1. Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas (Limited Liability Company, Naamloze Vennootschap) adalah bentuk yang paling populer
dari semua bentuk usaha bisnis. Yang dimaksud dengan perseroan terbatas menurut hukum indonesia adalah
suatu badan hokum yang didirikan berdasarkan perjanjian antara 2 (dua) orang atau lebih, untuk melakukan
kegiata usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham saham.
2. Syarat-Syarat Pendirian PT
1) Didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih
Sifat utama dari suatu perseroan terbatas yang tersirat di dalam syarat ini adalah bahwa perseroan terbatas
merupakan suatu perkumpulan atau persekutuan yang tidak dapat digerakan ataupun didirikan oleh hanya satu
orang saja. Hal ini secara tegas disebutkan di dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Syarat ini berkaitan erat dengan dasar dari pembentukan suatu Perseroan Terbatas yaitu adanya suatu
perjanjian yang mengikat diantara para pihak pendiri yang tergabung di dalam perseroan terbatas di maksud
berdasarkan Pasal 1313 KUH Perdata.
2) Akta Pendirian berbentuk Akta Notaris
Di dalam pendirian suatu perseroan terbatas, diperlukan suatu akta otentik yang dibuat oleh seorang
Notaris berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akta pendirian yang dibuat Notaris tersebut
bukan saja sebagai syarat mutlak dalam pendirian perseroan terbatas melainkan pula sebagai suatu alat bukti
dibentuknya/ didirikannya suatu perseroan terbatas yang didasarkan oleh perjanjian yang sah dan berkekuatan
hukum. Adapun hal-hal yang perlu untuk dimuat di dalam akta pendirian tersebut antara lain:
(1) Memuat Anggaran Dasar dari Perseroan Terbatas yang telah disepakati oleh para pendiri;
(2) Di samping Anggaran Dasar tersebut di atas, juga diperlukan keterangan-keterangan lain dari
Perseroan Terbatas yang akan didirikan antara lain melingkupi : nama lengkap, tempat dan tanggal
lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat
kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahaan
badan hukum dari pendiri perseroan.
3) Setiap Pendiri Wajib Mengambil Bagian Saham
Syarat selanjutnya yang ditentukan oleh UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah bahwa
pada saat para pendiri menghadap ke hadapan Notaris untuk dibuatkan Akta Pendirian, setiap pendiri tersebut
sudah mengambil bagian saham Perseroan. Hal ini dikarenakan pada Pasal 8 ayat (1) huruf c UU No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa di dalam Akta Pendirian memuat pula tentang nama
pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham dan nilai nominal saham yang
telah ditempatkan dan disetor. Berkaitan dengan hal tersebut, akan menjadi tidak sah akta pendirian jika bagian
saham baru diambil oleh pendiri perseoran setelah perseroan tersebut didirikan.
4) Memperoleh keputusan pengesahan status badan hukum dari Menteri.
Pasal 7 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menegaskan:
Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai
pengesahan badan hukum perseroan.
Pengesahan melalui suatu Keputusan Menteri ini merupakan syarat sah yang harus dipenuhi di samping
syarat sah lainnya yang telah disebutkan di atas. Adapun mengenai tata cara dalam permohonan pengajuan
pengesahan status badan hukum tersebut di atur di dalam Pasal 9 dan Pasal 10 UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan terbatas, Bab II Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. M-01-HT.01-10 Tahun 2007
3. Proses Pendirian PT
- Tahap Pengajuan Nama PT
Pengajuan nama perusahaan ini didaftarkan oleh notaris melalui Sistem Administrasi Badan Hukum
(Sisminbakum) Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
- Tahap Pembuatan Akta Pendirian PT.
Pembuatan akta pendirian dilakukan oleh notaris yang berwenang diseluruh wilayah negara Republik
Indonesia untuk selanjutnya mendapatkan pesetujuan dari Menteri Kemenkumham.Perlu untuk
dipahami bahwa terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan akta ini, yaitu: kedudukan
PT. kepemilikan, Jangkawaktu pendirian PT, minimal 1 Direktur dll.
- Tahap Pembuatan Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP).
Permohonan SKDP diajukan kepada kantor kelurahan setempat sesuai dengan alamat kantor PT anda
berada, yang mana sebagai bukti keterangan/keberadaan alamat perusahaan. Persyaratan lain yang
dibutuhkan adalah: photocopy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir, Perjanjian Sewa atau
kontrak tempat usaha bagi yang berdomisili bukan di gedung perkantoran, Kartu Tanda Penduduk
(KTP) Direktur, Izin Mendirikan Bangun (IMB) jika PT tidak berada di gedung perkantoran.
- Tahap Permohonan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
- Tahap Pengesahan Anggaran Dasar Perseroan oleh Menteri Kemenkumham.
Permohonan ini diajukan kepada Menteri Kemenkumham untuk mendapatkan pengesahan Anggaran
Dasar Perseroan (akta pendirian) sebagai badan hukum PT sesuai dengan UUPT.
- Mengajukan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
SIUP ini berguna agar PT dapat menjalankan kegiatan usahanya. Namun perlu untuk diperhatikan
bahwa setiap perusahaan patut membuat SIUP, selama kegiatan usaha yang dijalankannya termasuk
dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI) sebagaimana Peraturan Kepala Badan
Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.
- Mengajukan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
Permohonan pendaftaran diajukan kepada Kepala Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan/atau
Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan kotaatau kabupaten terkait sesuai dengan
domisili perusahaan. Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan sertifikat TDP sebagai bukti
bahwa perusahaan/badan usaha telah melakukan wajib daftar perusahaan sesuai dengan Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Perusahaan.
- Tahap Berita Acara Negara Republik Indonesia (BNRI)
Setelah perusahaan melakukan wajib daftar perusahaan dan telah mendapatkan pengesahan dari
Menteri Kemenkumham, maka harus di umumkan dalam BNRI dari perusahaan yang telah
diumumkan dalam BNRI, maka PT telah sempurna statusnya sebagai badan hukum.
4. Struktur Permodalan PT
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas (UUPT), modal perseroan terbatas (PT)
terdiri ATAS modal dasar (authorized capital), modal ditempatkan (issued capital), dan modal disetor
(paid up capital) yang diwujudkan dalam sekumpulan saham. UUPT menetapkan nilai minimum modal
dasar sebesar 50 juta rupiah serta nilai minimum modal ditempatkan dan modal disetor sebesar 25% dari
modal dasar.
a. Modal Dasar
Modal dasar merupakan keseluruhan nilai perusahaan, yaitu seberapa besar perusahaan tersebut dapat
dinilai berdasarkan permodalannya.Penilaian ini sangat berguna terutama pada saat menentukan kelas
perusahaan. Modal dasar terdiri atas seluruh nilai nominal saham dan pada prinsipnya merupakan total
jumlah saham yang dapat diterbitkan oleh Perseroan.
Mengenai modal dasar Perseroan Terbatas, Pasal 32 UU PT mengatur sebagai berikut:
(1) Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Undang-Undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal
Perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Perubahan besarnya modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
b. Modal Ditempatkan
Modal ditempatkan adalah jumlah saham yang sudah diambil pendiri atau pemegang saham, dan saham
yang diambil tersebut ada yang sudah dibayar dan ada yang belum dibayar.Jadi, modal ditempatkan adalah
kesanggupan para pendiri dan pemegang saham untuk menanamkan modalnya di dalam perseroan.
c. Modal Disetor
Modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran
saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar perseroan. Jadi, modal disetor adalah
saham yang telah dibayar penuh oleh pemegang atau pemiliknya
Struktur Permodalan (menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1995)
MASYARAKATadalah orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.Jadi masyarakat itu
terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama sehingga dalam pergaulan hidup timbul berbagai
hubungan yang mengakibatkan seorang dan orang lain saling kenal mengenal dan pengaruh mempengaruhi.
PENYEBAB TERBENTUKNYA GOLONGAN-GOLONGAN DALAM MASYARAKAT, antara lain
karena orang:Merasa tertarik oleh orang lain yang tertentu.Merasa mempunyai kesukaan yang sama dengan
orang lain.Merasa memerlukan kekuatan/bantuan orang lain.Mempunyai hubungan daerah dengan orang
lain.Mempunyai hubungan kerja dengan orang lain.
TIGA GOLONGAN MAYRKAT: (1)Golongan yang berdasarkan hubungan kekeluargaan. Contoh :
Perkumpulan Keluarga. (2) Golongan yang berdasarkan hubungan kepentingan/pekerjaan. Contoh :
Perkumpulan Ekonomi, Koperasi, Serikat-kerja, dll (3) Golongan yang berdasarkan hubungan
tujuan/pandangan hidup atau ideology. Contoh: Partai Politik, Perkumpulan Keagamaan
BENTUK MASYARAKAT
1. Yang berdasarkan hubungan yang diciptakan para anggotanya :
a. Masyarakat paguyuban (gemeinschaft), apabila hubungan itu bersifat kepribadian dan menimbulkan ikatan
batin, misalnya rumah tangga, perkumpulan kematian dan sebagainya.
b. Masyarakat patembayan (gesellschaft), apabila hubungan itu bersifat tidak kepribadian dan bertujuan untuk
mencapai keuntungan kebendaan, misalnya Firma, Perseroan Komanditer, PT, dan lain-lain.
2. Yang berdasarkan sifat pembentukannya, yaitu :
a. Masyarakat yang teratur oleh karena sengaja diatur untuk tujuan tertentu, misalnya perkumpulan olahraga.
b. Masyarakat yang teratur tetapi terjadinya dengan sendirinya, oleh karena orang orang yang bersangkutan
mempunyai kepentingan bersama, misalnya penonton bioskop, konser, pertandingan sepak bola.
c. Masyarakat yang tidak teratur, misalnya para pembaca suatu surat kabar.
3. Yang berdasarkan hubungan kekeluargaan :rumah tangga, saudara, suku, bangsa.
4. Yang berdasarkan peri-kehidupan/kebudayaan :
a. Masyarakat primitif dan modern.
b. Masyarakat desa dan masyarakat kota.
c. Masyarakat teritorial, yang anggotanya bertempat tinggal dalam suatu daerah.
d. Masyarakat genealogis, yang anggotanya mempunyai pertalian darah (seketurunan).
e. Masyarakat teritorial-genealogis, yang anggotanya bertempat tinggal dalam satu daerah dan mereka
adalah seketurunan.
PENDORONG HIDUP BERMASYARAKAT (1)Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum. (2)
Hasrat untuk membela diri. (3)Hasrat untuk memiliki keturunan.Faktor-faktor pendorong lain untuk hidup
bermasyarakat antara lain adalah ikatan pertalian darah, kesamaan nasib, persamaan agama, persamaan bahasa,
cita-cita dan kebudayaan, serta persamaan kenyataan bahwa mereka mendiami suatu daerha yang sama. Jadi
dapat dikatakan bahwa bagi manusia hidup bersama itu merupakan suatu keharusan yang tidak dapat dihindari.
HUKUM adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku
manusia dapat terkontrol , hukum adalah aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat.
UNSUR-UNSUR HUKUM(1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
(2)Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib (3) Peraturan itu bersifat memaksa (4)Sanksi
terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas
CIRI-CIRI HUKUM (1)Adanya perintah dan larangan (2)Perintah dan atau larangan itu harus patuh ditaati
setiap orang.
SIFAT DARI HUKUM : mengaturdanmemaksa
TUJUAN HUKUM: menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula
bersendikan pada keadilan asas asas keadilan dari masyarakat.
SUMBER-SUMBER HUKUM
- Sumber-sumber Hukum Material : Yaitu semua aturan, norma atau kaidah yang menjadi sumber dari
manusia untuk bersikap dan bertindak.
Sumber-sumber Hukum Formal:sumber hukum yang juga bisa disebut sebagai penerapan dari
hukum meterial, sehingga hukum formas bisa berjalan dan ditaati oleh seluruh objek hukum.
Macam-macam hukum formal:Undang-undang, Kebiasaan, Yurisprudensi, Traktat, Doktrin.
BISNIS:kegiatan yang dilakukan baik oleh individu maupun sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk
menciptakan nilai (value) melalui produksi barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta
memperoleh keuntungan melalui proses transaksi atau jual beli.ETIKA BISNISmerupakan etika yang berlaku
dalam kelompok para pelaku bisnis dan semua pihak yang terkait dengan eksistensi korporasi termasuk dengan
para kompetitor.Prinsip-prinsip dalam etika bisnis:Prinsip Otonom,Prinsip Kejujuran, Prinsip Keadilan, Prinsip
Saling Menguntungkan, Prinsip integritas moral.
Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Wanprestasi artinya tidak
memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perikatan. Alasan wanprestasi: karena kesalahan debitur, baik
karena kesengajaan maupun kelalaian, karena keadaan memaksa (force majeure) di luar kemampuan debitur,
sehingga debitur tidak bersalah. Dikarakan wanprestasi apabila:
1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan
3) Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
4) Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukannya
Bentuk-bentuk Wanprestasi
a) Tidak memenuhi prestasi sama sekali
Sehubungan dengan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasinya maka dikatakan debitur tidak
memenuhi prestasi sama sekali. Contoh: A dan B telah sepakat untuk jual-beli motor dengan
merek Snoopy dengan harga Rp 13.000.000,00 yang penyerahannya akan dilaksanakan pada Hari Minggu,
Tanggal 25 Oktober 2011 pukul 10.00. Setelah A menunggu lama, ternyata si B tidak datang sama sekali
tanpa alasan yang jelas.
b) Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya
Apabila prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap memenuhi prestasi
tetapi tidak tepat waktunya. Contoh: (Konteks contoh nomor 1). Si B datang pada hari itu membawa
motor Snoopy, namun datang pada jam 14.00.
c) Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru.
Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru tersebut tidak dapat diperbaiki lagi
maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi sama sekali. Contoh: (Konteks contoh nomor 1). Si B
datang tepat waktu, tapi membawa motor Miu bukan merk Snoopy yang telah diperjanjikan sebelumnya.
d) Debitur melaksanakan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Contoh:(Konteks contoh nomor 1) Si B datang tepat pukul 10.00 pada hari itu dan membawa motor
Snoopy, namun menyertakan si C sebagai pihak ketiga yang sudah jelas-jelas dilarang dalam kesepakatan
kedua belah pihak sebelumnya.
2.2 Mulai Terjadinya Wanprestasi
Perjanjian yang prestasinya untuk memberi sesuatu atau untuk berbuat sesuatu, yang tidak menetapkan
kapan debitur harus memenuhi prestasi tersebut, sehingga untuk memenuhi prestasi tersebut, debitur harus lebih
dahulu diberi teguran (somasi) agar debitur memenuhi kewajibannya. Somasi adalah pemberitahuan atau
pernyataan dari kreditur kepada debitur yang berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan prestasi
seketika atau dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu dengan kata lain somasi
adalah peringatan agar debitur melaksanakan kewajibannya sesuai dengan tegoran kelalaian yang telah
disampaikan kreditur kepadanya.
Adapun bentuk-bentuk somasi: Surat perintah, Akta sejenis, Tersimpul dalam perikatan itu sendiri
Akibat Hukum Wanprestasi
a. Debitur harus membayar ganti rugi (Pasal 1279 BW)
b. Beban resiko bergeser ke arah kerugian debitur. Suatu halangan yang timbul ke permukaan dapat
dipertanggungjawabkan kepada kreditur setelah pihak debitur melakukan wanprestasi, kecuali ada
kesengajaan atau kelalaian besar (culpa lata) pada pihak kreditur atau tidak dapat mengendalikan
(overmacht).
c. Jika perikatan timbul dari suatu persetujuan timbal balik, maka pihak kreditur dapat membebaskan diri
dari kewajiban melakukan kontraprestasi melalui cara Pasal 1302 BW atau melalui exceptio non
adimpleti contractus menangkis tuntutan debitur untuk memenuhi perikatan.
Sanksi:
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan ganti-rugi.
2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian
3. Peralihan Risiko
4. Membayar biaya perkara, jiks sampai diperkarakan di depan hakim.
Pembelaan Debitur agar tidak dituntut
1) Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa. Misalnya, karena barang yang diperjanjikan
musnah atau hilang, terjadi kerusuhan, bencana alam, dll.
2) Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai (Execptio Non Adimreti Contractus). Misalnya,
si pembeli menuduh penjual terlambat menyerahkan barangnya, tetapi ia sendiri tidak menetapi
janjinya untuk menyerahkan uang muka.
3) Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi (Rehtsverwerking).
Misalnya, si pembeli menerima barang yang tidak memuaskan kualitasnya, namun namun pembeli
tidak menegur si penjual atau tidak mengembalikan barangnya.
PHB
1. Soal 1
Baik itu Hukum Ekonomi (Economic Law) dan Hukum Bisnis (Bussiness Law) adalah kaidah- kaidah atau
ketentuan hukum yang berkaitan dengan dunia ekonomi.
Hukum Ekonomi
Hukum ekonomi memiliki cakupan yang terbilang sangat luas. Kajiannya meliputi semua peraturan dan
pemikiran hukum yang berkaitan dengan ekonomi baik itu yang sifatnya publik maupun privat, mulai dari
perencanaan, penataan, perlindungan, pembangunan hingga kepentingan ekonomi dari masyarakat termasuk
aspek aspek bisnisnya. Oleh sebab itu, Hukum Ekonomi bisa dikatakan sebagai induk yang menaungi berbagai
segi hukum dari kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya hukum dagang juga hukum bisnis.
Hukum Bisnis
Hukum Bisnis adakah kaidah hukum yang di dalamnya mengatur segala macam tata pelaksanaan kegiatan
dagang, kegiatan industri dan atau keuangan yang berhubungan dengan pertukaran barang atau produksi.
Hukum bisnis berkaitan dengan tata dagang yang lebih modern dengan sifat open transaction baik itu yang
menyangkut pertukarang barang atau pun jasa.
Adapun contoh cakupan hukum bisnis antara lain Jual Beli, Pasar Modal, Likuidasi dan Kepailitan,
Investasi Modal, Hak Kekayaan Intelektual, Anti-Monopoli, Asuransi, Merger dan Akuisasi,
Perkereditan, Surat Berharga dan masih banyak lagi lainnya.
Di antara beberapa jenis hukum yang ada, menurut yang penulis ketahui ada tiga hukum yang mengatur
berjalan nya proses transaksi yaitu : Hukum Dagang, Hukum Ekonomi, dan Hukum Bisnis (kalau lebih dari ini
tambahin ya). Walaupun berbeda pokok pengertian dan penerapan, tapi pada dasarnya jika di pahami secara
mendasar, ketiga jenis hukum ini mengatur tentang hal-hal yang sama dan bersumber pada kita Hukum yang
sama pula, sumber Hukum tersebut adalah KHUA Perdata (Kitab Hukum Undang-Undang Acara Perdata).
2. Soal 2
Suatu kerjasama bisnis perlu dituangkan dan disusun dalam bentuk kontrak komersial antara lain untuk
melindungi kepentingan para pihak yang saling mengikatkan diri agar kerjasama yang dijalin selesai dan hak-
kewajiban para pihak dapat terpenuhi yang mana jika dibuat secara tertulis maka dapat digunakan sebagai alat
pembuktian apabila terjadi perselisihan. Terdapat 2 (dua) fungsi kontrak yaitu :
1) Fungsi yuridis : memberikan kepastian hukum mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak yang
diharapkan dapat terpenuhi.
2) Fungsi ekonomis : menggerakkan pemanfaatan sumber daya (hak milik) yang memiliki nilai ekonomis.
Tujuan kontrak komersial adalah untuk mewujudkan hubungan kerjasama bisnis untuk memperoleh keuntungan
bersama sebesar-besarnya (optimum profit) didasarkan pada prinsip-prinsip bisnis yang sehat. Kegunaan
kontrak komersial : Mengakomodasi kehendak para pihak dan Mengesahkan kesepakatan sesuai asas
konsensualisme dan asas kebebasan bertanggung jawab. Dalam kontrak komersial terdapat banyak rambu-
rambu yang harus diperhatikan, dan dapat bermanfaat dalam pencapaian tujuan dibuatnya kontrak tersebut.
3. Soal 3
Asas Kekuatan Mengikatnya Kontrak
Dasar teoritik mengikatnya kontrak bagai para pihak yang umumnya dianut di negara-negara civil law
dipengaruhi oleh hukum Kanonik. Hukum Kanonik dimulai dari disiplin penitisial bahwa setiap janji itu
mengikat. Dari sinilah kemudian lahir prinsip pacta sunt servanda. Menurut asas ini kesepakatan para pihak itu
mengikat sebagaimana layaknya undang-undang bagai para pihak yang membuatnya.
Dengan adanya janji timbul kemauan bagai para pihak untuk saling berprestasi, ada kemauan untuk
saling mengikatkan diri. Kewajiban kontraktual tersebut menjadi sumber bagi para pihak untuk secara bebas
menentukan kehendak tersebut dengan segala akibat hukumnya. Berdasarkan kehendak tersebut, para pihak
secara bebas mempertemukan kehendak masing-masing. Kehendak para pihak inilah yang menjadi dasar
kontrak. Terjadinya perbuatan hukum itu ditentukan berdasar kata sepakat.
Dengan adanya konsensus dari para pihak itu, maka kesepakatan itu menimbulkan kekuatan mengikat
perjanjian sebagaimana layaknya undang-undang (pacta sunt servanda). Apa yang dinyatakan seseorang dalam
suatu hubungan menjadi hukum bagi mereka. Asas inilah yang menjadi kekuatan mengikatnya perjanjian. Ini
bukan kewajiban moral, tetapi juga kewajiban hukum yang pelaksanaannya wajib ditaati.
4. Soal 4