Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu oseanografi merupakan suatu sumber penelitian yang aktif dan


berkembang secara menyebar diseluruh dunia. Ilmu oseanografi dalam kajiannya
sangat berkaitan dengan lautan. Ditinjau dari pentingnya arti lautan sebagai suatu
sarana untuk perhubungan dan perniagaan serta merupakan tempat sumber-
sumber alam dan biologi yang berharga, maka ilmu ini sangatlah dibutuhkan
untuk dapat dipakai sebagai alat pembantu memecahkan masalah-masalah yang
yang berkaitan dengan laut. Banyak hipotesa yang disusun oleh para ahli untuk
menjelaskan bagaimana asal mula terjadinya Sistem Tata Surya. Cabang ilmu
astronomi yang khusus mempelajari asal-muasal terbentuknya Tata Surya adalah
kosmogoni (cosmogony). Sejak abad ke-18 sudah diusulkan teori-teori mengenai
asal-muasal Tata Surya ini. Tidak ada yang benar dalam sebuah teori. Namun,
pengujian teori-teori tersebut dilakukan dengan membandingkannya dengan fakta-
fakta di lapangan dan temuan-temuan baru akibat perkembangan teknologi.

B. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah oseanografi?
2. Untuk mengetahui pembentukan tata surya dan lautan?

C. Manfaat penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Bisa mengetahui pengertian dan sejarah oseanografi.
2. Bisa mengetahui teori pembentukan tata surya dan lautan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Oseanografi

Oseanografi berasal dari bahasa yunani terdiri atas dua kata, oceanos yang
berarti laut dangraphos yang berarti gambaran atau deskripsi. Secara sederhana
kita dapat mengartikan oseanografi sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut.
Secara kompleks oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan
(eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah
bagian dari hidrosfer. (A.Shofy Mubarak S.Pi.M.Si, 2009).

Dalam definisi yang lain Oseanografi berasal dari bahasa


Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau
deskripsi atau biasa juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, adalah
cabang ilmu Bumi yang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini mencakup
berbagai topik seperti organisme laut dan dinamika ekosistem yaitu
diantaranya arus samudra, gelombang, dan dinamika cairan geofisika, tektonik
lempeng dan geologi dasar laut, serta arus berbagai zat kimia dan fisika di dalam
lautan dan perbatasannya. (Harlan Sumarsono, 2009).

Selain itu pula, oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai


suatu disiplin ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah
merupakan suatu ilmu yang murni, akan tetapi merupakan perpaduan dari
bermacam-macam ilmu-ilmu dasar lain. Ilmu-ilmu ini yang termasuk didalamnya
adalah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu
kimia(chemistry), ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (meteorology). (Sahala
Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).

Dengan kata lain Oceanografi itu ialah Scientific study dan explorasi
lautan dan laut-laut serta semua aspek-aspek dan fenomenanya. Termasuk

2
sedimen, batuan yang membentuk dasar laut, interaksi antara laut dengan
atmosfer, pergerakan air, serta faktor-faktor tenaga yang menyebabkan adanya
gerakan tersebut baik tenaga dari dalam maupun tenaga dari luar, kehidupan
organisme, susunan kimia air laut, serta asal mula terjadinya lautan dan laut-laut
purbakala. Oleh karena ituoceanografi dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu
mengenai laut. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).

B. Sejarah Oseanografi

J.J. Bhatt, dari Rhode Island Junior College (1978), membagi


sejarah Oseanografi menjadi beberapa era,. yaitu era klasik, era sebelum
Challenger, era Challenger, era setelah Challenger, dan era Glomar Challenger

