Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ingridwati Kurnia, dkk., Perkembangan Belajar Peserta Didik, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hal. 23
2
Sunarto dan Hartono Agung, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal.
149
3
De Hart, et all, Child Development: Its Nature and Course 3th Ed, (America : Mc Graw Hill, 1992),
348
2
kesulitan di dalam menafsirkan emosi orang lain. Pada tahapan ini anak memerlukan
pengalaman pengaturan emosi, yang mencakup :
a. Kapasitas untuk mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosional.
b. Menjaga perilaku yang terorganisir ketika munculnya emosi-emosi yang kuat dan untuk
dibimbing oleh pengalaman emosional.
Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :
a. Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak
mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini
adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan
informasiinformasi secara.
b. Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik
emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari
perasaan diri dan orang lain.
c. Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan
dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu
dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang
membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi
tersebut dapat dikontrol.
d. Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-norma
aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih
fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa
penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau
situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.
Fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak yang dimaksud adalah :
a. Merupakan bentuk komunikasi.
b. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan
lingkungan sosialnya.
c. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
d. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan.
e. Ketegangan emosi yang di miliki anak dapat menghambat aktivitas motorik dan mental
anak.4
4
http://muhammad-reza.blogspot.com/2010/01/memahami-ekspresi-emosi.html
3
3. Macam-macam Ekspresi Emosi Anak
Emosi dan perasaan yang umum pada peserta didik usia SD/MI adalah rasa takut,
khawatir/cemas, marah, cemburu, merasa bersalah dan sedih, ingin tahu, gembira/senang,
cinta dan kasih sayang. Pola Emosi pada Anak menurut Syamsu:5
a. Rasa takut
Takut yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang membahayakan. Rasa takut
terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan.
1) Mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan yang
terdapat pada objek.
2) Timbulnya rasa takut setelah mengenal bahaya.
3) Rasa takut bias hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindari bahaya.
b. Rasa malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dari
hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.
c. Rasa canggung
Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap manusia, bukan
ada obyek atau situasi. Rasa canggung berbeda dengan rasa malu daam hal bahwa
kecanggungan tidak disebabkan oleh adanya orang yang tidak dikenal atau orang yang
sudah dikenal yang memakaai pakaian tidak seperti biasanya, tetapi lebih disebabkan
oleh keraguan-raguan tentang penilaian orang lain terhadap prilaku atau diri seseorang.
Oleh karena itu, rasa canggung merupakan keadaan khawatir yang menyangkut
kesadaran-diri (selfconscious distress).
d. Rasa khawatir
Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan ketakutan atau gelisah tanpa
alasan. Tidak seperti ketakutan yang nyata, rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan
oleh rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan produk pikiran anak itu sendiri.
Rasa khawatir timbul karena karena membayangkan situasi berbahaya yang mungkin
akan meningkat. Kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak, bahkan pada
anak-anak yang penyesuaiannya paling baik sekalipun.
5
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2008), hal.
4
e. Rasa cemas
Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang
mengancam atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai oleh kekhwatiran,
ketidakenakan, dan merasa yang tidak baik yang tidak dapat dihindari oleh seseorang;
disertai dengan perasaan tidak berdaya karena merasa menemui jalan buntu; dan di
sertai pula dengan ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dicapai.
f. Rasa marah
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa kanak-kanak jika
dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya ialah karena rangsangan yang menimbulkan
rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang dini anak-anak mengetahui bahwa
kemarahan merupakan cara yang efektif untuk memperoleh perhatian atau memenuhi
keinginan mereka.
g. Rasa cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata,
dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang.
h. Duka cita
Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang disebabkan oleh
hilangnya sesuatu yang dicintai.
i. Keingintahuan
Rangsangan yang menimbulkan keingintahuan anak-anak sangat banyak. Anak-anak
menaruh minat terhadap segala sesuatu di lingkungan mereka, termasuk diri sendiri.
j. Kegembiraan
Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan yang juga dikenal dengan keriangan,
kesenangan, atau kebahagian. Setiap anak berbeda-beda intensitas kegembiraan dan
jumlah kegembiraannya serta cara mengepresikannya sampai batas-batas tertentu dapat
diramalkan. Sebagai contoh ada kecenderungan umur yang dapat diramalkan, yaitu
anak-anak yang lebih muda merasa gembira dalam bentuk yang lebih menyolok dari
pada anak-anak yang lebih tua.
5
4. Ciri Khas Emosi Anak
Ciri khas emosi pada anak antara lain :
a. Emosi yang kuat
Anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remeh
maupun yang serius. Anak pra remaja bahkan bereaksi dengan emosi yang kuat
terhadap hal-hal yang tampaknya bagi orang dewasa merupakan soal sepele.
b. Emosi seringkali tampak
Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan mereka menjumpai
bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman, sehingga mereka belajar
untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka
akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih
dapat diterima.
c. Emosi bersifat sementara
Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian menangis, atau dari
marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa sayang merupakan akibat dari 3 faktor,
yaitu :
1) Membersihkan sistem emosi yang terpendam dengan ekspresi terus terang.
2) Kekurangsempurnaan pemahaman terhadap situasi karena ketidakmatangan
intelektual dan pengalaman yang terbatas.
3) Rentang perhatian yang pendek sehingga perhatian itu mudah dialihkan. Dengan
meningkatnya usia anak, maka emosi mereka menjadi lebih menetap.
d. Reaksi mencerminkan individualitas
Semua bayi yang baru lahir mempunyai pola reaksi yang sama. Secara bertahap dengan
adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yang menyertai berbagai
macam emosi semakin diindividualisasikan. Seorang anak akan berlari keluar dari
ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin akan menangis dan
anak lainnya lagi mungkin akan bersembunyi di belakang kursi atau di balik punggung
seseorang.
e. Emosi berubah kekuatannya
Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat kuat berkurang
kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya lemah berubah menjadi kuat.
6
Variasi ini sebagian disebabkan oleh perubahan dorongan, sebagian oleh perkembangan
intelektual, dan sebagian lagi oleh perubahan minat dan nilai.
f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku
Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung,
tetapi mereka memperlihatkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun,
menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku dan
mengisap jempol.
7
4) Belajar melalui pengondisian
Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional
kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan mudah dan
cepat pada awal kehidupan karena anak kecil kurang menalar, mengenal betapa tidak
rasionalnya reaksi mereka.
5) Belajar dengan bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang
biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak
bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang
tidak menyenangkan.6
c. Konflik konflik dalam proses perkembangan
Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase perkembangan yang
pada umumnya dapat dilalui dengan sukses. Namun jika anak tidak dapat mengamati
konflik-konflik tersebut, biasanya mengalami gangguan-gangguan emosi.
d. Lingkungan keluarga
Salah satu fungsi keluarga adalah sosialisasi nilai keluarga mengenai bagaimana
anak bersikap dan berperilaku. Keluarga adalah lembaga yang pertama kali
mengajarkan individu (melalui contoh yang diberikan orang tua) bagaimana individu
mengeksplorasi emosinya. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi
perkembangan anak. Keluarga sangat berfungsi dalam menanamkan dasar-dasar
pengalaman emosi, karena disanalah pengalaman pertama didapatkan oleh anak.
Keluarga merupakan lembaga pertumbuhan dan belajar awal (learning and growing)
yang dapat mengantarkan anak menuju pertumbuhan dan belajar selanjutnya.
Gaya pengasuhan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan
emosi anak. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang emosinya
positif, maka perkembangan emosi anak akan menjadi positif. Akan tetapi, apabila
kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya negatif seperti, melampiaskan
kemarahan dengan sikap agresif, mudah marah, kecewa dan pesimis dalam menghadapi
masalah, maka perkembangan emosi anak akan menjadi negatif.7
6
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Pustaka Setia,
2006), hal.
7
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hal.
8
6. Langkah-Langkah dan Teknik Penanganan Masalah Emosi Dan Perilaku Anak
a. Langkah-langkah Penanganan masalah emosi dan perilaku anak
Penanganan masalah anak dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut.
1) Identifikasi kasus, yakni upaya untuk menandai subjek (anak) yang diperkirakan
mengalami masalah.
2) Identifikasi masalah, yakni upaya mengetahui inti permasalahan yang dihadapi
anak.
3) Diagnosis, merupakan langkah untuk mengidentifikasi karakteristik serta faktor
penyebab masalah yang dialami anak.
4) Prognosis, merupakan langkah untuk merumuskan alternatif upaya bantuan sesuai
dengan karakteristik permasalahan yang dialami.
5) Treatment, merupakan upaya pemberian bantuan itu sendiri.
6) Tindak lanjut, dilakukan sebagai bentuk evaluasi terhadap upaya pemberian
bantuan yang telah dilakukan serta kemungkinan penggunaan langkah-langkah
berikutnya.
b. Teknik Penanganan Masalah emosi dan perilaku anak
Pada hakikatnya, tidak ada satu pun teknik yang efektif untuk menangani
permasalahan anak yang berbeda-beda. Penggunaan suatu teknik akan bergantung
kepada karakteristik anak, jenis permasalahan, kemampuan serta keterampilan
pemberi bantuan, serta faktor feasibilitasny Di antara berbagai teknik yang dapat
dilakukan orang tua dan guru untuk membantu menangani permasalahan anak adalah
sebagai berikut.
1) Latihan
2) Permainan
3) Saran dan nasihat
4) Pengkondisian (conditioning)
5) Model dan peniruan (modeling and imitation)
6) Konseling
9
c. Syarat Menangani Permasalahan Anak
Orang tua dan guru merupakan model bagi anak. Untuk dapat membantu menangani
permasalahan anak dengan tepat, orang tua dan guru diharapkan memiliki beberapa
karakteristik sebagai persyaratannya. Beberapa karakteristik di bawah ini setidaknya
dapat membantu mempermudah orang tua dan guru dalam menangani permasalahan
yang dihadapi anak.
1) Kesabaran
2) Penuh kasih saying
3) Penuh perhatian
4) Ramah
5) Toleransi terhadap anak
6) Empati
7) Penuh kehangatan
8) Menerima anak apa adanya
9) Adil
10) Dapat memahami perasaan anak
11) Pemaaf terhadap anak
12) Menghargai anak
13) Memberi kebebasan terhadap anak
14) Menciptakan hubungan yang akrab dengan anak.8
8
http://ayuniequeenheart.blogspot.co.id/2013/04/jenis-permasalahan-emosi-dan-perilaku.html
10
c. Perasaan Psikis, yaitu perasaan yang menyebabkan perubahan- perubahan psikis,
misalnyarasa senang, sedih, dll.
d. Perasaan Pribadi, yaitu perasan yang dialami seseorang secara pribadi, misalnya
terasing, suka, tidak suka.
Perasaan merupakan bagian dari emosi, tidak terdapat perbedaan yang jelas antara
perasaan dan emosi. Emosi bersifat lebih intens dari perasaan, lebih ekspresif, ada
kecenderungan untuk meletus, dan emosi dapat timbul dari kombinasi beberapa perasaan,
sehingga emosi mengandung arti yang lebih kompleks dari perasaan.9
9
https://hudhanewblog.blogspot.co.id/2015/09/makalah-kelompok-karakteristik.html
11
3. Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja
Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau masa transisi
antara masa anak ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perkembangan yang
pesat mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosi. Pada masa ini dipercaya merupakan
masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya.
Perubahan-perubahan fisik yang dialami remaja juga menyebabkan adanya
perubahan psikologis. Hurlock disebut sebagai periode heightened emotionality, yaitu
suatu keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens
dibandingkan dengan keadaan normal.10 Emosi yang tinggi dapat termanifestasikan dalam
berbagai bentuk tingkah laku seperti bingung, emosi berkobar-kobar atau mudah meledak,
bertengkar, tak bergairah, pemalas, membentuk mekanisme pertahanan diri. Emosi yang
tinggi ini tidak berlangsung terus-menerus selama masa remaja. Dengan bertambahnya
umur maka emosi yang tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil.
10
E. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal. 17
11
Sunarto dan Hartono Agung, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal.
155
12
2) Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik
dengan orang tua mereka.
3) Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak di
antara mereka terlalu tinggi menafsirkan kemampuan mereka sendiri dan merasa
berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.
12
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2004), hal.115
13
i. Komposisi darah : komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang
menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.
14
kecemasan sendiri bagi remaja. Lebih lanjut berkaitan dengan apa yang akan mereka
lakukan setelah lulus.
e. Perubahan atau penyesuaian dengan lingkungan baru.
1) Perubahan yang radikal menyebabkan perubahan terhadap pola kehidupannya.
2) Adanya harapan sosial untuk perilaku yang lebih matang.
3) Aspirasi yang tidak realistis.
13
http://chywiedzhio-perkembanganemosiremaja.blogspot.co.id/
15
Setelah mengetahui bagaimana tipe remaja dalam mengekspersikan dirinya, orang
tua sebaiknya mempersiapkan diri untuk mengenal lebih jauh dalam membimbing anaknya
saat masa remaja, dengan cara berikut :
a. Kenali mereka lebih dekat yaitu informasi mengenai remaja dan perubahan2 yang
terjadi di dalam dirinya.
b. Kenali perubahan fisik pada remaja dan dampaknya terhadap diri anak.
c. Kenali perubahan emosi remaja dan caranya mencari perhatian orang tua serta reaksi
emosinya dalam menghadapi masalah.
d. Menciptakan hubungan komunikasi yang hangat, membentuk kebiasaan2 yang positif,
memberlakukan aturan dalam keluarga, menyikapi kesalahan anak, mengambil hati
anak dan mencuri perhatian anak.
e. Kenali perubahan lingkungan misalnya peran gender serta rasa keadilan antara pria dan
wanita; teman dan permasalahannya; naksir, ditaksir dan pacaran.
f. Masalah-masalah seksualitas, kelainan seksual dan pengaruh buruk yagn ada di
masyarakat.
Tidak hanya remaja yang belajar menghadapi kehidupananya yang baru tetapi
orang tua juga perlu banyak belajar menghadapi perubahan2 dan menemukan cara terbaik
untuk menghadapinya.
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18