Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FISIOLOGI SISTEM PENCIUMAN DAN PENGECAPAN

Di susun oleh

Shilvia Nisa N 04121003002


Rini Diana Sari 04121003032
Dwi Indrisky Fitri 04121003052
Suliana Mega L 04121003057
Fitri Rhmadani 04121003058
Feri atmajaya 04121003062

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang fisiologi
sistem penciuman dan pengecapan meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada ibu dian wahyuni selaku dosen mata kuliah Fisiologi 1 yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita sistem penciuman dan pengecapan. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Indralaya, Juni 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah ........................................................................................................... 2
1.3. Tujuan makalah .............................................................................................................. 2
BAB II ISI ................................................................................................................................ 3
2.1 Indera pengecap ............................................................................................................... 3
2.2 Transmisi Sinyal Pengecap ke Sistem Saraf Pusat . ........................................................ 9
2.3 Indera penciuman ........................................................................................................... 11
2.4 penjalaran sinyal-sinyal penciuman ke sistem saraf pusat ............................................. 12
BAB III Penutup ..................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................17
3.2 Saran...................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam, karena


alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu setiap makhluk
hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam. Untuk dapat
menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali perubahan lingkungan yang
terjadi, Tuhan memberikan indera kepada setiap makhluk hidup. Indera ini berfungsi
untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di dalam maupun di
luar tubuh. Indera yang ada pada makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor khusus.
Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang
terjadi. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu
interoreseptor dan eksoreseptor. Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada
sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding pembuluh darah, dinding saluran
pencernaan, dan lain sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali berbagai perubahan yang
ada di dalam tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam tubuh, kadar oksigen menurun,
kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan lain sebagainya. Eksoreseptor adalah
kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi untuk mengenali perubahan-
perubahan lingkungan yang terjadi di luar tubuh. Yang termasuk eksoreseptor yaitu:
(1) Indera penglihat (mata), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan
lingkungan seperti sinar, warna dan lain sebagainya. (2) Indera pendengar (telinga),
indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti suara. (3) Indera
peraba (kulit), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti
panas, dingin dan lain sebagainya. (4) Indera pengecap (lidah), indera ini berfungsi
untuk mengenal perubahan lingkungan seperti mengecap rasa manis, pahit dan lain
sebagainya. (5) Indera pembau (hidung), indera ini berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti mengenali/mencium bau. Kelima indera ini biasa kita
kenal dengan sebutan panca indera.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai fisiologi indera
penciuman dan pengecapan pada tubuh manusia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah yang di maksud dengan indera pengecap ?
Apakah fungsi dari indra pengecap ?
Bagaimanakah Transmisi Sinyal Pengecap ke Sistem Saraf Pusat ?
Apakah yang di maksud indera penciuman ?
Bagaimanakah penjalaran sinyal-sinyal penciuman ke ssp ?

1.3 TUJUAN MAKALAH


Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan indra pengecap.
Untuk mengetahui apa fungsi dari indra pengecap.
Untuk mengetahui bagaimana transmisi Sinyal Pengecap ke Sistem Saraf Pusat.
Untuk mengetahui Apa yang di maksud indera penciuman
Untuk mengetahui apa bagaimana penjalaran sinyal-sinyal penciuman ke ssp.
BAB II
ISI

2.1 Indera Pengecap


Pengecapan adalah fungsi utama dari taste bud di dalam rongga mulut. Tetapi,
umumnya indera pembau (hidung) juga sangat berperan dalam persepsi pengecapan. Tekstur
suatu makanan dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut. Selain itu, elemen-
elemen dalam makanan seperti merica, dapat merangsang ujung-ujung saraf nyeri yang
sangat berperan dalam pengecapan. Adanya indera pengecapan memungkinkan manusia
memilih makanan sesuai keinginan dan kebutuhan jaringan substansi nutrisi tertentu.
1. Sensasi Pengecapan Utama ( perbaikan Rini diana sari NIM 04121003032)
Penelitian yang bersifat psikofisiologik dan neurofisiologik telah mengenali
setidaknya ada 13 reseptor kimia yang ada pada sel-sel pengecap, yaitu:
1 reseptor klorida
1 reseptor adenosine
1 reseptor ionosin
1 reseptor glutamate
1 reseptor ion hidrogen
2 reseptor natrium
2 reseptor kalium
2 reseptor manis
2 reseptor pahit

1. Rasa asam, disebabkan oleh asam karena konsentrasi ion hydrogen


2. Rasa Asin, dihasilkan oleh garam yang terionisasi,karena konsentrasi Na
3. Rasa manis, dibentuk oleh beberapa zat kimia organic
( gula,glikol,alcohol,aldehide,keton,amida... amino, protein,asam sulfonat,
asam halogenasi ), dan garam anorganik dari timah dan berilium.
4. Rasa Pahit, juga tidak dibentuk oleh satu zat kimia, zat pembentuk rasa manis
bila terjadi perubahan pada struktur kimianya dapat menjadi pahit.
Rasa pahit juga dapat mengindikasi bahwa makanan tersebut mengandung toxin
atau beracun.
5. Rasa Umami (bhs.Jepang), artinya lezat, untuk menyatakan rasa kecap yang
menyenangkan secara kualitatif. Rasa ini dominan ditemukan pada L-glutamat
( trdpt pada ekstrak daging dan keju).

