Anda di halaman 1dari 14

KLIPING

PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN
(PPKN)

Nama : DIMAS WAHYU FIRMANSYAH


Abs/Kelas : 10/X TKR 2

YAYASAN PENDIDIKAN DAN SOSIAL AL-HUSNA


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) AL-HUSNA LOCERET
JL.Raya Kediri Gg. Kwagean No.04 Loceret Nganjuk 64471
Telp/Fax. (0358) 329806 TAHUN PELAJARAN 2017/1018
Kata Pengantar

Puji sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia-

Nya penulisdapat menyelesaikan Makalah PKn ini. Tugas PKn ini menyajikan materi

tentang proses terbentuknya negara yang telah selesai di kerjakan oleh penulis.

Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang ikut

membantu khususnya keluarga penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Dan juga kami mohon maaf sebesar-besarnya karena sebaik-

baiknya penulis mengerjakan makalah ini pasti ada kesalahan tapi kami sudah berusaha

semaksimal mungkin.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi orang yang membaca

khususnya penulis yang membuatnya. Amin.

Nganjuk, 05 november 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .........................................................................................................

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Terbentuknya Bangsa Indonesia ........................................................................ 5

B. Proses Terbentuknya Indonesia .......................................................................... 6

C. Proses Pemerdekaan dan Kemerdekaan Indonesia .................................... ....... 7

D. pengamalan pancasila di lingkungan keluarga,sekolah,bangsa dan negara

E. penerapan nilai-nilai pancasila dalam praktek

BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 8

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 8

B. Saran ................................................................................................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap bangsa mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan setiap

bangsa mempunyai hak untuk mengatur segala aspek kehidupan di negaranya. Tetapi,

itu hanya berlaku bagi negara yang bebas atau merdeka. Sebaliknya, bagi bangsa-

bangsa yang sedang terjajah tidak akan mungkin bisa mewujudkan harapannya untuk

merdeka. Karena ini menyangkut hak kemerdekaan negara tersebut yang

kemerdekaannya dirampas oleh bangsa imperialis-kolonialis. Oleh sebab itu banyak

terjadinya perjuangan atau perlawanan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan

bagi negaranya sendiri. Contohnya seperti bangsa kita yaitu bangsa Indonesia yang

merupakan satu dari beberapa negara yang berada di kawasan Asia yang secara terus-

menerus berjuang menghadapi para penjajah untuk merebut kemerdekaan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana proses terbentuknya Bangsa Indonesia.

2. Pengamalan pancasila di lingkungan keluarga,sekolah dan negara

3. Penerapan nilai-nilai pancasila

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Terbentuknya Bangsa Indonesia

Indonesia, sejak diproklamirkan kemerdekaan negara ini menganut falsafah

bahwa hanya ada satu bangsa di wilayah negara Republik Indonesia yaitu bangsa

Indonesia. Hal ini sesuai dengan tekad (pakai d atau t sih) para pemimpin Indonesia

yang tercetus pada Sumpah Pemuda tahun 1928. Tetapi, kemudian perlu dipahami

lebih dalam bahwa konteks satu bangsa yang diucapkan dalam sumpah pemuda

tersebut sangat bernuansa historis, dimana semua manusia atau kelompok manusia

(anda boleh menyebutnya dengan suku bangsa) yang berdiam di wilayah Indonesia

punya majikan yang sama yaitu pemerintah Belanda (yang diwakili oleh pemerintah

kolonial Hindia Belanda).

Ini yang kemudian menyebabkan bahwa rasa persatuan atau kesadaran akan

kebutuhan bersama untuk menentang kolonialisme dalam bentuk apapun kemudian

menjadi manifes dengan munculnya rasa kebangsaan Indonesia. Tetapi harap diingat

bahwa proses penaklukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda yang belangsung

cukup sukses hanya di pulau Jawa, sedang di bagian timur dan barat dari Indonesia

malah berlangsung dalam periode yang amat singkat kurang dari 45 tahun. Secara legal

formal dalam hukum internasional mengatur tentang kepemilikan suatu wilayah yang

dinyatakan terra nullius oleh hukum internasional, yang kemudian mensyaratkan

adanya keefektifan pemerintahan di wilayah yang dikuasai, baik secara politik, hukum,

dan ekonomi (lihat kasus sipadan dan ligitan), Aceh dan Papua Barat adalah wilayah

terakhir yang kemudian secara efektif dikuasai dan dimasukkan ke dalam wilayah

Hindia Belanda.

2
B. Proses Terbentuknya Indonesia.

Dari sejak awal pergerakan kemerdekaan dari tindasan pemerintah kolonial

Hindia Belanda dimulai dari daerah-daerah lokal (setingkat propinsi/kabupaten kalau

sekarang), hal ini wajar karena mengingat bahwa rasa kebangsaan di tingkat lokal

sangat kuat (ini terbukti hingga saat ini).

Kemudian setelah pemerintah Belanda menerapkan politik etis di Indonesia

mulai terbentuk segolongan elit terdidik dan terpelajar di seluruh kepulauan Indonesia

yang kemudian mentransformasikan dirinya dengan identitas keindonesiaan dalam

wujud perhimpunan mahasiswa Indonesia di negeri Belanda yang berwadah dalam

Perhimpunan Indonesia.

Pada saat yang sama, partai-partai politik atau yang menyamai partai politik

tidak ada yang menggunakan identitas keindonesiaan (sebagai contoh Budi Utomo,

Sarikat Islam, NIP), kecuali PKI. Saat itu hanya Partai Komunis Indonesia-lah yang

menggunakan identitas keindonesiaan, walaupun mereka tidak bisa mengklaim bahwa

dalam pergerakan kemerdekaan mereka adalah pelopor penggunaan nama Indonesia

karena pada awalnya pun mereka menggunakan nama Perserikatan Komunis Hindia.

Harus diakui bahwa dua organisasi politik inilah yang memperkenalkan

identitas keindonesiaan pada dunia Internasional (PI untuk ke luar negeri dan PKI

untuk ke dalam negeri), dan kemudian menjadi sandaran bagi partai-partai politik yang

berbasis nasionalisme untuk menggunakan identitas keindonesiaan.

Sehingga proses adanya kesadaran keindonesiaan ini kemudian lebih dikarenakan

adanya penindasan secara politik, ekonomi, dan hukum yang dilakukan oleh

pemerintah kolonial Hindia Belanda, tanpa adanya kesadaran luhur akan pentingnya

federasi yang longgar antar bangsa di wilayah Indonesia.

3
C. Proses Pemerdekaan dan Kemerdekaan Indonesia

Proses penyatuan Indonesia yang sedikit mengambil bentuk keterpaksaan

mulai mengemuka ketika pemerintahan fasis Jepang memberikan sedikit kemerdekaan

untuk merancang proses kemerdekaan Indonesia kepada para pemimpin Indonesia.

Pikiran-pikiran yang kemudian mengemuka kemudian malah menjadi manifes

dalam bentuk negara integralistik yang dalam sejarah perjalanannya justru anti

demokrasi dan menjadikan tiap rejim yang memerintah tidak menghormati hak asasi

manusia. Hal ini kemudian menjadi basis legalitas pembentukan Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang dinyatakan dalam pasal 1 ayat 1 UUD RI.

Pikiran tentang negara integralistik ini sebenarnya sangat dijiwai oleh paham

kosmologi Jawa yang sangat feodal itu, yang sayangnya justru di adopsi oleh para

pemimpin Indonesia (mungkin ini berkaitan dengan banyaknya pemimpin Indonesia

yang berasal dari Jawa). Yang kemudian justru menciptakan suatu monster yang

melenyapkan segala kearifan lokal masyarakat adat di Indonesia (lihat UU

pemerintahan di desa pada masa rejim orde baru). Dan hal ini kemudian menimbulkan

resistensi daerah-daerah di luar Jawa yang menolak hegemoni Jawa atas pemerintahan

di Indonesia, sehingga yang diciptakan oleh setiap pemerintahan di Indonesia

bukannya rasa kebangsaan Indonesia tetapi malah memunculkan adanya Sentimen

Keindonesiaan .

Proses yang terjadi dengan pemaksaan ini malah diteruskan oleh rejim militer orde

baru. Proses yang sama kemudian terjadi pada wilayah Timor Leste atas nama

integrasi, wilayah tersebut dimasukkan (dianeksasi) secara melanggar hukum

internasional ke dalam wilyah Indonesia, pada saat yang sama di Aceh dan Papua juga

terjadi kekerasan yang sistematis demi melanggengkan ideologi militer yaitu persatuan

dan negara integrali.

4
D. PENGALAMAN PANCASILA DI LINGKUNGAN

KELUARGA,SEKOLAH,BANGSA DAN NEGARA

Contoh perilaku penerapan nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan keluarga

Pada umumnya untuk membentuk suatu keluarga maka harus diawali dengan

pernikahan, yang mana pernikahan tersebut harus sah secara agama dan sah secara

hukum (dicatat oleh pemerintah). Dengan mematuhi norma agama dan norma hukum

seperti di atas maka akan mengakibatkan adanya status, hak maupun kewajiban yang

jelas bagi semua pihak. Perlu ditanamkan kepada anak-anak kita sedini mungkin

perilaku-perilaku yang baik seperti rajin beribadah, sopan santun, bertanggung jawab,

suka memberi kepada sesama dan lai sebagainya.

dalam lingkungan keluarga juga harus dibudayakan sikap kasih sayang, saling

menghormati antar sesama anggota keluarga, rukun, dan lain sebagainya. Untuk lebih

jelasnya berikut perilaku-perilaku yang menerapkan nilai-nilai pancasila dalam

lingkungan keluarga :

Saling menghormati antar sesama anggota keluarga

Saling menyayangi satu sama lain (saling melindungi)

Sebagai orang tua harus mendidik anak-anaknya agar selalu patuh terhadap agama

dan hukum

Sebagai orang tua juga harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya, dan

memberikan contoh perilaku yang sesuai dengan norma agama, norma kesusilaan,

norma kesopanan, norma hukum dan adat.

Sebagai orang tua harus mengajarkan/mendidik anak-anaknya untuk selalu berbuat

kebaikan (seperti sedekah kepada orang lain, saling menghormati dll).

Sebagai orang tua bersikap adil terhadap anak-anaknya, tidak boleh pilih kasih

Sebagai anak harus berbakti kepada orang tua

dll

5
Contoh perilaku penerapan nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan masyarakat

Dalam kehidupan masyaakat, setiap anggota masyarakat harus patuh dan taat pada

norma-norma dan aturan yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Sebagai

masyarakat maka kita harus saling menghormati, dan saling menghargai hak-hak asasi

manusia, menghargai hak miling orang lain dan selalu menjaga hak dan kewajiban kita

sebagai masyarakat. Dan berikut ini beberapa perilaku yang mencerminkan nilai-nilai

yang terkandung di dalam pancasila dalam lingkungan masyarakat :

paling menghormati dan memberikan toleransi antar umat beragama

Rukun dengan tetangga yang berbeda agama.

Berbuat adil kepada tetangga, tidak membeda-bedakan tetangga.

Menyeimbangkan hak dan kewajiban kita di masyarakat.

Mematuhi norma-norma dan aturan yang berlaku di dalam masyarakat.

Selalu aktif dalam kegiatan sosial seperti kerja bakti, ronda malam dll.

Contoh perilaku penerapan nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan sekolah

Dalam lingkungan sekolah, semua warga sekolah baik siswa, guru dan juga karyawan

harus mematuhi semua peraturan dan tata tertib sekolah sesuai dengan fungsi dan

kedudukan masing-masing warga sekolah. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang

nyaman, dan menjadi suasana kekeluargaan yang kedua setelah di rumah. Suasana

aman dan tertib di sekolah, serta kebersihan dari sekolah merupakan tanggung jawab

bersama segenap warga sekolah. Dan berikut adalah perilaku penerapan nilia-nilai

pancasila dalam lingkungan sekolah :

Saling menghormati antar siswa

Menghormati guru dan karyawan

Selalu berusaha untuk berbuat baik kepada sesama siswa sekolah

Belajar yang giat agar mendapatkan prestasi dan mengharumkan nama sekolah

Membantu teman yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran

Selalu taat pada aturan sekolah (tata tertib sekolah) / Disiplin

6
Memberikan suara dalam pemilihan pengurus OSIS

Contoh perilaku penerapan nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan berbangsa

dan bernegara

Seperti halnya pada lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Dalam lingkungan

berbangsa dan bernegara kita juga harus taat pada hukum yang berlaku didalam negara

tersebut, baik itu merupakan hukum tertulis atau hukum tidak tertulis. Dan berikut ini

merupakan contoh perilaku penerapan nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan

berbangsa dan bernegara :

