HALAMAN PENGESAHAN
Kelompok : 4 / Senin
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
ii
P1
RINGKASAN
Reaktor merupakan alat utama pada industri yang digunakan untuk proses kimia
yaitu untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Reaktor dapat diklasifikasikan atas
dasar cara operasi, geometrinya, dan fase reaksinya. Hidrodinamika reaktor sendiri
mempelajari perubahan dinamika cairan dalam reaktor sebagai akibat laju alir yang
masuk reaktor dan karakterisik cairannya. Hidrodinamika reaktor meliputi hold up gas
(fraksi gas saat penghamburan) dan laju sirkulasi cairan. Tujuan percobaan ini akan
mempelajari hidrodinamika pada reactor air-lift terutama pengaruh konsentrasi
terhadap terhadap hold up gas, laju sirkulasi, dan koefisien transfer massa gas-cair.
Hidrodinamika reaktor mempelajari perubahan dinamika cairan dalam reaktor
sebagai akibat laju alir yang masuk reaktor. Hidrodinamika reaktor meliputi hold up gas
(rasio volume gas terhadap gas cairan dalam reaktor) dan laju sirkulasi cairan disperse
dalam fase tersebut. Variabel tetap dalam percobaan ini yaitu tinggi cairan 90 cm,
konsentrasi Na2S2O3.5H2O 0,1N dan laju alir gas masuk 6 liter/menit. Sedangkan variabel
berubahnya yaitu konsentrasi Na2SO3masing-masing 0,026 N, 0,032N, 0,038N. Prosedur
percobaan adalah menentukan hold up pada riserdan downcomer dengan melihat
perubahan ketinggian inverted manometer sebelum dan sesudah ditambahkan Na2SO3.
Kemudian menentukan konstanta perpindahan massa gas-cair dengan mencampurkan
sampel 10 ml dan KI 5 ml. Dititrasi dengan Na2S2O3.5H2O, ditetesi amilum dan dititrasi
kembali sampai volume titran konstan tiap 5 menit pengambilan sampel. Setelah itu
menentukan laju sirkulasi dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan dengan
indikator zat warna untuk mencapai lintasan yang ditentukan.
Dari percobaan yang telah dilakukan, nilai hold up gas pada riser dan downcomer
semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi Na2SO3. Konsentrasi Na2SO3
semakin besar maka viskositas cairan semakin besar, gelembung udara yang terdispersi
didalam air berkurang sehingga fraksi volume udara dalam larutan berkurang. Pengaruh
konsentrasi Na2SO3 terhadap kLa berbanding terbalik. KLa naik karena konsentrasi Na2SO3
yang besar berakibat jumlah O2 yang bereaksi menjadi bertambah dan perpindahan oksigen
menjadi cepat.
iii
P1
PRAKATA
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan proses dengan baik.
Penyusun
iv
P1
DAFTAR ISI
v
P1
vi
P1
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Hold-Up Gas ............................. 12
Tabel 4.2 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Laju Sirkulasi ............................ 13
Tabel 4.3 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Koefisien Transfer Massa Gas ..
-Cair ............................................................................................................... 14
Tabel 4.4 Hubungan antara Waktu Tinggal dan Koefisien Transfer Massa Gas-Cair .. 15
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Pada Buah Jambu Biji Per 100 gr Buah ................................. 3
vii
P1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Hold-Up Gas ............... 12
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Laju Sirkulasi .............. 13
Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Koefisien Transfer Massa
Gas-Cair ....................................................................................................... 14
Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara Waktu Tinggal dan Koefisien Transfer Massa Gas-
Cair .............................................................................................................. 15
viii
P1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
Pada perancangan reaktor, fenomena hidrodinamika merupakan faktor penting yang
berkaitan dengan laju perpindahan massa. Fenomena hidrodinamika sendiri meliputi hold
up gas dan cairan serta laju sirkulasi. Pada percobaan ini akan mempelajari hidrodinamika
pada reaktor air-lift, terutama berkaitan dengan pengaruh konsentrasi Na2SO3 terhadap
hold up () baik pada area riser maupun area downcomer, laju sirkulasi (Ul) dan koefisien
perpindahan massa gas-cair (Kla).
