A. Sistem Respirasi
Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
Pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan medium cairnya. Hal tersebut
menggambarkan proses metabolism intraseluler yang meliputi konsumsi O2 (digunakan
untuk oksidasi bahan nutrisi) dan pengeluaran CO2 (terdapat dalam sitoplasma) sampai
menghasilkan energy.
Absorpsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar.
Urutan proses pernapasan eksternal adalah:
a. Pertukaran udara luar ke dalam alveoli melalui aksi mekanik pernapasan yaitu melalui
proses ventilasi.
b. Pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di antara alveolus dan darah pada pembuluh
kapiler paru-paru melalui proses difusi.
c. Pengangkutan O2 dan CO2 oleh system peredaran darah dari paru-paru ke jaringan
dan sebaliknya yang disebut proses transportasi.
d. Pertukaran O2 dan CO2 darah dalam pembuluh darah kapilerjaringan dengan sel-sel
jaringan melalui proses difusi.
a. Air conduction (penyalur udara) sebagai saluran yang meneruskan udara menuju saluran
napas bagian bawah untuk pertukaran gas.
b. Protection (perlindungan) sebagai pelindung saluran napas bagian bawah agar terhindar
dari masuknya benda asing.
c. Warming, filtrasi, dan humidifikasi sebagai bagian yang menghangatkan, manyaring, dan
member kelembapan udara yang dihirup.
2. Saluran nafas bagian bawah
Secara umum terbagi menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya yaitu:
a. Saluran udara konduktif, yang biasa disebut sebagai percabangan trakheobronkhialis yang
terdiri atas trakea, bronkus, dan bronkiolus.
b. Saluran respiratorius terminal, yang biasa disebut dengan acini yang berfungsi sebagai
penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar dari saluran respiratorius terminal yang
merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.
B. Mekanisme Pernafasan
Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usahakeras
pernafasan yang tergantung pada:
1. Tekanan intrapleural
2. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal sebagai
compliance. Ada dua bentuk compliance yaitu:
Untuk aliran laminar, resistensi cukup rendah. Artinya, tekanan mengemudi relatif
kecil dibutuhkan untuk menghasilkan laju aliran tertentu. Perlawanan selama arus laminer
dapat dihitung melalui penataan ulang Hukum Poiseuille ini : Variabel yang paling penting di
sini adalah jari-jari, yang, berdasarkan elevasi dengan kekuatan keempat, memiliki dampak
luar biasa pada perlawanan.Jadi, jika diameter tabung adalah dua kali lipat, ketahanan akan
turun dengan faktor enam belas.
Untuk aliran turbulen, resistensi relatif besar. Artinya, dibandingkan dengan aliran
laminar, tekanan mengemudi jauh lebih besar akan diperlukan untuk menghasilkan laju alir
yang sama. Karena hubungan tekanan-aliran berhenti menjadi linier selama aliran turbulen,
tidak ada persamaan untuk menghitung rapi ada hambatannya.
C. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari
klien.Adapun data yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau
kebudayaan. (Mc Farland & mc Farlane, 1997).
a. Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara
memperhatikan kondisi fisik, psikologi, emosi, social kultural, dan spiritual yang bisa
mempengaruhi status kesehatannya.
b. Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini bahkan
bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu database
yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien selama berinteraksi dan
sumber yang lain. (Gordon, 1994)
c. Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
d. Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting dan
catatan kesehatan klien.
1. Melakukan wawancara.
2. Riwayat kesehatan/keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik.
4. Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain serta catatan
kesehatan (rekam medik).
D. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu.Perawat juga
mengkaji keadaan pasien dan keluarganya. Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi
klinik keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa
lalu, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat psikososial. Riwayat kesehatan dimulai dari
biografi pasien. Aspek yang sangat erat hubungannya dengan gangguan sistem pernapasan
adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat kerja dan tempat tinggal.
1. Keluhan Utama
Keluhan utama akan mentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan pasien tentang
kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul antara lain :
Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Tanyakan
berapa lama pasien mengalami batuk dan bagaimana hal tersebut timbul dengan waktu yang
spesifik atau hubungannya dengan aktifitas fisik. Tentukan apakah batuk produktif atau non
produktif.
