehidupan
g) Keluhan sakit fisik
h) Pandangan hidup yang terpolarisasi
i) Menolak kemampuan diri sendiri
j) Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
k) Perasaan cemas dan takut
l) Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
m) Mengungkapkan kegagalan pribadi
n) Ketidakmampuan menentukan tujuan
Data objektif:
a) Produktifitas menurun
b) Perilaku destruktif pada diri sendiri
c) Perilaku destruktif pada orang lain
d) Penyalahgunaan zat
e) Menarik diri dari hubungan sosial
f) Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
g) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h) Tampak mudah tersinggung/mudah marah

e. Gangguan proses pikir : waham


1) Pengertian diagnosa keperawatan
Menurut Towsend (1998:158) proses waham merupakan suatu keadaan dimana seseorang
mengalami kelainan dalam mengoperasionalkan kognitif dan aktifitas.
2) Faktor yang berhubungan
Menurut Towsend (1998:158) kemungkinan etiologi dari waham ini adalah ketidakmampuan
untuk mempercayai orang lain, panik, menekan rasa takut, stress yang cukup berat yang
mengancam ego yang lemah dan kemungkinan karena faktor herediter.
3) Kriteria
Menurut Towsend (1998:158) waham seringkali ditemukan tanda dan gejala sebagai berikut:
a Ide-ide yang salah (waham)
b Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
c Kewaspadaan yang berlebihan
d Kelainan rending perhatian-distraktibilitas
e Ketidaktepatan interpretasi lingkungan
f Kelainan kemampuan mengambil atau membuat keputusan, menyelesaikan masalah, alasan,
pemikiran abstrak atau konseptualisasi dan berhitung
g Perilaku sosial yang tidak sesuai (merefleksikan ketidaksiapan pemikiran).

f. Defisit perawatan diri


1) Pengertian diagnosa keperawatan
Menurut Towsend (1998:161) defisit perawatan diri atau kurang perawatan diri adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami kerusakan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan kegiatan hidup sendiri.
2) Faktor yang berhubungan
Menurut Towsend (1998:161-162) kemungkinan etiologi yang berhubungan dengan defisit
perawatan diri adalah mekanik diri, regresi, panic, ketidakmampuan mempercayai orang lain.
3) Kriteria
Menurut Townsend (1998: 161-162) batasan karakteristik dari perawatan diri ini adalah:
a) Mengalami kesukaran dalam mengambil atau ketidakmampuan untuk membawa makanan dari
piring atau wadah ke dalam mulut.
b) Ketidakmampuan (menolak) untuk membersihkan tubuh atau bagian tubuh.
c) Kelainan kemampuan atau kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai untuk
dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan penampilan pada tahap yang memuaskan.
d) Ketidakmampuan atau ketidakadanya keinginan untuk melakukan defekasi dan berkemih
tanpa bantuan.

3. Intervensi keperawatan
a. Perilaku kekerasan atau Resiko perilaku kekerasan
1) Tujuan: Setelah tindakan keperawatan ..x. hari pasien dapat mengontrol perilaku
kekerasan dengan criteria :
a) Wajah cerah, tersenyum.
b) Mau berkenalan dan ada kontak mata.
c) Bersedia menceritakan perasaan.

C. Daftar Pustaka
Ingram, dkk. (1995). Catatan Kuliah Psikiatri (terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Isaac, (2005). Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Ed 3. EGC: Jakarta.
Keliat, dkk. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Cetakan I. EGC: Jakarta.
Keliat. (1992). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri. Cetakan I. EGC: Jakarta.
Kusuma. (1999). Dari A sampai Z Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktik. Cetakan I. Profesional
Books : Jakarta.
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga Untuk Perawat Dan Mahasiswa Keperawatan. Cetakan I. CV Sagung Seto:Jakarta.
Stuart & Sundeen, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 3, ECG: Jakarta.
Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5, EGC: Jakarta.
Tomb, (2004). Buku Saku Psikiatrik. Ed 6, EGC: Jakarta.
Townsend, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik Pedoman
untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Ed 3 , EGC: Jakarta.

Share this:

Reddit

One response

1.

Eti sumiati

1.Apakah penyakit jiwa skizoprenia bisa sembuh total


2.Dimana tempat rawat inap penyakit tsb.
3.Berapa biaya perawatan dan apakah bisa mengunakan asuransi kesehatan.

28 Agustus 2012 pukul 11:27 AM


Balas

Tinggalkan Balasan

PAGI.. !!!!!

doctor ratings

Halaman Ini Yang Anda Cari

Ceritaku..
o Awali Dengan Tangisan Akhiri Dengan Senyuman
o Bidadari Kecilku
o Cerita Dari Perempuan
o Kekasih Keabadian
o Pemuja Cinta
o Satu Keinginan Berbeda Harapan
o Satu keinginan berbeda harapan
o Tulisan Untuk Kekasih
Kebidanan
o Antenatal Care
o ANC
o ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF, KEHAMILAN, PERSALINAN,
NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR PADA NY.Y
o ASUHAN KEBIDANAN PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN
ANTEPARTUM YANG DISEBABKAN KARENA SOLUSIO PLASENTA
o ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R DENGAN POST PARTUM
EKLAMPSIA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2009
o ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM NORMAL PADA NY.S DI BPS
KABUPATEN CIREBON TAHUN 2008.
o KALA II PERSALINAN
o KEHAMILAN GANDA (GEMELI)
o KONTRASEPSI PIL
o SAP
o SAP 2
o SEKSIO SESARIA
o TUBEKTOMI
Koleksi Gambarku
o Alat Kesehatan
Kumpulan Askep
o ASKEP ANAK
Asuhan Keperawatan BBLR
Respiratory Distress Syndrome
o ASKEP JIWA
Halusinasi
Halusinasi
Harga Diri Rendah
Skizofrenia
o Askep Keluarga
o ASUHAN KEPERAWATAN Tn. T DENGAN POST OPERASI BENIGNA
PROSTATE HYPERTROPI DI RUANG 8 RSUD GUNUNG JATI
KOTA CIREBON
o CRF ( Cronic Renal Failure)/Gagal ginjal akut
o CRF ( Cronic Renal Failure)/Gagal ginjal akut
o Diabetes Militus
o Frakttur
o GASTRO ENTERITIS
o GASTRO ENTERITIS
o MANAGEMAN BREATHING
Kumpulan Skripsi
o *Skripsi
o *Skripsi
o *Skripsi
o *Skripsi
o ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN NY. N DENGAN ROBEKAN
PERINEUM DERAJAT II DI RSUD MAJALENGKA TAHU N 2009 .
o Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan Koordinator Puskesmas
dalam pencapaian cakupan K4 dan Pn di Kabupaten Indramayu Tahun 2010.
o Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit
o Hubungan antara karakteristik ibu bersalin dengan kejadian pre-eklampsia /
eklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu tahun 2010?
o Hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dengan praktik perawatan organ
genetalia eksterna pada remaja putri di SMK N 1 Kendal.
Manajemen
o Manajemen di Rumah Sakit Jiwa
o PROSEDUR OPERAN JAGA
Rubrik Kamu
o TULISAN KAMU

My Profile

My Frofil
Kelilingilah dunia dan dapatkan apa yang kamu inginkan, tapi jangan lupa siapa
yang menciptakan dunia, maka bersujudlah padaNya..

Yang Nulis

Icoel Budiman
o PENDAPAT ANDA
o RUBRIK KAMU
o Icoel n Yuyun
o Evakuasi Korban Part 2
o Evakuasi Korban part 1
o BUTUH OLAH DATA ???
o 117
o 102
o My Inspirations
o PARATA08

Komentar Kamu

tina andriani di RUBRIK KAMU

Polling

Menurut anda setujukah jika RUU Keperawatan itu segera di sahkan demi perlindungan
terhadap praktik Keperawatan Profesional.

Tuliskan jawaban anda serta alasan anda di kotak komentar yang telah disediakan di bawah ini.

Setujukah RUU Keperawatan Disahkan


Sangat setuju
Setuju

Harapan

Ragu-ragu

VoteView ResultsPolldaddy.com

BLOGQ

Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com

Tanggal hari ini..

Februari 2017
S S R K J S M
Agu
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
Februari 2017
S S R K J S M
20 21 22 23 24 25 26
27 28

Mampir....

Arif budiman 0
smile heart 0
Info CPNS Ropeg 0
DEPKES 0
Perawat On LIne 0
PPNI 0
Suara Muslim 0
FK UI 0
Mas Farid 0
Parata '08 0

Persahabatan

Banyak orang yang menjalin persahabatan di bumi ini namun ada pula yang tidak paham makna
dari sebuah persahabatan itu sendiri, yang ngebayarin jajan bakso, mentraktir makan, membantu
meringankan beban, sering mengajak curhat atau main selalu bersama-sama dan banyak lagi hal
lainnya. Apakah semuanya itu adalah yang dinamakan sahabat, munkin itu hanya bagian dari arti
persahabatan

Persahabatan budiman sama budiman tidak berkehendak kepada pertemuan setiap hari. Sebab
ada orang bersahabat yang hanya bertemu sekali selama hidup, dan ada juga yang tidak pernah
bertemu selama-lamanya, tetapi selalu ada hubungan bathin. Raja Habsyi ( Negus, Najasyi ) di
negeri Habsyi yang semasa dengan Nabi Muhammad S.A.W. bersahabat dengan beliau, padahal
mereka tidak pernah bertemu.

Orang yang bijaksana, tidaklah mencari sahabat melainkan orang-orang yang panjang fikirnya,
kuat agamanya, luas ilmunya, tinggi akhlaknya, lanjut akalnya, dan diwaktu mudanya hidup
bergaul dengan orang-orang yang saleh. Barang siapa yang melalaikan percintaan sahabatnya,
tidaklah dia akan merasai buah persaudaraan orang itu. Barang siapa memutuskan persaudaraan
lantaran Takut Kena , hiduplah dia tidak bersaudara. Tidaklah ada kesenangan hati yang
menyamai kesenangan bersahabat, dan tidak ada kedukaan yang melebihi putus persahabatan . (
Abu Hatim )

Kalau tidak ada sahabat, otak kacau. Kepada siapa kita akan menyatakan perasaan yang
terpendam ?

Ada juga orang yang sanggup bersahabat dengan hati dan akalnya sendiri saja. Tetapi kalau
dilihat dari kehidupan sehari-harinya tampak kesepian jiwanya.
Sadarkah kita, bahwa mencari sahabat lebih kita utamakan dari mencari cinta ?

Sebagaimana mencarai istri untuk teman hidup dikuatkan dengan akal, maka mencari temanpun
harus di bawah kontrol akal. Sebab bersahabat hampir sama dengan perkawinan. Bedanya ialah
kawin dengan perempuan adalah perkawinan badan dan roh. Adapun persahabatan adalah
perkawinan roh dengan fikiran. ( HAMKA )

Sahabat sejati adalah orang yang mau mendengar dan mengerti ketika anda mengungkapkan
perasaan anda yang paling dalam. Ia mendukung ketika anda tengah berjuang. Ia menegur
dengan lembut penuh kasih ketika anda berbuat salah, dan ia memaafkan ketika anda gagal.
Seorang sahabat melecut anda untuk pertumbuhan pribadi, mendorong anda memaksimalkan
potensi anda sepenuhnya. Adapun yang paling menakjubkan, ia merayakan keberhasilan anda
seolah-olah keberhasilannya sendiri . ( Richard Exley, 2002 )

ArsipKu

ArsipKu

Twitter Terbaru

Kesalahan: Twitter tidak merespons. Tunggulah beberapa menit dan perbarui halaman.

Kategori Update

Uncategorized

Photo

Lebih Banyak Foto

GambarQ
Kategori Tulisan

Kategori Tulisan

Klik tertinggi

Tidak ada

Daftar Statistik

453,066 hits

Apa yang kamu cari

Cari

Tulisan terakhir

PENDAPAT ANDA
RUBRIK KAMU
Icoel n Yuyun
Evakuasi Korban Part 2
Evakuasi Korban part 1

Ikuti Blog melalui Email

Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima pemberitahuan
tentang pos baru melalui surat elektronik.

Bergabunglah dengan 6 pengikut lainnya

Tulisan Teratas

KALA II PERSALINAN

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.


Selasa, 20 Oktober 2009
SKIZOPHRENIA RESIDUAL

A. DEFINISI
Skizophrenia adalah suatu penyakit otak persinten dan serius yang mengakibatkan perilaku
psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal,
serta memecahkan masalah. (Stuart, 2006).
Skizophrenia adalah merupakan satu gangguan yang psikotik yang kronik, sering mereda, namun
timbul hilang dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya. (Kaplan dan Sadock, 1998).
Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primernya Bleuler,
tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan skizofrenia, (Maramis, 2004).
Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan skizofrenia dimana telah terjadi
progresi yang jelas dari stadium awal (terdiri dari satu atau lebih episode skizofrenia dengan
gejala-gejala yang menonjol).
Perilaku pada skizofrenia residual eksentrik tetapi gejala psikosis pada saat dirawat tidak
menonjol.

B. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui dan merupakan suatu tantangan riset yang dilakukan dan telah
banyak faktor predisposisi dan presipitasi yang diketahui.
Herediter pentingnya faktor genetika dibuktikan secara memungkinkan resiko masyarakat umum
1%, Pada orang tua resiko Skizoprenia 5%, pada saudar kandung 8% dan pada anakanak 10%.
Lingkungan gambaran pada penderita kembar seperti kembar identik 40% sampai 65%
berpeluang menderita skizofrenia, sedangkan kembar dizigotik 12%, ini menunjukan bahwa
lingkungan juga cukup berperan dalam menampilkan penyakit pada individu yang memiliki
predisposisi dari faktor genetika.
Emosi yang diekspresikan, jika keluarga Skizoprenia memperlihatkan emosi yang diekspresikan
secara berlebihan, misal klien sedang di omeli atau terlalu banyak dikekang dengan aturan
aturan yang berlebihan maka kemungkinan kambuh lebih besar.
C. TANDA DAN GEJALA
Suatu stadium kronis dari skizofrenia yg lebih lanjut ditandai dgn gejala negatif yg panjang,
walaupun belum tentu irreversibel.
Gejala negatif :
perlambatan psikomotor
aktivitas menurun
afek tumpul
sikap pasif tak punya inisiatif, tak punya minat dan energi sama sekali
banyak diam
perawatan diri buruk
kinerja sosial buruk.
(Hal ini dapat karena akibat traumatis masa kecil, contohnya seorang anak yang normal tanpa
cacat dilidah namun ia mengalami penyiksaan berupa ancaman dijebloskan kesumur oleh orang
tuanya. Akhirnya hingga dewasa mengalami kebisuan dan gagu padahal secara medis bagian
panca indranya tidak mengalami kerusakan, namun bagian neuroleptikanya memerlukan terapi
authisme sehingga dapat kembali berbicara normal, Selain faktor traumatik hal ini juga
diakibatkan faktor lingkungan dan faktor sosial yang buruk).

E. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi kepada klien dan keluarga yang
menghantar. Pengkajian pertama kali dilakukan secara lengkap guna menggali informasi yang
dibutuhkan untuk terapi guna kesembuhan klien.
Beberapa hal yang dapat dikaji kepada klien antara lain :
a. Identitas
Meliputi :
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan yang bertanggung jawab
b. Alasan masuk
Meliputi :
Penyebab klien masuk rumah sakit
Usaha yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan hasilnya.
c. Faktor Predisposisi
Meliputi :
Riwayat penyakit masa lalu dan hasil pengobatan sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat trauma yag pernah dialami
Masalah keperawatan yang muncul
d. Faktor fisik
Meliputi :
Tanda-tanda vital ( tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan )
Tinggi dan berat badan
Masalah keperawatan yang muncul
e. Faktor psikososial
Genogram
Menggambarkan hubungan klien dengan keluarga minimal 3 generasi keatas
Masalah keperawatan yang muncul
Konsep diri
Gambaran diri
Identitas diri
Ideal diri
Harga diri
Masalah keperawatan yang muncul
Hubungan Sosial
Orang yang berarti dalam hidupnya
Kelompok yang berarti dalam masyarakat
Keterlibatan klien dalam kelompok tersebut
Spiritual
Nilai dan keyakinan
Kegiatan ibadah
Masalah keperawatan yang muncul
Status mental
Penampilan
Pembicaraan
Aktivitas motorik alam perasaan
Waham
Isi pikir
Tingkat kesadaran
Memori
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kebutuhan persiapan pulang
Makan
BAK / BAB
Mandi
Berpakaian
Pemeliharaan kesehatan di dalam rumah

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain b.d status emosional.
2. Isolasi sosial b.d kurang rasa percaya diri kepada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang
lain
3. Perubahan persepsi sensorik (pendengaran) b.d halusinasi,panik,stess berat.