Selanjutnya
o pada lidah terdapat reseptor untuk rasa.
o reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia
o karena mampu menerima rangsang berupa zat kimia sehingga disebut
kemoreseptor
o Reseptor tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap(taste buds) pada
permukaan lidah

Rangsang yang sampai kereseptor akan diterima dan diteruskan oleh saraf keotak
dalam bentuk impuls listrik.Impuls yang sampai keotak diolah, sehingga otak mampu
mengenali rangsang dari lingkungannya. Dari informasi inilah manusia dapat
memberikan respons (tanggapan) terhadap rangsang yang datang

Mekanisme kerja lidah

Tiap kuncup pengecap tersusun dari sel-sel yang memiliki rambut berukuran mikro

yang sensitif, disebut mikrovilli. Rambut-rambut super mini ini pada saat berkontak dengan

makanan akan mengirimkan pesan ke otak, lalu otak akan menerjemahkan sinyal yang
diberikan tersebut dan menentukan rasa dari makanan yang kita makan.

Ada beberapa hal yang dapat membuat reseptor kuncup pengecap menjadi kurang

sensitif. Bila kita mengemut es batu sebelum makan, dinginnya es dapat membuat kuncup

pengecap menjadi kurang sensitif. Begitu juga kalau lidah kita terkena makanan yang terlalu

panas, dapat menyebabkan tongue burning dan biasanya baru akan pulih dalam 1-2 hari.
Lidah yang kebersihannya tidak terjaga juga dapat menyebabkan kesensitifan lidah
berkurang, karena banyaknya plak yang terkumpul di permukaan lidah. Selain itu, produksi
air liur yang berkurang dan menyebabkan keadaan mulut kering (xerostomia) juga membuat
lidah tidak bekerja maksimal.

Saat kita terkena influensa, biasanya makanan apapun terasa hambar. Itu karena lidah
tidak bekerja sendirian. Proses pengecapan rasa tidak hanya digawangi oleh lidah tapi juga

dibantu oleh hidung. Hidung membantu untuk pengecapan makanan dengan membauinya

sebelum makanan dikunyah dan ditelan. Bau yang kuat dari suatu makanan dapat
mempengaruhi kuncup pengecap. Rasa pahit dilidah biasanya disertai dengan bau nafas yang
tidak sedap dan mulut kering. Makanan perlu dilarutkan dalam air liur untuk bisa dirasakan
itu sebabnya Indera pengecap juga berkurang kemampuannya.

Rasa pahit dilidah saat sakit disebabkan karena berkurangnya produksi air liur karena
berbagai sebab. Produksi air liur yang berkurang artinya juga oksigen di mulut juga
berkurang sehingga memicu pertumbuhan bakteri anaerob. Bakteri-bakteri tersebut
memproduksi sulfur yang menyebabkan bau tidak sedap dan rasa pahit dilidah.Selain itu rasa
pahit dilidah erat hubungannya dengan mual-mual dan muntah. Penyebab utamanya yakni
asam lambung yang naik kemulut meninggalkan rasa pahit yang sering menetap beberapa
waktu. Contoh kondisi yang mungkin menyebabkan mual-mual dan muntah yaitu maag,
beberapa infeksi virus maupun bakteri, berbagai masalah pada pencernaan, sakit kepala,
mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik, ibuprofen dan steroid, mengkonsumsi bahan
bahan yang mengiritasi lambung dan sebagainya.

Mual dan muntah kebanyakan dikendalikan oleh reflek dan merupakan bagian dari sistem
pertahanan tubuh jadi sulit bagi kita untuk mengendalikannya tetapi kita bisa memperkecil
kemungkinannya sehingga bisa mempercepat penyembuhan karena kita menyerap nutrisi dari
makanan. Beberapa cara mencegah mual dan muntah:

Makan sedikit-sedikit tetapi sering


Minum minuman hangat dan makanan berkuah yang hangat
Konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin B6
Hindari bau-bauan menyengat

Secara skema dapat ditulis bahwa makanan dan minuman merangsang ujung2 syaraf2
pengecap yg terdapat di papilla ( rangsang diteruskan ke otak ( otak memproses dan kita
merasakan berbagai rasa pada makanan ). Tetapi tidak seperti kelenjar saliva yang istirahat
pada saat kita tidur sehingga produksi saliva menurun, lidah tetap beraktivitas meskipun kita
sedang tidur. Lidah mendorong saliva ke tenggorokan supaya bisa ditelan. Hal ini
menguntungkan, karena kalau tidak di bantal akan terbentuk pulau-pulau besar setiap kali
kita tidur.

Kelainan pada lidah adalah kanker lidah. Penyebab kanker lidah salah satunya rokok,

jangan remehkan asap rokok. Asap yang lama mengepul di rongga mulut dan terkena lidah
bisa memicu kanker lidah. penyebab terbesar terjadinya kanker lidah karena merokok,
terutama yang lebih dari 2 pak per hari. Risiko tersebut akan meningkat jika mengonsumsi
alkohol. Penyebab lainnya karena tambalan atau gigi yang tajam yang menimbulkan trauma
pada lidah. Asap rokok yang mengumpul di rongga mulut ternyata memicu kanker. Lidah
bisa mengering karena paparan asap rokok.

Kemampuan 13 reseptor di atas dikelompokkan menjadi empat kategori umum yang


disebut sensasi utama pengecapan, yaitu:
Asam
Asin
Manis
Pahit

Manusia dapat menerima berates-ratus pengecapan yang berbeda yang merupakan


kombinasi dari sensasi-sensasi dasar seperti halnya macam-macam warna yang merupakan
kombinasi dari tiga sensasi warna utama.

1). Rasa Asam


Rasa asam disebabkan oleh asam, dan intensitas dari sensasi rasa hampir
sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen. Makin asam suatu asam,
maka sensasi yang terbentuk maki kuat.

2). Rasa Asin


Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas rasanya
berbeda-beda antara garam yang satu dengan garam yang lain karena garam juga
membentuk sensasi rasa yang lain selain rasa asin. Kation garam yang terutama
berperan rasa asin, tetapi anionnya juga berperan walaupun kecil.
3). Rasa Manis
Rasa manis tidak dibentuk oleh satu golongan kelas substansi kimia saja,
tetapi kombinasi beberapa substansi kimia yaitu gula, glikol, alkohol, aldehid, keton,
amida, ester, asam amino, beberapa protein kecil, asam sulfonat, asam halogenasi, dan
garam-garam anorganik dari timah dan berilium. Sebagian besar substansi yang
membentuk rasa manis adalah substansi kimia organik.

4). Rasa Pahit


Rasa pahit juga sama dengan rasa manis, yaitu tidak dibentuk hanya oleh satu
tipe substansi kimia. Rasa pahit ditimbulkan oleh dua substansi, yaitu substansi
organik rantai panjang yang mengandung nitrogen, dan alkaloid. Alkaloid banyak
digunakan dalam obat-obatan , seperti kuinin, kafein, striknin, dan nikotin. Rasa pahit
dengan intensitas yang tinggi biasanya membuat manusia atau hewan membuang
makanan tersebut. Rasa pahit mengandung toksik mematikan yang terdapat dalam
tanaman beracun yang merupakan alkaloid.

2. Ambang Batas Pengecapan

Ambang batas pengecapan rangsang terhadap rasa adalah sebagai berikut:


Rasa asam oleh minuman asam hidroklorida rata-rata 0,0009 N
Rasa asin oleh natrium klorida 0,01 M
Rasa manis oleh sukrosa 0,01 M
Rasa pahit oleh kuinin 0,000008 M

Banyak manusia yang mempunyai pengecapan yang tidak peka terhadap substansi-
substansi tertentu, khususnya berbagai tipe komponen tiourea. Substansi yang sering
digunakan oleh para ahli psikologis untuk memperlihatkan ketidakpekaan pengecapan adalah
feniltiokarbamida. Sekitar 15-30% manusia mengalami ketidakpekaan pengecapan terhadap
zat tersebut.
3. Indera Pengecap dan Fungsinya

Indera pengecap mempunyai diameter sekitar 0,03 mm dan panjang sekitar 0,06 mm
dan terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel yang termodifikasi yang disebut sel
sustentakular dan sel pengecap. Sel-sel pengecap terus-menerus digantikan melalui
pembelahan mitosis sel-sel epitel di sekitarnya. Umur setiap sel pengecap adalah sekitar 10
hari pada mamalia tingkat rendah, tetapi pada manusia belum diketahui. Ujung-ujung luar sel
pengecap tersusun di sekitar pori-pori pengecap yang sangat kecil. Dari ujung-ujung setiap
sel, beberapa mikrovili atau rambut pengecap menonjol ke luar menuju pori-pori pengecap
dan mengarah ke rongga mulut. Mikrovili inilah yang memberikan permukaan reseptor untuk
pengecapan.