1.3.Tujuan Percobaan
1. Menentukan pengaruh konsentrasi Na2SO3 terhadap hold-up gas ().
1
P1
1.4.Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap hold up gas ().
2. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap laju sirkulasi
(VL).
3. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap koefisien
transfer massa gas-cair (KLa).
4. Mahasiswa dapat menentukan hubungan waktu tinggal Na2SO3 dengan KLa.
2
P1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
P1
Hold up gas atau fraksi kekosongan gas adalah fraksi volume fase gas pada disperse
gas-cair atau slurry. Hold up gas keseluruhan ().
(1)
dimana: = hold up gas
= volume gas (cc/s)
= volume cairan (cc/s)
4
P1
Hold up gas digunakan untuk menentukan waktu tinggal gas dalam cairan. Hold up
gas dan ukuran gelembung mempengaruhi luas permukaan gas cair yang diperlukan untuk
perpindahan massa. Hold up gas tergantung pada kecepatan kenaikan gelembung, luas
gelembung dan pola aliran. Inverted manometer adalah manometer yang digunakan untuk
mengetahui beda tinggi cairan akibat aliran gas, yang selanjutnya dipakai pada perhitungan
hold up gas ( ) pada riser dan downcomer. Besarnya hold up gas pada riser dan downcomer
dapat dihitung dengan persamaan:
(2)
(3)
(4)
Hold up gas total dalam reaktor dapat dihitung dari keadaan tinggi dispersi pada saat
aliran gas masuk reaktor sudah mencapai keadaan tunak (steady state). Persamaan untuk
menghitung hol up gas total adalah sebagai berikut:
(5)
(6)
2
dimana: Ar = luas bidang zona riser (cm )
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
5
P1
Sirkulasi cairan dalam reaktor air lift disebabkan oleh perbedaan hold up gas riser
dan downcomer. Sirkulasi fluida ini dapat dilihat dari perubahan fluida, yaitu naiknya
aliran fluida pada riser dan menurunnya aliran pada downcomer. Besarnya laju sirkulasi
cairan pada downcomer (ULd) ditunjukkan oleh persamaan 7 dan laju sirkulasi cairan pada
riser ditunjukan oleh persamaan 8:
(7)
dimana: Uld = laju sirkulasi cairan pada downcomer (cm/s)
Lc = panjang lintasan dalam reaktor (cm)
tc = waktu (s)
Dikarenakan tinggi dan volumetric aliran liquid pada raiser dan downcomer sama,
maka hubungan antara laju aliran cairan pada riser dan downcomer yaitu:
(8)
dimana: Ulr = laju sirkulasi cairan riser (cm/s)
Uld = laju sirkulasi cairan pada downcomer (cm/s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
Waktu tinggal tld dan tlr dari sirkulasi liquid pada downcomer dan riser tergantung
pada hold up gas seperti ditunjukan pada persamaan berikut:
(9)
dimana: tlr = waktu tinggal sirkulasi liquid pada riser (s)
tld = waktu tinggal sirkulasi liquid pada downcomer (s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
= hold up gas riser
= hold up gas downcomer
6
P1
densitas, suhu, diameter gelembung gas di dalam cairan dan difusivitas gas di dalam cairan.
Kecepatan perpindahan massa ini dapat ditentukan dengan koefisien perpindahan massa.
(Widayat, 2004)
Koefisien perpindahan masssa volumetric (KLa) adalah kecepatan spesifik dari
perpindahan massa (gas teradsobsi per unit waktu, per unit luas kontak, per beda konsentrasi).
KLa tergantung pada sifat fisik dari sistem dan dinamika fluida. Terdapat 2 istilah tentang
koefisien transfer massa volumetric, yaitu:
1. Koefisien transfer massa KLa, dimana tergantung pada sifat fisik dari cairan dan
dinamika fluida yang dekat dengan permukaan cairan.
2. Luas dari gelembung per unit volum dari reaktor
3. Ketergantungan KLa pada energi masuk adalah kecil, dimana luas kontak adalah fungsi
dari sifat fisik design geometri dan hidrodinamika.
Luas kontak adalah parameter gelembung yang tidak bisa ditetapkan. Di sisi lain
koefisien transfer massa pada kenyataannya merupakan faktor yang proposional antara fluks
massa dan substrat (atau bahan kimia yang ditransfer), Ns, dan gradient yang mempengaruhi
fenomena beda konsentrasi. Hal ini dapat dirumuskan dengan persamaan 10:
(10)
dimana: N = fluks massa
KLa = koefisien transfer massa gas-cair (1/detik)
C1 = konsentrasi O2 masuk (gr/l)
C2 = konsentrasi O2 (gr/l)
(11)
dimana: C = konsentrasi udara (gr/L)
Koefisien perpindahan gas-cair merupakan fungsi dari laju alir udara atau kecepatan
superfitial gas, viskositas, dan luas area riser dan downcomer/geometric alat.
Pengukuran konstanta perpindahan massa gas-cair dapat dilakukan dengan metode
sebagai berikut :
1. Metode OTR-Cd
Dasar dari metode ini adalah persamaan perpindahan massa (persamaan 11) semua
variabel kecuali K0A dapat terukur. Ini berarti bahwa dapat digunakan dalam sistem
7
P1
kebutuhan oksigen, konsentrasi oksigen dari fase gas yang masuk dan meninggalkan
bioreaktor dapat dianalisa.
2. Metode Dinamik
Metode ini berdasarkan pengukuran C0i dari cairan, deoksigenasi sebagai fungsi waktu,
setelah aliran udara masuk. Deoksigenasi dapat diperoleh dengan mengalirkan oksigen
melalui cairan atau menghentikan aliran udara, dalam hal ini kebutuhan oksigen dalam
fermentasi.
3. Metode Serapan Kimia
Metode ini berdasarkan reaksi kimia dari absorbsi gas (O2, CO2) dengan penambahan
bahan kimia pada fase cair (Na2SO3, KOH). Reaksi ini sering digunakan pada reaksi
bagian dimana konsentrasi bulk cairan dalam komponen gas = 0 dan absorpsi dapat
mempertinggi perpindahan kimia.
4. Metode Kimia OTR-C0i
Metode ini pada dasarnya sama dengan metode OTR-Cd. Namun, seperti diketahui
beberapa sulfit secara terus-menerus ditambahkan pada cairan selama kondisi reaksi
tetap dijaga pada daerah dimana nilai C0i dapat diketahui. C0i dapat diukur dari
penambahan sulfit. Juga reaksi konsumsi oksigen yang lain dapat digunakan.
