ABSTRACT
At each reporting date or on an annual basis, an entity should review owned all assets for
indicators of impairment. The goals of impairment tested to ensure that asssets are carried at
an amount not excess of their recoverable amount or decline in value low its original costs.
Measuring of Impairment value for tangible and intangible assets for as example property,
plant, equipment, goodwil, and cash generating unit is compare with carrying amount and
recoverable amount. If carrying amount is higher than recoverable amount, the difference is
an impairment loss. If the recoverable amount is greater than carrying amount, no imparment
is recorded. Recoverable amount is defined as the higher of fair value less costs to sell or
value in use. Fair value less cost to sell means what the assets could be sold for after
deducting costs of disposal. Value in use is the present value of cash flows expected from the
future use and eventual sale of the asssets at the end of its useful life.
Other assets for impairment value tested inventory is compare with cost or net realizable
value.impairment test for Receivable is individually significant and group or collectively
receivables , and impairment for held-for-collection investment.
1
Artikel ini hanya membahas bagaimana perlakukan akuntansi terhadap penurunan nilai
aset. Artikel dimulai dengan membahas penurunan nilai aset menurut PSAK 48 atau IAS 36
untuk aset tidak lancar, misalnya gedung peralatan, unit penghasil kas, goodwill, dan
sebagainya. Penurunan nilai menurut PSAK 50 dan 50, atau IAS 39 dan PSAK 14 atau IAS 2
terdiri dari Penurunan nilai piutang, penurunan nilai persediaan penurunan nilai investasi
dalam surat berharga. Dan artikel ini diakhiri dengan menjelaskan bagaimana pengukapan
yang seharusnya dilakukan jika terjadi rugi penurunan nilai aset dan kesimpulan..
2
amount) lebih besar dari pada jumlah yang dipulihkan (recoverable amount). Jumlah nilai
tercatat adalah selisih antara biaya (orginal cost) dengan akumulasi penyusutan. Jumlah nilai
tercatat aset akan mengalami perubahan setiap akhir periode. Sedangkan jumlah yang
dipulihkan adalah nilai yang tertinggi antara nilai wajar dikurangai dengan biaya untuk
menjual (fair value less cost to sell) dengan nilai pakai (value in use). Di bawah ini gambar
yang menjelaskan bagaimana proses dalam penentuan penurunan nilai aset
Carrying Recoverable
Amount Dibandingkan Amount
Nilai tertinggi
3
Menentukan Discount Rate
Dalam menetapkan discount rate seharusnya berdasarkan tarip sebelum pajak (pretax rate)
karena tarip tersebut menunjukkan penilaian pasar saat ini dari nilai waktu uang dan risiko
khusus dari aset tersebut. Atau tingkat discount rate dapat juga ditentukan dengan tingkat
pengembalian (rate of return) dari investor.
Apabila tarip pasar aset tidak dapat ditentukan, maka tarip tersebut seharus menunjukkan
nilai waktu uang selama umur aset tersebut, misalnya risiko negara (country risk), risiko mata
uang (currency risk), risiko harga (price risk) dan risiko aliran kas (cash flow risk). Secara
umum pertimbangan dalam menentukan discount rate adalah:
Rata-rate tertimbang dari biaya modal (cost of capital) yang dimiliki perusahaan
Kenaikan atau tambahan tarip pinjaman perusahaan (incremental borrowing rate)
Tarip pinjaman pasar lainnya
Discount rate yang ditetapkan dengan mempertimbangkan risiko adalah sebesar Rp 5%.
Maka jumlah nilai pakainya adalah sebesar Rp 183.961.800. adapun perhitungan jumlah nilai
pakai ditunjukkan di bawah ini.
Tahun Arus Kas Faktor Nilai Sekarang Arus Kas Bersih
Nilai Sekarang
2011 Rp 94.000.000 0,95238 Rp 89.523.720
2012 76.000.000 0,90703 68.934.280
2013 20.000.000 0,86384 17.276.800
2014 10.000.000 0,82270 8.227.000
Jumlah Rp 183.961.800
* 1
(1 + 5%)1 = 0,95238
4
Ilustrasi 2; Penentuan Penurunan Nilai Aset
Perusahaan Petra saat ini melakukan pengujian penurunan nilai terhadap peralatan yang
dimilikinya. Diketahui nilai tercatat peralatan 31 Maret 2003 sebesar Rp 200.000.000, dengan
estimasi masa manfaat 5 tahun dan pada akhir masa manfaat ekspetasi nilai sisa sebesar Rp
10.000.000.
Estimasi arus kas selama lima tahun yang akan datang adalah sebagai berikut:
Pada tanggal 31 Maret 2003 diketahui nilai wajar dikurangai biaya untuk menjual (fair value
less cost to sell) sebesar Rp 140.000.000 dan tingkat discount rate 25%. Maka dalam
menentukan apakah telah terjadi penurunan nilai aset atau tidak dengan membandingkan
antara jumlah nilai tercata dengan jumlah biaya yang dipulihkan. Adapun perhitungannya
adalah sebagai berikut:
5
Rugi penurunan nilai akan dilaporkan pada laporan laba-rugi di bagian pendapatan dan beban
lain-lain (other income and expense section). Sedangkan di neraca peralatan yang disajikan
menggunakan jumlah yang dipulihkan. Oleh sebab itu perhitungan bebab penyusutan pada
akhir 2004 mengalami perubahan. Diasumsikan peralatan tersebut memiliki masa manfaat 5
tahun dan penyusutan menggunakan garis lurus. Maka beban penyusutan pada akhir tahun
2004 adalah sebesar Rp 34.384.000
181.920.000 10.000.000
= = Rp 34.384.000
5
Pemulihan Rugi Penurunan Nilai
Setelah mencatat rugi penurunan nilai, maka jumlah yang dipulihkan sebagai dasar untuk
menilai penurunan nilai pada masa yang akan datang untuk aset tersebut. Pemulihan Rugi
penurunan nilai (reversal of impairment loss) terjadi apabila pada masa yang akan datang
jumlah yang dipulihkan melebihi jumlah tercatat, maka penurunan nilai aset tidak ada? Pada
kondisi tersebut terjadi pemulihan rugi penurunan nilai. Prinsip pemulihan rugi penurunan
nilai aset adalah pemulihan nilai aset tidak dapat melebih nilai tercatat aset sebelum terjadi
penurunan nilai.
Menggunakan ilustrasi diatas. Pada akhir tahun 2004 nilai tercatat peralatan tersebut sebesar
Rp 147.536.000 (181.920.000 34.384.000). Apabila pada akhir tahun 2004 jumlah yang
dipulihkan (recoverrable amount) peralatan sebesar Rp 162.536.000. Maka jurnal untuk
mencatat pemulihan nilai adalah sebagai berikut:
Rugi pemulihan nilai aset akan dilaporkan pada a) laporan laba-rugi pada bagian pendapatan
dan beban lain-lain, b) adanya penyesuaian dalam perhitungan beban penyusutan pada
periode masa yang akan datang.
ilustrasi 3;
Diketahui penurunan nilai aset untuk unit penghasil kas sebesar Rp 12.000. unit penghasil
kas terdiri dari aset gedung, peralatan, dan aset tanah. Jumlah yang tercatat untuk setiap aset
6
adalah; Gedung Rp 500.000, dan Peralatan Rp 250.000., dan tanah 150.000. Alokasi
penurunan nilai aset pada unit penghasil kas adalah sebagai berikut:
Misal diasumsikan nilai wajar dikurangai biaya untuk menjual untuk gedung diketahui Rp
595.000, maka nilai tercatat maksimum gedung sebesar Rp 595.000. maka rugi penurunan
nilai hanya diakui sebesar Rp 5.000 bukan Rp 7.200. dan sisanya sebesar Rp 2.200 (7.200
[600.000 595.000] dialokasikan ke peralatan dan tanah. Adapun perhitungannya adalah
sebagai berikut:
Jumlah yang Alokasi rugi Jumlah Tercatat
Tercatat Proposional Penurunan Nilai Bersih
Gedung 595.000
Peralatan Rp 247.000 (247/395,2) x 2.200 1.375 245.625
Tanah 148.200 (148,2/395,2) x 2.200 825 147.375
395.200 2.200
Ilustrasi 4
Diketahui nilai tercatat aset bersih unit penghasil kas adalah;
Goodwill 10.000.000
Gedung 20.000.000
Peralatan 30.000.000
Jumlah yang dipulihkan (recoverable amount) sebesar Rp 45.000.000
Maka rugi penurunan nilai sebesar Rp 15.000.000 (60.000.000 45.000.000), maka rugi
penurunan nilai pertama dialokasikan ke goodwill dan sisanya ke aset lain. Adapun alokasi
rugi penurunan nilai adalah sebagai berikut:
7
Goodwill Gedung Peralatan Jumlah
Nilai tercatat 10.000.000 20.000.000 30.000.000 60.000.000
Rugi Penurunan (10.000.000) (2.000.000) (3.000.000) (15.000.000)
Nilai tercatat setelah
penurunan - 18.000.000 27.000.000 45.000.000
*Gedung Rp 2.000.000 = [(20.000.000/50.000.000) x 5.000.000]
*50.000.000 = (20.000.000 + 30.000.000) adalah hasil jumlah nilai tercatat gedung dan peralatan, sedangkan Rp
*5.000.000 (selisih antara 15.000.000 dikurangai Rp 10.000.000)
ilustrasi 5
Diasumsikan perusahaan memiliki tiga penghasil unit yaitu A, B, dan C dengan nilai tercatat
sampai akhir 2010 masing-masing adalah Rp 100.000, Rp 150.000, dan Rp 200.000. dimana
ada dua corporate aset; gedung kantor pusat nilai tercatat sebesar Rp 150.000, dan pusat
penelitian nilai tercatat sebesar Rp 50.000. estimasi sisa masa manfaat unit penghasil kas A
adalah 10 tahun dan sisa masa manfaat B dan C, dan kantor pusat sebesar 20 tahun.
Untuk setiap unit penghasil kas, nilai tercatat aset dibandingkan dengan jumlah yang dapat
dipulihkan. Misalnya jumlah yang dapat dipulihkan untuk semua produk adalah sebagai
berikut:
A B C Entitas
Jumlah yang dapat dipulihkan 199.000 164.000 271.000 720.000
Maka rugi penurunan nilai untuk setiap produk dapat ditentukan sebagai berikut
A B C
Nilai tercat 118.750 206.250 275.000
Jumlah yang dipulihkan 199.000 164.000 271.000
Rugi penurunaan nilai 0 42.250 4.000
8
Rugi penurunan nilai dialokasikan ke aset unit B dan C secara proposional terhadap nilai
tercatat, mencakup alokasi gedung pusat adalah sebagai berikut:
B C
Ke Gedung kantor pusat 11.523 [ 42.250 x 56.250/206.250] 1.091 [4.000 x 75/275]
Ke aset lain 30.727 [42.250 x 150.000/206.250] 2.909 [ 4.000 x 200/275]
42.250 4.000
Sedangkan aset pusat penelitian dan pengembangan tidak dialokasikan ke dalam unit aset.
Karena ada kesulitan dalam menentukan arus kas pada masa yang akan datang pada aktivitas
penelitian dan pengembangan. Maka jumlah aset yang disajikan setelah melakukan pengujian
rugi penurunan nilai adalah sebagai berikut:
Gedung kantor pusat mengalami penurunan nilai dari 150.000 menjadi 137.386. Sedangkan
rugi penurunan nilai entitas tidak terjadi, sebab jumlah yang dipulihkan lebih besar dari nilai
tercatat
Ilustrasi 6
Saat ini PT Karya memiliki tiga divisi. Salah satu divisi tersebut dibeli empat lalu dengan
harga Rp 2.000.000. beberapa tahun setelah pembelian perusahaan mengalami kerugian
khusus yang dibeli tersebut. Karena mengalami kerugian untuk beberapa tahun, manajemen
PT Karya melakukan evaluasi aset bersih termasuk goodwill sebesar Rp 900.000. di bawah
ini hasil evaluasi aset bersih termasuk goodwill adalah sebagai berikut:
9
Hasil evaluasi penurunan nilai jumlah yang dipulihkan sebesar Rp 1.900.000. maka
pencatatan rugi penurunan nilai adalah sebagai berikut;
Ilustrasi 7
Penurunan Piutang secara Individual
PT AAA memberikan pinjaman kepada PT BBB pada tanggal 1 Januari 2009 sebesar
1.000.000.000 pada suku bunga 10% per tahun terutang setiap 31 Desember dan pokok
pinjaman akan dilunasi setelah 3 tahun. Pada 31 Desember 2010, PT BBB mengalami
kesulitan keuangan dan tidak mampu membayar bunga yang jatuh tempo 31 Desember 2010,
yang telah di-akrue oleh PT AAA. Telah disepakati untuk restrukturisasi sebagai berikut:
Peminjam dibebaskan dari pembayaran bunga yang telah di-akrue Rp 100.000.000.
Jumlah pinjaman menjadi Rp 800.000.000 dan tanpa bunga
Peminjam akan membayar Rp 200.000.000 pada tanggal 31 Desember 2011 dan Rp
600.000.000 pada tanggal 31 Desember 2012
PT Ginting menentukan bahwa untuk PT Tarigan penurunan nilai sebesar Rp 30.000.000, dan
PT Karo semua jumlahnya tidak dapat ditagih, sedangkan piutang kepada PT Sembiring dan
PT Bangun tidak mengalami penurunan nilai. PT Ginting menentukan 2% akan terjadi
penurunan nilai untuk jumlah piutang lain-lain. Maka jumlah penurunan piutang akan dicatat
sebagai berikut:
Penurunan Nilai Piutang
Penilaian Piutang Individual
PT Tarigan 30.000.000
PT Karo 100.000.000
Penilai Piutang Kolektif
Jumlah piutang lain 1.000.000.000
(+) PT Sembiring 200.000.000
PT Bangun 120.000.000
Jumlah kolektif penilain piutant Rp 1.320.000.000
Penilai penurunan piutang kolektif (Rp 1.320.000.000 x 2%) 26.400.000
Jumlah penurunan nilai diakui Rp 156.400.000
11
Nilai realisasi bersih adalah jumlah bersih yang diharapkan entitas terrealisasi atas penjualan
persediaan dalam kondisi normal. Nilai realisasi bersih secara umum di bawah biaya (cost)
ini disebabkan beberapa faktor, antara lain;
Penurunan harga jual. misalnya untuk persediaan pakaian
Adanya fisik persediaan berubah. misalnya persediaan buah atau sayur
Adanya kerusakan atau cacat fisik persediaan. Misalnya persediaan untuk elektronik
Keputusan. Merupakan strategi marketing untuk menjual produk dalam kondisi rugi.
Strategi ini dilakukan untuk produk baru.
Kesalahan penghitungan atau kesalahan lain dalam pembelian atau produksi.
Misalnya terjadi kelebihan stock persediaan
Penenentuan nilai realisasi bersih harus berdasarkan bukti yang andal pada saat dilakukan
estimasi nilai persediaan. Estimasi yang perlu diperhatikan antara lain; a) harga jula yang
diharapkan, b) jika estimasi biaya untuk menyelesaikan, dan c) estimasi biaya penjualan
Ilustrasi 9
Perusahaan Petra Menghasilkan lima produk yaitu Produk A, B, C, D, dan E. Di bawah ini
biaya, estimasi nilai jual, dan biaya untuk menyelesaikan dari kelima produk tersebut;
Berdasarkan informasi di atas nilai realisasi bersih untuk setiap persediaan adalah sebagai
berikut;
Setelah menentukan nilai realisasi bersih selanjutnya dapat ditentukan nilai persediaan
berdasarkan metode yang terrendah antara biaya atau nilai realisasi bersih
12
Jurnal dibuat untuk menyesuaikan nilai persediaan ke nilai realisasi bersih adalah sebagai
berikut;
Inventory write-down expense 3.600.000
Inventory 3.600.000
Ilustrasi 10
Pada tanggal 31 Desember 2010 PT Petra membeli surat utang PT Jose sebesar Rp 400.000.
dimana umur invesatasi tersebut selama 4 tahun, tingkat bunga efektif 10% dan periode
pembayaran dilakukan setiap akhir tahun. Di bawah ini kontrak, ekspetasi dan rugi aliran kas
selama empat tahun.
Ekspetasi aliran kas sebesar Rp 528.000 kurang dari kontrak aliran sebesar Rp 560.000. maka
jumlah penurunan nilai dicatat sama dengan perbedaan antara investasi yang dicatat dan nilai
sekarang dari eskpetasi aliran kas. Perhitungannya ditunjukkan di bawah ini;
13
Investasi Dicatat Rp 400.000
(-) Nilai sekarang dari Rp 400.000, 4 tahun, bunga 10%
(Rp 400.000 x .68301) 273.204
Nilai sekarang dari piutang bunga tahunan
Rp 32.000 Umur 4 tahun, bunga 10%
(32.000 x 3,16986) 101.435 374.639
Rugi penurunan nilai Rp 25.361
Maka rugi penurunan nilai diakui sebesar Rp 25.361, tapi bukan Rp 32.000 (Rp 560.000 Rp
528.000) karena untuk mengukur rugi penurunan nilai harus menggunakan jumlah dari nilai
sekarang (present value). Maka jurnal untuk mencatat adalah sebagai berikut ;
Pengukapan
1. Entitas harus mengukapkan untuk masing-masing kelompok aset, sebagai berikut:
a) Jumlah kerugian penurunan nilai diakui dalam laporan laba-rugi selama periode dan
pos dalam laba-rugi dimana ada kerugian penurunan nilai tersebut termasuk
didalamnya.
b) Jumlah dari pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba-
rugi dimana kerugian penurunan nilai tersebut dipulihkan.
2. Entitas harus mengukapkan total kerugian penurunan nilai dan total pemulihan
penurunan nilai yang diakui selama periode dimana informasi yang tidak terpisah
diungkapkan.
a) Kelompok utama aset yang dipengaruhi oleh kerugian penurunan nilai dan
kelompok utama aset yang dipengaruhi oleh pemulihan kerugian penurunan nilai.
b) Kejadian dan kondisi utama yang menyebabkan peengakuan kerugian penurunan
nilai dan pemulihan penurunan nilai tersebut.
3. Informasi yang diungkapkan dalam piutang adalah tidak hanya klasifikasi jenis piutang,
umur piutang tapi juga mengenai adanya penurunan piutang. Pengukapan tentang
penurunan nilai piutang harus dijelaskan apakah penilaian penurunan nilai piutang
dilakukan secara individual atau kelompok. Setiap perubahan dalam investasi dalam
surat utang dilakukan pengukapkan. Apakah tersebut perubahan menambah atau
mengurangai atau pengukapan bagaimana pengaruhnya terhadap laporan keuangan
entitas. Sedangkan dalam penurunan nilai persediaan yang perlu diungkapan adalah
metode apa yang digunakan dalam menilai persediaan tersebut.
14
Kesimpulan
Penurunan nilai aset merupakan salah issue center dalam konvergensi penerapan
IFRS. Penentuan penurunan nilai aset tidak lancar secara individual dengan membandingkan
antara jumlah nilai tercatat (carrying amount) dengan jumlah yang dipulihkan (recoverable
amount). Apabila jumlah dicatat lebih besar daripada jumlah yang dipulihkan maka terjadi
rugi penurunan nilai. Dan apabila jumlah dicatat lebih kecil daripada jumlah yang dipulihkan
maka tidak terjadi penurunan nilai aset. Jumlah yang dipulihkan mencari nilai yang tertinggi
antara nilai wajar dikurangai biaya untuk menjual dengan nilai pakai. Sedangkan untuk unit
penghasil kas dalam menentukan penurunan nilai sama dengan penurunan nilai untuk aset
tidak lancar secara individual, akan tetapi apabila tidak ada goodwill maka rugi penurunan
nilai dialokasikan secara pro rata-rata secara proposional. Dan apabila unit penghasil kas ada
goodwill maka rugi penurunan nilai dialokasikan semua ke goodwill dan apabila masih ada
tersisa rugi penurunan nilai maka dialokasikan ke aset lain secara proposional. Untuk aset
tanah, peralatan, gedung setelah terjadi penurunan nilai, maka periode yang akan datang
apabila jumlah yang dipulihkan naik maka perlu dilakukan pemulihan kembali nilai aset
tersebut, tapi untuk goodwill tidak diperbolehkan mengakui pemulihan kerugian.
Adanya kerusakan fisik, penyusutan, perubahan harga, dan sebagainya terhadap
persediaan telah menyebabkan penurunan nilai persediaan tersebut, oleh sebab itu penilaian
persediaan berdasarkan biaya kurang tepat, maka untuk menilai persediaan yang akan
disajikan di neraca sebaiknya menggunakan metode yang terendah antara biaya atau nilai
realisasi bersih. Tujuan evaluasi penurunan nilai piutang karena adanya perubahan terhadap
arus kas pada masa yang akan datang yang disebabkan pelanggan perusahaan mengaalami
kesulitan keuangan (kebangkrutan) atau pada saat jatuh tempo pelanggan tidak sanggup
membayar (default), atau pada saat jatuh tempo pelanggan melakukan negoisasi utangnya.
Dengan kondisi tersebut maka piutang entitas mengalami penurunan nilai. Evaluasi
penurunan nilai dapat dilakukan jumlah piutang secara individual atau piutang secara group
atau kolektif.
Rugi penurunan nilai dalam investasi dalam surat utang (held-for-collection) terjadi
apabila nilai wajar (fair value) dari investasi tersebut di bawah nilai tercatatnya. Faktor yang
menyebabkan penurunan nilai tersebut terjadi karena investee mengalami kebangkrutan atau
krisis likuidasi oleh sebab itu investor kemungkinan sulit mengumpulkan kas dari setiap
termin kontrak tersebut atau dengan kata lain investor akan mengalami kerugian yang.
15
Daftar pustaka
1. Alfredson Keith, Leo Ken, Picker Ruth, Pacter Paul, Radford Jennie, Wise Victoria
Applying International Financial Reporting Standards,Enhanced Edition, John Wiley
& Sons Australia Ltd, 2007.
2. Catty P James Guide to Fair Value Under IFRS, John Wiley Son, Inc, August 2009
3. Mirza Ali Abbas, Orrell Magnus, Holt J Graham IFRS Practical Implementation
Guide and Workbook,second edition, John Wiley Son 2010.
4. Epstein J Barry, Jermakowicz K Eva Interpretation and Application of IFRS, John
Wiley Son, Inc, December 2009.
5. Warfied Weygandt Kieso Intermediate Accounting IFRS Edition, Wiley, 2011
16