Anda di halaman 1dari 16

Penurunan Nilai Aset

Dalam Perspektif IFRS


Oleh Tomi Ginting, SE, MM, AK, CA

ABSTRACT
At each reporting date or on an annual basis, an entity should review owned all assets for
indicators of impairment. The goals of impairment tested to ensure that asssets are carried at
an amount not excess of their recoverable amount or decline in value low its original costs.
Measuring of Impairment value for tangible and intangible assets for as example property,
plant, equipment, goodwil, and cash generating unit is compare with carrying amount and
recoverable amount. If carrying amount is higher than recoverable amount, the difference is
an impairment loss. If the recoverable amount is greater than carrying amount, no imparment
is recorded. Recoverable amount is defined as the higher of fair value less costs to sell or
value in use. Fair value less cost to sell means what the assets could be sold for after
deducting costs of disposal. Value in use is the present value of cash flows expected from the
future use and eventual sale of the asssets at the end of its useful life.
Other assets for impairment value tested inventory is compare with cost or net realizable
value.impairment test for Receivable is individually significant and group or collectively
receivables , and impairment for held-for-collection investment.

Latar Belakang Masalah


Aset adalah sumber daya yang diperoleh masa lalu, dimiliki dan dikendalikan, dan
memiliki manfaat ekonomis bagi entitas. Dalam standar yang dikeluarkan FASB issue
penurunan nilai tidak menjadi begitu penting karena dasar yang digunakan dalam menyusun
standar FASB adalah Rule Bases. Dengan Rule Bases tersebut entitas tidak diwajibkan
melakukan evaluasi penurunan nilai aset setiap akhir periode. Misalnya untuk aset tidak
lancar nilai dicatat menggunakan biaya masa lalu (historical cost) artinya aset tersebut selalu
dicatat sebesar biaya saat perolehannya. Akan tetapi hal ini berbeda dengan standar IFRS,
dimana standar IFRS menggunakan dasar Principles Basedimana setiap akhir periode pada
saat membuat laporan keuangan perusahaan harus melakukan evaluasi terhadap aset yang
dimilikinya. Tujuan evaluasi aset tersebut untuk memastikan apakah telah terjadi penurunan
nilai aset atau dengan kata lain apakah ada indikasi perubahan aliran kas pada masa yang
akan datang
Salah satu issue penting dalam konvergensi penerapan International Financial
Reporting Standard (IFRS) per 1 Januari 2012 di Indonesia adalah adanya evaluasi
Penurunan Nilai (impairment value) aset yang dimiliki perusahaan setiap akhir periode.
Misalnya evaluasi aset tidak lancar; gedung, peralatan, goodwill, hak paten, unit penghasil
kas, dan sebagainya. Sedangkan untuk aset lain, misalnya evaluasi piutang, persediaan, dan
aset invesatasi dalam surat berharga. Evaluasi penurunan nilai aset setiap tanggal pembuatan
laporan keuangan atau setiap akhir periode akan semakin kompleks dan sulit dalam
pembuatan dan penyajian laporan keuangan, ini disebabkan dalam menentukan nilai aset
yang akan dicatat dalam laporan keuangan diperlukan keahlian khusus untuk mengestimasi
secara andal nilai aset tersebut. Faktor lain yang berpengaruh dalam evaluasi penurunan nilai
aset adalah kinerja perusahaan. Jika terjadi penurunan nilai aset perusahaan, maka menurut
standar IFRS harus diakui sebagai kerugian pada periode tersebut. Pengakuan kerugian
penurunan nilai aset berpengaruh terhadap laba perusahaan akan turun. Sedangkan untuk
tujuan pajak tidak semua jenis perusahaan boleh mengakui kerugian penurunan nilai
(impairment loss) tersebut. Dengan kata lain kerugian tersebut akan dilakukan koreksi.

1
Artikel ini hanya membahas bagaimana perlakukan akuntansi terhadap penurunan nilai
aset. Artikel dimulai dengan membahas penurunan nilai aset menurut PSAK 48 atau IAS 36
untuk aset tidak lancar, misalnya gedung peralatan, unit penghasil kas, goodwill, dan
sebagainya. Penurunan nilai menurut PSAK 50 dan 50, atau IAS 39 dan PSAK 14 atau IAS 2
terdiri dari Penurunan nilai piutang, penurunan nilai persediaan penurunan nilai investasi
dalam surat berharga. Dan artikel ini diakhiri dengan menjelaskan bagaimana pengukapan
yang seharusnya dilakukan jika terjadi rugi penurunan nilai aset dan kesimpulan..

PENURUNAN NILAI ASET TIDAK LANCAR


Sumber informasi atau indikator dalam menentukan telah terjadi penurunan nilai adalah
sumber informasi eksternal dan sumber informasi internal

Sumber informasi eksternal


1. Market value
Nilai pasar asset perusahaan mengalami penurunan melebihi kondisi normal yang
diharapkan selama periode tersebut. Misalnya turunnya produktivitas perusahaan dan
tekanan dari pesaing
2. Entitys Enviroment/Market
Adanya perubahan yang signifikan yang diharapkan terjadi dalam entitas. Misalnya
perubahan teknologi, pasar, ekonomi, dan hukum, sehingga dengan perubahan tersebut
market share perusahaan mengalami perubahaan yang sangat sinigfikan
3. Interest Rates
Adanya kenaikan tingkat suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi selama
periode berjalan, dimana kenaikan tersebut berpengaruh secara material terhadap
perubahan tingkat diskonto dalam menilai present value untuk arus kas pada masa yang
akan datang.
4. Market Capitalisation
Nilai tercatat (carrying amount) dari asset bersih lebih besar dari pada kapitalisasi
pasarnya. Atau dengan kata lain adanya penurunan harga saham (stock price) di bawah
nilai bukunya (book value)

