Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis Adrenal atau krisis Addison atau Acute Adrenal Insuffiency adalah
suatu insufisiensi adrenal akut yang biasanya ditemukan dalam keadaan syok pada
seseorang yang menderita insufisiensi adrenal yang sebelumnya tidak diketahui
atau pada penderita insufisiensi adrenal yang kenudian mendapat suatu infeksi
bakteri, tindakan operasi, diare atau penyakit berat lainnya.

Krisis terjadi bila kebutuhan fisiologis terhadap hormon tersebut melebihi


kemampuan kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon tersebut, yaitu pada
penderita dengan kekurangan hormon kelenjar adrenal yang kronis yang terkena
stress atau penyakit.

Etiologi dari krisis Addison ini antara lain adalah infeksi, trauma, tindakan
pembedahan, luka bakar, kehamilan, anestesi umum dan keadaan hipermetabolik. 3
Harus dibedakan antara krisis addison dan penyakit Addison. Penyakit Addison
adalah suatu kondisi dimana kelenjar adrenal tidak dapat memproduksi dengan
cukup beberapa jenis hormon. Kondisi tersebut dikenal setelah DR. Addison pada
tahun 1855 mengemukakan tentang penyakit tersebut. Penyakit Addison sangat
jarang ditemukan, dari hasil penelitian di Inggris didapatkan hasil dari satu juta
orang hanya terjadi 8 kasus saja. Kebanyakan kasus terjadi antara umur 20 sampai
50 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada semua umur.

Perbedaan dengan krisis Addison adalah dalam gejala, pada penyakit


Addison gejala berkembang secara lambat mulai dari beberapa bulan sampai
dengan tahun ditandai dengan: lemah badan, lekas lelah, anoreksia, penurunan
berat badan dan hiperpigmentasi, sedangkan krisis adrenal terjadi secara akut
yaitu muntah muntah dan nyeri abdominal dan syok hipovolemik.

Krisis Addison ini harus dapat dikenali dengan cepat, karena sangat
mengancam jiwa, karena itu akan dibahas mengenai diagnosa dan penatalaksanan
krisis Addison.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari krisis adrenal ?

2. Apa etiologi dari krisis adrenal

3. Bagaimana patofisiologi dari krisis adrenal ?

4. Bagaimana WOC dari krisis adrenal ?

5. Apa manifestasi dari krisis adrenal ?

6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari krisis adrenal

7. Bagaimana penatalaksanaan dari krisis adrenal

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada krisis adrenal ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Agar mendapatkan gambaran dan dapat melaksanakan asuhan


keperawatan pada pasien dengan krisis adrenal

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa memahami definisi dari krisis adrenal

2. Agar mahasiswa memahami etiologi dari krisis adrenal

3. Agar mahasiswa memahami patofisiologi dari krisis adrenal

4. Agar mahasiswa memahamo bagaimana proses terjadinya krisis adrenal dari


WOC

5. Agar mahasiswa memahami apa saja manifestasi dari krisis adrenal

6. Agar mahasiswa memahami apa saja pemeriksaan penujang pada krisis


adrenal

7. Agar mahasiswa memahami bagaimana penatalaksanaan dari krisis adrenal

8. Agar mahasiswa memahami bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan


pada pasien dengan krisis adrenal

2
1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Untuk Mahasiswa

Melalui makalah ini mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang


diperoleh selama mengikuti pembelajaran terutama tentang pengetahuan
mahasiswa dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
krisis adrenal

1.4.2 Manfaat Untuk Profesi Keperawatan

Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah keilmuan dalam


keperawatan terutama keperawatan kritis sehingga dapat
mengaplikasikannya jika menemukan masalah dengan krisis adrenal

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Insufisiensi Aderenokortikal Akut (Krisis Adrenal)

Infusiensi Adrenokortikal Akut (IAA) adalah suatu keadaan gawat darurat


karena kekurangan hormone kortisol. Krisis adrenal ini biasanya merupakan
keadaan infusiensi adrenal kronis atau bagaian dari gejala adrenal infusiensi.
Krisis adrenal lebih sering dijumpai pada adrenal infusiensi primer (Penyakit
Addison) dibandingkan dengan hipofungsi adrenal sekunder (Tjokroprawiro, dkk,
2015).

