Anda di halaman 1dari 17

1.

Definisi Infeksi
Jawab: Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit.Infeksi juga disebut asimptomatik apabila
mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau
jaringan.Penyakitb akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan
pada jaringan normal.(Potter & perry .Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933
942:2005).

2. Definisi Pencegahan Penyakit


Jawab: Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan lengkap yang
yang di berikan kepada klien untuk melindungi petugas kesehatan itu sendiri
(Sarwono Prawirohardjo. 2009).

3. Proses terjadinya infeksi


Jawab: Mikroba patogen agar dapat menimbulkan penyakit infeksi harus bertemu
dengan pejamu yang rentan, melalui dan menyelesaikan tahap-tahap sebagai
berikut.
a. Tahap I
Mikroba patogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan
(pejamu/penderita) melalui mekanisme penyebaran (mode of transmission).
Semua mekanisme penyebaran mikroba patogen tersebut dapat terjadi di
rumah sakit, dengan ilustrasi sebagai berikut.
1. Penularan langsung Melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas,
keluarga/pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain melalui
darah saat transfusi darah.
2. Penularan tidak langsung. Seperti yang telah diuraikan , penularan tidak
langsung dapat terjadi sebagai berikut.
a) Vehicle-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui
benda-benda mati (fotnite) seperti peralatan medis (instrument),
bahan-bahan/material medis, atau peralatan makan/minum untuk
penderita. Perhatikan pada berbagai tindakan invasif seperti
pemasangan kateter, vena punctie, tindakan pembedahan (bedah
minor, pembedahan di kamar bedah), proses dan tindakan medis
obstetri/ginekologi, dan lain-lain.
b) Vector-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen dengan
perantara vektor seperti lalat. Luka terbuka (open wound), jaringan
nekrotis, luka bakar, dan gangren adalah kasus-kasus yang rentan
dihinggapi lalat.
c) Food-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui
makanan dan minuman yang disajikan untuk penderita. Mikroba
patogen dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala dan
keluhan gastrointestinal, baik ringan maupun berat.
d) Water-borne, kemungkinan terjadinya penularan/penyebaran penyakit
infeksi melalui air kecil sekali, mengingat tersedianya air bersih di
rumah sakit sudah melalui uji baku mutu.
e) Air-borne, peluang terjadinya infeksi silang melalui media perantara
ini cukup tinggi karena ruangan/bangsal yang relatif tertutup, secara
teknis kurang baik ventilasi dan pencahayaannya. Kondisi ini dapat
menjadi lebih buruk dengan jumlah penderita yang cukup banyak.
Dari semua kemungkinan penyebaran/penularan penyakit infeksi yang
telah diuraikan di atas, maka penyebab kasus infeksi nosokomial yang
sering dilaporkan adalah tindakan invasif melalui penggunaan
berbagai instrumen medis (vehicle-borne).

b. Tahap II
Upaya berikutnya dari mikroba patogen adalah melakukan invasi ke
jaringan/organ pejamu (penderita) dengan cara mencari akses masuk untuk
masing-masing penyakit (port dentree) seperti adanya kerusakan/lesi kulit
atau mukosa dari rongga hidung, rongga mulut, orificium urethrae, dan lain-
lain.
1. Mikroba patogen masuk ke jaringan/organ melalui lesi kulit. Hal ini dapat
terjadi sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum suntik. Mikroba
patogen yang dimaksud antara lain virus Hepatitis B (VHB).
2. Mikroba patogen masuk melalui kerusakan/lesi mukosa saluran urogenital
karena tindakan invasif, seperti:
a) tindakan kateterisasi, sistoskopi;
b) pemeriksaan dan tindakan ginekologi (curretage);
c) pertolongan persalinan per-vaginam patologis, baik dengan bantuan
instrumen medis, maupun tanpa bantuan instrumen medis.
3. Dengan cara inhalasi, mikroba patogen masuk melalui rongga hidung
menuju saluran napas. Partikel in feksiosa yang menular berada di udara
dalam bentuk aerosol. Penularan langsung dapat terjadi melalui percikan
ludah (droplet nuclei) apabila terdapat individu yang mengalami infeksi
saluran napas melakukan ekshalasi paksa seperti batuk atau bersin. Dari
penularan tidak langsung juga dapat terjadi apabila udara dalam ruangan
terkontaminasi. Lama kontak terpapar (time of exposure) antara sumber
penularan dan penderita akan meningkatkan risiko penularan. Contoh:
virus Influenza dan Al. tuberculosis.
4. Dengan cara ingesti, yaitu melalui mulut masuk ke dalam saluran cerna.
Terjadi pada saat makan dan minum dengan makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Contoh: Salmonella, Shigella, Vibrio, dan sebagainya.
c. Tahap III
Setelah memperoleh akses masuk, mikroba patogen segera melakukan invasi dan
mencari jaringan yang sesuai (cocok). Selanjutnya melakukan
multiplikasi/berkembang biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap jaringan,
walaupun ada upaya perlawanan dari pejamu. Sehingga terjadilah reaksi infeksi yang
mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan fisiologis/ fungsi jaringan.
Reaksi infeksi yang terjadi pada pejamu disebabkan oleh adanya sifat-sifat
spesifik mikroba patogen.
a. Infeksivitas kemampuan mikroba patogen untuk berinvasi yang
merupakan langkah awal melakukan serangan ke pejamu melalui akses
masuk yang tepat dan selanjutnya mencari jaringan yang cocok untuk
melakukan multiplikasi.
b. Virulensi. Langkah mikroba patogen berikutnya adalah melakukan
tindakan destruktif terhadap jaringan dengan menggunakan enzim
perusaknya. Besar-kecilnya kerusakan jaringan atau cepat lambatnya
kerusakan jaringan ditentukan oleh potensi virulensi mikroba patogen.
c. Antigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif, mikroba patogen juga memiliki
kemampuan merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh pejamu
melalui terbentuknya antibodi. Terbentuknya antibodi ini akan sangat
berpengaruh terhadap reaksi infeksi selanjutnya.
d. Toksigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif melalui enzim perusaknya,
beberapa jenis mikroba patogen dapat menghasilkan toksin yang sangat
berpengaruh terhadap perjalanan penyakit.
e. Patogenitas
Sifat-sifat infeksivitas, virulensi, serta toksigenitas mikroba patogen pada
satu sisi, dan sifat antigenitas mikroba patogen pada sisi yang lain,
menghasilkan gabungan sifat yang disebut patogenitas. Jadi sifat
patogenitas mikroba patogen dapat dinilai sebagai deralat keganasan
mikroba patogen atau respons pejamu terhadap masuknya kuman ke tubuh
pejamu.
Reaksi infeksi adalah proses yang terjadi pada pejamu sebagai akibat dari
mikroba patogen mengimplementasikan ciri-ciri kehidupannya terhadap
pejamu. Kerusakan jaringan maupun gangguan fungsi jaringan akan
menimbulkan manifestasi klinis, yaitu manifestasi klinis yang bersifat
sistemik dan manifestasi klinis yang bersifat khusus (organik).
Manifestasi klinis sistemik berupa gejala (symptom) seperti domain,
merasa lemah dan terasa tidak enak (malaise), nafsu makan menurun,
mual, pusing, dan sebagainya. Sedangkan manifestasi klinis khusus akan
memberikan gambaran klinik sesuai dengan organ yang terserang. Contoh:
Bila organ paru terserang, maka akan muncul gambaran klinik
seperti batuk,sesak napas,nyeri dada, gclisah, dan sebagainya.
Bila organ alat pencernaan makanan terserang, maka akan muncul
gambaran klinik seperti mual, muntah, kembung, kejang perut,
dan sebagainya.

Mikroba patogen yang telah bersarang pada jaringan/organ yang sakit akan terus
berkembang biak, sehingga kerusakan dan gangguan fungsi organ semakin meluas.
Demikian seterusnya, di mana pada suatu kesempatan, mikroba patogen ketuar dari
tubuh pejamu (penderita) dan mencari pejamu baru dengan cara menumpang produk
proses metabolisme tubuh atau produk proses penyakit dari pejamu yang sakit.
4. Tujuan Pencegahan Infeksi
Jawab:

Tujuan pencegahan infeksi pada pelayanan kesehatan:


1. Mencegah terjadinya komplikasi infeksi pasca tindakan (terutama untuk tindakan
atau prosedur klinik menggunakan instrumen)

2. Menghindari terjadinya penularan penyakit infeksi berbahaya (HIV, Hepatitis B),


bukan hanya pasien ke pasien, tetapi juga dari pasien ke petugas kesehatan atau
sebaliknya.

5. Prinsip Pencegahan Infeksi


Setiap orang (pasien dan petugas pelayanan kesehatan ) harus dianggaap
berpotensI menularkan infeksi
Cuci tangan adalah prosedur yang paling praktis dalam mencegah kontaminasi
langsung
Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh setiap kulit yang luka, selaput lendir (
mukosa ), darah dan cairan tubuh lainnya ( secret )
Gunakan pelindung ( barier ) seperti kacamata ( goggles ), makes celemek ( apron
) pada setiap kali yang melakukan kegiatan pelayanan yang diantisipasi dapat
terkena percikan atau terkena darah dan cairn tubuh pasien
Selalu melakukan tindakan/prosedur menurut langkah yang aman seperti tidak
membengkokkan jarum dengan tangan, memegang alat medik dan prosesnya
dengan benar, membuang proses samppah medik dengan benar
Bersihkan dan bila perlu lakukan disinfeksi peralatan dan barang yang digunakan
sebelum daur ulang
Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin
Letakkan bayi yang mungkin dapat mengkontaminasi lingkungan ( misalnya bayi
dengan diare yang terinfeksius ) di dalam ruangan khusus

6. Tindakan Pencegahan Infeksi

Prosedur ini mencegah infeksi dengan mematikan atau menghambat pertumbuhan


mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lain. Persiapan kulit dan serviks
merupakan langkah penting dalam melakukan tindakan untuk metode keluarga
berencana seperti suntik, pemasangan atau pencabutan AKDR dan implan.
Beberapa Istilah Yang Sering Digunakan Dalam Pencegahan Infeksi :
Asepsis adalah semua usaha dalam mencegah masuknya mikroorganisme kedalam
tubuh baik melalui benda hidup maupun benda mati.
Antisepsis adalah semua usaha dalam membunuh maupun menghambat
mikroorganisme pada benda hidup.
Desinfeksi adalah semua usaha dalam membunuh maupun menghambat
mikroorganisme pada benda mati (alat-alat).
Dekontaminasi adalah membunuh virus Hiv/Aids dan Hepatitis B dengan cara
merendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Cuci bilas adalah menghilangkan 80% mikroorganisme dengan cara mencuci
dengan deterjen dan membilas di air yang mengalir.
Disinfeksi Tingkat Tinggi adalah tindakan menghilangkan semua mikroorganisme
kecuali endospora dengan cara rebus, kukus, kimia.
Sterilisasi adalah tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur,
virus, endospora/penyebab gangren, dikubitus, tetanus).
7. Skema prosedur pemrosesan alat

Jawab:
DEKOTAMINASI

CUCI & BILAS

METODE
METODE
TERBAIK
TERBAIK

STERILISASI DISINFEKSI TINGKAT


TINGGI

OTOKLAF: OVEN: REBUS: KIMIAWI:


- 20 MENIT - 60 MENIT - 20 MENIT - 20 MENIT
- 30 MENIT - 120 MENIT

DINGINKAN, SIAP PAKAI ATAU DISIMPAN

8. Cara dekontaminasi alat

Jawab:
Dekontaminasi adalah langkah pertama dalam menangani peralatan,
perlengkapan,sarung tangan, dan benda benda lainnya yang terkontaminasi.
Dekontaminasi membuat benda benda lebih aman untuk ditangani petugas pada saat
dilakukan pembersihan. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang
tebal atau sarung tangan rumah tangga dari latex, jika menangani peralatan yang sudah
digunakan atau kotor.
Segera setelah digunakan, masukkan benda benda yang telah terkontaminasi ke dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Ini akan dengan cepat mematikan virus hepatitis B
dan HIV. Pastikan bahwa benda benda yang terkontaminasi telah terendam seluruhnya
dalam larutan klorin.
Daya kerja larutan klorin akan cepat menurun sehingga harus diganti minimal setiap 24
jam sekali atau lebih cepat, jika terlihat telah kotor atau keruh.

9. Cara pencucian/bilas
Jawab:
Pencucian adalah sebuah cara yang efektif untuk menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme pada peralatan dan instrument yang kotor atau sudah digunakan. Baik
seterilisasi maupun desinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses
pencucian sebelumnya.jika benda benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci
segera setelah didekontaminasi,bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan
menghilangkan bahan bahan organic,lalu cuci dengan seksama secepat mungkin.

a. Perlengkapan / bahan bahan untuk mencuci peralatan


1. sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks.
2. sikat halus (boleh menggunakan sikat gigi ).
3. Tabung suntik ( minimal ukuran 10 ml : untuk membilas bagian dalam
kateter,termasuk kateter penghisap lender )
wadah plastik atau baja anti katat ( stainless steel )
air bersih
sabun dan detergent

b. Tahap tahap pencucian dan pembilasan


Gunakan sarung tangan yang tebal pada kedua tangan.
Ambil peralatan bekas pakai yang sudah di dekontaminasi ( hati hati bila memegang
peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit).
Agar tidak merusak benda benda yang terbuat dari plastik atau karet,jangan dicuci
secara bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam.
Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati hati:

a. Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran.
b. Buka engsel gunting dan klem

c. Sikat dengan seksama terutama dibagian sambungan dan pojok peralatan

d. Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal di peralatan

e. Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali.( lebih jika perlu ) dengan air dan sabun atau
detergent.

f. bilas benda benda tersebut dangan air bersih

Ulangi prosedur tersebut pada benda benda lain.


Jika peralatan akan di desinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi ( misalnya dalam larutan
klorin 0,5 % ) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering
sebelum memulai proses DTT.
Peralatan yang akan di desinfeksi Tingkat Tinggi dangan cara dikukus atau di rebus
atau disterilisasi di dalam autoklaf atau open panas kering, tidak usah dikeringkan
sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai.
Selagi masih memakai sarung tangan , cuci sarung tangan dengan air dan sabun
kemudian dibilas secara seksama dangan menggunakan air bersih.
Gantungkan sarung tangan dan biarkan dengan cara di angin anginkan.

10. Cara DTT/Sterilisasi


Jawab:
DDT adalah cara efektif untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dari
peralatan, sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis. DTT bisa
dijangkau dengan cara merebus, mengukus atau secara kimiawi. Ini dapat
menghilangkan semua organisme kecuali beberapa bakteri endospora sebesar 95%.

1. DTT dengan cara merebus


Merebus merupakan cara efektif dan praktis untuk DTT. Perebusan dalam air
selama 20 menit setelah mendidih, dimana semua alat jika mungkin harus terendam
semua, ditutup rapat dan dibiarkan mendidih serta berputar.
1. Gunakan panci dengan penutup yang rapat
2. Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan
3. Rendam peralatan sehingga semuanya terendam dalam air
4. Mulai panaskan air
5. Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih
6. Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan
waktu dimulai
Rebus selama 20 menit
Catat lama waktu perebusan pelaratan di dalam buku khusus
Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan
atau disimpan
Setelah peralatan kering,gunakan segera atau simpan dalam wadah DTT dan
penutup. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya
tidak dibuka.
DTT dengan uap panas
Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci maka sarung tangan siap DTT dengan
uap tanpa diberi talk.
1. Gunakan panci perebus yang memiliki 3 susunan nampan pengukus.
2. Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai, sarung tangan
dapat dipakai tanpa membuat kontaminasi baru
3. Letakkan sarung tangan pada baki atau tampan pengukus yang berlubang di
bawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari panci,letakkan sarung tangan dengan
bagian jarinya kearah tengah panci. jangan menumpuk sarung tangan.
4. Ulangi proses tersebut hingga semua nampan terisi dengan menyusun tiga nampan
pengukus yang brisi air.
5. Letakkan penutup di atas panci paling atas dan panaskan air hingga mendidih. Jika
uap airnya sedikit,suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh
mikroorganisme.
6. Catat lamanya waktu pengukusan jika uapa air mulai keluar dari celah panci.
7. Kukus sarung tangan 20 menit
8. Angkat nampan pengukus paling atas dan goyangkan perlahan lahan agar air
yang tersisa menetes keluar.
9. Letakkan nampan pengukus diatas panci yang kosong disebelah kompor
10. Ulangi langkah tersebut hingga nampan tersebut berisi sarung tangan susun diatas
panci perebus yang kosong.
11. Biarkan sarung tangan kering dengan diangin- anginkan di dalam panci sampai 4
6 jam.
12. Jika sarung tangan tidak akan segera dipakai,setelah kering gunakan pinset DTT
untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan dalam wadah DTT
lalu tutup rapat.
13. DTT dengan kimiawi
1. Letakkan peralatan kering yang sudah didekontaminasi dan dicuci dalam
wadah yang sudah berisi laruta kimia.
2. Pastikan bahwa peralatan terendam semua dalam larutan.
3. Rendam selama 20 menit.
4. Catat lama waktu perendaman
5. Bilas peralatan dengan air matang dan angin anginkan di wadah DTT yang
berpenutup
6. Setelah kering peralatan dapat digunakan atau disimpan dalam wadah DTT
yang bersih.
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan
mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Strilisasi jika
dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patoge atau apatoge beserta spora
yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran denngan cara merebus,stoom,panas
tinggi atau bahan kimia.jenis sterilisasi antara lain sterlisasi cepat,strilisasi panas
kering,strerilisasi gas ( formalin, H2O2 ), rdiasi ionisasi.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi :
1. Sterilisator ( alat untuk steril ) harus siap pakai,bersih dan masih berfungsi
2. Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas
dengan menyebutkan jenis peralatan,jumlah,tanggal pelaksanaan steril.
3. Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril
4. Tidak boleh menambahkan peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril
selesai
5. Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korental
6. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka bungkusnya,bila terbuka harus
dilakukan sterilisasi ulang
Beberapa alat yang perlu disterilkan :
1. Peralatan logam ( pinset, gunting, speculum,dll )
2. Peralatan kaca ( semprit, tabung kimia )
3. Peralatan karet ( cateter, sarung tangan, pipa lambung,dll)
4. Peralatan ebonite ( kanule rectum, kanule trakea,dll)
5. Peralatan email ( bengkok, baskom, dll)
6. Peralatan porselin ( mangkok, cangkir, piring, dll )
7. Peralatan plastic ( selang infuse, dll )
8. Peralatan tenunan ( kain kassa, dll )

Prosedur kerja
1. Bersihkan peralatan yang akan disterilisasi
2. Peralatan yang dibungkus haris diberi label
3. Masukkan ke dalam sterilisator dan hidupkan sterilisator sesuai dengan waktu yang
ditentukan
4. Cara sterilisasi:
1. Sterilisasi dangan merebus dalam air mendidih sampai 100 ( 15 20 menit )
untuk logam,kaca,dan karet
2. Sterilisasi dengan stoom menggunakan uap panas di dalam autoclave dengan
waktu, suhu,tekanan tertentu untuk alat tenun
3. Sterilisasi dengan panas kering menggunakan oven panas tinggi ( logam yang
tajam,dll )
4. Sterilisasi dengan bahan kimia menggunakan bahan kimia seperti alkohol,
sublimat,uap formalin, sarung tangan dan kateter.

11. Cara cuci tanga yang baik (Cuci tangan medis, cuci tangan bedah)
Jawab:
Cuci tangan Medis
Berikut enam cara mencuci tangan yang benar menurut WHO, seperti dikutip dari
Daily Mail pada Senin (11/4/2016):

1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang
mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara
lembut.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan .Bersihkan kedua
pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian diakhiri
dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu
keringkan memakai handuk atau tisu.

Cuci tangan Bedah

Hand hygiene (cuci tangan) steril metode bedah adalah suatu upaya membersihkan
tangan dari benda asing dan mikroorganisme dengan menggunakan metode yang
paling maksimal sebelum melakukan prosedur bedah. Upaya mengurangi
mikroorganisme patogen pada area tangan, mencuci tangan metode bedah dilakukan
dengan sangat hati-hati dan dalam waktu yang relatif lebih lama. Pelaksanaan
membersihkan tangan dengan mencuci tangan efektif membutuhkan waktu sekitar 2-6
menit melalui 3 tahapan dengan langkah-langkah :

1. Membasahi tangan dengan air mengalir, dimulai dari ujung jari sampai 2 cm
diatas siku.

2. Menempatkan sekitar 15 ml (3 x tekanan dispenser)


cairan handscrub antiseptik di telapak tangan kiri, dengan menggunakan siku
lengan yang lain atau dengan dorongan lutut untuk mengoperasikan dispenser.
3. Meratakan dan menggosok cairan handsrub

4. Ratakan dengan kedua telapak tangan, dilanjutkan


dengan menggosok punggung, sela- sela jari tangan kiri dan kanan dan
sebaliknya.

5. Kedua telapak tangan, jari -jari sisi dalam dari kedua tangan saling menggosok dan
mengait dilanjutkan dengan membersihkan kedua ibu jari dan ujung kuku jari
bergantian.

6. Mengambil pembersih kuku dan bersihkan dalam air mengalir

7. Mengambil sikat steril yang sudah berisi cairan handsrub

8. Menyikat tangan kanan dan tangan kiri bergantian.

9. Kuku dengan gerakan tegak searah dari atas ke bawah pada kedua tangan.
10. Jari-jari seakan mempunyai empat sisi, sela jari, secara urut mulai dari ibu jari
sampai dengan kelingking.

11. Telapak tangan, punggung melalui gerakan melingkar.

12. Daerah pergelangan tangan atas sampai dengan siku dengan gerakan melingkar.

13. Ulangi cara ini pada tangan kanan selama 2 menit.

14. Membilas tangan dengan air mengalir dari arah ujung jari ke siku dengan
memposisikan tangan tegak

15. Lakukan sekali lagi menyikat tangan kanan dan tangan kiri secara bergantian

16. Kuku dengan gerakan tegak searah dari atas ke bawah pada kedua tangan

17. Jari-jari seakan mempunyai empat sisi, sela-sela jari, secara urut mulai dari ibu jari
sampai dengan kelingking

18. Telapak tangan dan punggung dengan gerakan melingkar

19. Daerah pergelangan tangan atas sampai dengan siku dengan gerakan melingkar
dilakukan selama 2 menit.

20. Membiarkan air menetes dari tangan sampai dengan siku.

21. Mengeringkan menggunakan handuk steril yang dibagi 2 bagian, satu bagian
untuk tangan kiri dan bagian yang lain untuk tangan kanan, memutar dari jari- jari
tangan ke arah siku.

22. Meletakkan handuk pada tempat yang disediakan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam membersihkan tangan antara lain :


Sebelum dan sesudah melakukan hand hygiene, ada hal hal yang harus diperhatikan agar
tujuan hand hygiene dapat tercapai, diantaranya adalah :
1. Perawatan kuku tangan
Kuku tangan harus dalam keadaan bersih dan pendek. Kuku yang panjang dapat
menimbulkan potensi akumulasi bakteri patogen yang terdapat di bawah kuku.
Perhiasan dan aksesoris
Tidak diperkenankan menggunakan perhiasan pada pada area tangan seperti cincin,
karena adanya resiko akumulasi bakteri patogen pada perhiasan yang dipakai.
Kosmetik
Kosmetik yang dipakai petugas kesehatan, seperti cat kuku, dapat menyimpan bakteri
patogen, juga dapat terlepas dari tangan dan berpindah saat melakukan kontak dengan
pasien. Hal ini sangat berbahaya dan disarankan untuk tidak dilakukan.

4. Penggunaan handuk atau tissue


Pengeringan tangan sebaiknya menggunakan tissue disposable. Namun bila terdapat
keterbatasan dalam sumber daya, handuk yang bersih juga dapat digunakan,

12. Indikasi cuci tangan

Dalam kehidupan sehari-hari banyak penyebaran penyakit yang melalui


tangan, oleh karena itu berikut indikasi mencuci tangan :
1. Sebelum dan setelah kontak dengan kulit bayi atau cairan tubuh
2. Sebelum melakukan teknik aseptic
3. Sebelum memegang makanan
4. Bila terlihat kotor
5. Setelah dari toilet
6. Setelah kontak dengan peralatan yang kotor atau berpotensi terkontaminasi
7. Setelah melepaskan sarung tangan

13. Alat-alat perlindungan diri


Jawab: Jenis alat pelindung fisik:
Sarung tangan, melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien
dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas fisik
terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak
dengan satu pasien ke pasien lainnya untuk mencegah kontaminasi silang.
Masker , harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang,
dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar
sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga
untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke
dalam hidung atau mulut petugas kesehatan. Masker jika tidak terbuat dari bahan
tahan cairan, bagaimanapun juga tidak efektif dalam mencegah dengan baik.
Masker terbuat dari berbagai bahan, antara kain katun ringan, kasa, kertas sampai
bahan sintesis, yang beberapa diantaranya tahan cairan.
Pelindung mata, melindungi staf kalau terjadi cipratan darah atau cairan tubuh
lainnya yang terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung mata termasuk
pelindung plastik yang jernih, kacamata pengaman, pelindung muka. Kacamata
yang dibuat dengan resep dokter atau kacamata dengan lensa normal juga dapat
dipakai.
Kap, dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut
tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus cukup besar untuk
menutup semua rambut. Kap memberikan sedikit perlindungan pada pasien, tujuan
utamanya adalah melindungi pemakainya dari semprotan dan cipratan darah dan
cairan tubuh.
Apron, yang dibuat dari karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di
bagian depan dari tubuh petugas kesehatan. Apron harus dipakai kalau sedang
membersihkan atau melakukan tindakan dimana darah atau duh tubuh diantisipasi
akan tumpah (umpamanya, sewaktu seksio atau persalinan pervaginam). Apron
membuat cairan yang terkontaminasi tidak mengenai baju dan kulit petugas
kesehatan.
Alas kaki, dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau
berat atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki. Untuk alasan
ini sandal, atau sepatu terbuat dari bahan empuk (kain) tidak dapat diterima. Sepatu
bot terbuat dari bahan karet atau kulit lebih melindungi, tapi harus selalu bersih
dan bebas dari kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lainnya.

14. Apa yang dimaksud dengan Teknik isolasi dan transmisi kuman
Jawab:
Teknik Isolasi

Utami (2004: 14), Dalam suatu substrat atau media dapat tumbuh dari satu jenis
mikroorganisme, dengan demikian lalu dikembangkan suatu teknik pemisahan yang
disebut teknik isolasi, sehingga diperoleh atau biakan yang hanya terdiri dari satu jenis
mikroorganisme saja yang disebut biakan murni.
Transmisi Kuman

Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang
dapat menimbulkan radang atau penyakit.proses tersebut melibatkan beberapa unsur,di
antaranya:
Reservoir merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme,dapat berupa manusia,binatang,tumbuhan maupun tanah.
Jalan masuk merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat penampungan
dari berbagai kuman,seperti saluran pernapasan,pencernaan,kulit,dan lain-lain.
Inang (host)tempat berkembangnya suatu mikroorganisme ,yang dapat didukung
oleh ketahanan kuman.
Jalan keluar tempat keluar mikroorganisme, dari reservior, seperti sistem
pernapasan,sistem pencernaan,alat kelamin,dan lain-lain.

15. Contoh sampah basah, sampah kering, sampah tajam


Jawab:
Sampah Basah
Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun,
sampah dapur, dll Jenis sampah dapat terdegradasi (membusuk / pembusukan)
secara alami.
Sampah Kering
Sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain. Jenis sampah tidak
dapat terdegradasi secara alami.
Sampah Tajam
Sampah benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Sebagai contoh:
jarum suntik, persediaan intervena, pasteur pipet, pecahan kaca, pisau bedah.
Selain meliputi limbah benda tajam yang mungkin terkontaminasi dengan darah,
cairan tubuh, bahan mikrobiologi, beracun atau bahan radioaktif.

Anda mungkin juga menyukai