Tertib, taat dan patuh pada aturan yang berlaku di negara tersebut (tertib lalu lintas)

Memelihara dan menjaga lingkungan hidup dari kerusakan atau pencemaran

lingkungan

Jika ada pemilihan umum, kita harus ikut serta (berpartisipasi) dalam pemilihan

dan turut mensukseskan pemilu

Mendukung dan ikut serta mensukseskan program-program pemerintah

Melaporkan kepada pihak yang berwajib, apabila ada tindak kejahatan, atau yang

lainnya

Perilaku warga negara yang tertib pada hukum yang berlaku akan membuat terciptanya

suasanya yang aman, tentaram dan damai. Perilaku yang merupakan penerapan nilai-

nilai pancasila di lingkungan berbangsa dan bernegara itu tidak hanya untuk warga

negara saja tetapi juga berlaku bagi segenap komponen bangsa dan segenap komponen

penyelenggaraan pemerintah negara. Dengan demikian aktualisasi pelaksanaan

Pancasila sebagai usaha mewujudkan tujuan nasional sesuai dengan fungsi dan

kedudukan kita masing-masing.

7
E. PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PRAKTEK

PENYELENGGARAAN NEGARA

Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara

Pengkajian Pancasila secara filosofis dimaksudkan untuk mencapai hakikat atau makna

terdalam dari Pancasila. Berdasarkan analisis makna nilai-nilai Pancasila diharapkan

akan diperoleh makna yang akurat dan mempunyai nilai filosofis.

Dengan demikian, penyelenggaraan negara harus berdasarkan pada nilai-nilai

Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 sebagai berikut :

a. Nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

1) Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

2) Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut

agamanya.

3) Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan memeluk agama

sesuai hukum yang berlaku.

4) Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.

5) Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, toleransi

antarumat dan dalam beragama.

6) Negara memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara dan

menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama.

b. Nilai Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab

1) Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makluk Tuhan. Karena

manusia mempunyai sifat universal.

8
2) Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, hal ini juga bersifat

universal.

3) Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hal ini berarti bahwa yang

dituju masyarakat Indonesia adalah keadilan dan peradaban yang tidak pasif, yaitu

perlu pelurusan dan penegakan hukum yang kuat jika terjadi penyimpangan-

penyimpangan, karena Keadilan harus direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Nilai Sila Persatuan Indonesia

1) Nasionalisme

2) Cinta bangsa dan tanah air

3) Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa

4) Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan

warna kulit.

5) Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggulangan.

d. Nilai Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

1) Hakikat Sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum, yaitu pemerintah

dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

2) Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru

sesudah itu diadakan tindakan bersama. Di sini terjadi simpul yang penting yaitu

mengusahakan putusan bersama secara

bulat.

3) Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Hal yang perlu diingat

bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sebagai konsekuensi adanya

kejujuran bersama.

9
4) Perbedaan secara umum demokrasi di negara barat dan di negara Indonesia, yaitu

terletak pada permusyawaratan rakyat.

e. Nilai Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1) Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan berkelanjutan.

2) Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama

menurut potensi masing-masing.

3) Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai

dengan bidangnya.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bangsa Indonesia telah merdeka kurang lebih 70 tahun, dengan itu bangsa ini harus

bisa merangkul seluruh masyarakatnya agar semua penduduk bangsa Indonesia bisa

merasakan kemerdekaan. Agar tanpa merasakan penjajahan baik secara langsung

maupun tidak langsung.

B. Saran

Pemerintah Indonesia sebaiknya segera memperbaiki kinerja dan tidak terlalu

menuntut lebih dengan alasan peningkatan kinerja pemerintah. Dan tidak lagi

melakukan aksi perdamaian semu serta mulai mengakui bahwa disamping bangsa

Indonesia juga terdapat bangsa Aceh dan Papua Barat serta bangsa-bangsa lain yang

hidup secara berdampingan di wilayah negara Indonesia. Dan kemudian juga

memformulasi ulang bentuk negara kesatuan menjadi negara federal di dalam UUD RI.

11

Anda mungkin juga menyukai