Anda di halaman 1dari 39

WRAP UP SKENARIO 3

BLOK PANCA INDERA


Bercak Merah & Gatal Di Selangkangan

Oleh :

KELOMPOK A-6

KETUA : Inna Nurrohmatul K 1102013135

SEKRETARIS : Fathia Zahra 1102014096

ANGGOTA : Tiara Meutia Putri 1102012295


Firdaus Pratama 1102014101
Adec Iriani Cheristine H 1102014002
Annisa Aprilia Athira 1102014029
Annisa Fitri Bumantari 1102014032
Faisal Gani Putra A 1102014089
Annisa Ulkhairiyah 1102014034

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

JAKARTA

2017/2018
Skenario 3

Bercak Merah dan Gatal Di Selangkangan

Seorang wanita berusia 28 tahun dating ke poliklinik dengan keluhan bercak merah dan gatal
terutama bila berkeringat di selangkangan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan
beruntus dan kulit yang menebal berwarna gelap . Kelainan ini hilang timbul selama 6 bulan,
hilang apabila diobati dan timbul saat menstruasi atau menggunakan celana berlapis. Riwayat
keputihan disangkal. Kelainan ini dirasakan setelah berat badan penderita bertambah.
Pada pemeriksaan generalis : dalam batas normal
Pada pemeriksaan dermatologis : Regioner, bilateral pada ke-2 sisi medial paha atas tampak lesi
multiple , berbatas tegas, bentuk beraturan, ukuran bervariasi dari diameter 0,03cm sp 0,1 cm,
kering, permukaan halus dengan efloresensi berupa plak eritem, sebagian likhenifikasi yg
hiperpigmentasi, pada bagian tengah tampak central healing dengan ditutupi skuama halus .
Setelah mendapatkan terapi, penderita diminta untuk control rutin dan menjaga serta memelihara
kesehatan kulit sesuai tuntunan ajaran islam.
STEP 1

Kata-kata Sulit
1. Hiperpigmentasi : Kelainan peningkatan pigmen (contoh: membran kulit/membran mukosa)
2. Efloresensi : Ukuran setiap jenis morfologi
3. Skuama : Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
4. Bruntus : Kulit yang berisi cairan bernanah atau bening.
5. Central healing : Bagian dari proses penyembuhan.
6. Likhenifikasi : Daerah penebalan pada kulit yang terlihat seperti garis-garis.
7. Plak : Peninggian diatas permukaan kulit, permukaan datar dan diisi zat padat.
8. Eritem : Kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler
yang reversible.
Pertanyaan
1. Mengapa setelah diberi obat hilang, tetapi saat menstruasi timbul lagi?
2. Adakah hubungan menstruasi dengan menggunakan celana berlapis dan gejala yang
ditimbulkan?
3. Apa yang menyebabkan bercak merah, beruntus dan hiperpigmentasi?
4. Mengapa gejala timbul saat berkeringat?
5. Bagaimana proses terjadinya central healing?
6. Apa etiologi dari penyakit ini?
7. Apa diagnosis sementara?
8. Apa saja factor resiko?
9. Apa tatalaksana yang diberi pertama kali?
10. Bagaimana pencegahannya?
11. Bagaimana cara menjaga kulit dan memelihara kulit menurut islam?
12. Mengapa timbul likhenifikasi?

Jawaban
1. - Saat menstruasi kebersihan menurun.
- Berat badan berlebih maka terdapat lipatan, sehingga lembab
- Penggunan obat yang tidak tepat sesuai etiologi menyebabkan resisten.
2. Menggunakan celana berlapis menyebabkan lembab dan tumbuhnya jamur
3. Jamur merangsang reaksi inflamasi pada tubuh, dan tubuh mengeluarkan histamine.
Pertumbuhan hifa pada stratum korneum sehingga akan terkelupas.
4. Berat badan berlebih maka lipatan paha menjadi lembab dan factor tumbuhnya jamur.
5. Hifa pada jamur menyebar jika digaruk.
Jamur memakan stratum korneum, jika pada tempat tersebut sudah tidak ada stratum
korneum maka hifa akan menyebar mencari stratum korneum lainnya.
Maka terlihat seperti penyembuhan padahal bukan penyembuhan tetapi penyebaran makin
luas.
6. Candida albicans, salah satunya.
7. Dermatophitosis
8. - Jenis kelamin
- Berat badan berlebih
- Kebersihan menurun
- Usia
9. Dibersihkan dengan air dan diberi antiseptic.
Diberikan antijamur.
10. - Menghindari berbagai peralatan mandi
- Menjaga kebersihan
- Menghindari pakaian ketat
11. Memakai pakaian bersih dan meminta doa kepada Allah untuk kesehatan.
12. Skuama terlepas pertumbuhan sel baru penebalan pada bagian yang tertutupi jamur.

Hipotesa

Factor resiko seperti menstruasi, berat badan berlebih, kurangnya kebersihan tubuh akan
meningkatkan terjadinya Dermatofitosis, yang disebabkan oleh mikroorganisme. Penyakit ini
dapat ditangani dengan pemberian obat sesuai dengan etiologinya. Dapat dicegah dengan menjaga
kebersihan tubuh sesuai dengan ajaran Islam
Sasaran Belajar
LI.1. Memahami dan Menjelaskan kulit
1.1 Anatomi
1.2 Fisiologi

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Dermatofitosis


LO.2.1 Definisi
LO.2.2 Etiologi
LO.2.3 Epidemiologi
LO.2.4 Klasifikasi
LO.2.5 Patofisiologi
LO.2.6 Manifestasi
LO.2.7 Diagnosis dan diagnosis banding
LO.2.8 Penatalaksanaan
LO.2.9 Komplikasi
LO.2.10 Pencegahan
LO.2.11 Prognosis
LI.3 Memahami dan Menjelaskan cara memelihara kesehatan kulit sesuai anjuran agama Islam
LI.1.1. Anatomi Kulit

Kulit adalah organ tunggal terberat di tubuh dengan berat sekitar 15% dari berat badan total
dengan luas permukaan sekitar 1,2 - 2,3 m2 pada orang dewasa. Kulit terdiri atas lapisan epidermis
yang berasal dari ektoderm permukaan dan lapisan dermis yang berasal dari mesoderm.
Berdasarkan ketebalan epidermis kulit dapat dibedakan menjadi kulit tebal dan kulit tipis. Turunan
epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat.