Awal dari oseanografi tidak diketahui pasti, karena memang


manusia kuno tidak meninggalkan rekaman secara sistematik, baik berupa jurnal
ataupun buku harian perorangan. Para arkeolog mencatat orangorang Polinesia
dan India pra sejarah melakukan perjalanan laut yang sulit dalam jarak yang
panjang. Para pedagang dari India Timur telah memiliki pengetahuan yang cukup
baik tentang arus-arus monsun, karena perjalanan laut sudah umum dikawasan
Samudera Hindia pada sekitar 3000 MS. Menyusul kemudian bangsa Punisia dan
Yunani yang kerap melayari perairan Laut Tengah dalam rentang waktu 1500 -
1600 SM. Sekitar tahun 150 M, Claudius Ptolemy telah membuat peta Samudera
Atlantik dan Hindia berupa dua lautan yang tertutup. Bersamaan dengan masanya
beberapa instrumen navigasi telah ditemukan, seperti kompas dan astrolabe (alat
pengukur tinggi bintang) di Cina. Tahun 800 - 1000 M bangsa Viking telah
berlayar hingga Atlantik Utara, menemukan Iceland dan Greenland. Dan tahun
1000 M ahli sejarah mencata Leif putra Eric Si Merah telah mencapai bagian
paling utara dari Benua Amerika.

Era sebelum Challenger ditandai oleh dua orang pionir pelayaran jarak
jauh yaitu Christopher Columbus (Italia) yang berhasil mencapai Benua Amerika
tahun 1492 dan Vasco da Gama (Portugis) berhasil menemukan rute ke India
melalui Tanjung Harapan tahun 1498. Tahun 1520, pelaut Spanyol Ferdinand

3
Magellan berlayar hingga samudera Pasifik, dan mengukur kedalaman laut di
beberapa tempat menggunakan teknik gelombang bunyi tetapi belum dapat
mencapai dasar lautnya William Dampier telah mendeskripsikan aspek
meteorologi laut dalam oseanografi secara detail dalam publikasinya A discourse
of the Wind tahun 1700. Tahun 1768-1779 Captain James Cook melayari kawasan
Pasifik memetakan New Zealand, Laut Selatan, dan pantai barat laut Amerika
Utara. Dan pada tahun 1770 Benjamin Franklin untuk yang pertama kalinya
membuat peta Arus Teluk (Gulf Stream).

Alexander Von Humboldt (1769-1859) dari Jerman atas inspirasi ekspedisi


Cook melakukan lima tahun perjalanan laut melalui Kuba, Meksiko, dan banyak
tempat lagi sepanjang pantai Amerika Latin. Ia mempublikasikan perjalanan
ilmiahnya dalam 17 volume tulisan The Travels of Humboldt and Bonpland in the
Interior of America. Tahun 1818 John Ross dan keponakannya James Ross sukses
mengukur kedalaman Teluk Baffin, Canada, serta mempelajari kondisi dan
distribusi alamiah organisme serta sedimen laut. Charles Darwin dengan kapal
Beagle-nya tahun 1830 melakukan ekspedisi ke kepulauan Galapagos,
menghasilkan konsep-konsep evolusi yang hingga kini masih tertulis dalam buku-
buku tentang evolusi makhluk hidup. Edward Forbes mengamati binatang dan
tumbuhan dasar laut. Ia membagi populasi laut menjadi delapan zona menurut
skala pertumbuhan habitatnya terhadap kedalaman.

Oseanografi fisika menemukan awal kebangkitannya melalui buku teks


pertama dalam oseanografi, The Physical Geography of the Sea, yang ditulis oleh
letnan Matthew Fontaine Maury dari angkatan laut Amerika tahun 1855. Oleh
bangsa Amerika ia dikenal sebagai bapak oseanografi fisis modern.

Langkah besar dalam oseanografi terjadi setelah dipublikasikannya


Ekspedisi Challenger oleh William Dittmar (1884) berdasarkan ekspedisi kelautan
menggunakan kapal angkatan laut Inggris HMS Challenger yang dipimpin C
Wyville Thomson tahun 1872-1876. Ini adalah ekspedisi laut dalam secara global
yang pertama kali dilakukan. Darinya berhasil dikoleksi sampel-sampel biologi

4
laut, 77 sampel air samudera, informasi kedalaman da temperatur laut, serta
landasan oseanografi geologi terbentuk karenanya. Ekspedisi ini menjadi inspirasi
ekspedisi-ekspedisi selanjutnya dan berdirinya lembaga-lembaga riset samudera.
Seiring dengan waktu berbagai deskripsi tentang samudera dan segala sesuatu di
bawah permukaan air yang melingkupi bumi kita mulai terungkap.

Di akhir abad 19, oseanografi dari Norwegia Fridjof Nansen


berdsarkan ekspedisi Fram-nya di samudera Artik mencoba mengungkap berbagai
fenomena di samudera tersebut dan mengamati fenomena angin yang
membangkitkan arus permukaan laut. Sumbangan dari Nansen yang hingga kini
masih digunakan yaitu tabung khusus untuk sampel air laut dari berbagai
kedalaman, kini dikenal dengan nama botol Nansen.

Di awal abad 20 kapal riset Meteor melakukan lebih dari 70.000 sounding
dasar samudera, ia melengkapi hasil sounding dari challenger. Tahun 1920-1922
kapal riset Dana mengamati samudera Hindia dan menemukan punggungan
tengah samudera Carlsberg di dasarnya. Tahun 1950-an kapal riset Swedia
Galatha Triste selain berhasil mengukur kedalaman palung Mindanau juga
menemukan kehidupan di laut dalam.

Kapal riset Glomar Challenger yang diluncurkan oleh Institut


Oseanografi Scripps di La Jolla California tahun 1968 adalah kapal riset modern
yang dilengkapi berbagai sensor untuk mengukur seluruh
parameter oseanografi. Kapal ini juga memiliki kemampuan untuk
melakukan pengeboran di dasar laut. Antara tahun 1968-1973 Glomar
Challenger telah mengebor 450 sumur bor, melego jangkar di 300 lokasi, dan
mengurangi lebih dari 275.000 km. Oseanografi kini telah melingkupi
multidisiplin keilmuan dan telah menggunakan teknologi tingkat tinggi dalam
observasi samudera temasuk menggunakan perangkat penginderaan jauh seperti
satelit.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak diantara


samudera Fasifik dan Hindia jelas memerlukan riset kelautan untuk

5
mengungkap berbagai fenomena dan mengidentifikasi sumber daya laut yang
dimiliki secara akurat. Indonesia telah melengkapi perangkat
teknologi dengan kapal-kapal riset. Lembaga-lembaga negara yang
berhubungan dengan matra laut seperti Dinas Hidro Oseanografi-Angkatan Laut,
LIPI, dan BPPT memang telah memiliki kapal-kapal riset. Tetapi, kapal riset yang
ada belum sebanding dengan luasnya kawasan lautan Indonesia. (Agus Supangat
Susanna, )

Secara singkat dari semua perkembangan mengenai ilmu oseanografi


dapat disusun sebagai mana berikut:

1) Pada abad ke 4 SM, aristotelles melakukan penelitian tentang hewan dan


tumbuhan laut. Tentang penjelasan dan pengklasifikasian tumbuhan laut.
(Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn C., Duxbury, Alison B. 2006)
2) Abad ke 1 SM orang-orang mengamati gerak pasang dan letak bulan pertama
yang digunakan untuk membuat ramalan. (Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn
C., Duxbury, Alison B. 2006)
3) Abad ke 14 M, Ferdinand magelheans mengadakan pelayaran keliling dunia,
bertujuan untuk membuktikan bahwa bumi memiliki bentuk yang bulat.
(Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn C., Duxbury, Alison B. 2006)
4) Abad ke 18 M, James cook membuat sebuah peta dari lautan pasifik dan
memperlihatkan adanya sebuah daratan yang terletak dibagian sebelah selatan
kutub yang selalu tertutup es.(Sverdrup, Keith A., Duxbury, Alyn C., Duxbury,
Alison B. 2006).

Penelitian oseanografi di Indonesia pertama kali dimulai pada tahun 1904


ketika Konings Benser mendirikan sebuah laboratoruim perikanan di Jakarta.
Pada tahun 1919, laboratorium ini dirubah menjadi sebuah laboratorium biologi
laut, setelah ini mengalami beberapa lagi perubahan nama mulai dari lembaga
penelitian laut, menjadi lembaga sumber lautan, dan kemudian berubah
menjadi lembaga penelitian laut yang akhirnya pada tahun 1970 berubah menjadi
lembaga Oceanologi Nasional. (Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans 1984).

6
C. Pembentukan Tata Surya

Tata Surya merupakan sebuah sebuah sistem yang terdiri dari Matahari,
delapan planet, planet-kerdil, komet, asteroid dan benda-benda angkasa kecil
lainnya. Matahari merupakan pusat dari Tata Surya di mana anggota Tata Surya
yang lain beredar mengelilingi Matahari.

Beberapa teori-teori pembentukan tata surya adalah sebagai berikut:

a) Teori Hipotesa Nebula Kant dan Laplace


Teori ini dikemukakan oleh Kant dan Laplace (1796) yang meyakini
terbentuknya tata surya merupakan kondensasi awan panas atau kabut gas yang
sangat panas, yang sebagian terpisah dan merupakan cicin yang mengelilingi
pusat. Pusatnya itu menjadi sebuah bintang atau matahari. Bagian yang
mengelilingi pusat tersebut berkondensasi membentuk suatu formula yang
serupa dengan terbentuknya matahari tadi, setelah mendingin, benda-benda ini
akan menjadi planet-planet seperti bumi dengan benda-benda yang me
ngelilinginya.
b) Teori Tidal atau teori pasang surut
Dikemukakan oleh James dan Harold Jeffreys (1919). Menurutnya planet
merupakan pecikan dari matahari yang disebut Tidal. Tidal yang besar akan
menjadi planet baru disebabkan karena bergerak mendekatnya dua matahari,
hal ini jarang sekali terjadi. Seperti dalam teori diatas bahwa dua bintang yang
saling mendekat akan membentuk planet yang baru. Teori ini menjelaskan
mengapa planet-planet di bagian tengah seperti Yupiter, Saturnus, Uranus dan
Neptunus merupakan planet raksasa sedangkan di bagian ujungnya merupakan
planet-planet kecil. Kelahiran kesembilan planet itu karena pecahan gas dari
matahari yang berbentuk cerutu itu maka besarnya planet-planet itu berbeda-
beda yang terdekat dan terjauh besar tetapi yang di tengah lebih besar lagi.
c) Hipotesis planettesimal

7
Dikemukakan oleh Chamberlain dan Moulton. Hipotesis ini bertitik tolak
dari pemikiran yang sama dengan teori Nebular yang menyatakan bahwa
system tata surya terbentuk dari kabut gas yang sangat besar, berkondensasi,
perbedaannya ialah terletak pada asumsi bahwa terbentuknya planet-planet itu
tidak harus dari satu badan, tetapi diasumsikan adanya bintang besar lain yang
kebetulan sedang lewat di dekat bintang yang merupakan bagian dari tata surya
kita. Kabut gas dari bintang lain itu sebagian terpengaruh oleh daya tarik
matahari kita dan setelah mendingin terbentuklah benda-benda yang disebut
Planettesemal. Planettesemal merupakan benda-benda kecil yang padat.Teori
ini merupakan jawaban dari pertanyaan mengapa ada satelit-satelit pada Jupiter
maupun saturnus yang orbitnya berlawanan rotasi planet itu.
d) Teori Creatio Continua
Dikemukakan Fred Hoyle, Bondi dan Gold. Berpendapat bahwa saat
diciptakan alam semesta ini tidak ada, alam semesta ada dan selamanya tetap
ada setelah diciptakan. Setiap saat ada partikel yang dilahirkan dan ada yang
lenyap, yang kemudian mengembun menjadi kabut, bintang dan jasad alam
semesta, karena partikel yang lebih besar daripada partikel yang lenyap, maka
jumlah materi makin bertambah dan mengakibatkan pemuaian alam semesta.
Pengembangan tersebut mencapai titik batas 10 milyar tahun, dalam kurun
waktu tersebut akan menghasilkan kabut-kabut baru. Teori ini berpendapat
bahwa 90 % materi alam semesta ialah hedrogen yang akhirnya membentuk
helium dan zat-zat lainnya.

e) Teori Awan Debu


Dikemukakan oleh Carl von Weizsaeker (1940) kemudian
disempurnakan oleh Gerard P Kuiper (1950). Tata Surya terbentuk dari
gumpalan awan gas dan debu. Gumpalan awan itu mengalami pemampatan,
pada proses pemampatan itu partikel-partikel debu tertarik ke bagian pusat
awan itu membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin dan kemudian
membentuk cakram yang tebal di bagian tengah dan tipis di bagian tepinya.
Partikel-partikel di bagian tengah cakram itu saling menekan dan menimbulkan

8
panas dan berpijar, Bagian inilah yang kemudian menjadi matahari.Sementara
bagian yang luar berputar sangat cepat sehingga terpecah-pecah menjadi
gumpalan yang lebih kecil, Gumpalan kecil ini berpilin pula dan membeku
kemudian menjadi planet-planet.
f) Teori Bintang Kembar
Teori bintang kembar diungkapkan oleh R.A. Lvttleton, seorang astronom.
Teori ini berpendapat bahwa planet, termasuk bumi, berasal dari perpaduan
bintang kembar. Sebuah bintang itu meledak. Lalu, mengeluarkan banyak
material. Material itu kemudian mengelilingi satu bintang yang tidak meledak,
karena daya gravitasi. Bintang yang meledak dan membentuk banyak material
tadi itu merupakan planet, termasuk bumi. Dan, bintang yang tidak meledak
menjadi matahari.

g) Teori Big Bang


Teori Big Bang mengungkapkan kalau bumi dan tata surya terbentuk dari
gumpalan kabut raksasa, yang awalnya, berputar pada poros yang semestinya.
Pembentukan ini berlangsung puluhan milyar tahun lalu. Lalu, bagian-bagian
kecil dari gumpalan raksasa tadi terhempas keluar. Sedangkan bagian besarnya
tetap berkumpul.

Kemudian, gumpalan raksasa yang menggumpal seperti cakram itu


meledak sangat dahsyat. Lalu, lemparan tadi membentuk nebula-nebula, yang
akhirnya menjadi galaksi karena pembekuan. Bagian yang lebih kecil mengalami
pendinginan dan padat, sehingga membentuk gumpalan. Gumpalan itu menjadi
planet-planet, termasuk bumi. .(Uswah Masdion, 2014)

9
D. Pembentukan Lautan

Lautan merupakan kumpulan air asin (dalam jumlah yang banyak dan
luas) yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. (Kamus
Besar Bahasa Indonesia)
Sebelum mengetahui sejarah pembentukan laut, harus diketahui terlebih
dahulu bagaimana terbentuknya bumi. Karena sebelum lautan terbentuk adalah
bumi yang terlebih dahulu tercipta. Bumi dilahirkan 4,5 milyar tahun yang lalu.
Menurut ceritanya, tata surya kita yang bernama Bima Sakti, terbentuk dari
kumpulan debu di angkasa raya yang dalam proses selanjutnya tumbuh menjadi
gumpalan bebatuan dari mulai yang berukuran kecil hingga ke ukuran asteroid
sebesar ratusan kilometer. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle, 2000)

Bebatuan angkasa tersebut selanjutnya saling bertabrakan, dimana


awalnya tabrakan yang terjadi masih lambat. Akibat adanya gaya gravitasi,
bebatuan angkasa yang saling bertabrakan itu saling menyatu dan membentuk
suatu massa batuan yang kemudian menjadi cikal bakal (embrio) bumi. Lama
kelamaan dengan semakin banyaknya bebatuan yang menjadi satu tersebut,
embrio bumi tumbuh semakin besar. Sejalan dengan semakin berkembangnya
embrio bumi tersebut, semakin besar pula gaya tarik gravitasinya sehingga
bebatuan angkasa yang ada mulai semakin cepat menabrak permukaan embrio
bumi yang sudah tumbuh semakin besar itu. Akibat tumbukan-tumbukan yang
sangat dahsyat tersebut timbulah ledakan yang sudah pasti sangat dahsyat pula
yang mengakibatkan terbentuknya kawah-kawah yang sangat besar dan pelepasan
panas secara besar pula. (Prager, Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000)

Teori tektonik lempeng terjadi karena sifat dari kerak bumi, sebagai
lapisan paling luar adalah padat dan keras, sedangkan lapisan dibawahnya yaitu
astenosfer, memiliki sifat yang kental dan liat. Karena sifat astenosfer yang kental
dan liat, dan adanya suhu yang panas dari lapisan yang lebih dalam, maka terjadi
perpindahan panas konveksi, yang mengakibatkan pergerakan astenosfer (seperti

10
pergerakan air yang sedang dididihkan). Sehingga, kerak bumi di atasnya menjadi
terpecah-pecah, kemudian membentuk lempeng

Pada kira-kira 3 Ga (giga anum) terbentuk ratusan mikrokontien dan busur


kepulauan yang disebut Ur, yang antara lain terdiri dari apa yang kita kenal
sekarang sebagai Afrika, India, Australia, dan Antartika. Pada sekitar 1,2 Ga yang
lalu, fragmen-fragmen kerak benua berkumpul menjadi satu membentuk satu
superkontinen yang disebut Rodinia melalui gerak tektonik lempeng. Kata
Rodinia berasal dari bahasa Rusia yang berarti homeland atau daratan asal
(Burke Museum of Natural History and Culture, 2004). Superkontinen Rodinia
dikelilingi oleh samudera tunggal yang disebut Pan-Rodinia Mirovoi Ocean
(vide, Cawood, 2005).

Pada 830 Ma, Superkontinen Rodinia terbelah menjadi Gondwana Barat


dan Gondwana Timur. Peristiwa ini menghasilkan Samudera Mirovoi,
Mozambique, dan Pasifik. Kemudian pada 630 Ma, pecahan kontinen tersebut
berkumpul kembali dan membentuk Superkontinen Gondwana atau Pannotia.
Pembentukan superkontiken ini melibatkan penutupan Samudera Adamastor,
Brazilide, dan Mozambique.Pada 530 Ma, Superkontinen Gondwana terbelah
menjadi Lauresia (inti benua yang sekarang disebut Amerika Utara), Baltika
(Eropa Utara), Siberia, dan Gondwana.Peristiwa ini menyebabkan terbukanya
Samudera Pasifik dan Iapetus di sisi barat dan timur Laurensia, dan menutup
Samudera Mirovoi atau Mozambique.Pada kira-kira 300 Ma, pecahan-pecahan
superkontinen itu berkumpul kembali dan membentuk superkontinen yang ke-tiga
yang disebut dengan Pangea (Cawood, 2005).Pembentukan Superkontinen Pangea
ini terjadi melalui penutupan samudera dan pembentukan pegunungan Gondwana,
Laurussia dan Siberia, serta penyelesaian pembentuka Pegunungan Altai.

Akhirnya, pada sekitar 200-150 Ma, Superkontinen Pangea terbelah


membentuk konfigurasi benua dan samudera seperti yang sekarang. Terbelahnya
superkontinen ini menyebabkan lahirnya Samudera Atlantik, Antartika dan

11
Hindia, serta penyempitnya Samudera Pasifik; pembentukan Pegunungan
Himalaya dan Kepulauan Indonesia.

Gambar 1. Arus Konveksi yang Menyebabakan Pergerakan Lempeng

Lalu setelah terbentuk cekungan dan tinggian, Bagaimana bisa terdapat


massa air yang begitu besar untuk mengisinya? Salahsatu alasannya adalah
adanya proses hujan terus menerus yang terjadi di atmosfer, di masa awal
terbentuknya atmosfer bumi.

Hujan secara terus-menerus tersebut terjadi karena adanya proses Out


Gassing, dari dalam bumi, yang salah satunya mengeluarkan H2O dalam fasa gas.
Proses ini, juga menyebabkan suhu permukaan bumi, semakin menurun.
Penurunan suhu permukaan bumi ini, berimplikasi adanya fenomena dimana air
tidak lagi berada pada fasa gas, tapi dalam fasa cair dengan suhu permukaan bumi
seperti sekarang. Oleh karena itu, air dalam fasa cair ini mengisi cekungan-
cekungan di permukaan bumi, sehingga terbentuklah samudera / lautan yang luas.

12
Selain, dari proses out gassing, terdapat hipotesis bahwa kandungan air
yang besar di Bumi juga berasal dari luar angkasa. Seperti yang kita tahu bahwa
terdapat benda-benda antariksa yang memiliki kandungan yang besar. Di awal
pembentukan bumi, terdapat kemungkinan, benda-benda langit tersebut jatuh ke
bumi, sehingga menambah kadar H2O dalam bumi. (Author Andrean Eka
Lucianto, 2014).

Laut sendiri menurut sejarahnya terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu,
dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu
sekitar 1000C) karena panasnya bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi
karena saat itu atmosfer bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah
yang menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-
garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat
itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam
bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu bertipe mamut alias luar biasa
tingginya karena jarak bulan yang begitu dekat dengan bumi. (Prager, Ellen J, dan
Sylvia A. Earle, 2000)

Para ahli memiliki beberapa versi tentang sejarah terbentuknya lautan


yang ada dibumi. Salah satu versi yang cukup terkenal adalah bahwa pada saat itu
Bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping
itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang
mengakibatkan terhalangnya sinar Matahari untuk masuk ke Bumi. Akibatnya,
uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah
(yang mungkin berupa hujan tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan
di Bumi hingga terbentuklah lautan. Secara perlahan-lahan, jumlah karbon
dioksida yang ada diatmosfer mulai berkurang akibat terlarut dalam air laut dan
bereaksi dengan ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit
mulai menjadi cerah sehingga sinar Matahari dapat kembali masuk menyinari
Bumi dan mengakibatkan terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di
Bumi juga mengalami pengurangan dan bagian-bagian di Bumi yang awalnya
terendam air mulai kering. Proses pelapukan batuan terus berlanjut akibat hujan

13
yang terjadi dan terbawa ke lautan, menyebabkan air laut semakin asin. (Prager,
Ellen J, dan Sylvia A. Earle 2000)

Pada 3,8 milyar tahun yang lalu, planet Bumi mulai terlihat biru karena
laut yang sudah terbentuk tersebut. Suhu Bumi semakin dingin karena air di laut
berperan dalam menyerap energi panas yang ada, namun pada saat itu
diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di Bumi. Kehidupan di Bumi, menurut
para ahli, berawal dari lautan (life begin in the ocean). Namun demikian, masih
merupakan perdebatan hangat hingga saat ini, kapan tepatnya kehidupan awal itu
terjadi dan di bagian lautan yang mana? apakah di dasar laut ataukah di
permukaan? Hasil penemuan geologis di tahun 1971 pada bebatuan di Afrika
Selatan (yang diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 milyar tahun) menunjukkan adanya
fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur
mendidih di dasar laut. (Aryono Prihandito, 1989)

Secara perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai


berkurang akibat terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat
membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga
sinar Matahari dapat kembali masuk menyinari Bumi dan mengakibatkan
terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di Bumi juga mengalami
pengurangan dan bagian-bagian di Bumi yang awalnya terendam air mulai kering.
Proses pelapukan batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke
lautan, menyebabkan air laut semakin asin. (Aryono Prihandito, 1989)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Oseanografi adalah ilmu yang menkaji mengenai laut dan segala


fenomenanya. Sejarah oseanografi dibagi menjadi empat era yaitu era klasik,
era sebelum Challenger, era Challenger, era setelah Challenger, dan era
Glomar Challenger.
2. Pembentukan tata surya berdasarkan teori dibagi menjadi enam yaitu
Hipotesa Nebula Kant dan Laplace, Teori Tidal atau teori pasang surut,
Hipotesis planettesimal, Teori Creatio Continua, Teori Awan Debu, Teori
Bintang Kembar dan Teori Big Bang. Pembentukan lautan terbentuk 4,4
milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang
mendidih (dengan suhu sekitar 1000C) karena panasnya bumi pada saat itu.
Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer bumi dipenuhi oleh karbon
dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan yang
terjadi yang menghasilkan garam-garaman yang menyebabkan air laut
menjadi asin seperti sekarang ini.

B. Saran
Hendaknya mahasiswa khususnya mahasiswa Geofisika mengetahui
pembentukan tata surya dan lautan yang sangat berkaitan dengan bumi yang
merupakan objek kajian dalam Geofisika

15

Anda mungkin juga menyukai