Diagnosa Keperawatan Perencanaan


Tujuan & Kriteria hasil Tindakan Keperawatan
Isolasi sosial b.d kurang rasa percaya diri kepada orang lain, sukar berinteraksi dengan orang lain
TUPAN:
pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain dan perawat dalam aktifitas
kelompok di unit rawat inap.

TUPEN:
Pasien masuk dalam terapi aktifitas dalam satu minggu.

Kriteria hasil :
a. Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain.
b. Pasien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa di suruh.
c. Pasien melakukan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai atau dapat
diterima.
Atur setiap hari, rencana waktu untuk berinteraksi dan beraktivitas dengan klien.
Dentifikasi factor signifikan support individu klien dan mendorong mereka untuk berinteraksi
dengan klien, percakapan ditelepon, beraktifitas dan mengunjunginya.

Bantu klien membedakan antara isolasi sosiol dan hasrat untuk mandiri.

Bantu klien menemukan klien lain untuk sosialisasi dengan orang yang memiliki kesukaan yng
sama.

Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.

Perlihatkan penguatan positif pada klien.

Temani klien untuk memperlihatkan dukungan selama aktifitas kelompok yang mungkin
merupakan hal yang menakutkan atau sukar untuk pasien.

Jujur dan menepati janji

Gangguan komunikasi verbal b.d menarik diri TUPEN :


Klien dapat menunjukan kemampuan berkomunikasi pada 1 topik, klien dapat melakukan kontak
mata.
TUPAN:
Klien dapat berkomunikasi verbal dalam suatu lingkungan.
KH :
- Klien dapat berkomunikasi secara verbal
- klien mengetahui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan komunikasi verbalterjadi saat
peningkatan ansietas. Melakukan TAK untuk melatih komuniksai klien

Memperkenalkan aktfitas yang bersifat kelompok


Diposkan oleh Wito atau Ito di 05.16
Reaksi:

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Penting di buka ... !!!
Add Facebook Q dunkk.....
Wito Ito

Buat Lencana Anda

Sarwito R.B

Wito atau Ito


PONTIANAK - SOLO, SOLO, Indonesia
FRESH GRADUATED NS PROFESI
Lihat profil lengkapku

KEPERAWATAN JIWA
Skizofrenia Residual
Skizofrenia Hebefrenik

Askep
Askep Leukemia
Askep Haemoroid
Askep Sirosis Hepatis
Askep Trauma Tulang Belakang
Askep IMA
Askep Tekanan Vena Central
Askep Non Hodkin Limfome
Fakta Menarik
11 Fakta
Tips Mendapatkan Anak
Bahan Kimia Berbahaya Di Sekitar Anda
9 Pertanyaan Wajib Sebelum Operasi
Ilmuwan Ungkap Misteri Dibalik Pengalaman 'Mati Suri'
Simulasi 3D Mampu Prediksi Penyakit Jantung Lebih Dini'
Jadwal WorldCup 2010 dan Hasil Group'
Kala Cinta Bertasbih'

Artikel Kesehatan
Ampicillin.....??
Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Gagal Ginjal Kroniskah anda...?
Kerangka Tubuh Manusia
Arterial Ulcer

Design by: FinalSense

TulisanKu
Blog ini berisi tentang beberapa Referat yg saya bikin selama menjalani pendidikan profesi
kedokteran.. semoga bisa bermanfaat..