EPIDERMIS

Epidermis terdiri dari 5 lapisan dan tidak mempunyai pemubuluh darah maupun limpa sehingga
semua nutrisi dan oksigen di dapat dari pembuluh kapiler pada lapisan dermis yang berdifusi
melalui cairan jaringan serta membran basal untuk mencapai epidermis.
Sel-sel epidermis

a. Keratinosit

Sel terbanyak dengan jumlah mencapai 85%-95% pada epidermis. Berasal dari ektoderm
permukaan. Sel berbentuk gepeng ini memiliki sitoplasma yang dipenuhi oleh skleroprotein
birefringen, yakni keratin. Keratin ini mengandung sedikitnya 6 macam polipeptida dengan berat
molekul 40kDa sampai 70 kDa. Sel basal mengandung berat molekul yang lebih rendah. Proses
keratinisasi berlangsung selama 2-3 minggu yang dimulai dari proses proliferasi, diferensiasi,
kematian sel dan pengelupasan. Pada tahap akhir diferensiasi diikuti penebalan membran sel,
kehilangan inti dan organel lain di dalam sel. Selama proses keratinisasi berlangsung enzim
hidrolitik lisosom berperan pada penghancuran organel sitoplasma.

b. Melanosit

Warna kulit ditentukan oleh berbagai faktor penting seperti kandungan melanin dan
karoten, jumlah pembuluh darah dalam dermis, dan warna darah yang mengalir di dalamnya.
Eumelanin adalah pigmen coklat tua yang dihasilkan oleh melanosit. Sel ini berjumlah 7%-10%
dan berasal dari neuroektoderm. Melanosit memiliki badan sel yang bulat dengan cabang dendritik
yang panjang dan tipis. Hemidesmosom mengikat melanosit ke lamina basalis.

Melanosit paling banyak terdapat pada kulit muka dan genitalia eksterna. Jumlah melanosit tiap
individu hampir sama, hanya jumlah produksi melanin berbeda. Sintesis melanin berlangsung di
dalam melanosit dengan tirosinase berperan penting. Tirosin mula-mula diubah menjadi 3,4-
dihidroksifenilalanin (dopa) dan kemudian menjadi dopaquinon yang kemudian bertransformasi
dan dikonversi menjadi melanin. Dalam melanosit, melanin berkumpul dalam vesikel yang disebut
premelanosom. Vesikel kemudian matang menjadi melanosom yang disebarkan melalui cabang
sitoplasma melanosit ke keratinosit di sekitarnya terutama yang berada di stratum basale. Setelah
granula melanin bermigrasi di dalam juluran sitoplasma, granula melanin akan berkumpul di
daerah supranuklear sehingga inti sel terlindungi dari radiasi matahari yang merusak.
Menggelapnya kulit karena sinar uv adalah hasil proses dua tahap yakni reaksi fisikokimia
menghitamkan melanin dan melepaskannya dengan cepat ke keratinosit. Pada tahap kedua
kecepatan sintesis melanin menjadi meningkat dan mengakibatkan peningkatan jumlah pigmen.

c. Sel langerhans

Merupakan sel dendritik yang berbentuk bintang, ditemukan terutama di antara keratinosit
dalam lapisan atas stratum spinosum. Sel ini mempunyai reseptor penanda imunologis yang mirip
makrofag. Sel ini mengikat antigen asing di permukaannya dan merupakan sel pembawa antigen
yang menyebabkan limfosit T dapat bereaksi terhadap antigen yang dibawanya. Sel ini berasal dari
sekelompok sel prekursor dalam sumsum tulang.
d. Sel Merkel

Sel ini memiliki jumlah paling sedikit dan berasal dari krista neuralis. Sel ini terdapat pada
lapisan basal kulit tebal, terutama banyak ditemukan di ujung jari, folikel rambut dan mukosa
mulut. Sel ini memiliki peranan sebagai mekanoreseptor.

Lapisan Epidermis Kulit

1. Stratum korneum

Lapisan kulit yang terluar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti,
dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin. Selama proses keratinisasi berlangsung enzim-
enzim hidrolitik lisosom berperan dalam penghancuran sitoplasma.

2. Stratum lusidum

Stratum lusidum ini terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat gepeng.
Sel-sel gepeng tanpa inti ini memiliki protoplasma yang telah berubah menjadi protein yang
disebut eleidin. Desmosom masih tampak di antara sel-sel yang bersebelahan

3. Stratum granulosum

Stratum granulosum ini terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya
berisikan granul basofilik kasar yang disebut granul keratohialin. Protein granul ini kaya akan
histidin berfosfor selain protein yang mengandung sistin. Struktur khas lainnya adalah granul
lamela, yakni suatu struktur lonjong yang mengandung cakram berlamel yang dibentuk oleh
lapisan lipid ganda. Granula lamela ini mengeluarkan suatu materi ke dalam ruang antar sel di
stratum granulosum. Materi ini berfungsi sebagai sawar terhadap materi asing dan menyediakan
suatu efek pelindung bagi kulit.
4. Stratum spinosum

Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal. Protoplasmanya
jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel spinosum
saling terikat erat melalui spina sitoplasma yang berisi filamen dan desmosom sehingga memberi
corak berduri pada permukaan sel ini. Berkas keratin tersebut disebut tonofilamen. Filamen ini
penting untuk mempertahankan kohesi antar sel dan melawan efek abrasi. Epidermis di daerah-
daerah yang terkena gesekan secara terus menerus memiliki stratum spinosum yang tebal dengan
lebih banyak tonofilamen dan desmosom.

5. Stratum basale

Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada perbatasan
dermo-epidermal. Sel-sel basal ini berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu
sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar dan sel
pembentuk melanin yang berwarna muda, inti gelap, dan memiliki butir pigmen. Sejumlah besar
desmosom saling mengikat sel-sel pada lapisan ini pada permukaan lateral dan atas sedangkan
hemidesmosom membantu mengikat sel ini pada lamina basalis.

Epidermis manusia diperbaharui setiap 15-30 hari bergantung pada usia, bagian tubuh dan faktor
lain. Semua sel dalam stratum basale mengandung filamen keratin intermediet. Sewaktu sel
berpindah ke atas, jumlah filamen juga bertambah sehingga mencapai setengah jumlah protein
total begitu sel berada di stratum korneum.

DERMIS

Dermis berasal dari lapisan mesoderm embrional. Terdiri dari jaringan penyambung
dengan beberapa lapisan serat kolagen dan serat elatis. Epidermis dilekatkan pada dermis melalui
lamina basal dan ikatan ini diperkuat oleh adanya tonjolan-tonjolan dermis ke epidermis yang
disebut papila. Epidermis dipermukaan tonjolan dermis ini membentuk rigi (pematang) dengan
alur diantaranya. Pola rigi dan alur ini yang terbentuk pada bulan ketiga dan keempat kehidupan
janin, gambarannya khas pada tiap individu. Gambaran khas pada telapak tangan, kaki, dan jemari
ini disebut sidik jari. Dermis bagian permukaan yang membentuk papila atau tonjolan ke
epidermis, lapisan ini disebut stratum papilare. Stratum pailare tersusun lebih longgar ditandai oleh
banyak papila dermis yang berjumlah 50-250 per mm2. Jumlah papila terbanyak dan lebih dalam
pada daerah yang menerima tekan dan gesekan paling besar misalkan pada telapak kaki. Sebagian
besar papila mengandung pembuluh kapiler yang memberi nutrisi pada epitel diatasnya. Papila
lainnya mengandung badan akhir saraf sensorik untuk reseptor perabaan yang disebut badan
meissner.

Lapisan dermis dibawah strtum papilare disebut stratum retikulare. Lapisan ini lebih padat, tebal
dan dalam. Terdiri atas berkas-berkas kolagen kasar tersusun rapat. Rongga-rongga diantara berkas
serat terisi jaringan lemak, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea serta folikel rambut. Serat otot
polos juga ditemukan pada tempat-tenpat tertentu seperti m.arector pili yang menempel pada
folikel rambut membentuk lapisan tipis pada scrotum, prepusium, dan puting payudara. Otot ini
turut berperan dalam ekspresi fasial. Lapisan retikular dibagian yang lebih dalam menyatu dengan
hipodermis atau fasia superfisialis dibawahnya yang terdiri atas jaringan ikat longgar yang banyak
mengandung jaringan lemak. Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit. Merupakan sel-sel jaringan
ikat seperti fibroblas, fibrosit, sel lemak, sedikit makrofag dan sel mast. Pada daerah yang
berpigmen ditemukan melanosit.

Turunan Kulit

Kelenjar Sebasea

Kelenjar ini mensekresikan subtansi berminyak yang disebut sebum. Satu atau beberapa
kelenjar sebasea bermuara dan mencurahkan sekretnya ke folikel rambut bagian atas. Kelenjar ini
bertambah jumlahnya pada daerah muka, dahi, dan kulit kepala. Sebum berperan melembabkan
dan membuat kedap air rambut dan permukaan kulit. Pada tempat peralihan kulit misalkan di
daerah bibir, kelopak mata, glans penis, labia minora dan puting payudara ditemukan kelenjar
sebasea yang tak bermuara ke folikel rambut dan mencurahkan sekretnya langsung ke permukaan
tubuh. Kelenjar sebasea merupakan contoh kelenjar holokrin karena produk sekresinya dilepaskan
bersama sisa sel mati. Sebum tidak memiliki andil dalam mencegah kehilangan air.

Rambut

Rambut merupakann bangunan berzat tanduk yang diproduksi oleh folikel rambut yang
merupakan pertumbuhan epitel permukaan kedalam lapisan dermis dibawahnya. Pertumbuhan
rambut berlangsung dalam bagian pangkal folikel yang menggelembung dan disebut bulbus pili,
yang terdiri atas sel-sel epitelial yang aktif membelah dan mengitari suatu papila jaringan ikat yang
banyak mengandung pembuluh darah, dan saraf yang penting bagi kelangsungan hidup folikel
rambut. Papila dermis dalam bulbus pili ini disebut papila pili. Batang rambut dibentuk oleh sel
folikel yang paling dalam yang membatasi papila yang disebut sel matriks. Sel-sel folikel rambut
merupakan lanjutan dari startum basal dan spinosum epidermis kulit. Pada permulaan
perkembangan semua sel pada folikel aktif bermitosis akan tetapi seltelah folikel terdiferensiassi
sempurna hanya tinggal sel-sel matriks yang aktif bermitosis dan menghasilkan berbagai bagian
rambut yaitu, medula, korteks, dan kutikula rambut. Pigmen melanin ditemukan terjepit diantara
dan di dalam sel tersebut sehingga mewarnai rambut. M. arector pili melekat ke sarung folikel dan
berinsersi di daerah papila dermis pada epidermis. Kontraksi ini menyebabkan rambut menegak
dan menarik ke dalam daerah tempat insersinya pada papila sehingga terjadi keadaan yang tampak
pada kulit yang merinding. Muskulus arektor pili dipersarafi oleh sistem saraf simpatis dan
penegakan rambut terjadi apabila kedinginan atau ketakutan.

Kelenjar Keringat

Kelenjar keringat ini merupakan kelenjar merokrin dimana vesikel/gelembung sekret di bawa ke
permukaan sel kemudian membran vesikel menyatu dengan membran sel dan sekret dicurahkan
ke lumen kelenjar tanpa kehilangan bagian dari sitoplasma sel. Terdapat dua jenis sel pada sekresi
kelenjar keringat yaitu sel gelap dan sel bening. Sel gelap memiliki granula sekretoris dan sel
bening sebaliknya. Kelenjar keringat berperan dalam termoregulator. Bila tubuh perlu melepaskan
panas, aliran darah kulit dan sekresi keringat meningkat. Kelenjar merokrin dipersarafi oleh
serabut koligernik sistem saraf simpatis.

Kelenjar apokrin adalah sejenis kelenjar keringat yang berbeda ditemukan pada kulit bagian ketiak,
areola, dan anus. Kelenjar ini bersekresi secara apokrin dimana sekret yang dikeluarkan lebih
kental dan dicurahkan ke dalam folikel rambut. Kelenjar apokrin dipersarafi oleh serabut
adrenergik sistem saraf simpatis, dan perkembangannya dipengaruhi secara hormonal, dan
karenanya kelenjar ini baru mulai aktif setelah puberitas. Kelenjar ini menghasilkan sekret yang
pada awalnya tidak berbau namun akan terdapat bau yang khas bila terdekomposisi oleh bakteri.

Kuku

Kuku berasal dari sel yang sama pada epidermis, mempunyai matriks yang aktif bermitosis
menghasilkan dasar kuku, yang merupakan lanjutan stratum germinatif kulit. Bagian pangkal kuku
diliputi suatu lipatan kulit yang disebut eponikium atau kutikula. Lempeng kuku tumbuh dari dasar
kuku sebagai suatu lempeng zat tanduk.

Dasar kuku merupakan lanjutan stratum germinatif, terdiri atas sel-sel basal di atas membran basal
dan dua atau tiga lapisan spinosum. Di bagian proksimal kuku terdapat daerah putih yang
berbentuk bulan , disebut lunula. Stratum korneum yang mengeras di bawah ujung bebas kuku
disebut hiponikium.