Krisis adrenal atau insufisiensi adrenal akut (IA) adalah kondisi supresi
akut atau kekurangan absolut sekresi glukokortikoid yang mengancam jiwa (mis;
kortisol) dan atau mineralokortikoid (mis; aldosteron). Suatu keadaan gawat
darurat yang berhubungan dengan menurunnya atau kekurangan hormon yang
relatif dan terjadinya kolaps sistem kardiovaskuler dan biasanya gejala gejalanya
non spesifik, seperti muntah dan nyeri abdomen. Defisiensi kortisol merupakan
kondisi yang serius karena peran utamanya dalam mekanisme pertahanan tubuh
dan respon terhadap stres. Definisi aldosteron merupakan kondisi merupakan
kondisi yang serius karena peran utamanya dalam meningkatkan keseimbangan
natrium dan mempertahankan volume vaskuler dan tonus vasomolar (Stillwell,
2011).
2.2 Etiologi

Infusiensi Adrenal Akut atau Krisis Adrenal terjadi ketika ada perubahan pada
kondisi kronik atau perdarahan adrenal masif. Selain pada penyakit kronik,
infeksi, trauma, prosedur pembedahan, atau beberapa stres tambahan yang terjadi,
memicu terjadinya krisis adrenal pada pasien. Oleh sebab itu, pasien tidak dapat
memenuhi kebutuhan fungsi metabolik normal atau peningkatan kebutuhan
metabolik saat terjadi stres atau penyakit. Banyak pasien stres dan sakit kritis
dapat mengalami infusiensi adrenal akibat stresor tambhaan yang muncul tiba-tiba
seiring perjuangan pasien untuk bertahan, pasien akan cepat menghabiskan

4
simpanan kortisol dan mungkin membutuhkan penggantian kortisol eksogen
(Morton, dkk, 2013).

Etiologi Krisis Adrenal dibagi menjadi dua yaitu:

1. Penyebab Primer: adalah perdarahan kelenjar adrenal bilateral, trombosis


atau nekrosis selama terjadi sepsis atau ketika mendapat antikoagulan. Bila
kehilangan kelenjar adrenal unilateral tidak akan menyebabkan insufisiensi
adrenal.

2. Penyebab sekunder adalah peripartum pituitary infark (Sheehan`s


syndrom),Pituitary apoplexy ( perdarahan pada kelenjar pituitary), trauma
kepala dengan gangguan batang kelenjar pitutari, tetapi biasanya tidak
seberat pada keadaan adrenal insuficiency primer karena sekresi
aldosteron tidak dipengaruhi.

2.3 Faktor Resiko Krisis Adrenal

Penggunaan steroid , kurang lebih 20 mg sehari dari prednison atau


persamaannya sekurang kurangnya 5 hari pada 1 tahun terahir, penderita
menerima dosis yang mendekati kadar fisiologis yang dibutuhkan selama 1 bulan
untuk memulihkan fungsi dari kelenjar adrenal. Stres fisiologik yang berat seperti
sepsis, trauma, luka bakar, tindakan pembedahan.

Organisme yang berhubungan dengan krisis adrenal yaitu haemophilus


Influenza, staphilokokus aureus, streptokokus pneumonia, jamur. Selain itu
penggunaan obat inhalasi fluticasone, setelah injeksi steroid intra artikular, dan
pada pengguna obat-obatan ketokonazole, phenitoin, rifampisin.

2.4 Patofisiologi

Kortek adrenal memproduksi 3 hormon steroid yaitu hormon glukokortikoid


(kortisol), mineralokortikoid (aldosteron, 11-deoxycoticosterone) dan androgen
(dehydroepiandrosterone). Hormon utama yang penting dalam kejadian suatu
krisis adrenal adalah produksi dari kortisol dan adrenal aldolteron yang sangat
sedikit.

5
Kortisol meningkatkan glukoneogenesis dan menyediakan zat - zat melalui
proteolisis, penghambat sintesis protein, mobilisasi asam lemak,dan meningkatkan
pengambilan asam amino di hati. Kortisol secara tidak langsung meningkatkan
sekresi insulin untuk mengimbangi hperglikemi tetapi juga menurunkan
sensitivitas dari insulin. Kortisol juga mempunyai efek anti inflamasi untuk
mestabilkan lisosom, menurunkan respon leukositik dan menghambat produksi
sitokin. Aktivitas fagositik dipertahankan tetapi sel mediated imunity hilang pada
keadaan kekurangan kortisol dan mensupresi sintesis adrenokortikotropik hormon
( ACTH).

Aldosteron di keluarkan sebagai respon terhadap stimulasi dari angiotensin II


melalui system renin angiotensin, hiperkalemi, hiponatremi dan antagonis
dopamin. Efek nya pada target organ primer. Ginjal meningkatkan reabsorpsi dari
natrium dan sekresi dari kalium dan hidrogen. Mekanismenya masih belum jelas,
peningkatan dari natrium dan kalium mengaktivasi enzim adenosine
triphosphatase ( Na/K ATPase) yang bertangung jawab untuk trasportasi natrium
dan juga meningkatkan aktivitas dari carbonic anhidrase, efek nya adalah
meningkatkan volume intravaskuler. System renin angiotensin-aldosteron tidak
dipengaruhi oleh glukokortikoid eksogen dan kekurangan ACTH mempuyai efek
yang sangat kecil untuk kadar aldosteron kekurangan hormon adrenokortikal
menyebabkan efek yang berlawanan dengan hormon ini dan menyebabkan gejala
klinis yang dapat ditemukan pada krisis adrenal.