Sabtu, 09 April 2011


SKIZOFRENIA RESIDUAL (F20.5)

SKIZOFRENIA RESIDUAL (F20.5)


I. PENDAHULUAN

Gangguan-gangguan psikis yang sekarang dikenal sebagai skizofrenia, untuk

pertamakalinya diidentifikasi sebagai demence precoce atau gangguan mental dini oleh

Benedict Muler (1809-1873), seorang dokter kebangsaan belgia pada tahun 1890. Konsep yang

lebih jelas dan sistematis diberikan oleh Emil Kraepelin (1856-1926), seorang psikiatri jerman

pada tahun 1893. Kraepelin menyebutnya dengan istilah dimentia praecox. Menurut Kraepeli,
dimentia praecox merupakan proses penyakit yang disebabkan oleh penyakit tertentu dalam

tubuh. Dimentia praecox meliputi hilangnya kesatuan dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku.

Penyakit ini muncul pada usia muda dan ditandai oleh kemampuan-kemampuan yang menurun

yang akhirnya menjadi disintegrasi kepribadian yang kompleks. Gambaran Kraepelin tentang

dimentia paecox ini meliputi pola-pola tingkah laku seperti delusi, halusinasi, dan tingkah laku

yang aneh.(1)

Eugen Bleuler (1857-1939), seorang psikiater swiss, memperkenalkan istilah

skizofrenia . Istilah ini berasal dari bahasa yunani schitos artinya terbelah, terpecah, dan pren

yang artinya pikiran. Secara harafiah, skizofrenia berarti pikiran/jiwa yang terpecah/terbelah.

Bleuler lebih menekankan pola perilaku, yaitu tidak adanya integrasi otak yang mempengaruhi

pikiran, perasaan, dan afeksi. Dengan demikian tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi,

antara persepsi terhadap kenyataan yang sebenarnya. (1)

PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gngguan Jiwa di Indonesia III)

menempatkan skizofrenia pada kode F20. Skizofrenia termasuk dalam kelompok psikosis

fungsional. Psikosis fungsional merupakan penyakit mental secara fungsional yang non organis

sifatnya, hingga terjadi kepecahan kepribadian yang ditandai oleh desintegrasi kepribadian dan

maladjustment sosial yang berat, tidak mampu mengadakan hubungan sosial dengan dunia luar,

bahkan sering terputus sama sekali denga realitas hidup (lalu menjadi ketidakmampuan secara

sosial). Hilanglah rasa tanggung jawabnya dan terdapat gangguan pada fungsi intelektualnya.

Jika perilakunya tersebut menjadi begitu abnormal dan irrasional, sehingga dianggap bisa

membahayakan orang lain dan dirinya sendiri, yang secara hukum disebut gila. (1)

II. DEFENISI
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum

diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat

yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya

ditandai oleh penyimpangan yang foundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta

oleh afek yang tidak wajar (inapropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan

kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat

berkembang kemudian. (2)

Skizofrenia residual adalah skizofrenia yang diawali dengan gejala positif, namun

minimal dalam waktu satu tahun terakhir telah timbul gejala negatif. (2)

III. EPIDEMOLOGI

Insiden skizofrenia secara umum berkisar antara 5-50/100.000 orang pertahun.

Ditemukan pada 1% populasi di seluruh dunia tanpa memandang sosioekonomi dan jenis

kelamin. Prevalensi di Amerika Serikat berbeda pada tiap negara bagian dan diperkirakan 1.5-2

juta orang terkena kelainan ini. Onset skizofrenia lebih cepat pada laki-laki (15-25 tahun)

dibanding perempuan (25-35 tahun). Namun pada hakekatnya bisa terjadi pada hampir setiap

tingkat usia (10% pada usia 20 tahun, 65% pada usia 20-40 tahun, 50% pada usia 30 tahun, dan

25% pada usia diatas 40 tahun. Diperkirakan pula bahwa skizofrenia mengenai 33-50% pada

individu tunawisma serta penyalahgunaan obat terjadi pada 50% penderita skizofrenia. (1,3,4,5,6,7)

IV. ETIOLOGI

Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab Skizofrenia,

yaitu pendekatan biologis ( meliputi faktor genetik dan faktor biokimia), dan pendekatan

psikodinamik. (1)

Pendekatan Biologis
1. Faktor Genetik
Semakin dekat hubungan genetis antara penderita skizofrenia dan anggota keluarganya, semakin

besar kemungkinannya untuk terkena skizofrenia. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan

terkena skizofrenia dapat ditularkan secara genetis. Keluarga penderita skizofrenia tidak hanya

terpengaruh secara genetis akan tetapi juga melalui pengalaman sehari-hari. Orang tua yang

menderita skizofrenia dapat sangat mengganggu perkembangan anaknya. (1)


