Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum

Ekstraksi Minyak Atsiri Bunga Melati


Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Botani Ekonomi
Yang Di Bimbing Oleh Ibu Eko Sri Sulasmi

Disusun oleh :
Kelompok 4 / Offering GHI-P 2015
Farhana Halimah Rusyda 150342607533
Monica Feby Zelvia 150342604927
Ratna Suryaningtya Sari 150342606547
Zauhara Faiqohtun Wuriana 150342605971

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2017
TUJUAN
Membedakan minyak lemak dan minyak atsiri
DASAR TEORI
Melati (Jasminum sambac Ait.) diduga berasal dari India, melati putih
pertama kali dibudidayakan di Inggris pada tahun 1665. Terdapat 200 jenis melati
yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani dan baru sekitar 9 jenis melati yang
umum dibudidayakan yaitu melati hutan (J. multiflorum), melati raja (J. rex), melati
cablanca (J. officinale), J. revotulum, J. mensy, J. parkery, melati australia (J.
simplicifolium), melati hibrida dan melati (J. sambac) (Rukmana, 1997).
Melati dikenal dengan beberapa nama di berbagai daerah antara lain yaitu
Jasminum sambac Ait. sebagai nama ilmiah, malati (Sunda); melati, menur (Jawa);
malur, merul (Batak); puti, bunga manor (Ambon); maluru (Makasar) dan nama
asing yaitu jasmine (Inggris); mo li hua (Cina) (Santoso,H.B., 2013).

Gambar 1. Tanaman Melati (Jasminum sambac Ait.) (Sumber: Santoso,H.B., 2013).


Klasifikasi Klasifikasi tanaman melati (J.sambac Ait) menurut Tjitrosoepomo
(2005) adalah :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesies : Jasminum sambac (L) W. Ait
Melati adalah tanaman perdu dengan tinggi tanaman sekitar 0,3-3 m.
Tanaman melati termasuk family Oleaceae, tumbuh lebih dari setahun (perennial)
dan bersifat merambat. Bunga melati berbentuk terompet dengan warna bervariasi
terantung pada jenis dan spesiesnya. Umumnya bunga melati tumbuh di ujung
tanaman. Susunan mahkota bunga tunggal atau ganda (bertumpuk), beraroma
harum tetapi ada beberapa jenis melati tidak memiliki aroma (Santoso,H.B., 2013).
Daun melati bertangkai pendek dengan helaian berbentuk bulat telur.
Panjang daun 2,5-10 cm dan lebarnya 1,5-6 cm. Ujung daun runcing, pangkal
membulat, tepi daun rata, tulang daun menyirip, menonjol pada permukaan bawah
dan permukaan daun hijau mengkilap. Letak duduk daun berhadap-hadapan pada 8
setiap buku. Batangnya berwarna coklat, berkayu berbentuk bulat sampai segi
empat, berbuku-buku dan bercabang banyak seolah-olah merumpun (Eren, 2013).
Sistem perakaran tanaman melati adalah akar tunggang dan bercabang yang
menyebar ke semua arah dengan kedalaman 40-80 cm dari akar yang terletak dekat
permukaan tanah. Akar melati dapat menumbuhkan tunas atau cikal bakal tanaman
baru (Santoso,H.B., 2013). Melati banyak dimanfaatkan sebagai komponen taman,
rangkaian bunga untuk pengantin, ritual adat, bunga tabur, campuran teh atau
diambil minyak atsirinya sebagai bahan baku parfum. (Endah, 2002).
Minyak atsiri disebut juga minyak eteris, essential oil atau minyak terbang,
karena minyak ini mudah menguap pada suhu kamar. Minyak atsiri dihasilkan dari
bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar batang, kulit, daun, buah atau biji
(Lutony dan Rahmayati, 2000). Menurut Guenther (2006), minyak atsiri
merupakan salah satu hasil metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena
reaksi berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak atsiri disintesa
dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam
pembuluh resin. Minyak atsiri memiliki aroma yang sangat khas pada masing-
masing tanaman. Karena baunya yang khas, minyak atsiri dalam tanaman berguna
untuk menarik serangga untuk proses penyerbukan. Namun, minyak atsiri pada
tanaman juga dapat berfungsi untuk mengusir hewan atau serangga pengganggu.
Aroma yang khas dari minyak atsiri dihasilkan dari senyawa kimia yang
dikandungnya. Kandungan minyak atsiri pada umumnya dapat berupaterpen,
persenyawaan berantai lurus, turunan benzene dan bermacam-macam
persenyawaan lainnya (Guenther, 2006).
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan
kimia yang terbentuk dari unsur carbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O) serta
beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang
(S). Pada umumnya komponen kimia dalam minyak atsiri dibagi menjadi dua
golongan yaitu hidrokarbon dan oxygenated hydrocarbon, termasuk di dalamnya
senyawa terpena (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam rambut
kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili
Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae
dan Rutaceae). Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma
akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari
glikosida tertentu (Gunawan & Mulyani, 2004).

ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Mortar
2. Pistil
3. Tabung reaksi
4. Penangas air
5. Pengaduk
6. Pipet tetes
Bahan
1. Karet gelang
2. Plastik
3. Bunga melati
4. Alkohol 96%
PROSEDUR PENELITIAN

Bunga melati direbus dengan mortar hingga halus

Ditambahkan 5 ml alkohol 96% dan diaduk hingga tercampur

Hasil gerusan dimasuykkan tabung reaksi

Tabung reaksi ditutup dengan plastik dan dirapatkan dengan karet gelang

Tabung reaksi dipanaskan pada penangas hingga mendidih selama 5 menit

Tutup plastik dibuka dan dihirup bau yang dihasilkan sampel yang sudah dipanaskan
HASIL PENGAMATAN
1. Tabel pengamatan minyak atsiri menggunakan pemanasan
Sebelum Sesudah Sesudah
dipanaskan dipanaskan 5 dipanaskan 10
Bahan
Tidak Tidak Tidak
berbau berbau berbau berbau
berbau berbau
Bunga melati + + +

2. Tabel pengamatan minyak atsiri menggunakan mikroskop


Minyak atsiri Minyak atsiri
Tanpa sudan III Dengan sudan III
Minyak atsiri tidak terlihat jelas dan Minyak atsiri terlihat lebih jelas dan
jumlahnya sedikit jumlahnya banyak

ANALISIS DATA
Pengujian pada praktikum ini dipanaskan ini menggunakan sampel bunga
melati. Semua bahan dihaluskan dan ditambahkan alkohol 5 ml lalu dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Setelah itu dipanaskan sampai mendidih selama 5 menit lalu
dicium aromanya sampai aroma bahan amatan menghilang. Pada bahan bunga
melati sebelum dipanaskan berbau sangat menyengat, kemudian setelah dipanaskan
5 menit aroma harum melati mulai menghilang dan pada menit ke 10 aroma harum
bunga melati sudah menghilang.
Pada pengujian secara mikroskopis dilakukan 2 jenis pengamatan.
Pengamatan pertama bunga melati diiris melintang kemudian diletakkan pada kaca
benda kemudian ditambah larutan sudan III sedangkan pada pengamatan kedua
tanpa ditambah sudan III. Dari hasil pengamatan pertama minyak atsiri terlihat jelas
dan jumlahnya banyak, sedangkan pada pengamatan kedua minyak atsiri tidak
terlihat jelas dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan yang diberi larutan
Sudan III.
PEMBAHASAN
Bunga melati mengeluarkan bau khas yang harum. Kebanyakan tumbuhan
yang memiliki karakteristik berupa bau harum yang khas ini adalah disebabkan
karena kandungan minyak atsiri didalmnya. Minyak atsiri ini dihasilkan dari
metabolit sekunder dari tumbuhan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Antara
dan Wartini (2014) bahwa Hampir semua tanaman berbau mengandung minyak
atsiri. Minyak atsiri terdiri atas campuran kompleks senyawa organik yaitu
terpen, turunan terpen teroksidasi (alkohol, aldehid, keton dan ester), senyawa
aromatik, dan senyawa yang mengandung nitrogen atau sulfur. Minyak atsiri
dibentuk dalam sitoplasma dan secara normal berbentuk butiran kecil diantara sel
dan bersifat volatil dan beraroma, tidak berwarna atau agak kuning dan agak larut
dalam air dan etanol. Minyak atsiri yang kompleks dibentuk dari hasil ekskresi atau
sekresi akibat proses metabolisme tanaman. Regina dan Aliya (2017) juga
mengungkapkan bahwa minyak atsiri dapat diperoleh dari akar, batang, daun,
bunga suatu tanaman.
Minyak atsiri dapat diketahui keberadaanya dengan mengiris atau menyayat
bagian tanaman, dalam hal ini bunga melati, dengan irisan paradermal. Secara
langsung dengan menggunakan mikroskop cahaya, keberadaan minyak atsiri dalam
bunga melati sudah dapat terlihat yaitu seperti tetesan air. Namun jumlahnya
sedikit, tidak sebanyak yang diperlakukan dengan ditetesi sudan. Dalam hal ini
sudan berfungsi sebagai pewarna sehingga minyak atsiri dapat lebih jelas terlihat.
Hal ini diungkapkan pula oleh Antara dan Wartini (2014) dimana minyak atsiri
dapat diselidiki dengan pewarnaan sudan dan asam osmat dan perbedaannya
dengan minyak pangan adalah minyak atsiri lebih aktif membentuk warna
dengan sudan.
Demikian telah terbukti bahwa bunga melati memang mengandung minyak
atsiri yang membuatnya memiliki bau harum yang khas. Sebab itulah bunga melati
seringkali diambil manfaatnya sebagai produk berupa parfum alami. Seperti yang
diutarakan oleh Regina dan Aliya (2017) bahwa bunga melati (Jasminum sambac)
memiliki aroma wangi yang khas sehingga sering digunakan dalam pembuatan
parfum atau industri kosmetik dan memiliki kandungan linalool, geraniol, eugenol
dan minyak atsiri. Dilengkapi dengan pendapat Sani et al., (2014) dimana
komponen minyak melati yang dominan adalah benzil asetat (65%), kemudian
diikuti oleh linalool (15,5%), linalool asetat (7,5%), benzil alcohol (6,0%), jasmone
(3,0%), indole (2,5%), dan metil anthramilate (0,5%). Untuk itu dilakukan pula
pengujian terkait parfum dari bunga melati ini.
Praktikum selanjutnya yaitu mengamati aroma minyak atsiri dengan
perlakuan pemanasan. Sampel yang kami gunakan adalah bunga melati. Bunga
melati merupakan salah satu bunga yang digunakan masyarakat secara luas,
memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, sangat bermanfaat dan banyak
diperlukan sebagai bahan baku industri. Bunga melati memiliki aroma wangi yang
khas sehingga sering digunakan dalam pembuatan parfum atau industri kosmetik
dan memiliki kandungan linalool, geraniol, eugenol yang sering dikenal dengan zat
penolak serangga. Di Indonesia penggunaan minyak atsiri bunga melati dalam
jumlah besar digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya pada
industri kosmetik, sabun, parfum, farmasi, dan aroma terapi (Sani, 2012). Dalam
praktikum ini sampel digerus hingga halus kemudian ditambahkan 5 ml alkohol
96% diaduk hingga homogen. Hasil gerusan dimasukkan bersama dengan alkohol
96% ke dalam tabung reaksi. Menurut Janus (2014) Fungsi penambahan alkohol
adalah untuk melarutkan minyak dalam sampel. Karena alkohol yang digunakan
adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol yang digunakan
konsentrasinya berada dikisaran 95-96%. Tabung reaksi ditutup dengan plastik.
Tabung reaksi dipanaskan dalam penangas ait mendidih selama 5 menit. Tutup
plastik dibukan setelah pemanasan. Kemudian pengamatan ada tidaknya bau
minyak atsiri. Kemudian dilakukan pemanasan lagi selama 5 menit kedua, dan
setelah itu diamati lagi ada tidaknya bau minyak atsiri tersebut. Menurut Janus
(2014) Fungsi pemanasan saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dan
minyak tersebut bereaksi dengan cepat
Setelah dilakukan percobaan menunjukkan bahwa ekstrak cair bunga melati
pada perlakuan sebelum pemanasan, hasil yang diperoleh adalah masih berbau,
setelah dilakukan pemanasan 5 menit hasil yang diperoleh adalah masih berbau tapi
tidak sepekat sebelum pemanasan. Kemudian setelah dilakukan pemanasan 10
menit, hasil yang diperoleh ada sudah tidak berbau. Hal ini dapat disebabkan karena
sifat minyak atsiri yang mudah menguap. Sesuai dengan pendapat Ketaren (1985)
kehilangan aroma minyak atsiri dapat disebabkan karena sifat minyak atsiri yang
mudah menguap dan teroksidasi oleh udara. Selain itu penambahan alkohol akan
mempercepat penguapan minyak atsiri karena sifat alkohol yang mudah menguap,
sehingga minyak atsiri yang sudah larut didalam alkohol ikut menguap dan dapat
mengurangi aroma minyak. Perlakun pemanasan juga dapat menghilangkan aroma
dari minyak atsiri, karena pada dasarnya beberapa minyak atsiri tidak tahan
terhadap panas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutijan (2009) minyak atsiri
bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen udara,
sinar matahari (terutama sinar ultraviolet) dan panas.

KESIMPULAN
Minyak atsiri dapat disuling dari sumber alaminya, sedangkan minyak
lemak tidak, karena minyak lemak tersusun atas ester gliserol asam lemak. Minyak
atsiri tidak meninggalkan noda lemak permanen pada kertas, tidak seperti minyak
lemak yang meninggalkan noda lemak. Minyak atsiri tidak menjadi tengik dalam
penyimpanan, namun jika terkena cahaya dan udara akan teroksidasi menjadi resin.
DAFTAR RUJUKAN
Antara, N.S., dan Wartini, M. 2014. Senyawa Aroma dan Citarasa (Aroma and
Flavor Compounds). Bali: Universitas Udayana
Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri,.UI-Press. Jilid 1. Jakarta.
Gunawan, D., Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta:
Penerbit Penebar Swadaya.
Hart, H. 1990. Kimia Organik Suatu Bahan Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Janus, P., Janus, R., Kutrowski, P., Jarczewskia, S., Wacha, A., Silvestre-Albero,
A.M., and Rodrguez-Reinoso, F., 2014, Chemically Activated Poly(furfuryl
alcohol)-derived CMK-3 Carbon Catalysts for The Oxidative
Dehydrogenation of Ethylbenzene, Catal. Today, 235, 201-209
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka
Lutony, T.L., dan Rahmayati, Y. 2000. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Regina, A., dan Aliya, R. 2017. Analisa Kualitatif Minyak Atsiri Hasil Ekstraksi
Bunga Melati (Jaminum sambac) Dengan Metode Enflurage Menggunakan
Vaselin Album dan Margarin Kuning. Jurnal Permata Indonesia Volume 8,
Nomor 1, pp: 67-78
Sani, N.S., Racchmawati, R., dan Mahfud. 2014. Pengambilan Minyak Atsiri dari
Melati dengan Metode Enfleurasi dan Ekstraksi Pelarut Menguap. Jurnal
Teknik Pomits Volume 1, Nomor 1, pp: 1-4
Sutjan, dkk. 2009. Pengaruh Perlakuan Daun dan Suhu Terhadap Waktu Distilasi
pada Isolasi Minyak Cengkeh Menggunakan Super Steam Distillation. Jurnal
Teknik Kimia Indonesia Vol. 08 No. 02
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai