Anda di halaman 1dari 1

Tata Kelola Perusahaan The Big Short

Dosen: Chaerul Djakman


Oleh: Virginia Mianuli Tiarasi 1406612211

Film The Big Short menceritakan tentang krisis keuangan dunia di tahun 2008 yang terjadi
karena adanya bubble dalam pasar properti. Michael Burry manajer hedge fund Scion Capital
ialah yang pertama menyadari adanya ketidakstabilan dalam pasar properti di AS pada 2005
dan memprediksi pasar ini hancur pada beberapa tahun ke depan karena banyaknya subprime
loans, yakni pinjaman yang diberikan kepada orang yang tidak memiliki jaminan atau latar
belakang finansial yang baik dengan sifat bunga pinjaman serta risiko yang tinggi. Responnya
akan kejadian ini, ia membeli credit default swap (CDS) atas mortgage-backed securities
(MBS) yakni instrumen keuangan yang akan memberi hasil apabila MBS mengalami default.

Jared Vennett salesman Deutsche Bank ialah salah satu yang pertama memahami analisis
dari Burry. Vennett pun menganalisa hasil analisis Burry, dan hasilnya memang benar sehingga
mendorongnya untuk menjadi salesman yang menjual credit default swap. Mike Baum hedge
fund manager Front Poin tertarik akan tawaran Vennett, dan bersama rekannya mengecek
kebenaran akan adanya pinjaman subprime tersebut dengan langsung ke daerah penjualan
properti dan melihat tipikal orang yang ada di sana, dan memang yang tidak terjamin kondisi
keuangan serta latar belakangnya. Di sisi lain, investor muda yakni Charlie Geller dan Jamie
Shipley melihat prospektus yang dibuat oleh Vennett tersebut atas hasil analisanya. Mereka
pun juga tertarik untuk ikut berinvestasi dalam CDS ini.

Kejelekan bank di cerita ini ialah, bahwa mereka menjual MBS dalam cerita ini berupa debt
atau hutang yang berasal dari subprime loan yang seharusnya memiliki tingkat rating yang
rendah, akan tetapi bank mengemasnya sedemikian rupa menjadi suatu portfolio yang
dinamakan collateralized debt obligations (CDO) yang memiliki rating yang baik untuk
dikategorikan sebagai AAA. Setelah diselidiki oleh pihak yang membeli CDS di atas, terkuak
adanya konflik kepentingan antara bank yang menjual CDS dengan credit rating agencies,
dimana para agensi tersebut memberikan rating sesuai dengan permintaan bank yang menjadi
klien mereka karena agensi tidak ingin kliennya pindah ke agensi credit rating yang lain. Di
sisi lain, bank juga melakukan penipuan kepada investor yang membeli CDO tersebut karena
sebenarnya isinya sangatlah berisiko dan sangat mungkin untuk tidak dibayarkan kembali
kepada investor sehingga investasi yang dilakukan investor hanya menguntungkan bank saja,
dimana bank juga terus menaikkan harga CDO tersebut padahal nilai isinya semakin buruk.

Anda mungkin juga menyukai