Anda di halaman 1dari 12

SAP 5 FIRMA DAN CV

Pengertian dan Ciri-ciri dari Bentuk Usaha Firma


Firma atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk badan usaha untuk menjalankan usaha antara dua
orang atau lebih (disebut Firmant) dengan memakai nama bersama atau salah satu nama dari sekutu yang
digunakan bersama untuk memperluas usahanya. Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum
karena: tidak ada pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutusekutu, setiap sekutu
bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha dan
menambah modal agar lebih kuat dan mampu bersaing perusahaan yang lain. Secara umum, ciri-ciri dan sifat
Firma yang dapat kita lihat yaitu:
1) Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.2)Perjanjian firma dapat dilakukan
di hadapan notaris maupun di bawah tangan. 3) Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha. 4) Adanya
tanggung jawab dan resiko kerugian yang tidak terbatas. 5) Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap
pemilik wajib melunasi dengan harta pribadi. 6) Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin. 7)
Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota yang lainnya. 8) keanggotaan
firma melekat dan berlaku seumur hidup. 9) seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.
10)pendiriannya tidak memelukan akte pendirian.
Dasar Hukum dari Firma
Firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat di muka notaris.Akta Pendirian Firma harus didaftarkan
di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma yang
bersangkutan.Setelah itu akta pendirian harus diumumkan dalam Berita Negara atau Tambahan Berita
Negara.Tetapi karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka akta pendirian Firma tidak memerlukan
pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam
Kitab UndangUndang Hukum Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor Indonesie) S.1847-23.
Hukum mengenai Firma terdapat dalam bagian 2 dalam KUHD dengan judul Perseroan Firma Dan Perseroan
Dengan Cara meminjamkan Uang Atau Disebut Perseroan Komanditer yang dimulai dari pasal 16 sampai 35
Proses Pendirian Firma dan Pembubaran Firma
Pendirian firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dengan cukup lengkap, terutama
dalam Pasal 22 hingga Pasal 29 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Ada tiga unsur penting dalam isi Pasal
di atas, yang dapat diuraikan sebagai berikut: (i) Firma harus didirikan dengan akta otentik, (ii) Firma dapat
didirikan tanpa akta otentik dan (iii) Akta yang tidak otentik tidak boleh merugikan pihak ketiga.
Apabila akta Firma tersebut tidak didaftarkan kepada Panitera, maka pendirian Firma tersebut hanya dianggap
sebagai persekutuan umum, didirikan tanpa batas, dianggap tidak ada sekutu yang dikecualikan bertindak atas
nama Firma (Pasal 29 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) bahkan tiap sekutu berhak menandatangani dan
berbuat perbuatan hukum bagi persekutuannya. Tetapi karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka akta
pendirian Firma tidak memerlukan pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.
Pembubaran Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang terutama di dalam Pasal 31
hingga Pasal 35, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Perubahan harus dinyatakan dengan data
otentik.2)Perubahan akta harus didaftarkan kepada Panitra Pengadilan Negri; 3)Perubahan akta harus
diumumkan dalam berita negara; 4)Perubahan akta yang tidak diumumkan akan mengikat pihak ketiga;
5)Pemberesan oleh persero adalah pihak lain yang disepakati atau yang ditunjuk oleh Pengadilan.
Pengertian Bentuk Usaha CV
Persekutuan komanditer adalah firma yang mempunyai satu ataubeberapa orang sekutu komanditer.Sekutu
komanditer (silent partner) adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang, barang, atau tenaga sebagai
pemasukan pada persekutuan, dan tidak turut campur dalam pengurusan atau penguasaan persekutuan.CV
berada di antara Firma dan Perseroan Terbatas, dengan demikian, CV adalah perekutuan dengan setoarn uang,
barang tenaga atau sebagai pemasukan para sekutu, dibentuk oleh satu orang atau lebih anggota aktif yang
bertanggung jawab secara renteng, di satu pihak dengan satu atau lebih orang lain sebagai pelepas uang.
Persekutuan komanditer mempunyai dua macam sekutu, yaitu: 1)Sekutu komplementer (complementary
partner)Sekutu komplementer adalah sekutu aktif yang menjadi pengurus persekutuan.2)Sekutu komanditer
(silent partner)Sekutu komanditer adalah sekutu pasif yang tidak ikut mengurus persekutuan.Kedua macam
sekutu ini menyerahkan pemasukan pada persekutuan secara bersama untuk memperoleh keuntungan bersama
dan kerugian juga dipikul bersama secara berimbang dengan pemasukan masing-masing.Apabila dikaji,
ketentuan Pasal 19 Pasal 21 KUHD yang mengatur tentang firma, jelas bahwa persekutuan komanditer adalah
firma dalam bentuk khusus. Kekhususan itu terletak pada eksistensi sekutu komanditer yang tidak ada pada
firma.Firma hanya mempunyai sekutu aktif yang disebut firmant.
Pertanggungjawaban Hukum dari CV
Dalam melangsungkan kegiatan usahanya, aktivitas bisnis CV dilakukan oleh para pesero aktifnya.Mereka-lah
yang bertanggungjawab untuk melakukan tindakan pengurusan atau bekerja di dalam perseroan tersebut.Di sisi
lain, para pemberi modal atau pesero komanditer, tidak bisa terlibat dalam menjalankan aktivitas perusahaan.
Hal tersebut diatur secara tegas di dalam Pasal 20 KUHD yang menjelaskan bahwa pesero komanditer ini tidak
boleh melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut, meskipun ada
pemberian kuasa sekalipun.Namun jika pesero komanditer terbukti ikut menjalankan perusahaan sebagaimana
yang dilakukan pesero komplementer dan mengakibatkan kerugian perusahaan, maka sesuai dengan Pasal 21
KUHD, pesero komanditer ikut bertanggung jawab secara tanggung renteng terhadap semua utang dan
perikatan perseroan tersebut.
Proses Pendirian dan Pembubaran CV
Syarat-syarat untuk mendirikan CV adalah : 1)Adanya perjanjian (pasal 15 KUHD) yakni kesepakatan dari para
pihak yang mau mendirikan usaha.2)Pendirian oleh minimal 2 (dua) orang dalam di mana dari antara pendiri
tersebut ada yang bertindak sebagai penyuplai modal dan ada yang menyumbang semua potensi (tenaga dan
pikiran) untuk mengurus dan mengelola perusahaan.3)Adanya akta notaris yang berbahasa Indonesia. Pada
waktu pendirian CV, yang harus dipersiapkan sebelum datang ke notaris adala: (i) Calon nama CV, (ii)Tempat
kedudukan CV, (iii) Nama persero aktif dan persero diam dan (iv)Maksud dan tujuan yang spesifik dari CV
Untuk mendirikan CV sama dengan PT yaitu dibutuhkan minimal 2 (dua) orang sebagai Pendiri Perseroan yang
juga sekaligus bertindak sebagai Pemilik Perseroan yang terdiri dari Pesero Aktif dan Pesero Pasif. Setiap
Pendirian CV harus dibuat dengan akta otentik sebagai akta pendiran dan dilakukan oleh Notaris yang
berwenang di wilayah Republik Indonesia.
Pembubaran :Karena pada hakekatnya persekutuan komanditer adalah persekutuan perdata, maka
berakhirnya persekutuan komanditer adalah sama dengan persekutuan perdata yang diatur dalam Pasal 1646
sampai dengan 1652 KUHPerdata. Pasal 1646 KUH Perdata menyebutkan bahwa paling tidak ada 4 hal yang
menyebabkan persekutuan berakhir yaitu, lewatnya masa waktu perjanjian persekutuan, musnahnya barang atau
diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan, kehendak dari sekutu, dan jika salah seorang
sekutu meninggal atau ditaruh di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.

1. Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas (Limited Liability Company, Naamloze Vennootschap) adalah bentuk yang paling populer
dari semua bentuk usaha bisnis. Yang dimaksud dengan perseroan terbatas menurut hukum indonesia adalah
suatu badan hokum yang didirikan berdasarkan perjanjian antara 2 (dua) orang atau lebih, untuk melakukan
kegiata usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham saham.
2. Syarat-Syarat Pendirian PT
1) Didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih
Sifat utama dari suatu perseroan terbatas yang tersirat di dalam syarat ini adalah bahwa perseroan terbatas
merupakan suatu perkumpulan atau persekutuan yang tidak dapat digerakan ataupun didirikan oleh hanya satu
orang saja. Hal ini secara tegas disebutkan di dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Syarat ini berkaitan erat dengan dasar dari pembentukan suatu Perseroan Terbatas yaitu adanya suatu
perjanjian yang mengikat diantara para pihak pendiri yang tergabung di dalam perseroan terbatas di maksud
berdasarkan Pasal 1313 KUH Perdata.
2) Akta Pendirian berbentuk Akta Notaris
Di dalam pendirian suatu perseroan terbatas, diperlukan suatu akta otentik yang dibuat oleh seorang
Notaris berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akta pendirian yang dibuat Notaris tersebut
bukan saja sebagai syarat mutlak dalam pendirian perseroan terbatas melainkan pula sebagai suatu alat bukti
dibentuknya/ didirikannya suatu perseroan terbatas yang didasarkan oleh perjanjian yang sah dan berkekuatan
hukum. Adapun hal-hal yang perlu untuk dimuat di dalam akta pendirian tersebut antara lain:
(1) Memuat Anggaran Dasar dari Perseroan Terbatas yang telah disepakati oleh para pendiri;
(2) Di samping Anggaran Dasar tersebut di atas, juga diperlukan keterangan-keterangan lain dari
Perseroan Terbatas yang akan didirikan antara lain melingkupi : nama lengkap, tempat dan tanggal
lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat
kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahaan
badan hukum dari pendiri perseroan.
3) Setiap Pendiri Wajib Mengambil Bagian Saham
Syarat selanjutnya yang ditentukan oleh UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah bahwa
pada saat para pendiri menghadap ke hadapan Notaris untuk dibuatkan Akta Pendirian, setiap pendiri tersebut
sudah mengambil bagian saham Perseroan. Hal ini dikarenakan pada Pasal 8 ayat (1) huruf c UU No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa di dalam Akta Pendirian memuat pula tentang nama
pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham dan nilai nominal saham yang
telah ditempatkan dan disetor. Berkaitan dengan hal tersebut, akan menjadi tidak sah akta pendirian jika bagian
saham baru diambil oleh pendiri perseoran setelah perseroan tersebut didirikan.
4) Memperoleh keputusan pengesahan status badan hukum dari Menteri.
Pasal 7 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menegaskan:
Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai
pengesahan badan hukum perseroan.
Pengesahan melalui suatu Keputusan Menteri ini merupakan syarat sah yang harus dipenuhi di samping
syarat sah lainnya yang telah disebutkan di atas. Adapun mengenai tata cara dalam permohonan pengajuan
pengesahan status badan hukum tersebut di atur di dalam Pasal 9 dan Pasal 10 UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan terbatas, Bab II Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. M-01-HT.01-10 Tahun 2007
3. Proses Pendirian PT
- Tahap Pengajuan Nama PT
Pengajuan nama perusahaan ini didaftarkan oleh notaris melalui Sistem Administrasi Badan Hukum
(Sisminbakum) Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
- Tahap Pembuatan Akta Pendirian PT.
Pembuatan akta pendirian dilakukan oleh notaris yang berwenang diseluruh wilayah negara Republik
Indonesia untuk selanjutnya mendapatkan pesetujuan dari Menteri Kemenkumham.Perlu untuk
dipahami bahwa terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan akta ini, yaitu: kedudukan
PT. kepemilikan, Jangkawaktu pendirian PT, minimal 1 Direktur dll.
- Tahap Pembuatan Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP).
Permohonan SKDP diajukan kepada kantor kelurahan setempat sesuai dengan alamat kantor PT anda
berada, yang mana sebagai bukti keterangan/keberadaan alamat perusahaan. Persyaratan lain yang
dibutuhkan adalah: photocopy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir, Perjanjian Sewa atau
kontrak tempat usaha bagi yang berdomisili bukan di gedung perkantoran, Kartu Tanda Penduduk
(KTP) Direktur, Izin Mendirikan Bangun (IMB) jika PT tidak berada di gedung perkantoran.
- Tahap Permohonan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
- Tahap Pengesahan Anggaran Dasar Perseroan oleh Menteri Kemenkumham.
Permohonan ini diajukan kepada Menteri Kemenkumham untuk mendapatkan pengesahan Anggaran
Dasar Perseroan (akta pendirian) sebagai badan hukum PT sesuai dengan UUPT.
- Mengajukan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
SIUP ini berguna agar PT dapat menjalankan kegiatan usahanya. Namun perlu untuk diperhatikan
bahwa setiap perusahaan patut membuat SIUP, selama kegiatan usaha yang dijalankannya termasuk
dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI) sebagaimana Peraturan Kepala Badan
Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.
- Mengajukan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
Permohonan pendaftaran diajukan kepada Kepala Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan/atau
Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan kotaatau kabupaten terkait sesuai dengan
domisili perusahaan. Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan sertifikat TDP sebagai bukti
bahwa perusahaan/badan usaha telah melakukan wajib daftar perusahaan sesuai dengan Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Perusahaan.
- Tahap Berita Acara Negara Republik Indonesia (BNRI)
Setelah perusahaan melakukan wajib daftar perusahaan dan telah mendapatkan pengesahan dari
Menteri Kemenkumham, maka harus di umumkan dalam BNRI dari perusahaan yang telah
diumumkan dalam BNRI, maka PT telah sempurna statusnya sebagai badan hukum.
4. Struktur Permodalan PT
Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas (UUPT), modal perseroan terbatas (PT)
terdiri ATAS modal dasar (authorized capital), modal ditempatkan (issued capital), dan modal disetor
(paid up capital) yang diwujudkan dalam sekumpulan saham. UUPT menetapkan nilai minimum modal
dasar sebesar 50 juta rupiah serta nilai minimum modal ditempatkan dan modal disetor sebesar 25% dari
modal dasar.
a. Modal Dasar
Modal dasar merupakan keseluruhan nilai perusahaan, yaitu seberapa besar perusahaan tersebut dapat
dinilai berdasarkan permodalannya.Penilaian ini sangat berguna terutama pada saat menentukan kelas
perusahaan. Modal dasar terdiri atas seluruh nilai nominal saham dan pada prinsipnya merupakan total
jumlah saham yang dapat diterbitkan oleh Perseroan.
Mengenai modal dasar Perseroan Terbatas, Pasal 32 UU PT mengatur sebagai berikut:
(1) Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Undang-Undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal
Perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Perubahan besarnya modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

b. Modal Ditempatkan
Modal ditempatkan adalah jumlah saham yang sudah diambil pendiri atau pemegang saham, dan saham
yang diambil tersebut ada yang sudah dibayar dan ada yang belum dibayar.Jadi, modal ditempatkan adalah
kesanggupan para pendiri dan pemegang saham untuk menanamkan modalnya di dalam perseroan.
c. Modal Disetor
Modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran
saham yang diambilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar perseroan. Jadi, modal disetor adalah
saham yang telah dibayar penuh oleh pemegang atau pemiliknya
Struktur Permodalan (menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1995)

MODAL DAN SAHAM


Modal
Pasal 24
1. Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham.
2. Saham sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat dikeluarkan atas nama dan atau atas tunjuk.
Pasal 25
1. Modal dasar perseroan paling sedikit Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).
2. Undang-undang atau peraturan pelaksanaan yang mengatur bidang usaha tertentu dapat menentukan
jumlah minimum modal dasar perseroan yang berbeda dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
1.
3. Perubahan besarnya modal dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dan penentuan besarnya modal
dasar Perseroan Terbuka beserta perubahannya, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 26
1. Pada saat pendirian perseroan, paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 harus telah ditempatkan.
2. Setiap penempatan modal sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus telah disetor paling sedikit 50%
(lima puluh persen) dan nilai nominal setiap saham yang dikeluarkan.
3. Seluruh saham yang telah dikeluarkan harus disetor penuh pada saat pengesahan perseroan dengan bukti
penyetoran yang sah.
4. Pengeluaran saham lebih lanjut setiap kali harus disetor penuh.
Pasal 27
1. Penyetoran atas saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan atau dalam bentuk lainnya.
2. Dalam hal penyetoran saham dilakukan dalam bentuk lain sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,
penilaian harga ditetapkan oleh ahli yang tidak terikat pada perseroan.
3. Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak harus diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar
harian.
4. Bagi Perseroan Terbuka setiap pengeluaran saham harus telah disetor penuh dengan tunai.
Pasal 28
1. Pemegang saham yang mempunyai tagihan terhadap Perseroan tidak dapat menggunakan hak
tagihannya sebagai kompensasi kewajiban penyetoran atas harga sahamnya.
2. Bentuk-bentuk tagihan tertentu selain tagihan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 yang dapat
dikompensasikan sebagai setoran saham, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 29
1. Perseroan dilarang mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri.
2. Larangan pemilikan saham sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berlaku juga bagi anak perusahaan
terhadap saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaannya.
Bagian Kedua
Perlindungan Modal dan Kekayaan Perseroan
Pasal 30
1. Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan :
a. dibayar dari laba bersih sepanjang tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil
dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan
Undang-undang ini; da
b. jumlah nilai nominal seluruh saham yang dimiliki perseroan bersama dengan yang dimiliki oleh
anak perusahaan dan gadai saham yang dipegang, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah
modal yang ditempatkan.
2. Perolehan saham, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang bertentangan dengan ayat 1 batal
demi hukum dan pembayaran yang telah diterima oleh pemegang saham harus dikembalikan kepada
perseroan.
3. Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas semua kerugian yang diderita
pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat batal demi hukum sebagaimana dimaksud
dalam ayat 2.
Pasal 31
1. Pembelian kembali saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat 1 atau pengalihannya lebih lanjut
hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS.
2. Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang
mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah,
dan disetujui oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah suara tersebut.
Pasal 32
1. RUPS dapat menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan sebagaimana
2. dimaksud dalam Pasal 31 kepada organ lain untuk waktu paling lama 5 (lima) tahun.
3. Penyerahan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 setiap kali dapat diperpanjang untuk
waktu paling lama 5 (lima) tahun.
4. Penyerahan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 sewaktu-waktu dapat ditarik kembali oleh
RUPS.
Pasal 33
1. Saham yang dibeli kembali oleh perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, tidak dapat
digunakan untuk mengeluarkan suara dalam RUPS dan tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah
korum yang harus dicapai sesual dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan atau Anggaran Dasar.
2. Saham induk perusahaan yang dibeli oleh anak perusahaannya juga tidak dapat digunakan untuk
mengeluarkan suara dalam RUPS dan tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah korum yang
harus dicapai sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan atau Anggaran Dasar.
Bagian Ketiga
Penambaban Modal
Pasal 34
1. Penambahan modal perseroan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS.
2. RUPS dapat menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 kepada Komisaris untuk waktu paling lama 5 (lima) tahun.
3. Penyerahan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 sewaktu-waktu dapat ditarik kembali oleh
RUPS.
Pasal 35
1. Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat 1 sah apabila dilakukan sesuai dengan
ketentuan mengenai panggilan rapat, dan jumlah suara untuk perubahan Anggaran Dasar sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-undang ini dan atau Anggaran Dasar.
Pasal 36
1. Dalam hal Anggaran Dasar tidak menentukan lain, seluruh saham yang dikeluarkan dalam penambahan
modal harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan
saham untuk klasifikasi saham yang sama.
2. Dalam hal pemegang saham tidak menggunakan hak untuk membeli saham sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1, setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak penawaran, perseroan
menawarkan kepada karyawan mendahului penawaran kepada orang lain untuk membeli jumlah tertentu
atas saham tersebut.
3. Ketentuan mengenai saham yang ditawarkan kepada karyawan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Pengurangan Modal
Pasal 37
1. Pengurangan modal perseroan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35.
2. Direksi wajib memberitahukan secara tertulis keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 kepada
semua kreditor dan mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia serta 2 (dua) surat kabar
harian paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tinggal keputusan.
Pasal 38
1. Dalam waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
ayat 2, kreditor dapat mengajukan keberatan secara tertulis disertai alasannya kepada perseroan atas
keputusan pengurangan modal dengan tembusan kepada Menteri.
2. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
diterima, perseroan wajib memberikan jawaban atas keberatan yang diajukan disertai alasannya.
3. Dalam hal perseroan menolak keberatan atau tidak memberikan penyelesaian yang disepakati kreditor,
maka dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak jawaban perseroan diterima, kreditor dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
perseroan.
Pasal 39
1. Pengurangan modal berlaku setelah perubahan Anggaran mendapat persetujuan Menteri.
2. Persetujuan Menteri atas perubaban Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya
diberikan apabila :
a. tidak terdapat keberatan tertulis dari kreditor dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 ayat 1;
b. telah dicapai penyelesaian atas keberatan yang diajukan kreditor; atau
c. gugatan kreditor telah mendapat putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 40
Perubahan Anggaran Dasar disertai persetujuan Menteri tentang pengurangan modal harus
didaftarkan dan diumumkan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 21 dan Pasal 22.
Pasal 41
1. Pengurangan modal harus dilakukan atas setiap saham atau atas semua saham dari klasifikasi saham
yang sama secara seimbang;
2. Dalam hal terdapat lebih dari satu klasifikasi saham, keputusan pengurangan modal hanya dapat diambil
sepanjang sesuai dengan keputusan yang telah terlebih dahulu diambil dalam rapat pemegang saham

MASYARAKATadalah orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.Jadi masyarakat itu
terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama sehingga dalam pergaulan hidup timbul berbagai
hubungan yang mengakibatkan seorang dan orang lain saling kenal mengenal dan pengaruh mempengaruhi.
PENYEBAB TERBENTUKNYA GOLONGAN-GOLONGAN DALAM MASYARAKAT, antara lain
karena orang:Merasa tertarik oleh orang lain yang tertentu.Merasa mempunyai kesukaan yang sama dengan
orang lain.Merasa memerlukan kekuatan/bantuan orang lain.Mempunyai hubungan daerah dengan orang
lain.Mempunyai hubungan kerja dengan orang lain.
TIGA GOLONGAN MAYRKAT: (1)Golongan yang berdasarkan hubungan kekeluargaan. Contoh :
Perkumpulan Keluarga. (2) Golongan yang berdasarkan hubungan kepentingan/pekerjaan. Contoh :
Perkumpulan Ekonomi, Koperasi, Serikat-kerja, dll (3) Golongan yang berdasarkan hubungan
tujuan/pandangan hidup atau ideology. Contoh: Partai Politik, Perkumpulan Keagamaan
BENTUK MASYARAKAT
1. Yang berdasarkan hubungan yang diciptakan para anggotanya :
a. Masyarakat paguyuban (gemeinschaft), apabila hubungan itu bersifat kepribadian dan menimbulkan ikatan
batin, misalnya rumah tangga, perkumpulan kematian dan sebagainya.
b. Masyarakat patembayan (gesellschaft), apabila hubungan itu bersifat tidak kepribadian dan bertujuan untuk
mencapai keuntungan kebendaan, misalnya Firma, Perseroan Komanditer, PT, dan lain-lain.
2. Yang berdasarkan sifat pembentukannya, yaitu :
a. Masyarakat yang teratur oleh karena sengaja diatur untuk tujuan tertentu, misalnya perkumpulan olahraga.
b. Masyarakat yang teratur tetapi terjadinya dengan sendirinya, oleh karena orang orang yang bersangkutan
mempunyai kepentingan bersama, misalnya penonton bioskop, konser, pertandingan sepak bola.
c. Masyarakat yang tidak teratur, misalnya para pembaca suatu surat kabar.
3. Yang berdasarkan hubungan kekeluargaan :rumah tangga, saudara, suku, bangsa.
4. Yang berdasarkan peri-kehidupan/kebudayaan :
a. Masyarakat primitif dan modern.
b. Masyarakat desa dan masyarakat kota.
c. Masyarakat teritorial, yang anggotanya bertempat tinggal dalam suatu daerah.
d. Masyarakat genealogis, yang anggotanya mempunyai pertalian darah (seketurunan).
e. Masyarakat teritorial-genealogis, yang anggotanya bertempat tinggal dalam satu daerah dan mereka
adalah seketurunan.
PENDORONG HIDUP BERMASYARAKAT (1)Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum. (2)
Hasrat untuk membela diri. (3)Hasrat untuk memiliki keturunan.Faktor-faktor pendorong lain untuk hidup
bermasyarakat antara lain adalah ikatan pertalian darah, kesamaan nasib, persamaan agama, persamaan bahasa,
cita-cita dan kebudayaan, serta persamaan kenyataan bahwa mereka mendiami suatu daerha yang sama. Jadi
dapat dikatakan bahwa bagi manusia hidup bersama itu merupakan suatu keharusan yang tidak dapat dihindari.
HUKUM adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku
manusia dapat terkontrol , hukum adalah aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat.
UNSUR-UNSUR HUKUM(1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
(2)Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib (3) Peraturan itu bersifat memaksa (4)Sanksi
terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas
CIRI-CIRI HUKUM (1)Adanya perintah dan larangan (2)Perintah dan atau larangan itu harus patuh ditaati
setiap orang.
SIFAT DARI HUKUM : mengaturdanmemaksa
TUJUAN HUKUM: menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula
bersendikan pada keadilan asas asas keadilan dari masyarakat.
SUMBER-SUMBER HUKUM
- Sumber-sumber Hukum Material : Yaitu semua aturan, norma atau kaidah yang menjadi sumber dari
manusia untuk bersikap dan bertindak.
Sumber-sumber Hukum Formal:sumber hukum yang juga bisa disebut sebagai penerapan dari
hukum meterial, sehingga hukum formas bisa berjalan dan ditaati oleh seluruh objek hukum.
Macam-macam hukum formal:Undang-undang, Kebiasaan, Yurisprudensi, Traktat, Doktrin.
BISNIS:kegiatan yang dilakukan baik oleh individu maupun sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk
menciptakan nilai (value) melalui produksi barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta
memperoleh keuntungan melalui proses transaksi atau jual beli.ETIKA BISNISmerupakan etika yang berlaku
dalam kelompok para pelaku bisnis dan semua pihak yang terkait dengan eksistensi korporasi termasuk dengan
para kompetitor.Prinsip-prinsip dalam etika bisnis:Prinsip Otonom,Prinsip Kejujuran, Prinsip Keadilan, Prinsip
Saling Menguntungkan, Prinsip integritas moral.

Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Wanprestasi artinya tidak
memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perikatan. Alasan wanprestasi: karena kesalahan debitur, baik
karena kesengajaan maupun kelalaian, karena keadaan memaksa (force majeure) di luar kemampuan debitur,
sehingga debitur tidak bersalah. Dikarakan wanprestasi apabila:
1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan
3) Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
4) Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukannya
Bentuk-bentuk Wanprestasi
a) Tidak memenuhi prestasi sama sekali
Sehubungan dengan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasinya maka dikatakan debitur tidak
memenuhi prestasi sama sekali. Contoh: A dan B telah sepakat untuk jual-beli motor dengan
merek Snoopy dengan harga Rp 13.000.000,00 yang penyerahannya akan dilaksanakan pada Hari Minggu,
Tanggal 25 Oktober 2011 pukul 10.00. Setelah A menunggu lama, ternyata si B tidak datang sama sekali
tanpa alasan yang jelas.
b) Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya
Apabila prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap memenuhi prestasi
tetapi tidak tepat waktunya. Contoh: (Konteks contoh nomor 1). Si B datang pada hari itu membawa
motor Snoopy, namun datang pada jam 14.00.
c) Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru.
Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru tersebut tidak dapat diperbaiki lagi
maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi sama sekali. Contoh: (Konteks contoh nomor 1). Si B
datang tepat waktu, tapi membawa motor Miu bukan merk Snoopy yang telah diperjanjikan sebelumnya.
d) Debitur melaksanakan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Contoh:(Konteks contoh nomor 1) Si B datang tepat pukul 10.00 pada hari itu dan membawa motor
Snoopy, namun menyertakan si C sebagai pihak ketiga yang sudah jelas-jelas dilarang dalam kesepakatan
kedua belah pihak sebelumnya.
2.2 Mulai Terjadinya Wanprestasi
Perjanjian yang prestasinya untuk memberi sesuatu atau untuk berbuat sesuatu, yang tidak menetapkan
kapan debitur harus memenuhi prestasi tersebut, sehingga untuk memenuhi prestasi tersebut, debitur harus lebih
dahulu diberi teguran (somasi) agar debitur memenuhi kewajibannya. Somasi adalah pemberitahuan atau
pernyataan dari kreditur kepada debitur yang berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan prestasi
seketika atau dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu dengan kata lain somasi
adalah peringatan agar debitur melaksanakan kewajibannya sesuai dengan tegoran kelalaian yang telah
disampaikan kreditur kepadanya.
Adapun bentuk-bentuk somasi: Surat perintah, Akta sejenis, Tersimpul dalam perikatan itu sendiri
Akibat Hukum Wanprestasi
a. Debitur harus membayar ganti rugi (Pasal 1279 BW)
b. Beban resiko bergeser ke arah kerugian debitur. Suatu halangan yang timbul ke permukaan dapat
dipertanggungjawabkan kepada kreditur setelah pihak debitur melakukan wanprestasi, kecuali ada
kesengajaan atau kelalaian besar (culpa lata) pada pihak kreditur atau tidak dapat mengendalikan
(overmacht).
c. Jika perikatan timbul dari suatu persetujuan timbal balik, maka pihak kreditur dapat membebaskan diri
dari kewajiban melakukan kontraprestasi melalui cara Pasal 1302 BW atau melalui exceptio non
adimpleti contractus menangkis tuntutan debitur untuk memenuhi perikatan.
Sanksi:
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan ganti-rugi.
2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian
3. Peralihan Risiko
4. Membayar biaya perkara, jiks sampai diperkarakan di depan hakim.
Pembelaan Debitur agar tidak dituntut
1) Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa. Misalnya, karena barang yang diperjanjikan
musnah atau hilang, terjadi kerusuhan, bencana alam, dll.
2) Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai (Execptio Non Adimreti Contractus). Misalnya,
si pembeli menuduh penjual terlambat menyerahkan barangnya, tetapi ia sendiri tidak menetapi
janjinya untuk menyerahkan uang muka.
3) Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi (Rehtsverwerking).
Misalnya, si pembeli menerima barang yang tidak memuaskan kualitasnya, namun namun pembeli
tidak menegur si penjual atau tidak mengembalikan barangnya.
PHB
1. Soal 1

Baik itu Hukum Ekonomi (Economic Law) dan Hukum Bisnis (Bussiness Law) adalah kaidah- kaidah atau
ketentuan hukum yang berkaitan dengan dunia ekonomi.

Hukum Ekonomi

Hukum ekonomi memiliki cakupan yang terbilang sangat luas. Kajiannya meliputi semua peraturan dan
pemikiran hukum yang berkaitan dengan ekonomi baik itu yang sifatnya publik maupun privat, mulai dari
perencanaan, penataan, perlindungan, pembangunan hingga kepentingan ekonomi dari masyarakat termasuk
aspek aspek bisnisnya. Oleh sebab itu, Hukum Ekonomi bisa dikatakan sebagai induk yang menaungi berbagai
segi hukum dari kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya hukum dagang juga hukum bisnis.

Hukum Bisnis

Hukum Bisnis adakah kaidah hukum yang di dalamnya mengatur segala macam tata pelaksanaan kegiatan
dagang, kegiatan industri dan atau keuangan yang berhubungan dengan pertukaran barang atau produksi.
Hukum bisnis berkaitan dengan tata dagang yang lebih modern dengan sifat open transaction baik itu yang
menyangkut pertukarang barang atau pun jasa.
Adapun contoh cakupan hukum bisnis antara lain Jual Beli, Pasar Modal, Likuidasi dan Kepailitan,
Investasi Modal, Hak Kekayaan Intelektual, Anti-Monopoli, Asuransi, Merger dan Akuisasi,
Perkereditan, Surat Berharga dan masih banyak lagi lainnya.

Di antara beberapa jenis hukum yang ada, menurut yang penulis ketahui ada tiga hukum yang mengatur
berjalan nya proses transaksi yaitu : Hukum Dagang, Hukum Ekonomi, dan Hukum Bisnis (kalau lebih dari ini
tambahin ya). Walaupun berbeda pokok pengertian dan penerapan, tapi pada dasarnya jika di pahami secara
mendasar, ketiga jenis hukum ini mengatur tentang hal-hal yang sama dan bersumber pada kita Hukum yang
sama pula, sumber Hukum tersebut adalah KHUA Perdata (Kitab Hukum Undang-Undang Acara Perdata).

2. Soal 2

Suatu kerjasama bisnis perlu dituangkan dan disusun dalam bentuk kontrak komersial antara lain untuk
melindungi kepentingan para pihak yang saling mengikatkan diri agar kerjasama yang dijalin selesai dan hak-
kewajiban para pihak dapat terpenuhi yang mana jika dibuat secara tertulis maka dapat digunakan sebagai alat
pembuktian apabila terjadi perselisihan. Terdapat 2 (dua) fungsi kontrak yaitu :

1) Fungsi yuridis : memberikan kepastian hukum mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak yang
diharapkan dapat terpenuhi.

2) Fungsi ekonomis : menggerakkan pemanfaatan sumber daya (hak milik) yang memiliki nilai ekonomis.

Tujuan kontrak komersial adalah untuk mewujudkan hubungan kerjasama bisnis untuk memperoleh keuntungan
bersama sebesar-besarnya (optimum profit) didasarkan pada prinsip-prinsip bisnis yang sehat. Kegunaan
kontrak komersial : Mengakomodasi kehendak para pihak dan Mengesahkan kesepakatan sesuai asas
konsensualisme dan asas kebebasan bertanggung jawab. Dalam kontrak komersial terdapat banyak rambu-
rambu yang harus diperhatikan, dan dapat bermanfaat dalam pencapaian tujuan dibuatnya kontrak tersebut.

3. Soal 3
Asas Kekuatan Mengikatnya Kontrak
Dasar teoritik mengikatnya kontrak bagai para pihak yang umumnya dianut di negara-negara civil law
dipengaruhi oleh hukum Kanonik. Hukum Kanonik dimulai dari disiplin penitisial bahwa setiap janji itu
mengikat. Dari sinilah kemudian lahir prinsip pacta sunt servanda. Menurut asas ini kesepakatan para pihak itu
mengikat sebagaimana layaknya undang-undang bagai para pihak yang membuatnya.
Dengan adanya janji timbul kemauan bagai para pihak untuk saling berprestasi, ada kemauan untuk
saling mengikatkan diri. Kewajiban kontraktual tersebut menjadi sumber bagi para pihak untuk secara bebas
menentukan kehendak tersebut dengan segala akibat hukumnya. Berdasarkan kehendak tersebut, para pihak
secara bebas mempertemukan kehendak masing-masing. Kehendak para pihak inilah yang menjadi dasar
kontrak. Terjadinya perbuatan hukum itu ditentukan berdasar kata sepakat.
Dengan adanya konsensus dari para pihak itu, maka kesepakatan itu menimbulkan kekuatan mengikat
perjanjian sebagaimana layaknya undang-undang (pacta sunt servanda). Apa yang dinyatakan seseorang dalam
suatu hubungan menjadi hukum bagi mereka. Asas inilah yang menjadi kekuatan mengikatnya perjanjian. Ini
bukan kewajiban moral, tetapi juga kewajiban hukum yang pelaksanaannya wajib ditaati.

4. Soal 4

Asas Kebebasan Berkontrak


Hukum perjanjian di Indonesia menganut asas kebebasan dalam hal membuat perjanjian (beginsel der contracts
vrijheid). Asas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 KUH Perdata yang menerangkan bahwa segala perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sebenarnya yang
dimaksudkan oleh pasal tersebut tidak lain dari pernyataan bahwa setiap perjanjian mengikat kedua belah pihak.
Tetapi dari pasal ini kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa orang lelluasa untuk membuat perjanjian apa
saja asal tidak melanggar ketertiban umum atau kesusilaan. Orang tidak saja leluasa untuk mebuat perjanjian
apa saja, bahkan pada umumnya juga diperbolehkan mengeyampingkan peraturan-peraturan yang termuat
dalam KUH Perdata. Sistem tersebut lazim disebut dengan sistem terbuka (openbaar system).
5. Soal 5
1. Adanya kesepakatan kehendak (Consensus, Agreement)
Dengan syarat kesepakatan kehendak dimaksudkan agar suatu kontrak dianggap saah oleh hukum, kedua belah
pihak mesti ada kesesuaian pendapat tentang apa yang diatur oleh kontrak tersebut. Oleh hukum umumnya
diterima teori bahwa kesepakatan kehendak itu ada jika tidak terjadinya salah satu unsur-unsur sebagai berikut.
a) Paksaan (dwang, duress)
b) Penipuan (bedrog, fraud)
c) Kesilapan (dwaling, mistake)
Sebagaimana pada pasal 1321 KUH Perdata menentukan bahwa kata sepakat tidak sah apabila diberikan karena
kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan.
2. Wenang / Kecakapan berbuat menurut hukum (Capacity)
Syarat wenang berbuat maksudnya adalah bahwa pihak yang melakukan kontrak haruslah orang yang oleh
hukum memang berwenang membuat kontrak tersebut. Sebagaimana pada pasal 1330 KUH Perdata
menentukan bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan, kecuali undang-undang menentukan
bahwa ia tidak cakap. Mengenai orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian dapat kita temukan
dalam pasal 1330 KUH Perdata, yaitu
a) Orang-orang yang belum dewasa
b) Mereka yang berada dibawah pengampuan
c) Wanita yang bersuami. Ketentuan ini dihapus dengan berlakunya Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang
perkawinan. Karena pasal 31 Undang-Undang ini menentukan bahwa hak dan kedudukan suami istri adalah
seimbang dan masing-masing berhak untuk melakukan perbuatan hokum. Syarat sah yang objektif berdasarkan
pasal 1320 KUH Perdata. Disebut dengan syarat objektif karena berkenaan dengan obyek perjanjian.
Konsekuensi hukum apabila tidak terpenuhinya salah satu objektif akibatnya adalah kontrak yang dibuat batal
demi hukum. Jadi sejak kontrak tersebut dibuat kontrak tersebut telah batal.
3. Obyek / Perihal tertentu
Dengan syarat perihal tertentu dimaksudkan bahwa suatu kontrak haruslah berkenaan dengan hal yang tertentu,
jelas dan dibenarkan oleh hukum. Mengenai hal ini dapat kita temukan dalam pasal 1332 ddan1333 KUH
Perdata.
Pasal 1332 KUH Perdata menentukan bahwa
Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu perjanjian
Sedangkan pasal 1333 KUH Perdata menentukan bahwa
Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya
Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu terkemudian dapat ditentukan
/ dihitung
4. Kausa yang diperbolehkan / halal / legal
Maksudnya adalah bahwa suatu kontrak haruslah dibuat dengan maksud / alasan yang sesuai hukum yang
berlaku. Jadi tidak boleh dibuat kontrak untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum. Dan isi
perjanjian tidak dilarang oleh undang-undang atau tidak bertentangan dengan kesusilaan / ketertiban umum
(Pasal 1337 KUH Perdata). Selain itu pasal 1335 KUH Perdata juga menentukan bahwa suatu perjanjian yang
dibuat tanpa sebab atau dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang adalah tidak mempunyai kekuatan
hukum.

Anda mungkin juga menyukai