Peningkatan Produksi Sputum
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan
tenggorokan. Percabangan trakheobronkial secara normal memproduksi sekitar 3ons mukus
setiap hari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal. Produksi sputum akibat
batuk adalah tidak normal. Tanyakan dan catat warna, konsistensi, bau, dan jumlah dari
sputum. Jika terjadi infeksi, sputum dapat berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu dan
jernih. Pada keadaan edema paru-paru, sputum berwarna merah muda karena mengandung
darah dengan jumlah yang banyak.
Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas pendek dan merupakan perasaan
subjektif pasien.Perawat mengkaji tentang kemampuan pasien saat melakukan aktivitas.
Hemoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut saat batuk. Perawat mengkaji apakah darah
tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru-
paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru-paru distimulasi segera oleh
reflek batuk.
Chest Pain
Nyeri dada dapat berhubungan dengan dengan masalah jantung dan paru-paru.Gambaran
lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk membedakan nyeri pada pleura,
muskuloskeletal, kardiak dan gastrointestinal.
Yang perlu ditanyakan perawat kepada pasien tentang riwayat penyakit pernapasan adalah :
Riwayat merokok
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru ada tiga hal yaitu :
Penyakit infeksi
Khususnya tuberkulosis paru ditularkan melalui satu orang ke orang lain. Manfaat
menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber
penularannya.
Kelainan alergi
1. Inspeksi
Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam keadaan
duduk.
Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
Tindakan dilakukan dari atas sampai ke bawah.
Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar, lesi dan massa)
dan gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis dan lordosis).
Catat jumlah (frekuensi napas), irama (reguler/irreguler), kedalaman pernapasan, dan
kesimetrisan pergerakan dada.
Observasi tipe pernapasan seperti: pernapasan hidung atau pernapasan diafragma
serta penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi intercostae.
Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi
(E). Rasio pada fase ini normalnya adalah 1:2. Fase ekspirasi yang memanjang
menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada pasien
dengan Chronic Airflow Limititation (CAL)/Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD).
Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan
diameter lateral/transversal (T). Rasio normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7,
tergantung dari kondisi cairan tubuh pasien.
Kelainan pada bentuk dada adalah:
a. Barrel chest
Timbul jika terjadi depresi pada bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan
jantung dan pembuluh darah besar yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul
pada ricketsia, marfans syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
d. Kyphoscoliosis (kifoskoliosis)
Terlihat dengan adanya elevasi scapula yang akan mengganggu pergerakan paru-paru.
Kelainan ini dapat timbul pada pasien dengan osteoporosis dan kelainan musculoskeletal lain
yang mempengaruhi toraks. Kifosis adalah meningkatnya kelengkungan normal columna
vertebrae thoracalis menyebabkan pasien tampak bongkok. Sedangkan skoliosis adalah
melengkungnya vertebrae thoracalis ke samping, disertai rotasi vertebrae.
2. Palpasi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di
sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan normalnya bergaung dan
bersuara rendah.
Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat musical.
Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada
bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada perkusi daerah
paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
4. Auskultasi
Bronchial: sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh udara
yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras, nyaring, dengan hembusan
yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di
antara kedua fase tersebut (E > I). Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk
suprasternal.
Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular.
Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan
ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkus tertutupoleh
dinding dada.
Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang
dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring,
musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan napas yang
menyempit.
Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar
perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi
kental dan peningkatan produksi sputum.
Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar,
berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering
kali pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam.
Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara
meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara
gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
F. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup pasien yang
secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi.Beberapa kondisi respiratori timbul
akibat stres. Penyakit pernapasan kronis dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga
dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan, atau
ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme pengobatan, perawat dapat mengkaji
reaksi pasien terhadap masalah stres psikososial dan mencari jalan keluar.
g. Diagnosa Keperawatan
1. Definisi
Yaitu ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna
mempertahankan jalan napas yang bersih.
2. Batasan Karakteristik.
a. Subjektif : Dispnea.
b. Objektif
Bunyi napas tambahan (misalnya Ronkhi basah halus, ronchi basah kasar, dan ronkhi
kering).
Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan.
Batuk tidak ada atau tidak efektif.
Sianosis.
Kesulitan untuk bersuara.
Penurunan bunyi napas.
Orthopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan
sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
Kegelisahan
Sputum.
Mata terbelalak (melihat).
a. Lingkungan
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih, adanya jalan napas buatan,
terdapat benda asing dari jalan napas, sekresi pada bronchi, dan eksudat pada alveoli.
c. Fisiologis
Disfungsi neuromuskuler, hiperplasi dinding bronchial, PPOK, Infeksi, asma, alergi jalan
napas, dan trauma.
Yaitu tindakan seseorang untuk meminimalkan perubahan sampingan yang didapat pada
fungsi fisik dan emosi.
1. Definisi
2. Batasan karakteristik
Ortopnea
Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
Pernafasan disritmik
Pernafasan yang hati-hati
a. Patofisiologis
Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental, sekunder akibat: infeksi,
inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.
Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tak efektif, sekunder
akibat:
b. Terkait Pengobatan
3. Kelelahan
4. Gangguan persepsi/kognitif
Definisi
Batasan Karakteristik
Subjektif
o Dispnea.
Objektif
e. Konfusi.
g. Karbondioksida menurun.
h. Diaphoresis.
i. Hiperkapnia.
j. Hiperkarbia.
k. Hipoksia.
l. Hipoksemia.
m. Iritabilitas.
o. Gelisah.
p. Sputum.
q. Takhikardia.
r. Mata terbelalak.
a. Lingkungan
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih, adanya jalan napas bantuan,
sekresi pada bronki, eksundat pada alveoli.
c. Fisiologis
Disfungsi neuro miskular, PPOK, hyperplasmia dinding bronchial, infeksi asma, alergi jalan
naps, dan trauma.
a. Status Pernapasan: pertukaran gas, yaitu CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan
konsentrasi gas darah arteri.
b. Status Pernapasan Ventilasi, yaitu perpindahan udara masuk dan dan keluar dari paru-
paru.
1. Definisi
2. Faktor resiko
Adanya faktor risiko yang dapat mengubah fungsi pernapasan (lihat faktor yang
berhubungan).
a. Patofisiologis
R Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental, sekunder akibat : infeksi,
inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.
R Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tidak efektif, sekunder
akibat:
4. Kuadriplegia
b. Terkait Pengobatan
R Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat :
3. Kelelahan
4. Gangguan persepsi/kognitif
1. Definisi
Disfungsi respon penyapihan ventilator (DRPV) merupakan suatu keadaan ketika individu
tidak dapat menyesuaikan terhadap tingkat terendah dukungan ventilator mekanik sehingga
mengganggu dan memeperpanjang proses penyapihan.
2. Batasan karateristik
a. Ringan
R Mayor
1. Gelisah
R Minor
Mengekspresikan perasaan tentang peningkatan kebutuhan oksigen, pernapasan tidak
nyaman, keletihan, dan hangat.
b. Sedang
R Mayor
R Minor
1. Ketakutan
2. Berkeringat
3. Mata melebar
c. Berat
R Mayor
1. Agitasi
2. Penyimpangan yang signifikan dalam gas-gas darah arteri dari nilai dasar
R Minor
4. Sianosis
5. Banyak berkeringat
a. Patofisiologis
3. Anemia
4. Infeksi
R Sedasi berlebihan
7. Berhubungan dengan ansietas sedang sampai berat yang berkaitan dengan upaya
pernapasan.
1. Definisi
Resiko Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator adalah keadaan ketika individu beresiko
untuk mengalami suatu ketidakmampuan penyesuaian terhadap dukungan ventilator mekanik
tingkat rendah selama proses penyapihan, yang berhubungan dengan ketidaksiapan fisik dan
atau psikologis terhadap penyapihan.
2. Faktor Resiko
a. Patofisiologis
2. Anemia
4. Infeksi
8. Disritmia
9. Kekacaun mental
10. Demam
c. Personal/ Lingkungan
1. Definisi
Suatu keadaan ketika individu tidak dapat memepertahankan pernapasan yang adekuat untuk
mendukung kehidupannya. Ini dilakukan karena penurunan gas darah arteri, peningkatan
kerja pernapasan dan penurunan energy.
2. Batasan Karakteristik
R Mayor
1. Dispnea
R Minor
4. Aksesori pernapasan
6. Penurunan PO2
7. Penurunan kerjasama
8. Peningkatan PCO2
9. Penurunan SaO2
Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.Intervensi dilakukan untuk
membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.Intervensi disebut juga
implementasi yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan (Griffith & Christensen, 1986).
Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas.Pengkualifikasian
seperti bagaimana, kapan, di mana, frekuensi, dan besarnya memberikan isi dari aktivitas
yang direncanakan. Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua yaitu mandiri yaitu
dilakukan oleh perawat dan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya.
a. Intervansi Generik
R Kaji adanya penurunan nyeri yang optimal dengan periode keletihan atau depresi
pernapasan yang minimal
R Beri semangat untuk melakukan ambulasi segera setelah konsisten dengan rencana
perawatan medis
R Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur duduk di kursi
beberapa kali sehari (misalnya, 1 jam setelah makan dan 1 jam sebelum tidur)
R Tingkatkan aktivitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan meningkat
dan dispnea akan menurun dengan melakukan latihan
R Bantu untuk reposisi, mengubah posisitubuh dengan sering dari satu sisi ke sisi yang
lainnya, (setiap jam jika mungkin)
R Beri semangat untuk melakukan latihan napas dalam dan latihan batuk yang terkontrol lima
kali setiap jam
R Ajarkan individu untuk menggunakan botol tiup atau spidometer intensif setiap jam saat
bangun (pada kerusakan neuromuskular berat, ada baiknya individu dibangunkan selama
malam hari)
R Auskultasi bidang paru setiap 8 jam, tingkatkan frekuensi jika ada gangguan bunyi napas
b. Intervensi Pediatrik
a. Intervensi Generik
5. Tekanan dinamik dan statik rendah, dengan komplains sedikitnya 35 cm tekanan air
R Jika kesiapan penyapihan ditetapkan ada, libatkan klien dalam penetapan rencana.
3. Jelaskan bahwa tujuan akan ditelaan kembali setiap hari bersama individu
1. Pantau status dengan teratur untuk menghindari keletihan dan ansietas yang tidak
semestinya.
3. Jika individu mulai gelisah, bicaralah padanya untuk menennagkan sementara tetap di
samping tempat tidur.
R Ciptakan lingkungan penyapihan yang positif, yang meningkatkan perasaan aman individu.
R Koordinasikan aktivitas yang perlu untuk meningkatkan waktu istirahat atau relaksaai yang
adekuat.
R Mulai percobaan penyapihan saat individu cukup istirahat, biasanya pada pagi hari setelah
tidur malam.
b. Intervensi pediatrik
Tunda pemberian makan per oral 2 jam sebelum upaya penyapihan dan setelah ekstubasi.
a. Intervensi Generik
R Kaji faktor penyebab dan penunjang dari ketidakadekuatan keefektifan diri tentang diri
tentang kesiapan penyapihan.
1. Ungkapkan kebutuhan lanjut untuk dukungan ventilator
Negosiasikan dengan staf medis untuk menunda dimulainya penyapihan dan rencana
penyapihan dengan langkah perlahan sehingga dapat memastikan keberhasilan setiap
langkah.
a. Intervensi Generik
R Untuk Hiperventilasi
2. Alihkan perhatian individu dari memikirkan tentang keadaan ansietas dengan meminta
individu mempertahankan kontak mata dengan anda. Katakan, Sekarang perhatikan Saya
dan bernapaslah perlahan-lahan bersama Saya seperti ini.
4. Tetap bersama individu dan latih untuk bernapas perlahan-lahan, bernapas lebih efektif.
5. Jelaskan seorang dapat belajar untuk mengatasi hiperventilasi melalui kontrol pernapasan
secar sadar apabila penyebabnya tidak diketahui.
b. Intervensi Pediatrik
R Aktivitas Utama
a. Kaji bunyi paru, frekuensi napas,kedalaman dan usaha napas serta produksi sputum.
i. Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya
bunyi tambahan.
m. Jelaskan pada pasien dan keluarga alasan suatu tindakan dilakukan misal: terapi oksigen.
n. Ajarkan teknik perawatan di rumah (pengobatan, aktivitas, alat bantu, tanda dan gejala
yang perlu dilaporkan).
R Aktivitas Kolaboratif
a. Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri dan
penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien.
b. Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal: bunyi napas, pola
napas, analisa gas darah arteri,sputum,efek dari pengobatan).
R Aktivitas Lain
Evaluasi
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat
menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. (Alfaro-
LeFevre, 1994).Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya (Griffith &
Christensen, 1986).
Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan
menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Perencanaan
merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi. Menetapkan kembali informasi baru yang
diberikan kepada klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau
intervensi keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah
keputusan bersama antara perawat dan klien (Yura & Walsh, 1988).
Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi
memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan,
termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal
terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan. Evaluasi
disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil, sehingga
dapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika tindakan
yang sebelumnya tidak berhasil.
Pasien mempertahankan pola pernapasan yang efektif, frekuensi, irama dan kedalaman
pernapasan normal, penurunan dispnea, gas-gas darah batas normal.