Pertumbuhan kuku bersifat kontinu dan bisa digunakan sebagai indikator kesehatan seseorang
seperti, adanya lekukan dan kekeruhan sering ditemukan pada infeksi kuku.Kuku yang tipis,
mudah sobek, konkaf atau kuku sendok, menandakan adanya penyakit seperti anemia kronik,
sifilis dan demam rematik. Kuku yang kering dan rapuh menunjukan defisiensi vitamin atau
keadaan hipotiroid.
LI.1.2. Memahami Fisiologi Kulit

Kulit berfungsi untuk:

Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, gangguan kimiawi,
gangguan bersifat panas, serta gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.

Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya
lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh.
Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan
kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit
yang mempunyai pH 5,0 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak
mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit.

Absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. tetapi cairan yang
mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak.
Permeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai
peran dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi tersebut dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.

Eksresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme berupa NaCl. Urea, asam urat, dan
ammonia. Sebum yang dihasilkan berfungsi untuk melindungi kulit karena selain meminyaki kulit
juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.

Persepsi

Rangsang panas : badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.

Rangsang dingin : badan-badan Krause yang terletak di dermis.

Rangsang rabaan : badan taktil Meissner di papilla dermis dan badan Merkel Ranvier di epidermis.

Rangsang tekan : badan Paccini di epidermis.

Pengaturan suhu tubuh

Termoregulasi kulit dilakukan dengan mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah
kulit.
Pembentukan pigmen

Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan jumlah serta
besarnya butiran pigmen menentukan warna kulit ras maupun individu. Pajanan sinar matahari
mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan
dendrite, sedangkan pada dermis melalui sel melanofag. Warna kulit juga dipengaruhi oleh tebal
tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.

Keratinisasi

Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan
berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas makin gepeng dan
bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilangdan keratinosit ini menjadi sel
tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari dan member
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

Pembentukan vitamin D

Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.

Fungsi Ekspresi Emosi

Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat
untuk menentukan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan dapat dinyatakan oleh
otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan diutarakan oleh kelenjar air mata yang
meneteskan air matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh
kontraksi pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar
minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak,
dan menyebarkan bau khas.Semua fungsi kulit pada manusia berguna untuk mempertahankan
kehidupannya sama seperti organ tubuh lain.
LI.2. Memahami dan Menjlaskan Dermatofitosis

DEFINISI

Penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofit disebut " Dermatofitosis ".
Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin
(keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan-lapisan kulit mulai dari stratum
korneurm sampai dengan stratum basalis.
ETIOLOGI
Dermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri dari tiga genus yaitu
genus: Mikrosporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Dari 41 spesies dermafito yang sudah
dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang
terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1 spesies Epidermafiton.
Cara penentuan dermatofitosis terlihat pada gambaran lesi dan lokasi. Selain sifat keratinofilik ini,
setiap spesies dermatofita mempunyai afinitas terhadap hospes tertentu. Dermatofita yang zoofilik
terutama menyerang binatang, dan kadang-kadang menyerang manusia. Misalnya : Microsporum
canis dan Trichophyton verucosum. Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah
dan dapat menimbulkan radang yang moderat pada manusia, misalnya Mikrosporon gipsium.
CARA PENULARAN
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung melalui 3 cara
anthropofilik (penyebaran dari manusia ke manusia), zoofilik (penyebaran dari hewan ke manusia)
dan geofilik (penyebaran dari tanah, air dan udara ke manusia). Penularan langsung dapat secara
fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari
tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang
atau pakaian, debu atau air. Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-
kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor:
1. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik, Zoofilik atau
Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain
dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya : Trichophyton
rubrum jarang menyerang rambut, Epidermatophyton floccosum paling sering menyerang lipat
pada bagian dalam.
2. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih sulit untuk terserang jamur.
3. Faktor suhu dan kelembaban
Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi
atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang
penyakit jamur ini.
4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit
jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan
dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.
5. Faktor umur dan jenis kelamin
Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa,
dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini
banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain
seperti faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya), serta pemakaian pakaian yang
serba nilon, dapat mempermudah penyakit jamur ini.

LOKASI
Secara etiologis dermatofitosis disebabkan oleh tiga genus dan penyakit yang ditimbulkan
sesuai dengan penyebabnya. Diagnosis etiologi ini sangat sukar oleh karena harus menunggu hasil
biakan jamur dan ini memerlukan waktu yang agak lama dan tidak praktis. Disamping itu sering
satu gambaran klinik dapat disebabkan oleh beberapa jenis spesies jamur, dan kadang-kadang satu
gambaran klinis dapat disebabkan oleh beberapa spesies dermatofita sesuai dengan lokalisasi
tubuh yang diserang.
Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofita dengan dibubuhi tempat bagian
tubuh yang terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian dermatofitosis sebagai berikut:
1. Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala clan rambut
2. Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin).
3. Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas
sampai ke daerah gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksila
4. Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama telapak
tangan dan kaki serta sela-sela jari.
5. Tinea Unguium : bila menyerang kuku
6. Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.
7. Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik yang
khas.

EPIDEMIOLOGI

Usia, jenis kelamin, dan ras merupakan factor epidemiologi yang penting, dimana
prevalensi infeksi dermatofit pada laki-laki lima kali lebih banyak dari wanita. Namun demikian
tinea kapitis karena T. tonsurans lebih sering pada wanita dewasa dibandingkan laki-laki dewasa,
dan lebih sering terjadi pada anak-anak Afrika Amerika. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh
kebersihan perorangan, lingkungan yang kumuh dan padat serta status social ekonomi dalam
penyebaran infeksinya. Jamur penyebab tinea kapitis ditemukan disisir, topi, srung bantal,
mainan anak-anak atau bahkan kursi digedung teater.

Perpindahan manusia dapat dengan cepat mempengaruhi penyebaran endemic dari jamur.
Pemakaian bahan-bahan material yang sifatnya oklusif, adanya trauma, dan pemanasan dapat
meningkatkan temperature dan kelembaban kulit meningkatkan kejadian infeksi tinea. Alas kaki
yang terutup, berjalan, adanya tekanan temperature, kebiasaan penggunaan pelembab, dan kaos
kaki yang berkeringat meningkatkan kejadian tinea pedis dan onikomikosis.

KLASIFIKASI

TINEA KAPITIS
(Scalp ring worm ;Tinea Tonsurans)
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui
binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.
Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :
1. Gray pacth ring worm
Penyakit ini dimulai dengan papula merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan
membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak
mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia
setempat.
Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flouresensi kekuning-kuningan pada rambut yang
sakit melalui batas "Grey pacth" tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies Microsporum dan
Trichophyton.

2. Black dot ring worm


Terutama disebabkan oleh T. tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. infeksi jamur terjadi
di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada
permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang
berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran back dot". Biasanya
bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi
tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah T.
tonsusurans dan T.violaseum.