Sumber informasi internal


1. Terjadinya bukti keusangan atau kerusakan fisik pada aset tersebut
2. Terjadinya perubahan yang signifikan dengan pengaruh negatif pada periode tertentu atau
dalam waktu dekat atas cara dan bagaimana aset digunakan atau diharapkan akan
digunakan. Perubahan ini termasuk aset yang manjadi menganggur, pabrik berhenti
operasi atau restrukturisasi operasional dimana aset tersebut beralokasi, rencana untuk
melepaskan aset sebelum tanggal yang diharapkan sebelumnya, dan penilaian ulang umur
aset menjadi terbatas dari tidak terbatas.
3. Kinerja ekonomis sangat buruk dari pada yang diharapkan termasuk hasil operasi dan arus
kas perusahaan.

Aset Tidak Lancar Berwujud Secara Individual


Penyajian aset tidak lancar menurut dari IAS 36 atau PSAK 48 bahwa jumlah nilai
yang tercatat aset yang disajikan tidak melebihi jumlah yang dipulihkan. Dengan demikian
maka setiap akhir periode entitas perlu melakukan penilaian terhadap aset tidak lancar secara
individual sebelum membuat laporan keuangan. Tujuan dari penilaian tersebut adalah untuk
mengetahui apakah telah terjadi penurunan nilai aset atau tidak?. Penurunan nilai
(impairment value) aset tidak lancar individual tejadi apabila jumlah nilai tercatat (carrying

2
amount) lebih besar dari pada jumlah yang dipulihkan (recoverable amount). Jumlah nilai
tercatat adalah selisih antara biaya (orginal cost) dengan akumulasi penyusutan. Jumlah nilai
tercatat aset akan mengalami perubahan setiap akhir periode. Sedangkan jumlah yang
dipulihkan adalah nilai yang tertinggi antara nilai wajar dikurangai dengan biaya untuk
menjual (fair value less cost to sell) dengan nilai pakai (value in use). Di bawah ini gambar
yang menjelaskan bagaimana proses dalam penentuan penurunan nilai aset

Gambar 1.1 : Proses Penentuan Penurunan Nilai

Carrying Recoverable
Amount Dibandingkan Amount

Nilai tertinggi

Fair Value Less Value in Use


Cost to Sell

Jumlah yang Dipulihkan (Recoverable Amount)


Nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangai biaya untuk menjual (fair value less cost to sell)
atau harga penjualan bersih (net selling price) dengan nilai pakai (value ini uses). Hal lain
yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah yang dipulihkan adalah:
Jika jumlah nilai wajar dikurangai biaya untuk menjual atau jumlah nilai pakai melebihi
jumlah nilai tercatat, maka tidak perlu menghitung jumlah yang dipulihkan karena tidak
ada penurunan nilai.
Jika jumlah nilai wajar dikurangai biaya untuk menjual tidak dapat ditentukan, maka
penentuan jumlah yang dipulihkan menggunakan jumlah nilai pakai.
Untuk aset yang dihentikan, maka jumlah yang dipulihkan menggunakan jumlah nilai
wajar dikurangai biaya untuk menjual

Nilai Dipakai (value In Use)


Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan nilai dipakai adalah:
(a) Mengestimasi aliran kas yang diharapkan entitas dalam memperoleh aset tersebut dalam
transaksi wajar (arms length transaction).
(b) Mengekspetasi tentang kemungkinan penyimpangan dalam jumlah atau waktu aliran kas
pada masa yang akan datang.
(c) Nilai waktu uang disajikan dengan tingkat suku bunga pasar bebas risiko saat ini. Atau
menentukan nilai sekarang (present value) dengan menetapkan tingkat discoun rate pada
setiap periode aliran kas.
Aliran kas projek berdasarkan alasan yang kuat dan didukung dengan bukti-bukti, misalnya
anggaran saat ini. Dan aliran kas juga harus mempertimbangkan kondisi aset saat ini.
Estimasi aliran kas tidak mencakup aliran kas masuk atau aliran kas keluar dari aktivitas
pendanaan atau pembayaran atau penerimaan dari pajak penghasilan

3
Menentukan Discount Rate
Dalam menetapkan discount rate seharusnya berdasarkan tarip sebelum pajak (pretax rate)
karena tarip tersebut menunjukkan penilaian pasar saat ini dari nilai waktu uang dan risiko
khusus dari aset tersebut. Atau tingkat discount rate dapat juga ditentukan dengan tingkat
pengembalian (rate of return) dari investor.
Apabila tarip pasar aset tidak dapat ditentukan, maka tarip tersebut seharus menunjukkan
nilai waktu uang selama umur aset tersebut, misalnya risiko negara (country risk), risiko mata
uang (currency risk), risiko harga (price risk) dan risiko aliran kas (cash flow risk). Secara
umum pertimbangan dalam menentukan discount rate adalah:
Rata-rate tertimbang dari biaya modal (cost of capital) yang dimiliki perusahaan
Kenaikan atau tambahan tarip pinjaman perusahaan (incremental borrowing rate)
Tarip pinjaman pasar lainnya

Ilustrasi 1: Penentuan Nilai Pakai


Perusahaan Ginting memiliki sebuah mesin dengan nilai buku per 31 Desember 2010 sebesar
Rp 246.000.000. Berdasarkan analisi arus kas masuk dan arus kas keluar untuk beberapa
tahun ke depan adalah sebagai berikut;
Tahun Pendapatan Biaya, Tidak Termasuk Penyustan
2011 Rp 150.000.000 Rp56.000.000
2012 160.000.000 84.000.000
2013 130.000.000 110.000.000
2014 40.000.000 30.000.000
Jumlah Rp 480.000.000 Rp 280.000.000

Discount rate yang ditetapkan dengan mempertimbangkan risiko adalah sebesar Rp 5%.
Maka jumlah nilai pakainya adalah sebesar Rp 183.961.800. adapun perhitungan jumlah nilai
pakai ditunjukkan di bawah ini.
Tahun Arus Kas Faktor Nilai Sekarang Arus Kas Bersih
Nilai Sekarang
2011 Rp 94.000.000 0,95238 Rp 89.523.720
2012 76.000.000 0,90703 68.934.280
2013 20.000.000 0,86384 17.276.800
2014 10.000.000 0,82270 8.227.000
Jumlah Rp 183.961.800
* 1
(1 + 5%)1 = 0,95238

Nilai Wajar Dikurangai Biaya untuk Menjual


Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan nila wajar dikurangai biaya untuk
menjual ( fair value less costs to sell) adalah:
(a) Fair value adalah harga yang disepakati antara pembeli dan penjual, dan harga tersebut
dikurangai dengan biaya untuk pelepasan aset
(b) Atau jika pasar aktif maka fair value adalah harga pasar (market price). Harga pasar
merupakan harga penawaran sekarang atau harga transaksi sekarang yang pembeli mau
membayar dikurangai dengan biaya untuk pelepasan aset
(c) Jika pasarnya tidak aktif, maka fair value adalah menggunakan estimasi terbaik dalam
menentukan harga penjualan aset atau jumlah yang dibayar untuk transaksi penjualan
saat ini dalam transaksi wajar dikurangai dengan biaya untuk pelapasan aset.
(d) Biaya pelepasan (cost of disposal) adalah tambahan biaya untuk memindahkan aset
tersebut sampai siap untuk dijual.

4
Ilustrasi 2; Penentuan Penurunan Nilai Aset
Perusahaan Petra saat ini melakukan pengujian penurunan nilai terhadap peralatan yang
dimilikinya. Diketahui nilai tercatat peralatan 31 Maret 2003 sebesar Rp 200.000.000, dengan
estimasi masa manfaat 5 tahun dan pada akhir masa manfaat ekspetasi nilai sisa sebesar Rp
10.000.000.
Estimasi arus kas selama lima tahun yang akan datang adalah sebagai berikut:

Untuk Tahun Estimasi


Yang Berakhir Aliran Kas
31 Maret 2004 100.000.000
31 Maret 2005 60.000.000
31 Maret 2006 60.000.000
31 Maret 2007 40.000.000
31 Maret 2008 40.000.000

Pada tanggal 31 Maret 2003 diketahui nilai wajar dikurangai biaya untuk menjual (fair value
less cost to sell) sebesar Rp 140.000.000 dan tingkat discount rate 25%. Maka dalam
menentukan apakah telah terjadi penurunan nilai aset atau tidak dengan membandingkan
antara jumlah nilai tercata dengan jumlah biaya yang dipulihkan. Adapun perhitungannya
adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Value in use


Nilai Sekarang
Tahun Arus Kas Discount rate 25% Arus Kas
31 Maret 2004 100.000.000 0,80 80.000.000
31 Maret 2005 60.000.000 0,64 38.400.000
31 Maret 2006 60.000.000 0,512 30.720.000
31 Maret 2007 40.000.000 0,410 16.400.000
31 Maret 2008 50.000.000 0,328 16.400.000
Rp181.920.000
* Cash inflow tahun 31 Maret 2008 adalah Rp 50.000.000 (hasil jumlah arus kas masuk sebesar Rp
40.000.000 pada 31 Maret 2008 ditambah dengan nilai sisa sebesar Rp 10.000.000)
1
* Discount rate 31 Maret 2008 adalah (1 + 25%)1 = 0,8

2. Jumlah yang dipulihkan


Jumlah yang dipulihkan (recoverable amount) yang tertinggi antara value in use Rp
181.920.000 dan fair value less cost to sell sebesar Rp 140.000.000. maka jumlah yang
dipulihkan sebesar Rp 181.920.000
3. Rugi penurunan nilai
Rugi penurunan nilai terjadi karena jumlah yang tercatat lebih besar daripada jumlah yang
dapat dipulihkan. Maka rugi penurunan nilai yang diakui sebesar Rp 18.080.000 (Rp
200.000.000 Rp 181.920.000).
Maka jurnal untuk mencatat penurunan nilai tersebut adalah sebagai berikut:

Loss on Impairment 18.080.000


Accumulated Depreciation- Equipment 18.080.000

5
Rugi penurunan nilai akan dilaporkan pada laporan laba-rugi di bagian pendapatan dan beban
lain-lain (other income and expense section). Sedangkan di neraca peralatan yang disajikan
menggunakan jumlah yang dipulihkan. Oleh sebab itu perhitungan bebab penyusutan pada
akhir 2004 mengalami perubahan. Diasumsikan peralatan tersebut memiliki masa manfaat 5
tahun dan penyusutan menggunakan garis lurus. Maka beban penyusutan pada akhir tahun
2004 adalah sebesar Rp 34.384.000

181.920.000 10.000.000
= = Rp 34.384.000
5
Pemulihan Rugi Penurunan Nilai
Setelah mencatat rugi penurunan nilai, maka jumlah yang dipulihkan sebagai dasar untuk
menilai penurunan nilai pada masa yang akan datang untuk aset tersebut. Pemulihan Rugi
penurunan nilai (reversal of impairment loss) terjadi apabila pada masa yang akan datang
jumlah yang dipulihkan melebihi jumlah tercatat, maka penurunan nilai aset tidak ada? Pada
kondisi tersebut terjadi pemulihan rugi penurunan nilai. Prinsip pemulihan rugi penurunan
nilai aset adalah pemulihan nilai aset tidak dapat melebih nilai tercatat aset sebelum terjadi
penurunan nilai.
Menggunakan ilustrasi diatas. Pada akhir tahun 2004 nilai tercatat peralatan tersebut sebesar
Rp 147.536.000 (181.920.000 34.384.000). Apabila pada akhir tahun 2004 jumlah yang
dipulihkan (recoverrable amount) peralatan sebesar Rp 162.536.000. Maka jurnal untuk
mencatat pemulihan nilai adalah sebagai berikut:

Accumulated Depreciation-Equipment 15.000.000


Recovery of Impairment Loss 15.000.000

Rugi pemulihan nilai aset akan dilaporkan pada a) laporan laba-rugi pada bagian pendapatan
dan beban lain-lain, b) adanya penyesuaian dalam perhitungan beban penyusutan pada
periode masa yang akan datang.

UNIT PENGHASIL KAS


Dalam IAS 36 menjelaskan bahwa Unit Penghasil Kas (cash generating unit) terjadi apabila
jumlah yang dipulihkan (recoverable amount) secara individual aset tidak dapat ditentukan,
maka dalam menentuka n jumlah yang dapat dipulihkan adalah menggunakan unit penghasil
kas. Unit penghasil kas adalah group aset yang dapat diindentifikasi secara terkecil dari aset
dimana secara terus menerus menghasilkan aliran kas masuk secara independen. Misalnya
penentuan unit penghasil kas berdasarkan produck line, bisnis, segment (lokasi), dan
sebagainya.
Dalam mengalokasikan penurunan nilai pada unit penghasil kas ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain; a) apakah unit penghasil kas tersebut tidak termasuk goodwill?, b)
apakah unit penghasil kas ada goodwill?, dan c) apakah unit penghasil kas pada corporate
assets?

Unit Penghasil Kas Tidak Termasuk Goodwill


Penurunan nilai pada unit penghasil kas tidak termasuk goodwill dialokasikan berdasarkan
berdasarkan Pro-Rata. Pro-Rata adalah alokasi kerugian penurunan nilai aset dilakukaan
secara proposional berdasarkan jumlah yang tercatat dari setiap aset tersebut.

ilustrasi 3;
Diketahui penurunan nilai aset untuk unit penghasil kas sebesar Rp 12.000. unit penghasil
kas terdiri dari aset gedung, peralatan, dan aset tanah. Jumlah yang tercatat untuk setiap aset

6
adalah; Gedung Rp 500.000, dan Peralatan Rp 250.000., dan tanah 150.000. Alokasi
penurunan nilai aset pada unit penghasil kas adalah sebagai berikut:

Jumlah yang Alokasi rugi Jumlah Tercatat


Tercatat Proposional Penurunan Nilai Bersih
Gedung Rp 600.000 (600/1000) x 12 7.200 592.800
Peralatan 250.000 (250/1000) x 12 3.000 247.000
Tanah 150.000 (150/1000) x 12 1.800 148.200
1.000.000 12.000

Misal diasumsikan nilai wajar dikurangai biaya untuk menjual untuk gedung diketahui Rp
595.000, maka nilai tercatat maksimum gedung sebesar Rp 595.000. maka rugi penurunan
nilai hanya diakui sebesar Rp 5.000 bukan Rp 7.200. dan sisanya sebesar Rp 2.200 (7.200
[600.000 595.000] dialokasikan ke peralatan dan tanah. Adapun perhitungannya adalah
sebagai berikut:
Jumlah yang Alokasi rugi Jumlah Tercatat
Tercatat Proposional Penurunan Nilai Bersih
Gedung 595.000
Peralatan Rp 247.000 (247/395,2) x 2.200 1.375 245.625
Tanah 148.200 (148,2/395,2) x 2.200 825 147.375
395.200 2.200

Jurnal mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:


Loss on Impairment 12.000
Accumulated Depreciation-Building 5.000
Accumulated Depreciation-Equipment 4.375
Land 2.625

Unit Penghasil Kas Termasuk Goodwill


IFRS No 3 tentang penggabungan usaha. Metode yang digunakan dalam penggabungan usaha
adalah metode pembelian. Metode pembelian menggunakan nilai wajar aset bersih (nilai
wajar aset dikurangai dengan kewajiban) dalam penggabungan usaha, oleh sebab itu apabila
terjadi biaya akuisisi melebihi nilai wajar aset bersih yang dapat diindentifikasi maka akan
menghasilkan goodwill. Dalam hal penurunan nilai aset untuk unit penghasil kas termasuk
goodwill, maka menurut IAS 36 rugi penurunan nilai dialokasikan seluruhnya ke goodwill,
dan apabila masih ada sisa penurunan nilai, maka dialokasikasn secara pro rata-rata ke aset
yang lain.

Ilustrasi 4
Diketahui nilai tercatat aset bersih unit penghasil kas adalah;
Goodwill 10.000.000
Gedung 20.000.000
Peralatan 30.000.000
Jumlah yang dipulihkan (recoverable amount) sebesar Rp 45.000.000
Maka rugi penurunan nilai sebesar Rp 15.000.000 (60.000.000 45.000.000), maka rugi
penurunan nilai pertama dialokasikan ke goodwill dan sisanya ke aset lain. Adapun alokasi
rugi penurunan nilai adalah sebagai berikut:

7
Goodwill Gedung Peralatan Jumlah
Nilai tercatat 10.000.000 20.000.000 30.000.000 60.000.000
Rugi Penurunan (10.000.000) (2.000.000) (3.000.000) (15.000.000)
Nilai tercatat setelah
penurunan - 18.000.000 27.000.000 45.000.000
*Gedung Rp 2.000.000 = [(20.000.000/50.000.000) x 5.000.000]
*50.000.000 = (20.000.000 + 30.000.000) adalah hasil jumlah nilai tercatat gedung dan peralatan, sedangkan Rp
*5.000.000 (selisih antara 15.000.000 dikurangai Rp 10.000.000)

Unit Penghasil Kas Termasuk Corporate Assets


Unit penghasil kas pada corporate asset,s adalah aset yang dimiliki oleh kantor pusat,
misalnya gedung, peralatan, dan sebagainya, dimana dapat diindentifikasi arus kas secara
individual aset. Oleh sebab itu karena aset kantor pusat merupakan ba gian intergal dalam
menghasilkan aliran kas secara tidak independen pada unit penghasil kas, maka perlu
dilakukan pengujian penurunan nilai pada setiap aset yang bermanfaat jangka panjang.

ilustrasi 5
Diasumsikan perusahaan memiliki tiga penghasil unit yaitu A, B, dan C dengan nilai tercatat
sampai akhir 2010 masing-masing adalah Rp 100.000, Rp 150.000, dan Rp 200.000. dimana
ada dua corporate aset; gedung kantor pusat nilai tercatat sebesar Rp 150.000, dan pusat
penelitian nilai tercatat sebesar Rp 50.000. estimasi sisa masa manfaat unit penghasil kas A
adalah 10 tahun dan sisa masa manfaat B dan C, dan kantor pusat sebesar 20 tahun.

Akhir tahun 2010 A B C Total


Nilai Tercatat 100.000 150.000 200.000 450.000
Masa Manfaat 10 tahun 20 tahun 20 tahun
Rata-rata masa manfaat 1 2 2
Nilai tercatat setelah rata-rata 100.000 300.000 400.000 800.000
Alokasi pro rata-rata gedung 12,5% 37,5% 50% 100%
(100/800) (300/800) (400/800)

18.750 56.250 75.000 150.000

Alokasi dari jumlah


tercatat gedung
Nilai tercatat setelah alokasi
gedung 118.750 206.250 275.000 600.000

Untuk setiap unit penghasil kas, nilai tercatat aset dibandingkan dengan jumlah yang dapat
dipulihkan. Misalnya jumlah yang dapat dipulihkan untuk semua produk adalah sebagai
berikut:
A B C Entitas
Jumlah yang dapat dipulihkan 199.000 164.000 271.000 720.000

Maka rugi penurunan nilai untuk setiap produk dapat ditentukan sebagai berikut
A B C
Nilai tercat 118.750 206.250 275.000
Jumlah yang dipulihkan 199.000 164.000 271.000
Rugi penurunaan nilai 0 42.250 4.000

8
Rugi penurunan nilai dialokasikan ke aset unit B dan C secara proposional terhadap nilai
tercatat, mencakup alokasi gedung pusat adalah sebagai berikut:
B C
Ke Gedung kantor pusat 11.523 [ 42.250 x 56.250/206.250] 1.091 [4.000 x 75/275]
Ke aset lain 30.727 [42.250 x 150.000/206.250] 2.909 [ 4.000 x 200/275]
42.250 4.000

Sedangkan aset pusat penelitian dan pengembangan tidak dialokasikan ke dalam unit aset.
Karena ada kesulitan dalam menentukan arus kas pada masa yang akan datang pada aktivitas
penelitian dan pengembangan. Maka jumlah aset yang disajikan setelah melakukan pengujian
rugi penurunan nilai adalah sebagai berikut:

A B C Gedung Penelitian Entitas


&
Pengembangan
Nilai tercatat
awal 100.000 150.000 200.000 150.000 50.000 650.000
(30.727) (2.909) (12.614) (46.250)
Nilai tercat
akhir 100.000 119.273 197.091 137.386 50.000 603.750
Jumlahyang
Dipulihkan 720.000

Gedung kantor pusat mengalami penurunan nilai dari 150.000 menjadi 137.386. Sedangkan
rugi penurunan nilai entitas tidak terjadi, sebab jumlah yang dipulihkan lebih besar dari nilai
tercatat

Aset Tidak Lancar Tidak Berwujud


Penurunan Nilai Goodwill
Setiap akhir tahun (akhir periode) entitas melakukan pengujian penurunan nilai terhadap
goodwill. Dalam melakukan pengujian penurunan nilai goodwill harus dialokasikan ke unit
penghasil kas atau group aset yang diharapkan memberikan manfaat pada penggabungan
usaha.

Ilustrasi 6
Saat ini PT Karya memiliki tiga divisi. Salah satu divisi tersebut dibeli empat lalu dengan
harga Rp 2.000.000. beberapa tahun setelah pembelian perusahaan mengalami kerugian
khusus yang dibeli tersebut. Karena mengalami kerugian untuk beberapa tahun, manajemen
PT Karya melakukan evaluasi aset bersih termasuk goodwill sebesar Rp 900.000. di bawah
ini hasil evaluasi aset bersih termasuk goodwill adalah sebagai berikut:

Aset tidak lancar bersih Rp 800.000


Goodwill 900.000
Persediaan 700.000
Piutang 300.000
Kas 200.000
Liabilitas (500.000)
Aset bersih Rp 2.400.000

9
Hasil evaluasi penurunan nilai jumlah yang dipulihkan sebesar Rp 1.900.000. maka
pencatatan rugi penurunan nilai adalah sebagai berikut;

Jumlah dipulihkan divisi Rp 1.900.000


Aset bersih diindentifikasi (2.400.000)
Rugi Penurunnan nilai Rp 500.000
Jurnal yang dibuat untuk mencatat kerugian penurunan nilai goodwill tersebut adalah sebagai
berikut;

Loss on Impairment 500.000


Goodwill 500.000
Apabila pada periode yang akan datang jika divisi tersebut mengalami peningkatan kinerja,
maka divisi tersebut tidak diperbolehkan melakukan pemulihan kembali nilai terhadap
goodwill. Dengan kata lain pada aset tidak lancar hanya goodwill tidak diperbolehkan
melakukan pemulihan kembali.

Penurunan Nilai Piutang


Setiap periode pelaporan entitas seharusnya mengevaluasi terhadap piutang yang dimilikinya
apakah telah terjadi penurunan nilai piutang atau tidak?. Tujuan evaluasi penurunan piutang
karena mempengaruhi estimasi aliran kas pada masa yang akan datang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penurunan piutang karena a) adanya kesulitan keuangan pelanggan, b)
kegagalan pembayaran, c) adanya negeosiasi kembali pada saat piutang jatuh tempo, dan d)
adanya penurunan estimasi aliran kas pada masa yang akan datang secara group piutang pada
awal pengakuan, meskipun penurunan tersebut tidak dapat diidentifikasi secara invudual
dalam group piutang.
Teknik perhitungan penurunan nilai piutang adalah sebagai berikut;
1) Jika jumlah piutang signifikan secara individual, maka evaluasi penuruan nilai
seharusnya dipisah, tapi jika jumlah penurunan nilai piutang secara individual tidak
signifikan, maka sebaiknya diabaikan
2) Jika penurunan nilai piutang dilakukan secara group, maka group piutang tersebut
seharusnya memiliki karakteristik risiko yang sama atau mirip sama
3) Setiap piutang penilainya tidak secara individual, maka seharusnya penurunan nilai
dilakukan secara kolektif (collectively assessed).

Ilustrasi 7
Penurunan Piutang secara Individual
PT AAA memberikan pinjaman kepada PT BBB pada tanggal 1 Januari 2009 sebesar
1.000.000.000 pada suku bunga 10% per tahun terutang setiap 31 Desember dan pokok
pinjaman akan dilunasi setelah 3 tahun. Pada 31 Desember 2010, PT BBB mengalami
kesulitan keuangan dan tidak mampu membayar bunga yang jatuh tempo 31 Desember 2010,
yang telah di-akrue oleh PT AAA. Telah disepakati untuk restrukturisasi sebagai berikut:
Peminjam dibebaskan dari pembayaran bunga yang telah di-akrue Rp 100.000.000.
Jumlah pinjaman menjadi Rp 800.000.000 dan tanpa bunga
Peminjam akan membayar Rp 200.000.000 pada tanggal 31 Desember 2011 dan Rp
600.000.000 pada tanggal 31 Desember 2012

Jumlah yang dimiliki peminjam 31 Desember Rp 1.100.000.000


(-) PV dari pembayaran Kas di Masa Datang
Rp 200.000.000 (PVF 10%,1 ) + Rp 600.000.000 (PVF10%,2)
10
Rp 200.000.000 (0,9090) + 600.000.000 (0,8264) 677.640.000
Rugi penurunan nilai Rp 422.360.000

Maka jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut;


Loss on Impairment 422.360.000
Account Receivables/ Allowance for Doubtful Accounts 422.360.000
Ilustrasi 8
Penurunan Piutang secara Group
Diasumsikan PT Ginting melakukan klasifikasi piutangnya secara individual yang jumlahnya
signifikan dan sedangkan jumlah yang tidak signifikan dibuat dalam satu group. Adapun
klasifikasi piutang tersebut adalah sebagai berikut;

Jumlah Piutang yang signifikan secara individual


PT Tarigan Rp 80.000.000
PT Sembiring 200.000.000
PT Bangun 120.000.000
PT Karo 100.000.000 500.000.000
Piutang Lain-lain 1.000.000.000
Total 1.500.000.000

PT Ginting menentukan bahwa untuk PT Tarigan penurunan nilai sebesar Rp 30.000.000, dan
PT Karo semua jumlahnya tidak dapat ditagih, sedangkan piutang kepada PT Sembiring dan
PT Bangun tidak mengalami penurunan nilai. PT Ginting menentukan 2% akan terjadi
penurunan nilai untuk jumlah piutang lain-lain. Maka jumlah penurunan piutang akan dicatat
sebagai berikut:
Penurunan Nilai Piutang
Penilaian Piutang Individual
PT Tarigan 30.000.000
PT Karo 100.000.000
Penilai Piutang Kolektif
Jumlah piutang lain 1.000.000.000
(+) PT Sembiring 200.000.000
PT Bangun 120.000.000
Jumlah kolektif penilain piutant Rp 1.320.000.000
Penilai penurunan piutang kolektif (Rp 1.320.000.000 x 2%) 26.400.000
Jumlah penurunan nilai diakui Rp 156.400.000

Penurunan Nilai Persediaan


Pencatatan nilai persediaan secara umum dicatat berdasarkan biaya, akan tetapi apabila
terjadi kerusakan fisik, adanya perubahan harga, penyusutan persediaan. Maka kondisi
tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan nilai persediaan. Dengan kondisi tersebut
maka sebaiknya penilaian menggunakan metode Terendah Biaya atau Nilai Realisasi Bersih
(Lower Cost or Net Realizable Value) dan bukan menggunakan metode biaya.

Nilai Realisasi Bersih

11
Nilai realisasi bersih adalah jumlah bersih yang diharapkan entitas terrealisasi atas penjualan
persediaan dalam kondisi normal. Nilai realisasi bersih secara umum di bawah biaya (cost)
ini disebabkan beberapa faktor, antara lain;
Penurunan harga jual. misalnya untuk persediaan pakaian
Adanya fisik persediaan berubah. misalnya persediaan buah atau sayur
Adanya kerusakan atau cacat fisik persediaan. Misalnya persediaan untuk elektronik
Keputusan. Merupakan strategi marketing untuk menjual produk dalam kondisi rugi.
Strategi ini dilakukan untuk produk baru.
Kesalahan penghitungan atau kesalahan lain dalam pembelian atau produksi.
Misalnya terjadi kelebihan stock persediaan

Penenentuan nilai realisasi bersih harus berdasarkan bukti yang andal pada saat dilakukan
estimasi nilai persediaan. Estimasi yang perlu diperhatikan antara lain; a) harga jula yang
diharapkan, b) jika estimasi biaya untuk menyelesaikan, dan c) estimasi biaya penjualan
Ilustrasi 9
Perusahaan Petra Menghasilkan lima produk yaitu Produk A, B, C, D, dan E. Di bawah ini
biaya, estimasi nilai jual, dan biaya untuk menyelesaikan dari kelima produk tersebut;

Produk Biaya Estimasi Biaya untuk


Nilai Jual Menyelesaikan
A Rp 200.000 Rp 250.0000 Rp 50.000
B 400.000 400.000 80.000
C 600.000 1.000.000 100.000
D 500.000 600.000 200.000
E 100.000 120.000 25.000

Berdasarkan informasi di atas nilai realisasi bersih untuk setiap persediaan adalah sebagai
berikut;

Produk Estimasi Nilai Jual dikurangai Nilai Realisasi Bersih


Biaya untuk Menyelesaikan (NRB)
A 250.000 - 50.000 200.000
B 400.000 80.000 320.000
C 1.000.000 100.000 900.000
D 600.000 200.000 400.000
E 120.000 25.000 95.000

Setelah menentukan nilai realisasi bersih selanjutnya dapat ditentukan nilai persediaan
berdasarkan metode yang terrendah antara biaya atau nilai realisasi bersih

Produk Biaya NRB Terendah Biaya Kuantitas Jumlah Nilai


atau NRB Persediaan Persediaan
A Rp 200.000 200.000 Rp 200.000 10 Rp 2.000.000
B 400.000 320.000 320.000 25 8.000.000
C 600.000 900.000 600.000 30 18.000.000
D 500.000 400.000 400.000 15 6.000.000
E 100.000 95.000 95.000 20 1.900.000
Jumlah nilai persediaan berdasarkan metode Terendah antra Biaya dan
Nilai Realisasi Bersih Rp 35.900.000

12
Jurnal dibuat untuk menyesuaikan nilai persediaan ke nilai realisasi bersih adalah sebagai
berikut;
Inventory write-down expense 3.600.000
Inventory 3.600.000

Untuk mencatat nilai realisasi persediaan


A = 80.000 x 25 = 2.000.000
B = 100.000 x 15 = 1.500.000
C = 5000 x 20 = 100.000
3.600.000

Penurunan Nilai Investasi dalam Surat Utang


Setiap tanggal pelaporan entitas seharusnya mengevaluasi investasi dalam surat utang (held-
for collection) apakah telah terjadi penurunan nilai atau tidak?. Rugi penurunan nilai terjadi
apabila nilai wajar (fair value) dari investasi tersebut di bawah nilai tercatatnya. Faktor yang
menyebabkan rugi penurunan nilai tersebut terjadi karena investee mengalami kebangkrutan
atau krisis likuidasi oleh sebab itu investor kemungkinan sulit mengumpulkan kas dari setiap
termin kontrak tersebut atau dengan kata lain investor akan mengalami kerugian yang
permanen.
Jika perusahan telah menentukan terjdi kerugian investasi maka setiap sekuritas secara
individual dicatat menggunakan dasar biaya amortisasinya (amortized cost basis) untuk
menunjukkan rugi penuruanan nilai.

Ilustrasi 10
Pada tanggal 31 Desember 2010 PT Petra membeli surat utang PT Jose sebesar Rp 400.000.
dimana umur invesatasi tersebut selama 4 tahun, tingkat bunga efektif 10% dan periode
pembayaran dilakukan setiap akhir tahun. Di bawah ini kontrak, ekspetasi dan rugi aliran kas
selama empat tahun.

Kontrak Ekspektasi Rugi


31 Des Aliran Kas Aliran Kas Aliran Kas
2011 Rp 40.000 Rp 32.000 Rp 8.000
2012 40.000 32.000 8.000
2013 40.000 32.000 8.000
2014 440.000 432.000 8.000
Total Aliran Kas 560.000 528.000 32.000

Ekspetasi aliran kas sebesar Rp 528.000 kurang dari kontrak aliran sebesar Rp 560.000. maka
jumlah penurunan nilai dicatat sama dengan perbedaan antara investasi yang dicatat dan nilai
sekarang dari eskpetasi aliran kas. Perhitungannya ditunjukkan di bawah ini;

13
Investasi Dicatat Rp 400.000
(-) Nilai sekarang dari Rp 400.000, 4 tahun, bunga 10%
(Rp 400.000 x .68301) 273.204
Nilai sekarang dari piutang bunga tahunan
Rp 32.000 Umur 4 tahun, bunga 10%
(32.000 x 3,16986) 101.435 374.639
Rugi penurunan nilai Rp 25.361

Maka rugi penurunan nilai diakui sebesar Rp 25.361, tapi bukan Rp 32.000 (Rp 560.000 Rp
528.000) karena untuk mengukur rugi penurunan nilai harus menggunakan jumlah dari nilai
sekarang (present value). Maka jurnal untuk mencatat adalah sebagai berikut ;

Loss on Impairment 25.361


Debt Investment 25.361

Pengukapan
1. Entitas harus mengukapkan untuk masing-masing kelompok aset, sebagai berikut:
a) Jumlah kerugian penurunan nilai diakui dalam laporan laba-rugi selama periode dan
pos dalam laba-rugi dimana ada kerugian penurunan nilai tersebut termasuk
didalamnya.
b) Jumlah dari pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba-
rugi dimana kerugian penurunan nilai tersebut dipulihkan.

2. Entitas harus mengukapkan total kerugian penurunan nilai dan total pemulihan
penurunan nilai yang diakui selama periode dimana informasi yang tidak terpisah
diungkapkan.
a) Kelompok utama aset yang dipengaruhi oleh kerugian penurunan nilai dan
kelompok utama aset yang dipengaruhi oleh pemulihan kerugian penurunan nilai.
b) Kejadian dan kondisi utama yang menyebabkan peengakuan kerugian penurunan
nilai dan pemulihan penurunan nilai tersebut.

3. Informasi yang diungkapkan dalam piutang adalah tidak hanya klasifikasi jenis piutang,
umur piutang tapi juga mengenai adanya penurunan piutang. Pengukapan tentang
penurunan nilai piutang harus dijelaskan apakah penilaian penurunan nilai piutang
dilakukan secara individual atau kelompok. Setiap perubahan dalam investasi dalam
surat utang dilakukan pengukapkan. Apakah tersebut perubahan menambah atau
mengurangai atau pengukapan bagaimana pengaruhnya terhadap laporan keuangan
entitas. Sedangkan dalam penurunan nilai persediaan yang perlu diungkapan adalah
metode apa yang digunakan dalam menilai persediaan tersebut.

14
Kesimpulan
Penurunan nilai aset merupakan salah issue center dalam konvergensi penerapan
IFRS. Penentuan penurunan nilai aset tidak lancar secara individual dengan membandingkan
antara jumlah nilai tercatat (carrying amount) dengan jumlah yang dipulihkan (recoverable
amount). Apabila jumlah dicatat lebih besar daripada jumlah yang dipulihkan maka terjadi
rugi penurunan nilai. Dan apabila jumlah dicatat lebih kecil daripada jumlah yang dipulihkan
maka tidak terjadi penurunan nilai aset. Jumlah yang dipulihkan mencari nilai yang tertinggi
antara nilai wajar dikurangai biaya untuk menjual dengan nilai pakai. Sedangkan untuk unit
penghasil kas dalam menentukan penurunan nilai sama dengan penurunan nilai untuk aset
tidak lancar secara individual, akan tetapi apabila tidak ada goodwill maka rugi penurunan
nilai dialokasikan secara pro rata-rata secara proposional. Dan apabila unit penghasil kas ada
goodwill maka rugi penurunan nilai dialokasikan semua ke goodwill dan apabila masih ada
tersisa rugi penurunan nilai maka dialokasikan ke aset lain secara proposional. Untuk aset
tanah, peralatan, gedung setelah terjadi penurunan nilai, maka periode yang akan datang
apabila jumlah yang dipulihkan naik maka perlu dilakukan pemulihan kembali nilai aset
tersebut, tapi untuk goodwill tidak diperbolehkan mengakui pemulihan kerugian.
Adanya kerusakan fisik, penyusutan, perubahan harga, dan sebagainya terhadap
persediaan telah menyebabkan penurunan nilai persediaan tersebut, oleh sebab itu penilaian
persediaan berdasarkan biaya kurang tepat, maka untuk menilai persediaan yang akan
disajikan di neraca sebaiknya menggunakan metode yang terendah antara biaya atau nilai
realisasi bersih. Tujuan evaluasi penurunan nilai piutang karena adanya perubahan terhadap
arus kas pada masa yang akan datang yang disebabkan pelanggan perusahaan mengaalami
kesulitan keuangan (kebangkrutan) atau pada saat jatuh tempo pelanggan tidak sanggup
membayar (default), atau pada saat jatuh tempo pelanggan melakukan negoisasi utangnya.
Dengan kondisi tersebut maka piutang entitas mengalami penurunan nilai. Evaluasi
penurunan nilai dapat dilakukan jumlah piutang secara individual atau piutang secara group
atau kolektif.
Rugi penurunan nilai dalam investasi dalam surat utang (held-for-collection) terjadi
apabila nilai wajar (fair value) dari investasi tersebut di bawah nilai tercatatnya. Faktor yang
menyebabkan penurunan nilai tersebut terjadi karena investee mengalami kebangkrutan atau
krisis likuidasi oleh sebab itu investor kemungkinan sulit mengumpulkan kas dari setiap
termin kontrak tersebut atau dengan kata lain investor akan mengalami kerugian yang.

15
Daftar pustaka

1. Alfredson Keith, Leo Ken, Picker Ruth, Pacter Paul, Radford Jennie, Wise Victoria
Applying International Financial Reporting Standards,Enhanced Edition, John Wiley
& Sons Australia Ltd, 2007.
2. Catty P James Guide to Fair Value Under IFRS, John Wiley Son, Inc, August 2009
3. Mirza Ali Abbas, Orrell Magnus, Holt J Graham IFRS Practical Implementation
Guide and Workbook,second edition, John Wiley Son 2010.
4. Epstein J Barry, Jermakowicz K Eva Interpretation and Application of IFRS, John
Wiley Son, Inc, December 2009.
5. Warfied Weygandt Kieso Intermediate Accounting IFRS Edition, Wiley, 2011

16

Anda mungkin juga menyukai