PENDAHULUAN
Krisis Adrenal atau krisis Addison atau Acute Adrenal Insuffiency adalah
suatu insufisiensi adrenal akut yang biasanya ditemukan dalam keadaan syok pada
seseorang yang menderita insufisiensi adrenal yang sebelumnya tidak diketahui
atau pada penderita insufisiensi adrenal yang kenudian mendapat suatu infeksi
bakteri, tindakan operasi, diare atau penyakit berat lainnya.
Etiologi dari krisis Addison ini antara lain adalah infeksi, trauma, tindakan
pembedahan, luka bakar, kehamilan, anestesi umum dan keadaan hipermetabolik. 3
Harus dibedakan antara krisis addison dan penyakit Addison. Penyakit Addison
adalah suatu kondisi dimana kelenjar adrenal tidak dapat memproduksi dengan
cukup beberapa jenis hormon. Kondisi tersebut dikenal setelah DR. Addison pada
tahun 1855 mengemukakan tentang penyakit tersebut. Penyakit Addison sangat
jarang ditemukan, dari hasil penelitian di Inggris didapatkan hasil dari satu juta
orang hanya terjadi 8 kasus saja. Kebanyakan kasus terjadi antara umur 20 sampai
50 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada semua umur.
Krisis Addison ini harus dapat dikenali dengan cepat, karena sangat
mengancam jiwa, karena itu akan dibahas mengenai diagnosa dan penatalaksanan
krisis Addison.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
1.4 Manfaat
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Krisis adrenal atau insufisiensi adrenal akut (IA) adalah kondisi supresi
akut atau kekurangan absolut sekresi glukokortikoid yang mengancam jiwa (mis;
kortisol) dan atau mineralokortikoid (mis; aldosteron). Suatu keadaan gawat
darurat yang berhubungan dengan menurunnya atau kekurangan hormon yang
relatif dan terjadinya kolaps sistem kardiovaskuler dan biasanya gejala gejalanya
non spesifik, seperti muntah dan nyeri abdomen. Defisiensi kortisol merupakan
kondisi yang serius karena peran utamanya dalam mekanisme pertahanan tubuh
dan respon terhadap stres. Definisi aldosteron merupakan kondisi merupakan
kondisi yang serius karena peran utamanya dalam meningkatkan keseimbangan
natrium dan mempertahankan volume vaskuler dan tonus vasomolar (Stillwell,
2011).
2.2 Etiologi
Infusiensi Adrenal Akut atau Krisis Adrenal terjadi ketika ada perubahan pada
kondisi kronik atau perdarahan adrenal masif. Selain pada penyakit kronik,
infeksi, trauma, prosedur pembedahan, atau beberapa stres tambahan yang terjadi,
memicu terjadinya krisis adrenal pada pasien. Oleh sebab itu, pasien tidak dapat
memenuhi kebutuhan fungsi metabolik normal atau peningkatan kebutuhan
metabolik saat terjadi stres atau penyakit. Banyak pasien stres dan sakit kritis
dapat mengalami infusiensi adrenal akibat stresor tambhaan yang muncul tiba-tiba
seiring perjuangan pasien untuk bertahan, pasien akan cepat menghabiskan
4
simpanan kortisol dan mungkin membutuhkan penggantian kortisol eksogen
(Morton, dkk, 2013).
2.4 Patofisiologi
5
Kortisol meningkatkan glukoneogenesis dan menyediakan zat - zat melalui
proteolisis, penghambat sintesis protein, mobilisasi asam lemak,dan meningkatkan
pengambilan asam amino di hati. Kortisol secara tidak langsung meningkatkan
sekresi insulin untuk mengimbangi hperglikemi tetapi juga menurunkan
sensitivitas dari insulin. Kortisol juga mempunyai efek anti inflamasi untuk
mestabilkan lisosom, menurunkan respon leukositik dan menghambat produksi
sitokin. Aktivitas fagositik dipertahankan tetapi sel mediated imunity hilang pada
keadaan kekurangan kortisol dan mensupresi sintesis adrenokortikotropik hormon
( ACTH).
(Morton, 2013)
6
2.5 WOC
Penyebab Primer: Penyebab Sekunder:
1. Perdarahan adrenal masif 1. Infeksi
2. Thrombosis 2. Trauma
3. Nekrosis selama sepsis 3. Prosedur pembedahan
4. Stres fisiologik yang berat
5. Trauma kepala dengan gangguan batang kelenjar pituitary
6. Penggunaan steroid
7. Organisme: Haemophilius, influenza, staphilokokus aureus, streptokokus
pneumonia, jamur
8. Penggunaan obat inhalasi Fluticasone
9. Pengguaan obat ketokonanzole, Phenitoin, rifampisisn
7
B1 (Breathing) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel)
Gangguan stimulasi
reabsorbsi Na dan ekskresi K
Gangguan fungsi
neuromuskuler
Kelemahan otot
MK : Intoleransi aktivitas
9
2.6 Manifestasi Klinis
1. Anoreksia
2. Hipotermia atau hipertermia
3. Yang berhubungan dengan kekurangan kortisol yaitu cepat lelah, lemah
badan atau penurunan berat badan, anoreksia, mual mual dan muntah ,
diare, hipoglikemi, hipotensi, hiponatremi.
4. Yang berhubungan dengan kekurangan hormon aldosteron yaitu
hiperkalemia dan hipotensi berat yang menetap
5. Lain lain tergantung dari penyebab, mungkin didapatkan panas badan,
nyeri abdomen dan pinggang yang berhubungan dengan perdarahan
kelenjar adrenal.
6. Pasien mungkin cemas dan mengeluh kelemahna otot dan keletihan,
menunjukan gaya berjalan sempoyongan, dan selanjutnya dapat
menunjukkan kebingungan dan tanda-tanda syok.
(Stillwell, 2011)
2.7 Pemeriksaan Penunjang
10
kurang dari 20 mcg/dl tetapi kita dapat menunggu untuk melakukan
pemeriksaan ini bila pasien sudah dapat distabilkan. Jika akan dilakukan
test untuk menstimulasi ACTH setelah memulai stess dose steroid,
pastikanlah steroid sudah diganti ke dexametason karena tidak akan
mempengaruhi test. Cara melakukan ACTH test adalah pertama tetapkan
kadar kortisol plasma baseline, kemudian berikan ACTH 250 mcg
intavena yang diberi tekanan kemudian pantau serum kortisol 30-60 menit
setelah diberikan ACTH. Kenaikan kurang dari 9 mcg dapat dipikirkan
sebagai insuficiensi adrenal.
(Morton, 2013)
11
2.8 Penatalaksanaan
(Morton, 2013)
12
1. Cairan isotonik seperti NaCl 9% diberikan untuk menambah volume dan
garam.
2. Jika penderita hipoglikemi dapat di berikan cairan dextrose 50%
3. Steroid IV secepatnya : dexametason 4 mg atau hydrokortisone 100 mg.
Setelah penderita stabil lanjutkan dengan dexametasone 4 mg IV tiap 12 jam
atau hydrokortison 100 mg IV tiap 6-8 jam.
4. Obati penyakit dasarnya seperti infeksi dan perdarahan, untuk infeksi dapat
diberikan antibiotik.
5. Untuk meningkatkan tekanan darah dapat diberikan dopamin atau
norepineprin.
6. Terapi pengganti mineralokortikoid dengan fludricortisone
7. Penderita harus dikonsultasikan dengan endokrinologist, spesialis penyakit
Infeksi, ahli critical care, kardiologis, ahli bedah.
(Stillwell, 2011)
2.9 Komplikasi
(Gallo, 1996)
2.10 Prognosa
13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama inisial klien
Umur
Jenis Kelamin
DX Medis
B. Pengkajian Primer
1. Airway:
Look: Keadaan umum pasien, ekspresi wajah, gerakan dada,
perhatikan kepatenan jalan napas, perhatikan adanya retraksi otot
pernapasan
Listen: Dengarkan apakah terdapat suara napas tambahan seperti
snoring, gurgling dan stidur, rochi, whezzing, crackles
Feel: Apakah ada aliran udara
2. Breathing
Periksa frekuensi napas
Perhatikan gerakan respirasi
Palpasi toraks
Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
3. Circulation
Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
Periksa tekanan darah
Pemeriksaan pulse oksimetri
Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
4. Disability
GCS
Pupil
Gangguan motorik
Gangguan sensor
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang: Pada pasien dengan penyakit dengan krisis
adrenal gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal : kelemahan,
14
fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan hipoglikemi,
astenia (gejala cardinal). Pasien lemah (TD : 80/50 mm/Hg), panas badan,
nyeri abdomen dan pinggang yang berhubungan dengan perdarahan
kelenjar adrenal. Pasien biasanya ditemukan mengeluh kelemahna otot dan
keletihan, menunjukan gaya berjalan sempoyongan, dan selanjutnya dapat
menunjukkan kebingungan dan tanda-tanda syok.
2. Riwayat Penyakit Dahulu: Kaji apakah pasien pernah mengalami atau
menderita tuberkulosis, hipoglikemia maupun Ca paru, payudara dan
limpoma.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga: Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada
yang pernah mengalami penyakit yang sama / penyakit autoimun yang
lain.
D. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
Inspeksi: Pada saat inspeksi terlihat bentuk dada simetris, pergerakan
dada cepat, biasanya terdapat adanya kontraksi otot bantu pernapasan
(dispneu). Pada pasien dengan syock ditemukan pernafasan lebih
cepat yaitu 40 x/ menit.
Palpasi: Pada saat palpasi ditemukan adanya pergerakan dada yang
tinggi
Perkusi: Saat perkusi diketahui suaranya resonan
Auskultasi: Pada pasien yang mengalami infeksi terdapat suara
ronkhi, krekels
2. B2 (Blood)
Inspeksi: Pada saat palpasi tidak tampak ictus kordis
Palpasi: Saat palpasi nadi perifer melemah, takikardi, akral dingin dan
pucat, >2 detik. Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line
sinistra
Perkusi: Pada saat perkusi suara jantung redup
Auskultasi: Suara auskultasi terdengar suara jantung melemah karena
tanda dari syok.
3. B3 (Brain)
15
Pusing, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi disorientasi waktu,
tempat, ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka
rangsangan, cemas, koma ( dalam keadaan krisis)
4. B4 (Bladder)
Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik urin.
5. B5 (Bowel)
Inspeksi: Bibir kering, nafsu makan menurun, mual dan muntah,
turgor kulit jelek, membrane mukosa kering, Berat badan menurun
cepat
Auskultasi: Pada saat auskultasi bising usus meningkat
Perkusi: Saat perkusi terdengar suara abdomen timpani
Palpasi: Adanya nyeri tekan pada abdomen
6. B6 (Bone)
Penurunan tonus otot, Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi
perburukan setiap hari), tidak mampu beraktivitas / bekerja. penurunan
kekuatan dan rentang gerak sendi.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Nilai laboratorium
16
3. Pada foto thorax harus dicari tanda tanda tuberculosis, histoplasmosis,
keganasan, sarkoid dan lymphoma.
17
ditemukan bahwa
klien:
Frekuensi nafas Mengakibatkan kekurangan
cepat 40 x/ mnt hormon kortison
Ditemukan
adanya otot
bantu Enzim pada pencernaan menurun
pernafasan dan
Dispneu.
Pada foto thorax Mual, muntah dan diare
tanda tanda
tuberculosis,
histoplasmosis,
keganasan, Volume cairan menurun
sarkoid dan
lymphoma.
Syock
Penurunan Kesadaran
18
Pada pemeriksaan kalium tinggi dalam serum
EKG
mempelihatkan
adanya volume sirkulasi
pemanjangan dari
interval QT yang
dapat Hipotensi
mengakibatkan
ventikular aritmia
Aritmia ventrikuler
Dehidrasi
19
terlihat Gangguan stimulasi reabsorbsi Na
dan ekskresi K
Kelopak mata
pasien tampak
cekung
ekskresi natirium dan
Mukosa bibir ekskresi kalium
kering, lidah
kering, turgor
kulit menurun,
akral dingin Konsentrasi natrium rendah dan
kalium tinggi dalam serum
Pasien oliguria
dan banyak
mengeluarkan
keringat Kehilangan Cairan Melalui Ginjal
dan Kelenjar Keringat
Tekanan darah
hipotensi
20
CT scan abdomen
menggambarkan
kelenjar adrenal
mengalami
perdarahan,
atropi, gangguan
infiltrasi, penyakit
metabolik.
21
3. Kekurangan Volume Cairan
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
5. Intoleransi Aktivitas
6. Resiko Syock
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Nafas b/d Posisi Tubuh yang Menghambat
Ekspansi
2. Penurunan Curah Jantung b/d Perubahan Irama Jantung Karena
Aritmia Ventrikular
3. Kekurangan Volume Cairan b/d Kegagalan Mekanisme Reguler
Karena Kekurangan Natrium Dan Kehilangan Cairan Melalui
Ginjal ,Kelenjar Keringat
4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d faktor
biologis karena intake yang tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia)
5. Intoleransi Aktivitas b/d Imobilisasi karena Kelemahan Otot
6. Resiko Syock b/d Dehidrasi
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi pergerakan dada, amati kesimetrian, pengunaan otototot
bantu pernafasan, serta retraksi otot supraklavikular dan interkosta
Rasional: Melakukan observasi pada pergerakan dada agar mengetahui
22
apakah pasien mangalami hambatan saat bernafas ataukah adanya
obstruksi jalan nafas saat pasien bernafas.
2. Posisikan pasien semifowler untuk mengoptimalkan pernafasan
Rasional: Posisi semifowler memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernafasan pasien.
3. Berikan informasi kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi
untuk meningkatkan pola pernafasan
Rasional: Teknik relaksasi memudahkan proses pernafasan klien untuk
menghasilkan O2
4. Kolaborasi kepada ahli terapi pernafasan untuk memastikan
keadekuatan fungsi ventilator mekanis
Rasional: Kolaborasi dengan ahli terapi untuk mengidentifikasi adanya
gangguan pada fungsi ventilator mekanis pernafasan klien.
Kriteria Hasil:
1. Tekanan darah pasien sistolik ditunjukan dengan skala 4 (Ringan)
2. Tekanan darah paisen diastole ditunjukan dengan skala 4 (Ringan)
3. Angina ditunjukan dengan skala 5 (Tidak ada)
23
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi tanda-tanda vital (Suhu, Nadi, tekanan darah, dsb)
Rasional: Untuk mengetahui keadaan umum klien dan sebagai dasar
pemberian intervensi selanjutnya.
2. Ubah posisi pasien, ke posisi datar atau trendelenburg (ketika tekanan
darah pasien berada pada rentang lebih rendah dibandingkan yang
biasannya
Rasional: Untuk meningkatkan alirah darah balik ke vena agar
melancarkan peredarah darah kembali ke otak.
3. Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpitasi dan
nyeri, durasi, faktor pencetus, daerah, kualitas, dan intensitas
Rasional: Untuk mengetahui keadaan pasien serta sebagai acuan untuk
penenganan pasien selanjutnya.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tekanan darah
Rasional: Mempertahankan kontaktilitas, preload, afterload, sesuai
dengan program medis
Kriteria Hasil:
1. Turgor kulit pasien kembali normal dapat ditunjukan dengan skala 5
(Tidak ada)
2. Pasien dapat menunjukan membran mukosa yang lembab dengan skala
4 (Ringan)
3. Tekanan darah pasien dapat ditunjukan dengan skala 4 (Ringan)
24
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi,
kekuatan dari nadi perifer
Rasional: Hipotensi postural merupakan bagian dari hipovolemia
akibat kekurangan hormone aldosteron dan penurunan curah jantung
sebagai akibat dari penurunan kolesterol
2. Ukur dan timbang BB klien
BAB 4
PENUTUP
25
4.1 Simpulan
Krisis Adrenal adalah penyakit yang diakibatkan oleh fungsi adrenal yang
tidak adekuat. Serta penggunaan obat-obat jenis cortisol yang tidak tepat, maka
tetaplah menjalankan pola hidup sehat untuk meminimalisir terinfeksinya
penyakit. Terutama terhadap penyakit Penyakit Addison ini.
Penyakit ini merupakan insufiensi adrenal yang berat dengan ekserbasi
yang tiba-tiba. Hal ini dapat menimbulkan kematian apabila tidak segera ditangani
oleh pihak yang tepat.
Daftar Pustaka
26
Hudak, Gallo. Keperawatan Kritis Pedekatan Holistik Edisi VI. Jakarta: EGC.
1995.
Tjokroprawiro, Askanda, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2:
Surabaya. Airlangga University Press
27