3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat
lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang
ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini
pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk
ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M. gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.
4. Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah
kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau
busuk seperti bau tikus "moussy odor". Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan
tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang
permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum.
Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang
daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur
seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.

TINEA KORPORIS
(Tinea circinata=Tinea glabrosa)
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan
banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi.
Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak
bawah.
Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif.
Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi
gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sirsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda
eritema, adanya papula-papula dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang.
Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya
meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat
terjadibersama-sama dengan Tinea kruris.
Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. M. gipseum, M.
kanis, M. audolini. penyakit ini sering menyerupai:
1. Pitiriasis rosea
2. Psoriasis vulgaris
3. Morbus hansen tipe tuberkuloid
4. Lues stadium II bentuk makulo-papular.
TINEA KRURIS
(Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch")
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila
disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun.
Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi
dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif.
Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang
hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi
kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-
kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila.
Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, T. rubrum dan T. mentografites.
Diagnosa Banding:
1. Kandidiasis inguinalis 3. Psoriasis vulgaris
2. Eritrasma 4. Pitiriasis rosea

TINEA MANUS DAN TINEA PEDIS


Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini sering
menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-
pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti
anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang
hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.
Ada 3 bentuk Tinea pedis:
1. Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama
jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat
jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila
terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk hiperkeratosis
Terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki.
Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura-fisura yang dalam pada bagian lateral telapak
kaki.
3. Bentuk vesikuler subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas
ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di
bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan
meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat
dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada
Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan.
Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum.
Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan:
1. Dermatitis kontak akut alergis
2. Skabiasis
3. Psoriasispustulosa

TINEA UNGUIUM
(Onikomikosis = ring worm of the nails)
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan
dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal
bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan
kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis.
Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur.
Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta
pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak
memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang
berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit. Penyebab utama adalah : T. rubrum, T.
mentagrophytes.

Diagnosis banding:
1. Kandidiasis kuku 3. Akrodermatitis persisten
2. Psoriasis yang menyerang kuku

TINEA BARBAE
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan
kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan
kerion.

1) Superfisialis
Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil
selanjutnya meluas ke arah luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif.
Biasanya gambaran seperti ini menyerupai tinea korporis.

2) Kerion
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil
dengan permukaan membasah oleh karena erosi.
Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan :
1. Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus)
2. Karbunkel
3. Mikosis dalam
TINEA IMBRIKATA
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Trikofiton
konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan skuama yang melingkar.
Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian
tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh
skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh sehingga
menyerupai :
1. Eritrodemia
2. Pempigus foliaseus
3. Iktiosis yang sudah menahun

PATOGENESIS

Patogenesis dermatofita memiliki 3 step:

Adherence/ pengikatan.
Fungi selalu mempunyai hambatan dalam proses infeksinya, fungi harus resisten terhadap sinar
UV, tahan terhadap berbagai temperature dan kelembaban, kompetisi dengan flora normal
kulit, spingosine yang di hasilkan oleh keratinosit. Asam lemak yg di produksi oleh glandula
sebasea bersifat fungistatik (menghambat pertumbuhan jamur). Mulainya di produksi asam
lemak pada anak anak post-pubertas mungkin menerangkan menurunnya kejadian tinea kapitis
secara drastis.
Penetration setelah fase adherence
spora akan tumbuh dan memasuki stratum korneum dengan kecepatan yang lebih cepat dari
waktu deskuamasi epidermis. Penetrasi juga di dukung dengan keluarnya ensim proteinase,
lipase dan musinolitik yang juga membantu dalam pembuatan nutrisi fungi. Trauma dan
maserasi merupakan faktor penting dalam memudahkan penetrasi fungi terutama pada kasus
tinea pedis. Fungal mannans yang ada di dinding sel dermatofita juga dapat menurunkan
poliferasi sel keratinosit. Pertahanan terbaru pada lapisan epidermis yang lebih dapat tercapai
diantaranya berkompetisi dengan besi dan juga penghambatan pertumbuhan jamur oleh
progesteron.

Development a host response/ respon host


Proses inflamasi yang terjadi sangat tergantung dari sistem imun host dan juga oleh jenis
organisme. Beberapa fungi dapat menghasilkan faktor kemotaktik dengan berat melekul
rendah seperti yang dihasilkan bakteri. Antibodi tidak terlihat pada infeksi dermatofita, tetapi
hanya menggunakan jalur reaksi hipersensitivitas tipe IV. Infeksi yang sangat ringan sering
hanya menimbulkan inflamasi yang ringan juga, pertama muncul berupa eritema dan scale /
skuama yang menandakan terjadinya peningkatan pergantian keratinosite (keratinocyte
turnover). Antigen dermatofit di proses oleh sel langerhans epidermis dan di presentasikan di
nodus limpa lokal menuju ke limfosit T. Kemudian limfosit T mengalami poliferasi dan
bermigrasi ke lokasi untuk membunuh jamur dan pada waktu ini lesi menjadi mendadak
inflamasi. Oleh sebab ini barier epidermal menjadi permeable terhadap transferin dan migrasi
sel.

Patofisiologi lain
Dermatofita hanya dapat hidup di stratum korneum manusia yang menyediakan sumber
nutrisi untuk jamur tersebut dan untuk miselia yang sedang tumbuh. Infeksi dermatofita meliputi
3 langkah : perlekatan ke keratinosit, penetrasi melalui dan diantara sel, perkembangan respon
host.

Perlekatan : Jamur superfisial harus menghadapi beberapa hambatan agar artrokonidia (elemen
infeksiusnya) dapat melekat ke jaringan keratin. Mereka harus tahan terhadap pengaruh sinar
ultraviolet, berkompetisis dengan flora normal kulit, variasi suhu dan kelembaban, dan sfingosisn
yang diproduksi oleh keratinosit. Asam lemak yang dihasilkan oleh glandula sebasea bersifat
fungistatik, khususnya yang memiliki panjang rantainya 7, 9, 11, dan 13. Adanya asam lemak ini
mungkin berperan dalam penurunan tinea kapitis yang signifikan pada post-pubertas.