5. Metode Sulfit
Metode ini berdasarkan pada reaksi reduksi natrium sulfit. Mekanisme reaksi yang
terjadi : Reaksi dalam reaktor :
Na2SO3 + 0.5 O2 Na2SO4 + Na2SO3 (sisa)
Reaksi saat analisa:
Na2SO3 (sisa) + KI + KIO3 Na2SO4 + 2KIO2 + I2 (sisa)
I2 (sisa) + 2Na2SO3 Na2S4O6 + 2 NaI
Mol Na2SO3 mula-mula (a)
(12)
Mol I2 excess (b)
(13)
Mol Na2SO3 sisa (c)
(14)
Mol O2 yang bereaksi (d)
8
P1
(15)
O2 yang masuk reaktor (e)
(16)
Koefisien transfer massa gas-cair (KLa)
(17)
Konstanta 0,008 ini didapatkan berdasarkan persamaan reaksi :
gr Na2SO3 23
7,875 C= 0,0078 0,008
gr O2
n O2 e
KLa = = 0,008
C
9
P1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
10
P1
Zat Warna
Aquadest
3.2.2. Alat yang digunakan
Buret, statif, klem
Gelas arloji
Beaker glass
Rotameter
Erlenmeyer
Inverted manometer
Gelas ukur
Sparger
Pipet tetes
Tangki cairan
Kompresor
Reaktor
Sendok reagen
Picnometer
Keterangan :
A. Kompresor F. Reaktor
B. Sparger G. Inverted manometer daerah riser
C. Rotameter H. Inverted manometer daerah downcomer
D. Tangki Cairan
E. Pompa
11
P1
12
P1
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
0.007
0.006
0.005
0.004
r
0.003
d
0.002
0.001
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Normalitas
Gambar 4.1. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Hold-Up Gas
Dari gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dengan Hold-Up Gas
diperoleh data hr dan hd untuk variabel I dengan konsentrasi Na2SO3 0.026 N adalah
0.5 cm dan 0.3 cm, untuk variabel II dengan konsentrasi Na2SO3 0.032 N adalah 0.4 cm
dan 0.2 cm serta untuk variabel III dengan konsentrasi Na2SO3 0.038 N adalah 0.3 cm dan
0.15 cm. Diperoleh juga nilai r, d untuk variabel I adalah 0.00626 dan 0.00375, untuk
variabel II adalah 0.00500 dan 0.00250 serta 0.00375 dan 0.00313 untuk variable 3.
Berdasarkan teori hold-up gas, semakin besar konsentrasi Na2SO3 maka kekentalan
(viskositas) larutan semakin meningkat. Semakin viscous suatu zat cair maka semakin sulit
zat tersebut untuk ditembus oleh udara karena gaya yang diperlukan untuk menembus
cairan semakin besar sebagai akibat dari semakin besarnya gaya gesek antara lapisan gas
13
P1
dan cairannya. Jadi, gaya yang ada pada gas juga harus digunakan untuk melawan gaya
gesek antara lapisan gas dan cairannya. Hal ini menyebabkan fraksi udara dalam cairan
berkurang dengan demikian hold-up gas menurun (Haryani dan Widayat, 2011). Hal ini
juga dapat dilihat dari rumus yang digunakan untuk menghitung nilai hold-up gas sebagai
berikut :
=
=
Dari rumus di atas dapat dilihat bahwa nilai hold-up gas dipengaruhi oleh perubahan
ketinggian inverted manometer (hr dan hd) yang bekerja bedasarkan perbedaan tinggi
cairan pada reaktor. Perbedaan tinggi tersebut dihasilkan karena masuknya gas ke dalam
cairan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam percobaan telah sesuai dengan teori
diatas, yaitu semakin besar konsentrasi Na2SO3 maka nilai hr dan hd semakin kecil
sehingga nilai r, d juga akan semakin kecil karena meningkatnya konsentrasi
menyebabkan larutan semakin viscous sehingga semakin besarnya gaya gesek antara
lapisan gas dan cairannya. Semakin besarnya gaya gesek menyebabkan perubahan
ketinggian inverted manometer semakin kecil sehingga didapat nilai hold-up gas yang
semakin kecil.
r merupakan nilai hold up gas pada kolom riser, sedangkan d merupakan nilai
hold up gas pada kolom down-comer. Hold-up gas merupakan fraksi volume fase gas pada
disperse gas-cair atau slury yang berfungsi untuk menentukan waktu tinggal gas dalam
cairan. Nilai hold-up gas total dinyatakan dengan . Hubungan antara total dengan r
dan d pada percobaan ini yaitu nilai total berada diantara r dan d. Hal ini disebabkan
nilai r diasumsikan sebagai batas atas dan d sebagai bawah. Batas atas merupakan
keadaan dimana laju alir gas masuk ke dalam reaktor dalam jumlah maksimal, sedangkan
batas bawah merupakan keadaan dimana gas yang berasal dari kompresor ada dalam
reaktor dengan jumlah sedikit/minimal. Nilai total berada diantara r dan d, karena
total dipengaruhi oleh r dan d.
14
P1
14
12
Laju Sirkulasi (cm/s)
10
6 Uld
Ulr
4
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Normalitas
Gambar 4.2. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Laju Sirkulasi
Dari Gambar 4.2. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Laju Sirkulasi diatas
diperoleh data Uld dan Ulr untuk variabel I dengan konsentrasi Na2SO3 0,026 N adalah 8.1
cm/s dan 5.532 cm/s, untuk variabel II dengan konsentrasi Na2SO3 0,032 N adalah 12 cm/s
dan 8.195 cm/s serta untuk variabel III dengan konsentrasi Na2SO3 0,038 N adalah 13.333
cm/s dan 9.106 cm/s.
Berdasarkan teori laju sirkulasi, waktu yang dibutuhkan bagi zat warna untuk
menempuh lintasan sepanjang 30 cm dalam kolom downcomer semakin lama seiring
dengan meningkatnya konsentrasi Na2SO3 karena meningkatnya konsentrasi larutan
menyebabkan suatu zat lebih sulit menembus cairan tersebut. Sehingga harga laju sirkulasi
cairan down comer (ULd) semakin besar sesuai dengan rumus:
ULd =
Bertambahnya nilai laju sirkulasi cairan downcomer (ULd) menyebabkan laju sirkulasi
pada kolom riser (ULr) ikut bertambah, Hal ini sesuai dengan rumus:
ULr =ULd x
Dari rumus diatas terlihat bahwa laju sirkulasi pada kolom downcomer (berbanding
lurus dengan nilai laju sirkulasi pada kolom riser . Dari rumus tersebut juga terlihat
15
P1
bahwa (ULd)>(ULr), hal ini dikarenakan luar area downcomer lebih kecil
dibandingkan luas area riser, sedangkan rumus (ULr) adalah ULd x sehingga hal
4.3 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 terhadap Koefisien Transfer Massa Gas-Cair
Dari percobaan yang telah kami lakukan untuk mendapatkan nilai koesfisien
transfer massa gas-cair, didapat data sebagai berikut,
Tabel 4.3. Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Koefisien Transfer Massa Gas-Cair
Normalitas Kla Rata-Rata (L/s)
0.026 783.748
0.032 845.872
0.038 1004.535
1200
1000
800
Kla (L/s)
600
400
200
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Normalitas
Gambar 4.3. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Koefisien Transfer Massa Gas
Cair
Dari Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Koefisien Transfer
Massa Gas Cair diperoleh data Kla untuk variabel I dengan konsentrasi Na2SO3 0,026 N
adalah 783.785 cm/s, untuk variabel II dengan konsentrasi Na2SO3 0,032 N adalah 12 cm
16
P1
dan 8.195 cm serta untuk variabel III dengan konsentrasi Na2SO3 0,038 N adalah 13.333
cm dan 9.106 cm.
Berdasarkan teori koefisien transfer massa gas-cair, semakin besar konsentrasi
Na2SO3 maka semakin besar nilai koefisien transfer massa gas-cair (kLa). Hal ini
disebabkan karena dengan bertambahnya konsentrasi Na2SO3, laju alir udara berkurang,
konsentrasi oksigen dalam medium bertambah, yang menyebabkan perpindahan massa
oksigen menjadi cepat dan perbedaan konsentrasi oksigen besar. Akibatnya, oksigen yang
masuk ke reaktor berada pada jumlah yang relatif besar, maka persediaan O2 untuk
bereaksi dengan Na2SO3 makin besar.
Reaksi yang terjadi :
Na2SO3 + 0.5 O2 Na2SO4 + Na2SO3 (sisa)
Dalam reaksi diatas pertama-tama Na2SO3 berekasi dengan O2 membentuk Na2SO4,
namun tidak semua Na2SO3 bereaksi sehingga Na2SO3 sisa dianalisa dengan titrasi
iodometri untuk mengetahui mol Na2SO3 sisa sebagai berikut:
1 2 3
Mol Na2SO3 sisa = Mol I2 excess - 2 ( ) x VNa2S2O3
Na2SO3 sisa dibentuk menjadi N Na2SO4,dan I2 dengan cara direaksikan dengan KIO3.
Untuk mengetahui kadar Na2SO3 sisa, dilakukan melalui analisa kadar I2 terlebih dahulu
dengan cara dititrasi dengan 2 Na2SO3, titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya
warna kuning kecoklatan menjadi kuning terang.
Mol O2 yang berekasi dinyatakan dengan selisih Na2SO3 awal dan akhir dibagi 2
(perbandingan mol antara O2 dan Na2SO3). Konsentrasi Na2SO3 awal yang semakin besar
sesuai variabel yaitu (0.026 N, 0.032 N, 0.038 N), maka mol O2 yang bereaksi dan masuk
ke reaktor akan semakin besar.menurut persamaan berikut:
Mol O2 yang bereaksi = 0,5 (mol Na2SO3 awal - mol Na2SO3 sisa)
2 2
Mol O2 yang masuk reaktor = 60
Nilai KLa sangat ditentukan oleh jumlah O2 yang masuk reaktor, seperti yang ditunjukkan
persamaan berikut:
17
P1
02 2
Kla = 0.008
gr Na2SO3 23
7,875 C= 0,0078 0,008
gr O2
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa semakin besar O2 yang ada di dalam
reaktor KLa juga semakin besar. Akibatnya laju perpindahan O2 dalam reaktor semakin
besar sehingga nilai koefisien perpindahan massa gas-cair (Kla) juga semakin besar.
Dengan demikian semakin besar konsentrasi Na2SO3 maka nila Kla juga semakin besar.
(Haryani dan Widayat, 2011)
4.4 Hubungan antara Waktu Tinggal terhadap Nilai Koefisien Transfer Massa Gas-Cair
Dari percobaan yang telah kami lakukan untuk mendapatkan hubungan waktu
tinggal terhadap nilai koefisien transfer massa gas-cair, didapat data sebagai berikut,
Tabel 4.4. Hubungan antara Waktu Tinggal dan Koefisien Transfer Massa Gas-Cair
Waktu Kla (L/s)
(menit ke-) 0.026N 0.032N 0.038N
0 0 0 0
5 1504.693 1852.253 2199.547
10 752.4467 926.1267 1099.865
15 501.6311 617.44 733.3044
20 376.2233 463.08 549.9783
25 - 370.464 439.9827
2500
2000
1500
Kla
0.026N
1000
0.032N
500 0.038N
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu Tinggal (Menit ke-)
Gambar 4.4. Grafik Hubungan antara Waktu Tinggal dan Koefisien Transfer Massa Gas-
Cair
18
P1
Dari Gambar 4.4 dapat diperoleh bahwa semakin lama waktu tinggal maka
koefisien transfer massa semakin kecil. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui reaksi:
Na2SO3 + 0.5 O2 Na2SO4 + Na2SO3 (sisa)
Dalam reaksi diatas pertama-tama Na2SO3 berekasi dengan O2 membentuk Na2SO4,
namun tidak semua Na2SO3 bereaksi sehingga Na2SO3 sisa dianalisa dengan titrasi
iodometri untuk mengetahui mol Na2SO3 sisa sebagai berikut:
1 2 3
Mol Na2SO3 sisa = Mol I2 excess - 2 ( ) x VNa2S2O3
Na2SO3 sisa dibentuk menjadi N Na2SO4,dan I2 dengan cara direaksikan dengan KIO3.
Untuk mengetahui kadar Na2SO3 sisa, dilakukan melalui analisa kadar I2 terlebih dahulu
dengan cara dititrasi dengan 2 Na2SO3, titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya
warna kuning kecoklatan menjadi kuning terang.
Mol O2 yang berekasi dinyatakan dengan selisih Na2SO3 awal dan akhir dibagi 2
(perbandingan mol antara O2 dan Na2SO3). Konsentrasi Na2SO3 awal yang semakin besar
sesuai variabel yaitu (0.026 N, 0.032 N, 0.038 N), maka mol O2 yang bereaksi dan masuk
ke reaktor akan semakin besar.menurut persamaan berikut:
Mol O2 yang bereaksi = 0,5 (mol Na2SO3 awal - mol Na2SO3 sisa)
2 2
Mol O2 yang masuk reaktor =
60
Nilai KLa sangat ditentukan oleh jumlah O2 yang masuk reaktor, seperti yang ditunjukkan
persamaan berikut:
02 2
Kla = 0.008
Nilai Kla akan meningkat sampai pada konsentrasi jenuh. Larutan jenuh ditandai
dengan perpindahan massa gas-cair yang menurun sehingga Na2SO3 yang bereaksi
dengan O2 makin berkurang dimana konsentrasi udara semakin lama semakin menurun
karena umpan yang semakin sedikit (Abuzar dkk., 2012). Dengan demikian, ketika melewati
titik jenuhnya harga kLa akan semakin kecil seiring bertambahnya waktu karena Na2SO3
sudah terbentuk menjadi Na2SO4.
19
P1
Dengan waktu yang sama dari grafik di atas menunjukkan harga kLa untuk
masing masing variabel berbeda, yaitu pada waktu tinggal yang sama nilai Kla pada
larutan konsentrasi 0,038N paling besar, diikuti dengan larutan 0.032N pada urutan kedua
dan 0,026N pada urutan terakhir.
20
P1
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Semakin besar konsentrasi Na2SO3, maka hold up gas semakin besar pula karena
gelembung udara yang ada di dalam reaktor akan bertambah banyak pula sehingga
fraksi volume udara dalam larutan juga akan bertambah banyak.
2. Semakin besar konsentrasi Na2SO3, maka laju sirkulasi untuk riser dan downcomer
semakin meningkat karena gaya gesek antara lapisan gas dan cairan semakin besar.
3. Semakin besar konsentrasi Na2SO3, maka semakin besar nilai koefisien transfer
massa gas-cair (KLa) karena konsentrasi O2 dalam medium menjadi bertambah.
4. Semakin lama waktu, maka semakin kecil nilai koefisien transfer massa gas-cair
(KLa) karena semakin sedikit Na2SO3 yang bereaksi dengan O2 sehingga reaktan
menjadi jenuh.
5.2. Saran
1. Pembuatan amylum harus sesuai dengan prosedur karena amylum menjadi indikator
dalam analisis titrasi.
2. Pengamatan inverted manometer harus benar-benar teliti.
3. Laju alir gas harus selalu diperhatikan agar tidak berubah-ubah selama proses (dalam
1 variabel).
4. Titrasi harus dilakukan dengan teliti hingga mencapai warna yang diinginkan.
5. Kompresor harus dalam keadaan menyala selama proses berlangsung
21
P1
DAFTAR PUSTAKA
22
P1
23
P1
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Volume Reaktor:
Volume Riser =pxlxt
= 14cm x 8.2cm x 90cm
= 10332cm3
Volume Down Comer = p x l x t
= 14cm x 5.6cm x 90cm
= 7056cm3
Volume Reaktor = Volumer Riser + Volume Down Comer
= 10332cm3 + 7056cm3
= 17388cm3
= 17.388L
2. Massa Na2SO3:
/ .
= x eq. =
.
= 28.48gr
0.032 126/ 17.388
Massa Variabel 2 = 2
= 35.05gr
0.038 126/ 17.388
Massa Variabel 3 = 2
= 41.63gr
3. Densitas Larutan:
Massa picno = 29.828gr
Volume picno = 50mL
Variabel 1
Massa picno + larutan = 78.90gr
78.90
L1 = 50
= 1.578gr/mL
A-1
P1
Variabel 2
Massa picno + larutan = 78.97gr
78.97
L2 = 50
= 1.579gr/mL
Variabel 1
Massa picno + larutan = 79.15gr
79.15
L3 = 50
= 1.583gr/mL
4. h Riser & Down Comer:
Variabel 1
h Riser = 0.5cm
h Down Comer = 0.3cm
Variabel 2
h Riser = 0.4cm
h Down Comer = 0.2cm
Variabel 3
h Riser = 0.3cm
h Down Comer = 0.15cm
5. Volume Titran
Variabel 1
t5 V1 = 6.2mL
t10 V1 = 6.4mL
t15 V1 = 7.6mL
t20 V1 = 7.6mL
t25 V1 = 7.6mL
Variabel 2
t5 V2 = 5.1mL
t10 V2 = 5.2mL
t15 V2 = 5.2mL
t20 V2 = 5.6mL
t25 V2 = 5.6mL
A-2
P1
t30 V2 = 5.6mL
Variabel 3
t5 V3 = 1.5mL
t10 V3 = 2.4mL
t15 V3 = 3.5mL
t20 V3 = 4.6mL
t25 V3 = 4.6mL
t30 V3 = 4.6mL
6. Waktu Sirkulasi
Variabel 1
Panjang lintasan = 30cm ; Waktu sirkulasi =
2.25s
Variabel 2
Panjang lintasan = 30cm ; Waktu sirkulasi =
2.50s
Variabel 3
Panjang lintasan = 30cm ; Waktu sirkulasi =
3.70s
Variabel 1
1.578
0.5
= 1.578 0.0012 = 0.00626
80
1.578
0.3
= 1.578 0.0012 = 0.00375
80
Variabel 2
1.579
0.4
= 1.579 0.0012 = 0.00500
80
A-3
P1
1.578
0.2
= 1.578 0.0012 = 0.00250
80
Variabel 3
1.583
0.3
= 1.583 0.0012 = 0.00375
80
1.578
0.15
= 1.578 0.0012 = 0.00188
80
A-4
P1
= 30
= 3,7
30
= = = 8.1
3.7
= 14 5.6 = 78.42
= 14 8.2 = 114.82
78.42 8.1/
= = = 5.532/
114.82
9. Perhitungan Kla
23
Mol Na2SO3 awal (a) = .
Mol I2 excess (b) =
.
1 223
Mol Na2SO3 sisa (c) = 2
. 223
1
Mol O2 bereaksi (d) = ( )
2
2
O2 masuk reaktor (e) =
60
Koef. transfer massa gas cair ( ) = 0.008
Variabel 1
V titran Kla
Waktu a b c d e
(ml) (L/s)
0 226.044 0.5 6.2 0.345 112.8495 #DIV/0! #DIV/0!
5 226.044 0.5 6.4 0.34 112.852 12.03754667 1504.693
10 226.044 0.5 7.6 0.31 112.867 6.019573333 752.4467
15 226.044 0.5 7.6 0.31 112.867 4.013048889 501.6311
20 226.044 0.5 7.6 0.31 112.867 3.009786667 376.2233
Variabel 2
V titran Kla
Waktu a b c d e
(ml) (L/s)
0 278.208 0.5 5.1 0.3725 138.9178 #DIV/0! #DIV/0!
5 278.208 0.5 5.2 0.37 138.919 14.81802667 1852.253
10 278.208 0.5 5.2 0.37 138.919 7.409013333 926.1267
15 278.208 0.5 5.6 0.36 138.924 4.93952 617.44
20 278.208 0.5 5.6 0.36 138.924 3.70464 463.08
A-5
P1
Variabel 3
V titran Kla
Waktu a b c d e
(ml) (L/s)
0 330.372 0.5 1.5 0.4625 164.9548 #DIV/0! #DIV/0!
5 330.372 0.5 2.4 0.44 164.966 17.59637333 2199.547
10 330.372 0.5 3.5 0.4125 164.9798 8.79892 1099.865
15 330.372 0.5 4.6 0.385 164.9935 5.866435556 733.3044
20 330.372 0.5 4.6 0.385 164.9935 4.399826667 549.9783
25 330.372 0.5 4.6 0.385 164.9935 3.519861333 439.9827
A-6