(Morton, 2013)

6
2.5 WOC
Penyebab Primer: Penyebab Sekunder:
1. Perdarahan adrenal masif 1. Infeksi
2. Thrombosis 2. Trauma
3. Nekrosis selama sepsis 3. Prosedur pembedahan
4. Stres fisiologik yang berat
5. Trauma kepala dengan gangguan batang kelenjar pituitary
6. Penggunaan steroid
7. Organisme: Haemophilius, influenza, staphilokokus aureus, streptokokus
pneumonia, jamur
8. Penggunaan obat inhalasi Fluticasone
9. Pengguaan obat ketokonanzole, Phenitoin, rifampisisn

Kerusakan pada kedua kelenjar


adrenal

Kegagalan Kelenjar adrenal memproduksi hormon Glukokortikoid atau


mineralokortikoid

Produksi kortisol sangat


sedikit atau tidak ada

Menyebabkan gejala klinis krisis adrenal

7
B1 (Breathing) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel)

Kegagalan kelenjar adrenal Kegagalan kelenjar adrenal


Gangguan Zona Glomerulosa; Gangguan Zona Glomerulosa; Gangguan Zona Fasikulata;
memproduksi hormon defisiensi aldosteron dan memproduksi hormon defisiensi aldosteron dan defisiensi
glukokortikoid/ mineralocorticoid glukokortikoid/ mineralocorticoid glucocrticoid/hidrokortison
mineralkortikoid mineralkortikoid /kortisol

Gangguan stimulasi Gangguan stimulasi


Mengakibatkan kekurangan reabsorbsi Na dan ekskresi K Kelenjar adrenal tidak reabsorbsi Na dan ekskresi K Sensitivitas
hormon kortison berfungsi insulin berat

ekskresi natirium dan Aldosterone sangat rendah


Enzim pada pencernaan ekskresi natirium dan Gangguan metabolisme
menurun ekskresi kalium atau tidak ada
ekskresi kalium karbohidrat,lemak,protein

Mual, muntah dan diare Badan cepat lelah disertai


Konsentrasi natrium rendah
mual dan muntah Konsentrasi natrium rendah Penurunan enzim
dan kalium tinggi dalam serum
dan kalium tinggi dalam serum saluran pencernaan
Mengeluarkan banyak Mengeluarkan
cairan, hingga dehidrasi volume sirkulasi banyak cairan
Hipertonis plasma Nausea dan Vomiting,
Syock anoreksia
Dehidrasi
Hipotensi Dehidrasi berat
Penurunan Kesadaran MK : Ketidakseimbangan
Nadi terabah lemah, nutrisi kurang dari kebutuhan
frekuensi nafas cepat MK : Kekurangan Volume tubuh
Hilangnya tonus otot Aritmia Kalium di
Cairan
tenggorokan ventrikuler jantung
MK: Resiko Syok

MK : Penurunan Curah Jantung


8
Pangkal lidah jatuh
menyumbat faring dan
epiglotis menutupi laring
B6 (Bone)

MK: Ketidakefektifan Pola


Nafas Gangguan Zona Glomerulosa;
defisiensi aldosteron dan
mineralocorticoid

Gangguan stimulasi
reabsorbsi Na dan ekskresi K

ekskresi natirium dan


ekskresi kalium

Konsentrasi natrium rendah


dan kalium tinggi dalam serum

Gangguan fungsi
neuromuskuler

Nyeri menembus yang tiba-


tiba pada punggung bawah,
perut, atau kaki-kaki

Kelemahan otot

MK : Intoleransi aktivitas

9
2.6 Manifestasi Klinis

1. Anoreksia
2. Hipotermia atau hipertermia
3. Yang berhubungan dengan kekurangan kortisol yaitu cepat lelah, lemah
badan atau penurunan berat badan, anoreksia, mual mual dan muntah ,
diare, hipoglikemi, hipotensi, hiponatremi.
4. Yang berhubungan dengan kekurangan hormon aldosteron yaitu
hiperkalemia dan hipotensi berat yang menetap
5. Lain lain tergantung dari penyebab, mungkin didapatkan panas badan,
nyeri abdomen dan pinggang yang berhubungan dengan perdarahan
kelenjar adrenal.
6. Pasien mungkin cemas dan mengeluh kelemahna otot dan keletihan,
menunjukan gaya berjalan sempoyongan, dan selanjutnya dapat
menunjukkan kebingungan dan tanda-tanda syok.
(Stillwell, 2011)
2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Nilai laboratorium pada kondisi defisiensi glukokortikoid dan


mineralokortikoid akut menunjukan hiponatremia, hiperkalemia,
penurunan kadar bikarbonat serum dan peningkatan nitrogen urea darah
(BUN). Asidosis metabolik dapat terjadi karena dehidrasi. Biasanya terjadi
hipoglikemi. Hasil laboratorium abnormal yang lain adalah anemia dan
limfositosis disertai eosinofial.