Penetrasi : Setelah melekat, spora harus menyerbuk dan berpenetrasi ke stratum korneum dengan
kecepatan yang lebih tinggi dari deskuamasi. Penetrasi selesai terlaksana dengan adanya sekresi
proteinase, lipase dan enzim mucinolitik yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur. Trauma dan
maserasi membantu penetrasi jamur dan merupakan faktor penting dalam patologi tinea pedis.
Fungal mannans di dinding sel dermatofita juga dapat menurunkan tingkat proliferasi keratinosit.
Pertahanan baru muncul saat memasuki lapisan epidermis yang lebih dalam, meliputi kompetisi
terhadap besi dengan unsaturated transferin dan inhibisi pertumbuhan jamur oleh progesteron.
Perkembangan Respon Host : Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan
organisme yang terlibat. Deteksi imun dan kemotaksis sel-sel peradangan dapat terjadi melalui
beberapa mekanisme. Beberapa jamur menghasilkan faktor kemotaktik dengan berat molekul
rendah seperti yang dihasilkan oleh bakteri. Yang lainnya mengaktivasi komplemen via jalur
alternatif, menciptakan faktor kemotaktik yang berasal dari komplemen.
Pembentukan antibodi nampaknya tidak protektif dalam infeksi dermatofita ini karena
pasien dengan infeksi yang tersebar luas dapat memiliki titer antibodi yang meningkat. Sebagai
kemungkinan lain, reaksi hipersensitif tipe IV memainkan peran penting dalam memerangi
dermatofitosis. Penggerak imunitas seluler ini diperoleh dengan sekresi interferon gamma dari
limfosit T helper 1. Pada pasien yang belum pernah terpapar dermatofita sebelumnya, infeksi
primer menimbulkan peradangan minimal, dan trichophytin skin test hasilnya negatif. Infeksi
tersebut menimbulkan eritem ringan berskuama (hasil dari peningkatan turnover keratinosite).
Dihipotesiskan bahwa antigen dermatofita diproses oleh sel langerhans epidermal dan
dipresentasikan kelimfosit T yang ada di limfonodi lokal. Limfosit T mengalami proliferasi klonal
dan bermigrasi ke sisi yang terinfeksi untuk menyerang jamur. Pada saat tersebut, lesi mendadak
meradang, barrier epidermal menjadi permeabel terhadap transferin dan sel-sel yang bermigrasi.
Dengan segera jamur dibersihkan dan lesi sembuh dengan spontan. Trichophytin skin test pada
saat tersebut akan positif dan pembersihan infeksi yang kedua akan terjadi lebih cepat.
Reaksi dermatifitid yang terjadi pada 4-5% pasien, merupakan reaksi kulit alergik,
eksematous dan meradang. Tidak seperti pada lesi primer, pemeriksaan KOH dan kultur pada
reaksi dermatofitid ini negatif. Reaksi ini akan membentuk papul folikuler, eritema nodusum, id
vesikuler pada tangan kaki, erysipelas-like, erythema annulare centrifugum, ataupun urtikaria.
Meskipun mekanisme yang tepat belum diketahui, reaksi ini berhubungan dengan reaksi
hipersensitif tipe IV terhadap trichophytin test dan mungkin melibatkan antigen jamur yang
diabsorbsi secara sistemik.

Tinea kruris disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita. Dermatofita adalah gol
ongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna
keratin.

Derrmatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam tiga genus, yaitu Microsporu,
Trichophyton, dan Epidermophyton. Penyebab Tinea kruris sendiri sering kali oleh Epidermophy
ton floccosum, namun dapat pula oleh Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan
Trichophyton verrucosum.

Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada kerat
in (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan-lapisan kulit mulai dari strat
um korneum sampai dengan stratum basalis. Selain sifat keratofilik masih banyak sifat yang sam
a di antara dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan untuk
pertumbuhannya, dan penyebab penyakit. Jamur ini mudah hidup pada medium dengan variasi p
H yang luas. Jamur ini dapat hidup sebagai saprofit tanpa menyebabkan suatu kelainan apapun di
dalam berbagai organ manusia atau hewan. Pada keadaan tertentu sifat jamur dapat berubah menj
adi patogen dan menyebabkan penyakit bahkan ada yang berakhir fatal. Beberapa jamur hanya m
enyerang manusia (antropofilik), dan yang lainnya terutama menyerang hewan (zoofilik) walau k
adang-kadang bisa menyerang manusia. Apabila jamur hewan menimbulkan lesi kulit pada manu
sia, keberadaan jamur tersebut sering menyebabkan terjadinya suatu reaksi inflamasi yang hebat.
Penularan biasanya terjadi karena adanya kontak dengan debris keratin yang mengandung hifa ja
mur.

MANIFESTASI

Berdasarkan lokalisasi, dermatofitosis terdiri dari:


a. Tinea Kapitis (Scalp ring worm; Tinea Tonsurans)
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui
binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya. Berdasarkan bentuk
yang khas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :
1. Gray pacth ring worm
Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan
membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan
tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga
menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi
kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas Grey pacth tersebut. Jenis
ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton (1).
2. Black dot ring worm
Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. infeksi
jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan
rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-
titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai
gambaran back dot. Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering
pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan
kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah Trikofiton tonsusurans dan
T.violaseum.
3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat
lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan
kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah
dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen
oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis,
M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.
4. .Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna
merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula),
serta memberi bau busuk seperti bau tikus moussy odor. Rambut di atas skutula
putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan
meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah
Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering
menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini
harus dibedakan dengan penyakitpenyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris
dan Dermatitis seboroika

b. Tinea Korporis (Tinea circinata=Tinea glabrosa)


Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan
banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih
tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan
anggota gerak bawah. Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong
dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa
melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada
bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel,
sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun
tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang
hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama dengan Tinea
kruris. Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. Mikrosporon
gipseum, M.kanis, M.audolini.

c. Tinea Kruris (Eczema marginatum.Dhobi itch, Jockey itch)


Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila
disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun.
Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan
erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif.
Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang
hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi
kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus.
Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat
sampai ke aksila.

d. Tinea Manus Dan Tinea Pedis


Tinea pedis disebut juga Athletes foot atau Ring worm of the foot. Penyakit ini sering
menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci,
pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang
tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan
sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.

Ada 3 bentuk Tinea pedis:


Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari
terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah
jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi
fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis
atau erisipelas disertai gejala-gejala umum (1).
Bentuk hiperkerato hiperkeratosissis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama
ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat
terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.
Bentuk vesikuler subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian
meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang
terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila
vesikelvesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut
Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan
sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis,
dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan.
Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton
flokosum.

e. Tinea Unguium (Onikomikosis = ring worm of the nails)


Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan
dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal
distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku.
Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual
hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen
jamur. Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta
pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit
ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang
penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit. Penyebab
utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites.

f. Tinea Barbae
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan
kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis
dan kerion:
Superfisialis
Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil
selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian
tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini menyerupai tinea korporis
Kerion
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses
kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi.

g. Tinea Imbrikata
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Trikofiton
konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan skuama yang
melingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya
pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh
makula ditutupi oleh skuama yang melingkar.
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Pemeriksaan mikologik dapat membantu dalam menegakan diagnosis. Pemeriksaan dalam
menentukan diagnosis infeksi dermatofitosis terdiri dari pemeriksaan langsung sediaan basah dan
biakan.