2. Faktor Biokimia
Hipotesis dopamine menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya

penerimaan dopamine dalam otak. Kelebihan ini mungkin karena produksi neurotransmitter atau

gangguan regulasi mekanisme pengambilan kembali yang dengannya dopamine kembali dan

disimpan oleh vesikel neuron parasimpatik. Kemungkinan lain adalah adanya oversensitif

reseptor dopamine atau terlalu banyaknya respon dopamine. (1)


3. Otak
Sekitar 20-35% penderita skizofrenia mengalami beberapa bentuk kerusakan otak. (1)

Pendekatan Psikoanalisa

Menurut Freud struktur kepribadian terdiri atas 3 aspek yaitu id, ego, dan super ego.

Pertimbangan antara id dan super ego seringkali tidak seimbang dan menimbulkan konflik.

Apabila ego berfungsi dengan baik, maka situasi konflik tersebut akan dapat dikendalikannya

atau di selesaikannya secara adekuat. Sementara jika ego lemah, maka situasi konflik tersebut

tidak akan dapat diseleaikannya, dan akan timbul banyak konflik internal atau bahkan konflik

yang sifatnya sangat hebat, yang diekspresikan dalam bentuk tingkahlaku yang abnormal. (1)

V. GEJALA KLINIS

Pembagian skizofrenia menjadi subtipe berdasarkan gejala-gejala yang menonjol. Secara

garis besar gejala skizofrenia, menurut DSM-IV, dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Gejala Positif:
Halusinasi (auditorik; mendengar suara-suara yang mengomentari atau bercakap-cakap tentang

dirinnya, visual,olfaktorik, gustatorik, taktil)


Waham (biasa dalam bentuk waham kejar, cemburu, bersalah, kebesaran, keagamaan, somatik,

waham dikendalikan, siar pikiran, penarikan pikiran, waham menyangkut diri sendiri, dll). (2,4,6)
Perilaku aneh (dalam berpakaian, perilaku sosial, seksual, agresif, perilaku berulang)
Gangguan proses pikiran (inkoherensi, noologismus, tangensialitas, sirkumtansial, bicara kacau,

dll). (2,4,6)
2. Gejala Negatif:
Afek yang tumpul/datar (ekspresi wajah tidak berubah, penurunan spontanitas gerak, hilangnya

gerakan ekspresif, kontak mata yang buruk, afek yang tidak sesuai, tidak adanya modulasi suara)
Alogia (kemiskinan bicara, kemiskinan isi bicara, penghambatan dan peningkatan latensi

respon)
Tidak ada kemauan, apati (bersikap acuh tak acuh)
Anhedonia (tidak suka berhubungan sosial, tidak suka dalam hubungan pertemanan)
Atensional impairmen (pecahnya perhatian). (2,4,6)

VI. DIAGNOSIS

Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik untuk Skizofrenia Residual (F20.5) adalah

sebagai berikut:

Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut harus dipenuhi semua:

a) Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotor, aktivitas

menurun, afek yang tumpul, sikap pasif dan ketidaan inisiatif, kemiskinan dalam kualitas atau isi

pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,

modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk. (2,8)
b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria

untuk diagnosis skizofrenia.


c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala

yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul

sindrom negatif dari skizofrenia


d) Tidak terdapat dimentia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronik atau

institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut. (2,8)

VII. PENATALAKSANAAN

Farmakoterapi

Trifluooperazine, Fluphenazine, dan Haloperidol yang efek samping sedatif lemah

digunakan terhadap sindron psikosis dengan gejala dominan apatis,menarik diri, afek tumpul,

kehilangan minat dan inisiatif,hipoaktif, waham, halusinasi, dll. (6)

Mekanisme obat antipsikosis tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor

pascasinaptik neuron diotak, kususnya sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2

reseptor antagonis), sehingga efektif untuk geala positif. Sedangkan obat antipsikosis atipikal

disamping berafinitas terhadap Dopamine D2 Reseptor juga terhadap Serotonin 5 HT2

Reseptor, sehingga efektif juga untuk gejala negatif. (6)