2. Data laboratorium memperlihatkan kadar glukosa darah yang rendah.


Biasanya kadar natrium plasma juga rendah tetapi jarang dibawah 120
meq/L dan kadar valium darah meningkat, tetapi jarang diatas 7 meq.L.
Penderita biasanya mengalami asidosis dengan kadar bikarbonat plasma
antara 15-20 meq /L. Kadar ureum juga meningkat. Kemungkinan
diagnosa juga dapat di lihat dari adanya eosinofilia dan limpositosis pada
SADT, dan adanya gangguan kadar serum tiroid.

3. Diagnosa paling spesifik yaitu dengan memeriksa kadar ACTH dan


kortisol, jika terdapat banyak waktu. Serum kotisol biasanya kadarnya

10
kurang dari 20 mcg/dl tetapi kita dapat menunggu untuk melakukan
pemeriksaan ini bila pasien sudah dapat distabilkan. Jika akan dilakukan
test untuk menstimulasi ACTH setelah memulai stess dose steroid,
pastikanlah steroid sudah diganti ke dexametason karena tidak akan
mempengaruhi test. Cara melakukan ACTH test adalah pertama tetapkan
kadar kortisol plasma baseline, kemudian berikan ACTH 250 mcg
intavena yang diberi tekanan kemudian pantau serum kortisol 30-60 menit
setelah diberikan ACTH. Kenaikan kurang dari 9 mcg dapat dipikirkan
sebagai insuficiensi adrenal.

4. Pada foto thorax harus dicari tanda tanda tuberculosis, histoplasmosis,


keganasan, sarkoid dan lymphoma.

5. Pada pemeriksaan CT scan abdomen menggambarkan kelenjar adrenal


mengalami perdarahan, atropi, gangguan infiltrasi, penyakit metabolik.
Perdarahan adrenal terlihat sebagai bayangan hiperdens, dan terdapat
pembesaran kelenjar adrenal yang bilateral.

6. Pada pemeriksaan EKG mempelihatkan adanya pemanjangan dari interval


QT yang dapat mengakibatkan ventikular aritmia, gelombang t inverted
yang dalam dapat terjadi pada akut adrenal krisis. Hematologi dapat di
jumpai neutropenia, limfositosis, dan hemoglobin turun.

7. Pemeriksaan histologis tergantung dari penyebab kegagalan adrenal. Pada


kegagalan adrenokotikal yang primer, terlihat gambaran infeksi dan
penyakit infiltratif.

8. Pada kegagalan adrenokotikal yang sekunder dapat menyebabkan atrofi


kelenjar adrenal. Gambaran dari perdarahan adrenal bilateral mungkin
hanya ditemukan gambaran darah saja.

(Morton, 2013)

11
2.8 Penatalaksanaan

Tujuan segera terapi insufidiensi kelenjar adrenal adalah untuk


memberikan hormon yang dibutuhkan dan memulihkan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Hidrokortison 100 mg, intravena, segera diberikan, dilanjutkan dengan
100 mg setiap 6 sampai 8 jam. Resusitasi cairan juga segera dimulai dengan salin
normal dan larutan dekstrosa 5%. Kecepatan penggantian cairan dan elektrolit
ditentukan oleh derajat kehilangan, kadar elektrolit serum, dan respons klinis
terhadap terapi. Masalah medis atau masalah pembedahan yang berhubungan
dapat megindikasikan kebutuhan pemantauan tekanan darah dan hemodinamik.

Tujuan penatalaksanaan yang lain adalah untuk mencegah komplikasi. Ini


meliputi pemantauan tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
(Hiponatremia dan Hiperkalsemia) dan fungsi pernafasan serta fungsi
kardiovaskuler. Perawat memeriksa apakah ada perubahan tekanan darah, irama
dan frekuensi jantung, warna dan suhu kulit, waktu pengisian kapiler, dan tekanan
vena sentran (CVP). Terdapat resiko terjadi hipotensi ortostatik, bradikardia, dan
disritmia. Perawata juga memantau tanda neuromuskular, seperti kelemahan,
kedutan, hiperrefleksia, dan parestesia.