Anyaman antara sel-sel pengecap merupakan rangkaian percabangan terminal dari


beberapa serabut-serabut saraf pengecap yang dirangsang oleh sel-sel reseptor pengecap.
Beberapa dari serabut-serabut ini berinvaginasi menjadi lipatan-lipatan membran sel
pengecap. Banyak vesikel membentuk membran sel di dekat serabut. Vesikel ini
mengandung substansi neurotransmitter yang dilepaskan melalui membrane sel untuk
merangsang ujung-ujung serabut saraf dalam merespons rangsang kecap.
Membran-membran sel pengecap mempunyai muatan negatif di bagian dalam yang
berkaitan dengan bagian luar. Penerapan substansi pengecap pada rambut-rambut pengecap
menyebabkan hilangnya sebagian muatan negatif tersebut, yaitu sel pengecap yang
terdepolarisasi. Perubahan potensial pada sel pengecap ini disebut potensial reseptor
pengecapan. Hal ini dimulai dengan pengikatan zat kimia kecap pada molekul reseptor
protein yang menonjol melalui membrane vilus. Selanjutnya, zat kimia kecap dibersihkan
dari vilus pengecap oleh saliva yang menghilangkan rangsangan. Tipe protein reseptor di
setiap vilus pengecap menentukan tipe rasa yang timbul.

Indera pengecap ditemukan pada tiga tipe papilla lidah, yaitu:


Sebagian besar indera pengecap terletak di dinding saluran yang mengelilingi papilla
sirkumvalata yang membentuk garis V pada permukaan posterior lidah
Sejumlah indera pengecap terletak pada papilla fungiformis di atas permukaan depan
lidah.
Sejumlah lainnya terletak pada papilla foliata yang terletak di lipatan-lipatan di
sepanjang permukaan lateral lidah. Indera pengecap tambahan terletak pada palatum
dan beberapa di antaranya pada pilar tonsilar, epiglottis, dan esofagus proksimal.

Orang dewasa mempunyai 3000 sampai 10000 indera pengecap, sedangkan pada
anak-anak lebih sedikit. Di atas usia 45 tahun banyak indera pengecap mengalami degenerasi
sensasi pengecapan menjadi kurang kritis. Sensasi utama rasa tertentu terletak di daerah-
daerah khusus, yaitu rasa manis dan asin terutama pada ujung lidah, rasa asam terletak pada
dua pertiga samping lidah, dan rasa pahit pada bagian posterior lidah dan palatum mole.

2.2 Transmisi Sinyal Pengecap ke Sistem Saraf Pusat

Jaras saraf untuk transmisi sinyal pengecap dari lidah dan daerah faringeal ke sistem
saraf pusat. Impuls pengecap dari dua pertiga anterior mula-mula akan diteruskan ke saraf
kelima, kemudian melalui korda timpani menuju ke nervus fasialis, dan akhirnya, ke traktus
solitarius pada batang otak. Sensasi pengecap dari papila sirkumvalata pada bagian belakang
lidah dari daerah posterior rongga mulut yang lain akan ditransmisikan melalui nervus
glossofaringeus ke traktus solitarius tetapi pada ketinggian yang sedikit lebih rendah.
Akhirnya, beberapa sinyal pengecap akan ditransmisikan ke traktus solitarius dari basis lidah
dan bagian-bagian lain dari daerah faring melalui nervus vagus.
Semua serabut pengecap bersinaps pada nukleus traktus solitarius dan mengeluarkan
neuron susunan kedua ke daerah kecil dari nukleus medial posterior sentral talamus yang
terletak sedikit medial dari ujung talamus daerah fasial dari sistem lemnikus medialis-
kolumna dorsalis. Dari talamus, neuron ketiga ditransmisikan ke ujung bawah girus
postsentralis pada korteks parietalis tempat neuron melingkar ke dalam fisura sylvian dan
kedalam daerah operkular insular, juga di fisura sylvian. Daerah ini terletak sedikit lateral,
ventral, dan rostral terhadap daerah lidah dari area somatik I.
Dari deskripsi jaras pengecap ini, dengan segera dapat terlihat bahwa jaras ini sangat
paralel dengan jaras somatik dari lidah.

Refleks pengecap yang bergabung dalam batang otak


Dari traktus solitarius, sejumlah besar impuls ditransmisikan di dalam batang otak itu
sendiri langsung ke nukleus salivatorius inferior dan superior, dan ini sebaliknya bakan
mentransmisikan impuls ke glandula submandibularis, sublingualis, dan parotis untuk
membantu mengendalikan sekresi saliva selama proses penelanan makanan.