Psikoterapi dan Sosioterapi

Skizofrenia dapat berupa kondisi yang sangat mengkhawatirkan dan dapat berhubungan

dengan penurunan fungsi sosial, sehingga diperlukan dukungan, nasehat, dan pendidikan yang

baik. Terapi pendekatan psikologi keluarga yang utama berfokus pada membangun ikatan yang

baik dengan pasien. Pelatihan kemampuan sosial juga diperlukan karena dapat meningkatkan

kompetensi sosial dan menolong fungsi adaptasi dalam komunitas. (5)

VIII. PROGNOSIS

Sekitar 10% pasien skizofrenia akan berhasil bunuh diri. Sebagian besar beresiko pada

orang muda yang mempunyai pendidikan tinggi dan bagi orang yang menderita penyakit.

Jenjang usia pada penderita skizofrenia biasa sekitar 10 tahun lebih pendek dibanding usia orang
pada umumnya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya tindakan bunuh diri,

meningkatnya jumlah perokok, sosial ekonomi dan kecelakaan. (5)

Faktor-faktor dengan prognosis yang baik pada skizofrenia adalah:

- Wanita
- Status menikah
- Onset pada umur tua
- Onset sakitnya secara tiba-tiba
- Merespon baik terhadap pengobatan
- Tidak adanya gejala negatif
- Riwayat premorbid yang baik
- Waktu yang pendek dari sakitnya sampai pengobatan
- Penyakitnya dipengaruhi oleh pikiran pasien sendiri atau masalah keluarga(5)

IX. PENUTUP

Kesimpulan

Skizofrenia residual adalah skizofrenia yang diawali dengan gejala positif, namun

minimal dalam waktu satu tahun terakhir telah timbul gejala negatif. Gejala-gejala positif disini

antara lain adalah waham, halusinasi, pikiran kacau, dan bicara kacau. Sedangkan gejala-gejala

negatifnya adalah apati(bersikap acuh tak acuh), alogia, afek tumpul/datar, anhedonia(tidak suka

berhubungan sosial), dan antensional impairmen (pecahnya perhatian).

Untuk menentukan diagnosis dari skizofrenia residual, PPDGJ III dapat digunakan

sebagai pedoman. Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik untuk Skizofrenia Residual (F20.5)

adalah persyaratan berikut harus dipenuhi semua:

a) Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotor, aktivitas

menurun, afek yang tumpul, sip pasif dan ketidaan inisiatif, kemiskinan dalam kualitas atau isi

pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,

modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.
b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria

untuk diagnosis skizofrenia.


c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala

yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul

sindrom negatif dari skizofrenia


d) Tidak terdapat dimentia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronik atau

institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.

Pada skizofrenia residual terdapat adanya gangguan persepsi, isi pikiran, perilaku dan adanya

hendaya dalam bidang sosial sehingga pasien membutuhkan farmakoterapi, psikoterapii, dan

sosioterapi.

DAFTAR PUSTAKA

1. 1. Wicaksana, inu.2000.Skizofrenia: Antara Kerja dan Kualitas Hidup.Artikel pada harian

kompas 15 oktober 2000,halaman 21.

2. 2. Maslim,Dr.Rusdi.SpKJ.2001.Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.

Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

3. 3. Cameron, Alasdair D. 2004. Psychiatry second edition. Philadelphia: Elseivier Mosbhy.

4. 4. Stevens, Vivian M. 2004. Behavioral Science. Philadelphia: Elseivier Mosbhy.

5. 5. Stern, Theodore A.2004. Massachusetts General Hospital Psychiatry Update and Board

Preparation, Second EditionNew York: McGraw-Hill.

6. 6. Maslim,Dr.Rusdi.SpKJ.2007.Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Edisi

Ketiga. Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

7. 7. Skizofrenia, Available at; Http://www.cc.columbia.edu/cu/cup

8. 8. Residual Skizofrenia Diagnostic Criteria, Available at:

Http://Counsellingresource.com/distress/skizophrenia/icd/residual.html
Diposkan oleh lian di 01.19
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog
2011 (1)
o April (1)
SKIZOFRENIA RESIDUAL (F20.5)

Mengenai Saya

lian
Lihat profil lengkapku

Template Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai