Anda di halaman 1dari 9

PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480

25
PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA OLEH DISASTER MANAGEMENT
CENTER (DMC) DOMPET DHUAFA

Oleh:
Azmi Sahid Fillah, Ishartono, & Muhammad Fedryansyah

Email :

azmisahidfillah@gmail.com

ABSTRAK
Masalah kebencanaan seakan tidak akan lepas dari bangsa Indonesia ini. Masalah kebencanaan di
Indonesia menjadi permasalahan yang serius khususnya dalam penanggulangannya. Penanggulangan
kebencanaan di Indonesia memang sudah berjalan dengan berbagai pelaksana,mulai dari lembaga
pemerintahan maupun swasta yang khusus bergerak dalam penanggulangan bencana ini.
Penanggulangan bencana menjadi perhatian khusus melihat banyaknya bencana yang terjadi di
Indonesia ini baik itu yang disebabkan oleh alam maupun akibat dari ulah manusia itu sendiri. Konsep
penanggulang bencana atau biasa disebut dengan manajemen bencana berkembang melihat dari
dampak yang dihasilkan oleh bencana tersebut. Pada dasarnya konsep manajemen bencana ini adalah
untuk mengurangi resiko ataupun dampak yang di rasakan dari adanya bencana. Cara bekerja
manajemen bencana adalah melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada tiap kuadran atau siklus atau
bidang kerja yaitu pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, serta pemulihan.
Sedangkan tujuannya secra umum antara lain untuk melindungi masyarakat beserta harta bendanya
dari ancaman bencana. Tulisan ini mencoba menggambarkan konsep manajemen kebencanaan yang
dilakukan oleh disaster management center Dompet Dhuafa (DMC DD). DMC DD sudah lama
bergerak dalam kebencanaan. Tulisan ini mencoba mengulas bagaimana program manajemen
bencana yang dilakukan oleh DMC DD berdasarkan teori menajemen bencana. Konsep atau teori
tentang manajemen bencana akan menjadi dasar bagaimana program-program kebencanaanya.

ABSTRACT

Disaster problems seemed not to be separated from the nation of Indonesia. Disaster issues in
Indonesia become a serious problem, especially in handling. Disaster prevention in Indonesia it is
working with various executor, ranging from government and private institutions exclusively engaged
in the response to this disaster. Disaster management is of particular concern at the number of
disasters in Indonesia is whether it is caused by natural or the result of human activity itself.
Penanggulang concept of disaster or commonly referred to as developing disaster management view
of the impact generated by the disaster. Basically the concept of disaster management is to reduce
the risk or impact on the feel of the disaster. Disaster management is a way to work through activities
that exist in each quadrant or cycle or work areas, namely prevention, mitigation and preparedness,
emergency response, and recovery. While the goal of a common secra among others, to protect the

181
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480

public and his possessions from the threat of disaster. This paper attempts to describe the concept of
disaster management conducted by disaster management center Dompet Dhuafa (DMC DD). DD
DMC has long been engaged in disaster. This paper attempts to review how the disaster management
program conducted by the DMC DD is based on the theory of disaster management. Concept or
theory of disaster management will be the basis of how the programs described disaster

Pendahuluan sendiri. Padahal tahap pra bencana dan pasca


bencana juga sangat penting dalam
Fenomena bencana alam sangat erat penanggulangan bencana alam. Pra bencana
sekali dengan bangsa Indonesia ini. Dengan menitik beratkan kepada proses pencegahan
kondisi geografisnya, Indonesia akan sangat agar mengurangi risiko bencana melalui upaya
sulit untuk lepas dari bencana. Bencana adalah sistematis untuk menganalisa dan mengurangi
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang faktor-faktor penyebab bencana. Sedangkan
mengancam dan mengganggu kehidupan dan dalam pasca bencana menitik beratkan kepada
penghidupan masyarakat yang disebabkan rehabilitasi dan rekonstruksi.
oleh faktor alam dan atau faktor non alam
Masalah lainnya adalah, walaupun
termasuk manusia itu sendiri (karena konflik
tahap pasca bencana tetap dilakukan, tetapi
maupun teror) yang mengakibatkan timbulnya
dalam pelasanaanya tidak tepat. Akibatnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
dalam proses rahabilitasi fisik maupun korban
kerugian harta benda dan dampak psikologis.
tidak berjalan dengan baik. Pada dasarnya,
Terkait dengan dampak dari bencana bencana alam secara langsung akan
alam, dibutuhkan penanggulangan bencana menimbulkan dampak kepada masyarakat,
baik itu pra bencana atau (mitigasi bencana), baik itu dalam infrastruktur maupun dampak
bencana, maupun pasca bencana. Sesuai psikologis korban bencana. Hal ini akan
dengan UU 24/2007, Penanggulangan bencana berdampak kepada proses pemulihan trauma
adalah serangkaian upaya yang meliputi dari korban bencana akan lambat.
penetapan kebijakan pembangunan yang
Dalam masalah penanggulangan
beresiko timbulnya bencana, kegiatan
bencana alam, sejak Sejak tahun 2001,
pencegahan bencana, tanggap darurat,
Pemerintah Indonesia telah memiliki
rehabilitasi dan rekonstruksi. Ketiga upaya
kelembagaan penanggulangan bencana seperti
tersebut masing-masing memiliki fungsi dan
tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 3
tujuan terkait dengan penanggulangan bencana
Tahun 2001 tentang Badan Koordinasi
alam dan ketiga proses penanggulangan
Nasional Penanggulangan Bencana dan
tersebut juga sangat penting dalam
Penanganan Pengungsi sebagaimana telah
menghadapi bencana alam.
diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 111
Masalah yang ada, dalam Tahun 2001. Selanjutnya Bakornas-PB
pelaksanaannya adalah program-program digantikan menjadi BNPB sesuai dengan UU
penanggulangan terkadang hanya dalam No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
program tanggap darurat semata. Program Bencana. Hal inilah yang mempelopori
penanggulangan bencana baik itu pra dan lembaga-lembaga lain yang bergerak dalam
pasca kurang diperhatikan oleh lembaga- kebencanaan. Salah satuntnya adalah Disaster
lembaga pelayanan kebencanaan. Akibatnya Management Center Dompet Dhuafa.
dampak yang terjadi akibat bencana akan lebih
Timbulnya kesadaran akan pentingnya
berat dan sulit dalam proses rehabilitasi fisik
penanggulangan kebencanaan baik itu pra,
maupun rehabilitasi dari korban bencana itu

182
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480

tanggap bencana , maupun pasca bencana pada dari bencana itu sendiri sebagai berikut
dasarnya karena kondisi Indonesia terkait (Royan, 2004):
dengan bencana. Melihat seringnya bencana di 1. Terdapat kerusakan pada pola kehidupan
tanah Indonesia ini membuat Indoensia normal. Kerusakan tersebut biasanya
tergolong sebagai Negara dengan rawan terlihat cukup parah, sebagai akibat dari
bencana. Terlihst juga bahwa kerentanan kejadian yang mendadak dan tidak
masyarakat akan dampak bencana yang sangat terduga serta luasnya cakupan akan
tinggi meneyebabkan timbulnya kesadaran dampak dari bencana.
akan pentingnya penanggulangan bencana
dengan baik dan benar. 2. Dampak dari bencana merugikan
manusia, baik bersifat langsung maupun
Pada dasarnya bencana alam dapat tidak. Biasanya dapat berupa kematian,
terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses kesakitan, kesengsaraan, maupun akibat
yang berlangsung secara perlahan. Beberapa negatif lainnya yang berdampak pada
jenis bencana seperti gempa bumi, hampir kesehatan masyarakat.
tidak mungkin diperkirakan secara akurat
kapan, di mana akan terjadi dan besaran 3. Merugikan struktur sosial, seperti
kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana kerusakan pada sistem pemerintahan,
lainnya seperti banjir, tanah longsor, bangunan, komunikasi, dan berbagai
kekeringan, letusan gunung berapi, tsunami sarana dan prasarana pelayanan umum
dan anomali cuaca masih dapat diramalkan lainnya.
sebelumnya. Meskipun demikian kejadian 4. Adanya pengungsian yang
bencana selalu memberikan dampak kejutan membutuhkan tempat tinggal atau
dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa penampungan, makanan, pakaian,
maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena bantuan kesehatan, dan pelayanan sosial.
kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam Yang terkadang tidak mencukupi atau
menghadapi ancaman bahaya. kurang terkoordinasi.
UU No. 24 tahun 2007 mendefinisikan Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor
bencana sebagai peristiwa atau rangkaian 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
peristiwa yang mengancam dan mengganggu Bencana, maka penyelenggaraan
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang penanggulangan bencana diharapkan akan
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau semakin efektif, karena Pemerintah dan
faktor non alam maupun faktor manusia Pemerintah daerah menjadi penanggung jawab
sehingga mengakibatkan timbulnya korban dalam penyelenggaraan penanggulangan
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian bencana. Penanggulangan bencana dilakukan
harta benda, dan dampak psikologis. secara terarah mulai pra-bencana, saat tanggap
Sementara Asian Disaster Preparedness Center darurat, dan pasca bencana. Tahap awal dalam
(ADPC) mendefinisikan bencana dalam upaya ini adalah mengenali/mengidentifikasi
formulasi sebagai berikut terhadap sumber bahaya atau ancaman
The serious disruption of the functioning of bencana.
society, causing widespread human, material Terkait dengan penanggulangan
or environmental losses, which exceed the bencana, melihat banyaknya peristiwa bencana
ability of the affected communities to cope yang terjadi dan menimbulkan korban jiwa
using their own resources (Abarquez & serta kerugian harta benda yang besar di
Murshed, 2004). Indonesia, mengindikasikan bahwa
Dari banyaknya pengamatan akan manajemen bencana di negara Indonesia masih
bencana, maka dapat ditemukan karakteristik jauh dari yang diharapkan. Selama ini,
manajemen bencana dianggap bukan prioritas
dan hanya datang sewaktuwaktu saja, padahal

183
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480

kita hidup di wilayah yang rawan terhadap


ancaman bencana. Oleh karena itu pemahaman Kegiatan saat terjadi bencana yang
terhadap manajemen bencana pelu dimengerti dilakukan segera pada saat kejadian
dan dikuasi oleh seluruh kalangan, baik bencana. Untuk menanggulangi dampak
pemerintah, masyarakat, maupun swasta. yang ditimbulkan , terutama berupa
Manajemen bencana menurut penyelamatan korban dan harta benda,
Nurjanah (2012:42) adalah ilmu pengetahuan evakuasi dan pengungsian, akan
yang mempelajari bencana beserta segala mendapatkan perhatian penuh baik dari
aspek yang berkaitan dengan bencana, pemerintah bersama swasta maupun
terutama risiko bencana dan bagaimana masyarakatnya. Pada saat terjadimya
menghindari risiko bencana. Manajemen bencana biasanay banyak pihak yang
bencana merupakan proses dinamis tentang menaruh perhatian dan mengulurkan
bekerjanya fungsi-fungsi manajemen yang kita tangan memberikan bantuan tenaga, moril
kenal selama ini misalnya fungsi planning, maupun material. Banyaknya bantuan
organizing, actuating, dan controling. Cara yang datang sebenarnya merupakan
bekerja manajemen bencana adalah melalui sebuah keuntungan yang harus dikelola
kegiatan-kegiatan yang ada pada tiap kuadran dengan baik, agar setiap bantuan yang
atau siklus atau bidang kerja yaitu pencegahan, masuk dapat tepat guna, tepat sasaran,
mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, tepat manfaat, dan efisien.
serta pemulihan. Sedangkan tujuannya secra 3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup
umum antara lain untuk melindungi kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
masyarakat beserta harta bendanya dari rekonstruksi.
ancaman bencana.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi
Adapun proses manajemen bencana proses perbaikian kondisi masyarakat
adalah sebagai beriku. yang tekena bencana, dengan
Menurut Nurjanah (2012:47), secara umum memfungsikan kembali prasarana 16 dan
kegiatan manajemen bencana dapat dibagi sarana pada keadaan semula. Pada tahap
dalam tiga kegiatan utama, yaitu: ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan
1. Kegiatan pra bencana yang mencakup
dilaksanakan harus memenuhi kaidah-
kegiatan pencegahan, mitigasi,
kaidah kebencanaan serta tidak hanya
kesiapsiagaan, serta peringatan dini.
melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi
Kegiatan pada tahap pra bencana ini perlu juga diperhatikan rehabilitasi psikis
sangat penting karena apa yang sudah yang tejadi seperti ketakutan, trauma atau
dipersiapkan pada tahap ini merupakan depresi.
modal dalam menghadapi bencana dan
pasca bencana. Pemerintah bersama
masyarakat maupun swasta sangat sedikit Metode Penelitian
memikirkan tentang langkah-langkah atau
kegiatan-kegiatan apa yang perlu Metode yang digunakan dalam
dilakukan di dalam menghadapi bencana penulisan karya tulis ini adalah metode
atau bagaimana memperkecil dampak penelitian deskriptif. Metode yang digunakan
bencana. untuk pengumpulan data adalah metode studi
2. Kegiatan saat terjadi bencana yang pustaka yang terdiri atas pencarian datadan
mencakup kegiatan tanggap darurat untuk informasi melalui dokumen-dokumen
meringankan penderitaan sementara, pendukung berupa data dai buku, jurnal ilmiah,
seperti search and rescue (SAR), bantuan
dan dokumen elektronik dari internet. Adapun
daruirat dan pengungsian.

184
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480

tahapan dalam penulisan diantaranya (geological hazards), bahaya


perumusan masalah untuk kemudian menjadi hidrometeorologi (hydrometeorological
gagasan, pengumpulan data dan fakta terkait, hazards), bahaya biologi (biological
hazards), bahaya teknologi (technological
verifikasi data dan fakta, analisakonseptual,
hazards) dan penurunan kualitas
perumusan hasil gagasan dan kesimpulan serta lingkungan (environmental degradation).
rekomendasi terkait penanganan masalah.
b. Kerentanan (vulnerability) yang tinggi
dari masyarakat, infrastruktur serta
elemen-elemen di dalam kota/ kawasan
Hasil dan pembahasan yang berisiko bencana.
c. Kapasitas yang rendah dari berbagai
Bencana dan Manajemen Bencana
komponen di dalam masyarakat.
Bencana alam, dipandang sebagai
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
Fase-Fase Bencana
mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, Menurut Santamaria (1995) bencana
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam terjadi melalui tiga fase yaitu pre-impact (pra-
maupun faktor manusia sehingga dampak), impact (dampak), dan post-impact
mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian a. Fase pra-dampak (pre-impact)
harta benda, dan dampak psikologis. Jika merupakan fase peringatan (warning
ditinjau dari penyebabnya dapat dibagi phase) yaitu tahap awal adanya bencana.
menjadi tiga jenis yaitu: bencana alam Informasi diperoleh dari badan satelit
geologis, klimatologis, dan ekstra-terestrial dan meteorologi cuaca, atau lembaga
(Buletin KAMADHIS UGM. 2007:3). lain yang bertanggung jawab terjadinya
Bencana alam geologis adalah bencana alam bencana .
yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam b. Fase dampak merupakan fase terjadinya
bumi. Sedangkan bencana alam klimatologis bencana. Pada fase inilah manusia
adalah bencana alam yang disebabkan oleh berusaha semaksimal mungkin mencari
perubahan iklim, suhu atau cuaca. Bencana pertolongan untuk menyelamatkan diri,
alam ekstra-terestrial yaitu bencana alam yang keluarga, atau harta benda agar dapat
disebabkan oleh gaya atau energi dari luar bertahan hidup (survive). Fase ini terus
bumi, bencana alam geologis dan klimatologis berlanjut hingga mengakibatkan
yang sering berdampak terhadap manusia. kerusakan dan mendapatkan bantuan-
Terkait hal tersebut, factor penyebab bantuan darurat.
bencana dapat diuraikan sebagai berikut. c. Fase pasca dampak dimulai saat
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam pemulihan dari fase darurat. Fase ini juga
(natural disaster) maupun oleh ulah manusia ditandai dengan dimulainya masyarakat
(man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat berusaha kembali melakukan aktifitas
menyebabkan bencana antara lain (Bappenas, secara normal. Secara umum dalam
2006): pasca dampak ini para korban bencana
a. Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya akan mengalami dampak psikologis
karena ulah manusia (man-madehazards) berupa penolakan, marah, tawar
yang menurut United Nations menawar, depresi hingga akhirnya bisa
International Strategy for menerima (relokasi), maka di tempat
DisasterReduction (UN-ISDR) dapat baru mereka memasuki fase pasca
dikelompokkan menjadi bahaya geologi

185
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480

dampak, bukan saat berada dalam bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang
pengungsian. mengancam bangunan individual, sampai
peristiwa tubrukan meteor besar yang
Sementara untuk peristiwa bencana yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat
bersifat emergensi atau gawat darurat,
manusia. Namun demikian pada daerah yang
kelompok kerja UNICEF dan Pusat Studi
memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta
Pengembangan Integratif Universitas Filipina
memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability)
membagi intervensi penanggulangan bencana
yang juga tinggi tidak akan memberi dampak
berdasarkan fase-fase sebagai berikut:
yang hebat/luas jika manusia yang berada
a. Fase segera setelah kejadian (rescue) disana memiliki ketahanan terhadap bencana
b. Fase pemulihan awal (bulan pertama (disaster resilience). Konsep ketahanan
setelah kejadian): bencana merupakan valuasi kemampuan
sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
c. Fase pemulihan lanjutan (dua bulan mendeteksi, mencegah & menangani
setelah kejadian dan setelahnya): tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan
d. Fase rekonstruksi demikian meskipun daerah tersebut rawan
bencana dengan jumlah penduduk yang besar
jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap
Dampak Bencana Alam bencana yang cukup.

Membahas mengenai kebencanaan, tidak akan


lepas akan mengenai dampak yang ditimulkan Manajemen Bencana.
oleh bencana itu sendiri. Damapak dari Dalam Konsep manajeman bencana, kegiatan
bencana yang terjadi sangatlah beragam, mulai manajemen bencana merupakan kegiatan yang
dari dampak psikologis, fisik, maupun tidak berdiri sendiri, akan tetapi terkait dengan
infrastruktur. Oleh karena itu dapat dikatakan berbagai aspek kehidupan masyarakat dan
bahwa bencana alam dapat mengakibatkan memerlukan pendekatan yang bersifat multi-
dampak yang merusak pada bidang ekonomi, disiplin. Peraturan perundang-undangan yang
sosial dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dijadikan acuan pun melingkup peraturan
dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak perundang-undangan lintas sektor. Dengan
dalam bidang sosial mencakup kematian, luka- kalimat lain, sesungguhnya kegiatan
luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan manajemen bencana dilaksanakan oleh sektor-
kekacauan komunitas, sementara kerusakan sektor, sedangkan kegiatan dari lembaga
lingkungan kebencanaan sebagian besar adalah
Dampak yang dihasilkan tergantung pada mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan
kemampuan untuk mencegah atau oleh sektor.
menghindari bencana dan daya tahan mereka. Berbagai pihak yang terlibat dalam manajemen
Pemahaman ini berhubungan dengan bencana harus saling bekerjasama dan
pernyataan: "bencana muncul bila ancaman menyamakan persepsi tentang bencana dan
bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". manajemen bencana melalui sebuah sistem
Dengan demikian, aktivitas alam yang atau aturan main yang disepakati taiu sistem
berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di manajemen bencana. Melalui manajemen
daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, bencana pula program atau kegiatan
misalnya gempa bumi di wilayah tak dilaksanakan pada tiap kuadran atau siklus
berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian atau bidang erja oleh para pemangku
istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa kepentingan secara komprehensif dan terus-
tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka menerus. Pelaksanan kegiatan secara periodi
tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi atau sebagai reaksi atau respon terhadap
kerugian juga tergantung pada bentuk

186
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480

kejadian bencana akan menjadi sia-sia karena pengkajian secara cepat dan tepat terhadap
bencana akan terus terjadi secara berulang. lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber daya;
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, penentuan status keadaan darurat bencana;
manajemen bencana sebagai seluruh kegiatan penyelamatan dan evakuasi masyarakat
yang meliputi aspek perencanaan dan terkena bencana; pemenuhan kebutuhan dasar;
penanggulangan bencana, pada sebelum, saat perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
dan sesudah terjadi bencana yang dilakukan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana
oleh semua elemen, pemerintah, masyarakat vital.
sipil, dan kalangan bisnis-korporasi untuk 2. Siklus Recovery
mencegah kehilangan jiwa, mengurangi
penderitaan manusia, memberi informasi Pada siklus Recovery kegiatan meliputi
kepada masyarakat dan pihak berwenang rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi
mengenai risiko, dan mengurangi kerusakan adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
infrastruktur utama, harta benda dan pelayanan publik atau masyarakat sampai
kehilangan sumber ekonomis. tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk
Terkait dengan hal tersebut, DMC DD normalisasi atau berjalannya secara wajar
mempunyai program-program terkait dengan semua aspek pemerintahan dan kehidupan
kebencananaan. Program-program DMC masyarakat pada wilayah pascabencana.
DDterkait dengan manajemen bencana penulis Rekonstruksi adalah pembangunan kembali
mencoba menjelaskan program-program semua prasarana dan sarana, kelembagaan
tersebut berdasarkan proses manajemen pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat
bencana yang sudah penulis jabarkan pemerintahan maupun masyarakat dengan
sebelumnya. sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
Sekilas mengenai DMC DD, Disaster kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,
Management Center Dompet Dhuafa adalah tegaknya hukum dan ketertiban, dan
sebuah lembaga garda terdepan dalam bangkitnya peran serta masyarakat dalam
pengelolaan kebencanaan. Sebagai bagian dari segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
Dompet Dhuafa yang telah beraktivitas sejak wilayah pasca bencana.
tahun 1994. Pada tanggal 25 Maret 2010 DMC Mengacu kepada tiga hal yang mutlak
Dompet Dhuafa secara resmi berdiri. dilakukan dama manajeman bencana, DMC
Terkait dengan manajemen bencana, proses DD juga melakukan proses penanggulangan
respon terhadap bancana DMC DD pra bencana. Pra bencana yang dilakukan
membaginya menjadi 2 tahap. Yang pertama mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
adalah Siklus Tanggap Darurat dan Siklus kesiapsiagaan, serta peringatan dini;
Recovery.
1. Pencegahan (prevension); upaya untuk
1. Sikulus Tanggap Darurat menghilangkan atau mengurangi
kemungkinan timbulnya suatu ancaman.
Pada siklus tanggap darurat bencana adalah
Misalnya : pembuatan bendungan untuk
serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
menghindari terjadinya banjir, biopori,
segera pada saat kejadian bencana untuk
penanaman tanaman keras di lereng bukit
menangani dampak buruk yang ditimbulkan,
untuk menghindari banjir dsb. Namun
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
perlu disadari bahwa pencegahan tidak
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
bisa 100% efektif terhadap sebagian besar
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
bencana.
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana. 2. Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang
dilakukan untuk mengurangi dampak
Tahapan pelaksanaan pada fase tanggap
buruk dari suatu ancaman. Misalnya :
darurat tim DMC Dompet Dhuafa, meliputi:

187
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480

penataan kembali lahan desa agar meringankan penderitaan sementara,


terjadinya banjir tidak menimbulkan seperti search and rescue (SAR), bantuan
kerugian besar. daruirat dan pengungsian.
3. Kesiap-siagaan (preparedness); yaitu Kegiatan saat terjadi bencana yang
persiapan rencana untuk bertindak ketika dilakukan segera pada saat kejadian
terjadi(atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Untuk menanggulangi dampak
bencana. Perencanaan terdiri dari yang ditimbulkan , terutama berupa
perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan penyelamatan korban dan harta benda,
dalam keadaan darurat danidentifikasi atas evakuasi dan pengungsian, akan
sumber daya yang ada untuk memenuhi mendapatkan perhatian penuh baik dari
kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat pemerintah bersama swasta maupun
mengurangi dampak buruk dari suatu masyarakatnya. Pada saat terjadimya
ancaman. bencana biasanay banyak pihak yang
menaruh perhatian dan mengulurkan
tangan memberikan bantuan tenaga, moril
KESIMPULAN maupun material. Banyaknya bantuan
Melalui konsep berpikir ini dapat yang datang sebenarnya merupakan
menggambarkan proses pelayanan terkait sebuah keuntungan yang harus dikelola
kebencanan yang dilakukan oleh DMC DD. dengan baik, agar setiap bantuan yang
Sehingga dalam penanggulangannya dapat masuk dapat tepat guna, tepat sasaran,
berjalan dengan baik. Sehingga dapat tepat manfaat, dan efisien.
meminimalisir dampak yang dirasakan. 3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup
Pada dasarnya semua proses manajemen akan kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
sangat penting dilakukan terkait dalam rekonstruksi.
penanggulangan bencana. Masalah selama ini Kegiatan pada tahap pasca bencana,
adalah tidak banyak lembaga yang bergerak terjadi proses perbaikian kondisi
penanggulangan bencana yang melakukan masyarakat yang tekena bencana, dengan
semua proses manajemen bencana. Karena memfungsikan kembali prasarana 16 dan
memang semua proses manajemen bencana sarana pada keadaan semula. Pada tahap
mempunyai fungsi dan tujuan yang berbeda- ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
beda. rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan
1. Kegiatan pra bencana yang mencakup dilaksanakan harus memenuhi kaidah-
kegiatan pencegahan, mitigasi, kaidah kebencanaan serta tidak hanya
kesiapsiagaan, serta peringatan dini. melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi
perlu juga diperhatikan rehabilitasi psikis
Kegiatan pada tahap pra bencana ini yang tejadi seperti ketakutan, trauma atau
sangat penting karena apa yang sudah depresi.
dipersiapkan pada tahap ini merupakan
modal dalam menghadapi bencana dan
pasca bencana. Pemerintah bersama
masyarakat maupun swasta sangat sedikit
Daftar Pustaka
memikirkan tentang langkah-langkah atau
kegiatan-kegiatan apa yang perlu BAKORNAS Penanggulangan Bencana.
dilakukan di dalam menghadapi bencana Rencana Nasional Penangulangan
atau bagaimana memperkecil dampak Bencana. 2010-2014
bencana. Bakornas PBP (2005), Panduan Pengenalan
2. Kegiatan saat terjadi bencana yang Karakteristik Bencana dan Upaya
mencakup kegiatan tanggap darurat untuk

188
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 2 HAL: 155 - 291 ISSN: 2442-4480

Migitasinya di Indonesia, SatBakornas Coburn, A. W, et.al (1994) , Modul Mitigasi


PBP, Jakarta. Bencana, UNDP, United Kingdom
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Bakornas PBP (2005), Panduan Pengenalan
(2008), Pedoman Penyusunan Rencana Karakteristik Bencana dan Upaya
Penanggulangan Bencana, Peraturan Migitasinya di Indonesia, SatBakornas
Kepala Badan Nasional Penanggulangan PBP, Jakarta.
Bencana Nomor 4 Tahun 2008, BNPB,
Jakarta.

189

Anda mungkin juga menyukai