Pemeriksaan langsung
Pengambilan spesimen
Pengambilan specimen dimulakan dengan membersihkan lokasi lesi dengan
alcohol/spiritus 70%. Untuk pengambilan specimen pada kulit tidak berambut (kulit glabrosa)
pengerokan dilakukan dari bagian tepi lesi sampai ke bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit
menggunakan skapel tumpul steril. Untuk pengambilan spesimen di kulit berambut, rambut pada
kulit yang mengalami kelainan dicabut dan kulit di bagian itu dikerok untuk mengumpulkan sisik
kulit dan pus. Dalam pengambilan specimen di kuku, spesimen diambil dari permukaan kuku yang
sakit dan dipotong sedalam-dalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku dan bahan di bawah
kuku diambil.

Pemeriksaan Mikroskopis
Rambut. Pemeriksaan lesi yang melibatkan scalp/jenggot dengan menggunakan lampu woods
dapat menimbulkan fluoresensi pteridin patogen tertentu. Jika demikian, rambut yang
berfluoresensi sebaiknya diseleksi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Penting juga untuk
digarisbawahi bahwa meskipun M. Canis dan M. Audouinii berfluoresen pada pemeriksaan
lampu woods, organisme endotrix seperti T. Tonsurans tidak menghasilkan fluoresen. T.
Tonsurans yang sekarang merupakan penyebab tinea kapitis terbanyak di Amerika Serikat,
membatasi penggunaan lampu woods. Rmbut harus dicabut, bukan dipotong, letakkan pada
object glass, tetesi dengan 10-20% KOH (potassium hidroksida), tutup dengan deckglass dan
sedikit hangat. Mikroskopi berkekuatan rendah akan menunjukkan 2 kemungkinan infeksi:
ektotrik---artrokonidia besar/kecil membentuk selubung di sekitar batang rambut
endotrik---artrokonidia di dalam selubung rambut
Kulit dan kuku. Sampel kulit sebaiknya dimabil dengan mengeruk menggunakan tepi tumpul
scalpel ke arah luar dari tepi aktif lesi. Spesimen kuku harus meliputi potongan seluruh ketebalan
area kuku yang distrofik, sebisa mungkin dari proksimal sampai tepi distal. Dalam preparat KOH
10-20%, dermatofita menunjukkan gambaran hifa yang bersekat dan bercabang tanpa adanya
konstriksi; namun kultur tetap diperlukan untuk identifikasi. Dengan kultur, semua spesies
dermatofita nampak identik.
PROSEDUR KULTUR

Spesiasi jamur superfisial didasarkan pada karakteristik makros, mikros dan metabolik
organisme tersebut. Saborauds dextrose agar (SDA) merupakan media isolasi yang biasa
digunakan dan memberikan dasar deskripsi yang paling morfologis. Namun saproba kontaminan
(oragnisme yang makannya dari material mati dan membusuk) tumbuh cepat pada medium ini,
menutupi patogen aslinya. Sehingga dibutuhkan adanya tambahan sikloheksimid (0,5 g/L) dan
kloramfenikol (0,05 g/L) agar mediumnya lebih selektif. Versi komersial dari mediu agar ini
telah tersedia sekarang. Medium tes dermatofita mengandung phenol red sebagai indikator pH;
tetap kuning kecoklatan dengan pertumbuhan sebagian besar saprofit dan berubah merah jika
aktivitas proteolitik dermaofita menaikkan pH hingga 8 atau lebih. Nondermatofita mengubah
medium menjadi kuning karena produk asam yang dihasilkannya. Identifikasi jamur yang
diisolasi difasilitasi dengan penggunaan potato dextrose agar yang merangsang pembentukan
konidia dan pigmen. Spesiasi trichophyton sering dibedakan dengan kebutuhan nutrisi mereka.
Kultur diinkubasi pada suhu kamar (26C [78,8F]) selama lebih dari 4 hari sebelum
diputuskan tidak adanya pertumbuhan. Dengan lebih dari 40 dermatofita yang sudah dikenal,
identifikasi yang benar membutuhkan sumber referensi yang sesuai.
Pemeriksaan dengan pembiakan
Pemeriksaan pembiakan dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan sediaan langsung
dan menentukan spesies dermatofita.Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanam bahan klinis
dalam media buatan, medium agar dekstrosa Sabouraud. Pada medium ditambahkan antibiotic,
Kloramfenikol untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan.

PENATALAKSANAAN
Terapi lokal
Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah jenggot,
telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja.
1.) Lesi-lesi yang meradang akut dengan vesikula dan eksudat harus dirawat dengan kompres
basah secara terbuka, dengan berselang-selang atau terus menerus. Vesikel harus dikempeskan
tetapi kulitnya harus tetap utuh.
2. Toksilat, haloprogin, tolnaftate dan derivat imidazol seperti mikonasol, ekonasol, bifonasol,
kotrimasol dalam bentuk larutan atau krem dengan konsentrasi 1-2% dioleskan 2 x sehari akan
menghasilkan penyembuhan dalam waktu 1-3 minggu.
3. Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki memerlukan terapi lokal
dengan obat-obatan yang mengandung bahan keratolitik seperti asam salisilat 3-6%. Obat ini akan
menyebabkan kulit menjadi lunak dan mengelupas. Obat-obat keratolitik dapat mengadakan
sensitasi kulit sehingga perlu hati-hati kalau menggunakannya.
4. Pengobatan infeksi jamur pada kuku, jarang atau sukar untuk mencapai kesembuhan total. Kuku
yang menebal dapat ditipiskan secara mekanis misalnya dengan kertas amplas, untuk mengurangi
keluhan-keluhan kosmetika. Pemakaian haloprogin lokal atau larutan derivat asol bisa menolong.
Pencabutan kuku jari kaki dengan operasi, bersamaan dengan terapi griseofulvin sistemik,
merupakan satu-satunya pengobatan yang bisa diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.

Terapi sistemik
Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin. Griseofulvin adalah
suatu antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan spesies penisillium. Obat ini sangat manjur
terhadap segala jamur dermatofitosis. Griseofulvin diserap lebih cepat oleh saluran pencernaan
apabila diberi bersama-sama dengan makanan yang banyak mengandung lemak, tetapi absorpsi
total setelah 24 jam tetap dan tidak dipengaruhi apakah griseofulvin diminum bersamaan waktu
makan atau diantara waktu makan.
Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian pengobatan dilakukan 4 x sehari,
2 x sehari atau sekali sehari. Untuk anak-anak dianjurkan 5 mg per kg berat badan dan lamanya
pemberian adalah 10 hari. Salep ketokonasol dapat diberikan 2 x sehari dalam waktu 14 hari.

Infeksi Rekomendasi Alternatif


Tinea unguium Terbinafine 250 mg/hr Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau 400
(Onychomycosis) 6 minggu untuk kuku mg/hr seminggu per bulan selama 3-4 bulan
jari tangan, 12 minggu berturut-turut.
untuk kuku jari kaki Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d sembuh (6-
12 bln) Griseofulvin 500-1000 mg/hr s.d
sembuh (12-18 bulan)
Tinea capitis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg
500mg/day Itraconazole 100 mg/hr/4mgg
( 10mg/kgBB/hari) Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg
sampai sembuh (6-8
minggu)
Tinea corporis Griseofulvin 500 mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 minggu
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau
minggu), sering 200mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300
dikombinasikan mg/mggu selama 4 mgg.
dengan imidazol.
Tinea cruris Griseofulvin 500 mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200
minggu) mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300
mg/hr selama 4 mgg.
Tinea pedis Griseofulvin 500mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau
minggu) 200mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300
mg/mgg selama 4 mgg.
Chronic and/or Terbinafine 250 mg/hr Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6 mgg.
widespread selama 4-6 minggu Griseofulvin 500-1000 mg/hr sampai sembuh
non-responsive (3-6 bulan).
tinea.
KOMPLIKASI
Pada penderita Tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh organisme candida atau
bakteri. Pemberian obat steroid topikal dapat mengakibatkan eksaserbasi jamur sehingga
menyebabkan penyakit menyebar.

PENCEGAHAN

Pengobatan Pencegahan :
1.) Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika faktor-faktor
lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan lambat. Daerah intertrigo atau
daerah antara jari-jari sesudah mandi harus dikeringkan betul dan diberi bedak pengering atau
bedak anti jamur.
2.) Alas kaki harus pas betul dan tidak terlalu ketat.
3.) Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang menyerap
keringat, jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis.
4.) Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air panas.

PROGNOSIS
Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab
penyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit. Apabila
faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang
sempurna.

LI.3. Menjaga Kesehatan Kulit menurut Islam


Menjaga kulit dan menutup aurat berdasarkan ajaran Islam.
Menjaga kulit dari sinar Matahari Matahari memiliki peran utama dalam merusak kulit. Anda
perlu melindungi kulit dari matahari guna mencegah penuaan pada kulit. Matahari sangat
berpengaruh dalam membuat kulit berkerut, kering, dan membuat warna kulit berubah;
Penjarangan kulit, tekstur kulit, penipisan kulit serta penyakit kulit yang berhubungan dengan
paparan sinar matahari.
Perintah menutup aurat

Aurat diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang berarti keaiban. Manakala dalam istilah fiiah
aurat diartikan sebagai bagian tubuh badan seseorang yang wajib ditutup atau dilindungi dari
pandangan.

Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh Allah s.w.t dalam surah al-ahzab ayat 33
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah
Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu
dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Manfaat menutup aurat:

1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)


Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-
laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya.
Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang
dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak
akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari
jarak yang jauh (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Wanita-


wanita yang berpakaian namun telanjang ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya
dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.

2. Terhindar dari pelecehan

Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka
sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.
(HR. Bukhari)

ASAS AURAT

Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada lelaki adalah
menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah menutup seluruh badan
kecuali muka dan tapak tangan.
1. Aurat Ketika Sembahyang
Aurat wanita ketika sembahyang adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.
2. Aurat Ketika Sendirian
Aurat wanita ketika mereka bersendirian adalah bahagian anggota pusat dan lutut. Ini bererti
bahagian tubuh yang tidak boleh dilihat antara pusat dan lutut.
3. Aurat Ketika Bersama Mahram
Pada asasnya aurat seseorang wanita dengan mahramnya adalah antara pusat dan lutut. Walau
pun begitu wanita dituntut agar menutup mana-mana bahagian tubuh badan yang boleh
menaikkan syahwat lelaki walaupun mahram sendiri.
Perkara ini dilakukan bagi menjaga adab dan tatsusila wanita terutana dalam menjaga
kehormatan agar perkara-perkara sumbang yang tidak diingini tidak akan berlaku.

Syarak telah menggariskan golongan yang dianggap sebagai mahram kepada seseorang wanita
iaitu :

1.Suami
2.Ayah mertua
3.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan
4. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapak
5. Anak saudara lelaki karena mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya
6. Anak saudara dari saudara perempuan
7. Sesama wanita sama ada kaitan keturunan atau seagama
8. Hamba sahaya
9. Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat
10. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau pun begitu, bagi
kanak-kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum baligh,wanita dilarang menampakkan
aurat terhadap mereka.

Berwudhu
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
menyucikan/membersihkan diri. (Al-Baqarah : 222)

Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan konsekusensi dari
pada iman kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya suci/bersih supaya Ia berpeluang
mendekat kepada Allah SWT.
Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan demikian
kebersihan dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan karena itu sering
juga dipakai kata bersuci sebagai padanan kata membersihkan/melakukan kebersihan.

Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan
pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan
dikembangkan dalam hukum Islam. Dalam rangka inilah dikenal sarana-sarana kebersihan
yang termasuk kelompok ibadah, seperti : wudhlu, tayamum, mandi (ghusl), pembersihan
gigi (siwak).

Adanya kewajiban shalat 5 waktu sehari merupakan jaminan terpeliharanya kebersihan


badan secara terbatas dan minimal, karena ibadah shalat itu baru sah kalau orang terlebih
dahulu membersihkan diri dengan berwudhlu. Demikian juga ibadah tersebut baru sah
jika pakaian dan tempat dimana kita melakukannya memang bersih. Jadi jaminan
kebersihan diri, pakaian dan lingkungan mereka yang melaksanakannya. Disinilah
letaknya ibadah itu ikut berperan membina kesehatan jasmani selain tentunya peran
utamanya membina kesehatan jiwa/rohanimanusia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sri Linuwih SW Menaldi. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 7. Jakarta, Balai
Penerbit FKUI
2. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi. 2010. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta, Balai
Penerbit FKUI
3. Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta: EGC.
4. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC
5. Jawetz, Melnick, Adelberg. 2012. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25. Jakarta: EGC.
6. Snell, Richard.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta.
EGC
7. Adiguna MS. 2003. Epidemiologi Dermatomikosis di Indonesia edisi tiga. Jakarta, Balai
penerbit FKUI.
8. http://alishlahfise.multiply.com/journal/item/10
9. http://www.mail-archive.com/syiar-islam@yahoogroups.com/msg06863.html

Anda mungkin juga menyukai