Dukungan emosional, penjelasan singkat, dan lingkungan yang tenang


merupakan upaya efektif untuk membantu pasien secara emosional melewati
krisis psikologis. Setelah krisis akut berakhir, penyuluhan pasien merupakan
tujuan perawat. Penyuluhan pasien dibutuhkan karena prognosis akhir bergantung
pada kemampuan pasien untuk memahami dan melakukan perawatan mandiri.
Perawatan mandiri meliputi mengetahui program pengobatan, faktor-faktor
penyebab stres dan efeknya pada penyakit, dan tanda krisis anjutan; penggunaan
tanda kewaspadaan medis, gelang, atau kartu dompet: dan meminum obat-obat
yang diresepkan.

(Morton, 2013)

12
1. Cairan isotonik seperti NaCl 9% diberikan untuk menambah volume dan
garam.
2. Jika penderita hipoglikemi dapat di berikan cairan dextrose 50%
3. Steroid IV secepatnya : dexametason 4 mg atau hydrokortisone 100 mg.
Setelah penderita stabil lanjutkan dengan dexametasone 4 mg IV tiap 12 jam
atau hydrokortison 100 mg IV tiap 6-8 jam.
4. Obati penyakit dasarnya seperti infeksi dan perdarahan, untuk infeksi dapat
diberikan antibiotik.
5. Untuk meningkatkan tekanan darah dapat diberikan dopamin atau
norepineprin.
6. Terapi pengganti mineralokortikoid dengan fludricortisone
7. Penderita harus dikonsultasikan dengan endokrinologist, spesialis penyakit
Infeksi, ahli critical care, kardiologis, ahli bedah.

(Stillwell, 2011)
2.9 Komplikasi

Kehilangan fungsi adrenal bilateral sangat fatal jika tidak ditangani.


Kematian biasanya disebabkan disritmia, hipovolemia yang berkembang menjadi
kolaps pembuluh darah, hilangnya transport oksigen ke jaringan, dan kejang yang
berkembang menjadi koma.

(Gallo, 1996)

2.10 Prognosa

Pada keadaan tidak didapatkan perdarahan adrenal bilateral, kemungkinan


hidup dari penderita dengan krisis adrenal akut yang didiagnosa secara cepat dan
ditangani secara baik, mendekati penderita tanpa krisis adrenal dengan tingkat
keparahan yang sama. Penderita yang penyakitnya berkembang menjadi
perdarahan sebelum dapat dilakukan pemeriksaan CT scan atau test hormonal
jarang yang dapat bertahan hidup. Karena insiden dari krisis adrenal dan
perdarahan adrenal sulit diketahui secara pasti maka mortalitas dan morbiditasnya
tidak diketahui dengan jelas.

13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama inisial klien
Umur
Jenis Kelamin
DX Medis

B. Pengkajian Primer
1. Airway:
Look: Keadaan umum pasien, ekspresi wajah, gerakan dada,
perhatikan kepatenan jalan napas, perhatikan adanya retraksi otot
pernapasan
Listen: Dengarkan apakah terdapat suara napas tambahan seperti
snoring, gurgling dan stidur, rochi, whezzing, crackles
Feel: Apakah ada aliran udara
2. Breathing
Periksa frekuensi napas
Perhatikan gerakan respirasi
Palpasi toraks
Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
3. Circulation
Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
Periksa tekanan darah
Pemeriksaan pulse oksimetri
Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
4. Disability
GCS
Pupil
Gangguan motorik
Gangguan sensor

C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang: Pada pasien dengan penyakit dengan krisis
adrenal gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal : kelemahan,

14
fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan hipoglikemi,
astenia (gejala cardinal). Pasien lemah (TD : 80/50 mm/Hg), panas badan,
nyeri abdomen dan pinggang yang berhubungan dengan perdarahan
kelenjar adrenal. Pasien biasanya ditemukan mengeluh kelemahna otot dan
keletihan, menunjukan gaya berjalan sempoyongan, dan selanjutnya dapat
menunjukkan kebingungan dan tanda-tanda syok.
2. Riwayat Penyakit Dahulu: Kaji apakah pasien pernah mengalami atau
menderita tuberkulosis, hipoglikemia maupun Ca paru, payudara dan
limpoma.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga: Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada
yang pernah mengalami penyakit yang sama / penyakit autoimun yang
lain.
D. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
Inspeksi: Pada saat inspeksi terlihat bentuk dada simetris, pergerakan
dada cepat, biasanya terdapat adanya kontraksi otot bantu pernapasan
(dispneu). Pada pasien dengan syock ditemukan pernafasan lebih
cepat yaitu 40 x/ menit.
Palpasi: Pada saat palpasi ditemukan adanya pergerakan dada yang
tinggi
Perkusi: Saat perkusi diketahui suaranya resonan
Auskultasi: Pada pasien yang mengalami infeksi terdapat suara
ronkhi, krekels
2. B2 (Blood)
Inspeksi: Pada saat palpasi tidak tampak ictus kordis
Palpasi: Saat palpasi nadi perifer melemah, takikardi, akral dingin dan
pucat, >2 detik. Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line
sinistra
Perkusi: Pada saat perkusi suara jantung redup
Auskultasi: Suara auskultasi terdengar suara jantung melemah karena
tanda dari syok.
3. B3 (Brain)

15
Pusing, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi disorientasi waktu,
tempat, ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka
rangsangan, cemas, koma ( dalam keadaan krisis)
4. B4 (Bladder)
Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik urin.
5. B5 (Bowel)
Inspeksi: Bibir kering, nafsu makan menurun, mual dan muntah,
turgor kulit jelek, membrane mukosa kering, Berat badan menurun
cepat
Auskultasi: Pada saat auskultasi bising usus meningkat
Perkusi: Saat perkusi terdengar suara abdomen timpani
Palpasi: Adanya nyeri tekan pada abdomen
6. B6 (Bone)
Penurunan tonus otot, Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi
perburukan setiap hari), tidak mampu beraktivitas / bekerja. penurunan
kekuatan dan rentang gerak sendi.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Nilai laboratorium

Pada kondisi defisiensi glukokortikoid dan mineralokortikoid akut


menunjukan hiponatremia, hiperkalemia, penurunan kadar
bikarbonat serum dan peningkatan nitrogen urea darah (BUN).
Asidosis metabolik dapat terjadi karena dehidrasi.
Nilai laboratorium abnormal yang lain adalah anemia dan
limfositosis disertai eosinofial.
Memperlihatkan kadar glukosa darah yang rendah.
Kadar natrium plasma juga rendah tetapi jarang dibawah 120
meq/L dan kadar valium darah meningkat, tetapi jarang diatas 7
meq.L.
Mengalami asidosis dengan kadar bikarbonat plasma antara 15-20
meq /L. Kadar ureum juga meningkat.
Adanya eosinofilia dan limpositosis pada SADT, dan adanya
gangguan kadar serum tiroid.

2. Kadar ACTH dan kortisol biasanya kadarnya kurang dari 20 mcg/dl.

16
3. Pada foto thorax harus dicari tanda tanda tuberculosis, histoplasmosis,
keganasan, sarkoid dan lymphoma.

4. Pada pemeriksaan CT scan abdomen menggambarkan kelenjar adrenal


mengalami perdarahan, atropi, gangguan infiltrasi, penyakit metabolik.
Perdarahan adrenal terlihat sebagai bayangan hiperdens, dan terdapat
pembesaran kelenjar adrenal yang bilateral.

5. Pada pemeriksaan EKG mempelihatkan adanya pemanjangan dari interval


QT yang dapat mengakibatkan ventikular aritmia, gelombang t inverted
yang dalam dapat terjadi pada akut adrenal krisis.

6. Pemeriksaan histologis tergantung dari penyebab kegagalan adrenal. Pada


kegagalan adrenokotikal yang primer, terlihat gambaran infeksi dan
penyakit infiltratif.

7. Pada kegagalan adrenokotikal yang sekunder dapat menyebabkan atrofi


kelenjar adrenal. Gambaran dari perdarahan adrenal bilateral mungkin
hanya ditemukan gambaran darah saja.

3.2 Analisis Data


NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS: - Kegagalan kelenjar adrenal
memproduksi hormon
DO: Pada saat glukokortikoid/ mineralkortikoid Ketidakefektifan
pemeriksaan fisik Pola Nafas

17
ditemukan bahwa
klien:
Frekuensi nafas Mengakibatkan kekurangan
cepat 40 x/ mnt hormon kortison
Ditemukan
adanya otot
bantu Enzim pada pencernaan menurun
pernafasan dan
Dispneu.
Pada foto thorax Mual, muntah dan diare
tanda tanda
tuberculosis,
histoplasmosis,
keganasan, Volume cairan menurun
sarkoid dan
lymphoma.
Syock

Penurunan Kesadaran

Hilangnya tonus otot tenggorokan

Pangkal lidah jatuh menyumbat


faring dan epiglotis menutupi
laring
2. DS: -
DO: Pada saat Gangguan Zona Glomerulosa; Penurunan Curah
pemeriksaan fisik defisiensi aldosteron dan Jantung
ditemukan: mineralocorticoid
Nadi perifer
melemah
Akral dingin dan
Gangguan stimulasi reabsorbsi Na
pucat. CRT > 2
dan ekskresi K
detik,
Tekanan darah
mengalami ekskresi natirium dan
hipotensi arterial ekskresi kalium
(td : 80/50
mmHg/kurang)
Konsentrasi natrium rendah dan

18
Pada pemeriksaan kalium tinggi dalam serum
EKG
mempelihatkan
adanya volume sirkulasi
pemanjangan dari
interval QT yang
dapat Hipotensi
mengakibatkan
ventikular aritmia
Aritmia ventrikuler

3. DS: - Kegagalan kelenjar adrenal Resiko Syock


memproduksi hormon
DO: Pada saat glukokortikoid/ mineralkortikoid
pemeriksaan fisik
terlihat:
Kelopak mata Kelenjar adrenal tidak berfungsi
pasien tampak
cekung
Aldosterone sangat rendah atau
Mukosa bibir
tidak ada
kering, lidah
kering, turgor
kulit menurun,
akral dingin Badan cepat lelah disertai mual dan
muntah
Penurunan
Kesadaran
Saat berjalan
Mengeluarkan banyak cairan
sempoyongan

Dehidrasi

Gangguan Zona Glomerulosa;


defisiensi aldosteron dan
4. DS: - mineralocorticoid Kekurangan
Volume Cairan
DO:. Pada saat
pemeriksaan fisik

19
terlihat Gangguan stimulasi reabsorbsi Na
dan ekskresi K
Kelopak mata
pasien tampak
cekung
ekskresi natirium dan
Mukosa bibir ekskresi kalium
kering, lidah
kering, turgor
kulit menurun,
akral dingin Konsentrasi natrium rendah dan
kalium tinggi dalam serum
Pasien oliguria
dan banyak
mengeluarkan
keringat Kehilangan Cairan Melalui Ginjal
dan Kelenjar Keringat
Tekanan darah
hipotensi

Gangguan Zona Fasikulata;


5. DS: - defisiensi Ketidakseimbangan
DO: Pada saat glucocrticoid/hidrokortison/kortisol Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
pemeriksaan fisik
diketahui: Sensitivitas insulin berat
Bibir kering
Nafsu makan
menurun Gangguan metabolisme
Mual dan muntah karbohidrat,lemak,protein
Turgor kulit jelek,
membrane
mukosa kering Penurunan enzim saluran
Berat badan pencernaan
menurun cepat
Pada saat
auskultasi bising
usus meningkat
Nausea dan vomiting, anoreksia
Pada pemeriksaan

20
CT scan abdomen
menggambarkan
kelenjar adrenal
mengalami
perdarahan,
atropi, gangguan
infiltrasi, penyakit
metabolik.

6. DS: - Gangguan Zona Glomerulosa; Intoleransi


defisiensi aldosteron dan Aktivitas
DO: Pada saat mineralocorticoid
pemeriksaan fisik
terlihat:
Penurunan tonus Gangguan stimulasi reabsorbsi Na
otot dan ekskresi K
Lelah, nyeri
Kelemahan pada
otot terjadi ekskresi natirium dan
perburukan ekskresi kalium
setiap hari)
Penurunan
kekuatan dan
rentang gerak Konsentrasi natrium rendah dan
sendi. kalium tinggi dalam serum
Pada
pemeriksaan
hematologi Gangguan fungsi neuromuskuler
dapat di jumpai
neutropenia,
limfositosis, dan
hemoglobin
turun. Kelemahan otot

3.3 Masalah Keperawatan


1. Ketidakefektifan Pola Nafas
2. Penurunan Curah Jantung

21
3. Kekurangan Volume Cairan
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
5. Intoleransi Aktivitas
6. Resiko Syock
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Nafas b/d Posisi Tubuh yang Menghambat
Ekspansi
2. Penurunan Curah Jantung b/d Perubahan Irama Jantung Karena
Aritmia Ventrikular
3. Kekurangan Volume Cairan b/d Kegagalan Mekanisme Reguler
Karena Kekurangan Natrium Dan Kehilangan Cairan Melalui
Ginjal ,Kelenjar Keringat
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d faktor
biologis karena intake yang tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia)
5. Intoleransi Aktivitas b/d Imobilisasi karena Kelemahan Otot
6. Resiko Syock b/d Dehidrasi

3.5 Interensi Keperawatan


1 Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Pola Nafas b/d Posisi Tubuh
yang Menghambat Ekspansi
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 jam diharapkan
pola nafas pasien menjadi efektif dengan kriteria hasil:
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat menunjukan Respiratory (RR) dengan skala 4 (Ringan)

2. Otot bantu pernafasan dapat ditunjukan dengan skala 5 (Tidak ada)

3. Disypnea dapat ditunjukan dengan skala 5 (Tidak ada)

Intervensi Keperawatan:
1. Observasi pergerakan dada, amati kesimetrian, pengunaan otototot
bantu pernafasan, serta retraksi otot supraklavikular dan interkosta
Rasional: Melakukan observasi pada pergerakan dada agar mengetahui

22
apakah pasien mangalami hambatan saat bernafas ataukah adanya
obstruksi jalan nafas saat pasien bernafas.
2. Posisikan pasien semifowler untuk mengoptimalkan pernafasan
Rasional: Posisi semifowler memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernafasan pasien.
3. Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi
untuk meningkatkan pola pernafasan
Rasional: Teknik relaksasi memudahkan proses pernafasan klien untuk
menghasilkan O2
4. Kolaborasi kepada ahli terapi pernafasan untuk memastikan
keadekuatan fungsi ventilator mekanis
Rasional: Kolaborasi dengan ahli terapi untuk mengidentifikasi adanya
gangguan pada fungsi ventilator mekanis pernafasan klien.

2 Diagnosa Keperawatan: Penurunan Curah Jantung b/d Perubahan Irama


Jantung Karena Aritmia Ventrikular
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
curah jantung kembali normal dengan kriteria hasil:

Kriteria Hasil:
1. Tekanan darah pasien sistolik ditunjukan dengan skala 4 (Ringan)
2. Tekanan darah paisen diastole ditunjukan dengan skala 4 (Ringan)
3. Angina ditunjukan dengan skala 5 (Tidak ada)

23
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi tanda-tanda vital (Suhu, Nadi, tekanan darah, dsb)
Rasional: Untuk mengetahui keadaan umum klien dan sebagai dasar
pemberian intervensi selanjutnya.
2. Ubah posisi pasien, ke posisi datar atau trendelenburg (ketika tekanan
darah pasien berada pada rentang lebih rendah dibandingkan yang
biasannya
Rasional: Untuk meningkatkan alirah darah balik ke vena agar
melancarkan peredarah darah kembali ke otak.
3. Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpitasi dan
nyeri, durasi, faktor pencetus, daerah, kualitas, dan intensitas
Rasional: Untuk mengetahui keadaan pasien serta sebagai acuan untuk
penenganan pasien selanjutnya.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tekanan darah
Rasional: Mempertahankan kontaktilitas, preload, afterload, sesuai
dengan program medis

3 Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan b/d Kegagalan


Mekanisme Reguler Karena Kekurangan Natrium Dan Kehilangan Cairan
Melalui Ginjal
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
klien tidak mengalami kekurangan cairan. Dengan kriteriahasil:

Kriteria Hasil:
1. Turgor kulit pasien kembali normal dapat ditunjukan dengan skala 5
(Tidak ada)
2. Pasien dapat menunjukan membran mukosa yang lembab dengan skala
4 (Ringan)
3. Tekanan darah pasien dapat ditunjukan dengan skala 4 (Ringan)

24
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi,
kekuatan dari nadi perifer
Rasional: Hipotensi postural merupakan bagian dari hipovolemia
akibat kekurangan hormone aldosteron dan penurunan curah jantung
sebagai akibat dari penurunan kolesterol
2. Ukur dan timbang BB klien

Rasional: Memberikan pengganti volume cairan dan keefektifan


pengobatan, peningkatan BB yang cepat disebabkan oleh adanya retensi
cairan dan natrium yang berhubungan dengan pengobatan steroid.

4. Ajarkan perawatan mulut secara teratur

Rasional: Membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dari


dehidrasi dan mempertahankan kerusakan membrane mukosa

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Cairan NaCl 0,9 %

Rasional: Untuk kebutuhan cairan pengganti 4 6 liter, dengan


pemberian cairan NaCl 0,9 % melalui IV 500 1000 ml/jam, dapat
mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi.

BAB 4
PENUTUP

25
4.1 Simpulan
Krisis Adrenal adalah penyakit yang diakibatkan oleh fungsi adrenal yang
tidak adekuat. Serta penggunaan obat-obat jenis cortisol yang tidak tepat, maka
tetaplah menjalankan pola hidup sehat untuk meminimalisir terinfeksinya
penyakit. Terutama terhadap penyakit Penyakit Addison ini.
Penyakit ini merupakan insufiensi adrenal yang berat dengan ekserbasi
yang tiba-tiba. Hal ini dapat menimbulkan kematian apabila tidak segera ditangani
oleh pihak yang tepat.

Daftar Pustaka

26
Hudak, Gallo. Keperawatan Kritis Pedekatan Holistik Edisi VI. Jakarta: EGC.
1995.

Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification


(NOC). St. Louis: Mosby.

McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (1996). Nursing Interventions


Classification (NIC). St. Loui: Mosby.

Morton G.P. 2013, Keperawatan Kritis, Ed isi 2, Jakarta: EGC

Nanda Internasional.2015.Diagnosis Keperawatan 2015-2017: Jakarta. EGC

Stillwell. 2011. Pedoman Keperawatan Kritis Edisi 3 Jakarta : EGC

Tjokroprawiro, Askanda, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2:
Surabaya. Airlangga University Press

27

Anda mungkin juga menyukai