Adaptasi Pengecap
Sensasi pengecap beradaptasi hampir menyeluruh dalam waktu satu atau beberapa
menit asalkan ada rangsang yang berkesinambungan. Namun, dari penelitian elektrofisologi
terhadap serabut saraf pengecap, terlihat bahwa adaptasi indera pengecap sendiri biasanya
berjumlah tidak lebih dari dari sekitar separuhnya. Oleh karena itu, adaptasi derajat tinggi
yang terjadi pada sistem saraf pusat itu sendiri, walaupun mekanisme dan daerahnya belum
diketahui. Pada setiap kecepatan, ini adalah suatu mekanisme yang berbeda dari kebanyakan
sistem sensoris lainnya, yang beradaptasi terutama pada reseptor.

Pemilahan Pengecap dan Pengendalian Diet


Pemilahan seringkali berubah sesuai dengan kebutuhan tubuh akan substansi khusus
tertentu. Studi percobaan berikut ini menggambarkan kemampuan hewan untuk memilih
makanan sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Pertama-tama, hewan-hewan yang mengalami
adrenalektomi secara otomatis akan memilih air minum yang mempunyai kandungan natrium
klorida tinggi dibandingkan air murni, dan keadaan ini pada kebanyakan situasi cukup
memenuhi kebutuhan suplai tubuh dan mencegah kematian akibat kekurangan garam. Kedua,
hewan yang disuntik dengan insulin dalam jumlah besar akan mengalami kekurangan gula
darah dan secara otomatis akan memilih makanan yang manis dari berbagai sampel. Ketiga,
hewan yang mengalami paratiroidektomi secara otomatis akan memilih air minum dengan
kandungan kalsium klorida yang tinggi.
Fenomena serupa juga ditemukan pada banyak situasi kehidupan sehari-hari. Sebagai
contoh, kandungan garam dari daerah gurun terbukti menarik hewan-hewan dari daerah yang
jauh, dan bahkan manusia juga akan menolak setiap makanan yang mempunyai sensasi
afektif yang tidak enak, yang tentu saja pada beberapa situasi dapat melindungi tubuh kita
dari substansi yang memang tidak dikehendaki.
Fenomena pemilihan pengecapan hampir dapat dipastikan berasal dari beberapa
mekanisme yang dapat di sistem saraf pusat dan bukan dari mekanisme pada indera pengecap
itu sendiri, walaupun indera pengecap memang seringkali menjadi peka terhadap nutrien
yang dibutuhkan. Alasan penting untuk mempercayai bahwa pemilahan pengecapan
merupakan fenomena sentral adalah bahwa pengalaman terdahulu dengan rasa yang tidak
enak atau enak berperan penting dalam menentukan pemilahan pengecapan yang berbeda-
beda. Sebagai contoh, jika seseorang merasa sakit segera sesudah makan tipe makanan
tertentu, orang tersebut umumnya akan membentuk pemilahan pengecapan untuk makanan
tertentu dikemudian hari, efek serupa dapat ditemukan pada hewan.

2.3 INDERA PENCIUMAN

Indera penciuman merupakan fenomena subjektif yang tidak mudah dipelajari fakta
lainnya bahwa penciuman pada manusia tidak berkembang sempurna disbandingkan
beberapa hewan tingkat rendah.

MEMBRAN OLFAKTORI
Membran olfaktori terletak di bagian superior setiap lubang hidung. Disebelah medial,
membrane sedikit terlipat kebawah di atas permukaan septum superior dan bahkan di atas
sebagian kecil dari permukaan atas turbinate medial. Pada setiap lubang hidung, membrane
olfaktori mempunyai daerah permukaan sekitar 2,4 sentimeter persegi.
Sel-sel olfaktori. Sel-sel reseptor untuk sensasi penciuman adalah sel olfaktori, yang pada
dasarnya merupakan sel saraf bipolar yang berasal dari sistem saraf pusat itu sendiri. Ada
sekitar 100 juta sel seperti ini pada epitel olfaktori yang tersebar di antara sel-sel
sustentakular. Ujung mukosa dari sel olfaktori membentuk tombol, dari tempat ini akan
dikeluarkan 6 sampai 12 rambut atas silia olfaktori yang beridameter 0,3 mikrometer dan
panjangnya sampai 200 mikrometer yang terproyeksikanke dalam mucus yang melapisi
permukaan dalam rongga hidung. Silia olfaktori yang terproyeksi ini akan membentuk alas
yang padat pada mucus, dan ini adalah silia yang bereaksi terhadap bau diudara dan
kemudian akan merangsang sel-sel olfaktori . diantarnya sel-sel olfaktori pada membrane
olfaktori tersebar banyak glandula bowman kecil, yang menyekresi mucus ke permukaan
membrane olfaktori.

PERANGSANGAN SEL-SEL OLFAKTORI

Mekanisme eksitasi pada sel-sel olfaktori. Bagian sel olfaktori yang memberi respon
terhadap rangsangan kimia olfaktori adalah silia substansi yang berbau, yang tercium pada
saat berkontak dengan permukaan olfaktori, mula-mula menyebar secara difus ke dalam
mucus yang menutupi silia. Kemudian berikatan dengan protein reseptor yang menonjol
keluar melalui membrane siliaris, reseptor ini merupakan molekul panjang yang
menyusupkan dari melalui membrane sebanyak tujuh kali, melipat kearah dalam dan ke arah
luar. Sebaliknya, bagian reseptor yang melipat kea rah dalam akan saling bepasangan untuk
membentuk yang disebut protein-G, yang merupakan kombinasi dari tiga subunit. Pada
perangsangan reseptor, subunit alfa memecahkan diri dari protein-G dan segera mengaktivasi
adenilil siklase yang terlekat pada sisi dalam dari membrane siliaris di dekat badan sel
reseptor. Siklase yang teraktivasi kemudian mengalihkan banyak molekul trifosfat adenosine
intraselular menjadi monofosfat adenosine siklik (cAMP). Akhirnya cAMP ini mengaktivasi
protein membrane lain di dekatnya, yaitu pintu saluran ion natrium, yang memungkinakan
sejumlah besar ion natrium untuk mengalir ke dalam sitoplasma sel reseptor. Ion natrium
memberi sifat positif ke sisi dalam mebran sel, dengan demikian akan merangsang neuron
olfaktori dan menjalarkan potensial aksi ke dalam sistem saraf pusat melalui nerfus olfaktori.
Arti penting dari mekanisme tidak langsung yang bertujuan untuk mengaktivasi saraf-saraf
olfaktori ini adalah bahwa mekanisme dapat melipatgandakan efek perangsangan, bahkan
dari bau yang lemah sekalipun. Untuk ringakasnya (a) aktifasi reseptor oleh bau dapat
mengaktifasi komlpek protein-G (b) hal ini kemudian banyak mengaktifasi molekul adenil
siklase di bagian dalam membrane sel olfaktori yang kemudian (c) menyebabkan banyak
pembentukan molekul cAMP sampai berkali-kali dan akhirnya (d) cMAP membuka saluran
ion natrium yang masih banyak tersisa. Oleh karena itu walaupun bau spesifik hanya
mempunyai konsentrasi yang sangat kecil, tetapi sudah dapat memulai rangkaian efek yang
membuka banyak sekalisaluran natrium. Hal ini menimbulkan sensitifitas hebat pada neuron-
neuron olfaktori bahkan untuk jumlah bau yang sedikit sekalipun.
Untuk merangsang sel-sel olfaktori selain mekanisme kimiawi dasar masih terdapat beberapa
faktor fisik yang mempengaruhi derajat perangsangan. Pertama, hanya substansi yang dapat
menguap saja yang dapat tercium baunya, yaitu yaitu yang dapat terhirup ke dalam nostril-
nostril. Kedua, substansi yang merangsang tersebut paling sedikit harus bersifat larut dalam
air, dengan demikian bau tersebut dapat berjlan melewati mucus untuk mencapai sel-sel
olfaktori. Dan ketiga, sangat membantu juga bila bau tersebut sedikit sekali larut dalam
lemak, diduga karena konstituen lipid pada membrane silium menolak bau yang tidak larut
dalam lemak yang berasal dari protein respetor membrane.
Potensial membrane dan potensial aksi pada sel-sel olfaktori. Potensial membrane pada sel-
sel olfaktori yang terangsang, seperti yang terhitung oleh mikroelektroda, rata-rata sekitar -55
milivolt. Pada nilai potensial ini, sebagian besar sel terus-menerus menghasilkan potensial
aksi pada kecepatan yang sangat lambat, bervariasi mulai dari satu kali setiap 20 detik sampai
dua atau tiga kali per detik.
Kebanyakan bau menyebabkan depolarisasi membrane sel olfaktori, menurunkan potensial
negative dalam sel dari -55 turun sampai -30 milivolt atau bahkan lebih rendah lagi.
Bersamaan dengan hal ini jumlah potensial aksi meningkat sampai sekitar 20 per detik, suatu
kecepatan yang cukup tinggi utnuk serat-serat olefaktori yang berukuran sepersekian
micrometer saja.
Beberapa bau dapat menimbulkan hiperpolarisasi membrane sel olfaktori, jadi malah
menurunkan kecepatan peletupan saraf, bukannya menaikkan.
Pada daerah yang lebih luas kecepatan implus sel olfaktorius dapat segera berubah sesuai
dengan logaritma kekuatan rangsangan. Hal ini memperlihatkan bahwa reseptor olfaktori
cenderung mengikuti prinsip-prinsip trnasduksi yang mrip denganyang terjadi pada reseptor
sensorik lainnya. Adaptasi Sekitar 50 persen reseptor olfaktori beradaptasi pada detik pertama
atau setelah terkena rangsangan.setelah itu, sangat sedikit saraf reseptor yang beradaptasi dan
berlangsung sangat lambat. Namun dari pengalaman, kita semua tahu bahwa sensasi bau
dapat beradaptasi dengan jelas dalam waktu satu menit atau lebih sesudah seseorang
memasuki atmosfer yang berbau kuat. Karena adaptasi psikologi ini jauh lebih besar darpada
derajat adaptasi reseptor itu sendiri, hampir dapat dipastikan bahwa adaptasi terjadi dalam
sistem saraf pusat. Telah diasumsikan suatu mekanisme neuronal dari adaptasi ini yaitu,
sebagai berikut sejumlah besar serabut saraf sentrifugal melintas dari daerah olfaktroi otak ke
belakang sepanjang traktus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel inhibitor pada bulbus
olfaktorius, yaitu sel granula. Diandaikan di sini bahwa sesudah timbulnya rangsangan
olfaktori, sistem saraf pusat perlahan-lahan akan membentuk inhibisi timbal balik yang kuat
untuk menekan penyiaran sinyal penciuman melalui bulbus olfaktorius.

MENCARI SENSASI UTAMA PENCIUMAN

Sebagian besar ahli fisiologi percaya bahwa banyak sensasi penciuman dilayani oleh
sejumlah kecil sensasi utama dengan cara yang sama seperti pada pelihatan dan pengecapan
yang terdir dari beberapa sensasi terpilih. Berdasarkan penelitian psikologis, telah diusahakan
untuk mengklasifikasikan sensasi sensasi ini menjadi :
1. Camphoraceous
2. Musky
3. Harum bunga-bungaan (floral)
4. Peppermint
5. Sangat samar (ethereal)
6. Bau yang tajam (pungent)
7. Busuk

2.4 PENJALARAN SINYAL-SINYAL PENCIUMAN KE SISTEM SARAF PUSAT


N. I (Nervus Olfactorius) merupakan saraf sensorik, berfungsi untuk penciuman
(pembauan). Merupakan salah satu bagian dari saraf kranialis, reseptor untuk menangkap
rangsang bau-bauan adalah sel-sel olfaktorius yang merupakan sel saraf bipolar dan berada di
mukosa olfaktorius (bagian atas rongga hidung). Serabut aferen neuron ini bersinaps di
bulbus olfaktorius dan dari sini keluar serabut yang menghubungkan bulbus olfaktorius
dengan otak yang disebut traktus olfaktorius. Setelah sampai di otak, sinyal olfaktori
memiliki beberapa target yaitu :
korteks penciuman primer dan asosiasi di lobus temporalis: untukmembedakan bau,
persepsi, dan memori yang berkaitan dengan bau-bauan.
sistem limbik (amigdala, septum): untuk mengaktifkan emosi dan perilakuyang berkaitan
dengan bau-bauan.
hipotalamus: untuk pengatur hasrat (drives), pengatur makan dan respon otonom dalam
fungsi digestif.
formatio retikularis : untuk pengatur atensi dan membuat orang terjaga

Gambar . Saraf Indera Penciuman

Penjalaran sinyal-sinyal olfaktori ke dalam Bulbus Olfaktorius


Bulbus Olfaktorius (Nervus Kranial I), meski terlihat seperti nervus namun
sebenarnya ini merupakan pertumbuhan jaringan otak dari dasar otak ke arah anterior yang
memiliki pembesaran berbentuk bulat. Pada ujungnya terletak lempeng kribiformis yang
memisahkan rongga otak dari bagian atas rongga hidung. Lempeng kribiformis memiliki
banyak lubang kecil yang merupakan tempat di mana saraf-saraf kecil dalam jumlah yang
sesuai berjalan naik dari membran olfaktorius di rongga hidung untuk memasuki bulbus
olfaktorius di rongg kranial.
Setiap bulbus memiliki beberapa ribu macam glomeruli, masing-masing merupakan
ujung dari sekitar 25.000 akson yang berasal dari sel-sel olfaktori. Setiap glomerulus juga
merupakan ujung untuk dendrit yang berasal dari sekitar 25 sel-sel mitral yang besar dari
sekitar 60 sel-sel berumbai yang lebih kecil, yaitu badan sel yang juga terletak di bulbus
olfaktori disebelah superior gromeluri. Sel-sel ini kemudian mengirimkan akson-akson
melalui traktus olfaktorius untuk menjalarkan sensasi olfaktori ke dalam sistem saraf pusat.
Dari penelitian diduga gromeruli yang berbeda akan memberi respon terhadap bau
yang berbeda pula. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa glomeruli spesifik yang
terangsang merupakan petunjuk sebenarnya untuk menganalisis berbagai sinyal bau yang
dijalarkan ke dalam sistem saraf pusat.

JARAS OLFAKTORI

Traktus olfaktorius memasuki otak pada sambungan anterior antara mesensefalon dan
serebrum, traktus ini terbagi menjadi dua jaras, yang satu berjalan di sebelah medial menuju
ke area olfaktori medial, dan yang lain berjalan disebelah lateral menuju area olfaktori lateral.
Area olfaktori medial mewakili sistem olfaktori yang paling tua, sedangkan area olfaktori
lateral merupakan input bagi sistem olfaktori yang lebih tua dan lebih baru.

Sistem olfaktori yang paling tua (area olfaktori medial)

Terdiri dari sekelompok nuklei yang terletak dibagian midbasal otak disebelah
anterior hipotalamus. Sebagian besar bentuk yang mencolok ini merupakan nuklei septal
yang merupakan nuklei garis tengah yang masuk ke dalam hipotalamus dan bagian primitif
sistem limbik otak lainnya, yaitu sistem yang berkaitan dengan perilaku dasar.
Arti penting dari area olfaktori medial ini telah dimengerti dengan baik dengan
memperhatikan apa yang terjadi pada binatang ketika area olfaktori lateral ke dua sisi
otaknya diangkat dan hanya sistem medial saja yang tersisa. Jawabannya adalah area ini
dengan kuat mempengaruhi lebih banyak respon primitif terhadap olfaksi, seperti menjilat,
bibir, salivasi dan respon makan lainnya yang disebabkan oleh bau makanan, atau emosi
primitif yang berkaitan dengan bau tersebut. Sebaliknya, pengangkatan area lateral akan
menghapus refleks-refleks olfaktori yang lebih kompleks dan telah terkondisi.

Sistem olfaktori yang kurang tua (area olfaktori lateral)

Terdiri dari korteks prepiriformis dan korteks piriformis ditambah bagian kortikal
nuklei amigdaloid. Dari daerah ini jaras sinyal berjalan ke hampir semua bagian sistem
limbik, terutama ke bagian yang kurang primitif, seperti hipokampus yang tampaknya
menjadi hal penting dalam proses belajar untuk menyukai atau tidak menyukai makanan
tertentu, bergantung pada pengalaman terhadap makanan. Contoh, area olfaktori lateral ini
dan hubungannya yang banyak dengan sistem perilaku limbik menyebabkan seseorang
mengembangkan sikap antipatinya terhadap makanan secara sempurna yang menyebabkan
mual dan muntah.
Banyak jaras sinyal dari area olfaktori lateral langsung masuk ke bagiankorteks yang
lebih tua, yang disebut paleokorteks, dibagian anteromedialdari lobus temporalis. Ini adalah
satu-satunya area dari seluruh korteks serebal dimana sinyal sensorik berjalan langsung ke
korteks tanpa melalui talamus.

Jaras yang lebih baru


Arah berjalannya ke dorsomedial nukleus talamik dan kemudian ke kuadran
lateroposterior korteks orbitofrontal. Didasarkan pada penelitian terhadap monyet, sistem
yang lebih baru ini kemungkinan terutama membantu dalam hal analisis bau secara sadar.
Jadi, terdapat sistem olfaktori sangat tua yang mencetuskan refleks olfaktori dasar,
dan sistem tua yang menyediakan pengaturan otomatis yang telah dipelajari terhadap asupan
makanan beracun dan tidak sehat dan akhirnya sistem lebih baru yang sebanding dengan
sebagian besar sistem sensorik kortikal lain dan digunakan untuk persepsi olfaksi secara
sadar.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengecapan adalah fungsi utama dari taste bud di dalam rongga mulut. Tetapi,
umumnya indera pembau (hidung) juga sangat berperan dalam persepsi pengecapan. Tekstur
suatu makanan dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut. Indera pengecap
mempunyai diameter sekitar 0,03 mm dan panjang sekitar 0,06 mm dan terdiri dari kurang
lebih 50 sel-sel epitel yang termodifikasi yang disebut sel sustentakular dan sel pengecap.
Sel-sel pengecap terus-menerus digantikan melalui pembelahan mitosis sel-sel epitel di
sekitarnya. Berdasarkan penelitian psikologis, telah diusahakan untuk mengklasifikasikan
sensasi sensasi ini menjadi :
Camphoraceous, Musky, Harum bunga-bungaan (floral), Peppermint, Sangat samar
(ethereal), Bau yang tajam (pungent), dan Busuk.

3.2 Saran

Semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bidang ilmu
Keperawatan PSIK UNSRI, Namun karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna kami
selaku penulis memberikan saran untuk kedepan agar makalah ini dapat di perbaiki sesuai
dengan perkembangan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Heryati, Euis dan dr Faizah R, Nur. (2008), Psikologi FAAL. Bandung : Diktat kuliah
fakultas ilmu pendidikan Indonesia.

Guyton, dan E. Hall. (1997), fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai