Anda di halaman 1dari 14

Sebagaimana dilansir dari media Antara, Kementerian Komunikasi dan

Informatika mencanangkan gerakan menuju 100 Kota Pintar (Smart City)


dengan membentuk 25 kota pintar di 25 kabupaten/ kota. Disebutkan oleh
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, saat ini banyak kota
berlomba-lomba membangun smart city.

Memang konsep pembangunan kota dengan pengedepanan Smart Citysedang


marak dibicarakan di kalangan pemerintahan di Indonesia. Maraknya
pembahasan dan ide-ide ini berasal dari penilaian pemerintah atas
kemampuan ide pembangunan smart city dalam mengatasi banyak masalah di
tiap kota, baik kamacetan, keamanan warga kota, sampai penumpukan
sampah. Penekanan pembangunan smart city dengan penggunaan teknologi
dan informasi dalam kehidupan sehari-hari diharapkan menjadikan kota dapat
melayani warga dan menghadirkan solusi bagi permasalahan di daerah.

Topik mengenai ketepatan konsep smart city dalam membangun sebuah kota
inilah yang melatarbelakangi pelaksanaan lokakarya bertemakan Smart City:
Solution or Trigger Problems? diselenggarakan oleh Friedrich Naumann
Foundation bersama Democrat Youth Caucus on Climate dan Climate
Institute pada 18-20 Juli 2017, bertempat di Royal Tulip Hotel Bogor.
Lokakarya yang dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai latar belakang studi
dan universitas di Indonesia yang telah melalui seleksi karya tulis diharapkan
dapat menggali lebih dalam mengenai pandangan publik dan politisi akan
ketepatan konsep smart city dalam pembangunan sebuah kota.

Lokakarya diisi oleh tiga narasumber, diantaranya adalah Aang Jatmika


sebagai perwakilan Jakarta Smart City, Diovio Alfath sebagai perwakilan dari
Climate Institute, dan M. Husni Thamrin sebagai perwakilan dari Partai
Demokrat.

Dalam sesinya, Aang Jatmika memaparkan indikator kesuksesan Institusi


Jakarta Smart City, disebutkan bahwa secara fundamental JSC mencoba
merealisasikan enam pilar penting dalam pembangunan kota pintar di
Jakarta; yakni
terkait people (manusia), governance (pemerintahan), economy(ekonomi), living (
kehidupan), mobility (mobilitas), dan environment(lingkungan). Disebutkan
bahwa kerjasama diantara pihak pemerintah, swasta, dan publik adalah
sebuah keharusan untuk menjamin keberhasilan smart city.
Pada aspek smart people, dikeluarkannya Kartu Jakarta Pintar diharapkan
dapat memberikan kemudahan bagi warga Jakarta dalam transaksi elektronik
dan dapat membantu dalam pengumpulan data untuk analisis pola kegiatan
pemilik KJP. Pada aspek smart governance, JSC melakukan terobosan
teknologi dengan sistem pengaduan Qlue yang dapat digunakan oleh publik
dan pelayan publik secara efektif dan memangkas waktu birokrasi pelayanan
keluhan. Pada aspek smart economy, kerjasama dilakukan dengan
Tokopedia dan Zomato dengan fokus sektor UMKM di Indonesia. Pada
aspek smart living, JSC menjalankan tugasnya dengan menintegrasikan
sistem CCTV di Jakarta yang digunakan untuk pemantauan. Pada
aspek smart mobility, kerjasama dilakukan oleh pihak JSC dengan pihak
Transjakarta dan TRAFI sehingga data yang dimiliki mitra dalam digunakan
oleh JSC untuk menganalisis pola penggunaan transportasi umum yang
berguna bagi pengembangan kebijakan dan perencanaan tata kota. Pada
aspek environment, realisasi kota layak huni didukung oleh manajemen
sumber daya alam, pembangunan green building yang ramah lingkungan.

Sesi berikutnya dibawakan oleh Diovio Alfath membahas mengenai Smart


Mobility: A Gap Between Technology and Reality. Dalam pemaparannya,
pertama-tama dijelaskan mengenai konsep smart mobility, bahwa ini adalah
berkaitan dengan sistem pergerakan yang memungkinkan terjadinya
pemenuhan kebutuhan dalam pergerakan seminim mungkin dan secepat
mungkin. Dalam paparannya disebutkan bahwa salah satu bentuk
penggunaan teknologi dalam smart mobility adalah penggunaan transportasi
online, namun terdapat hambatan perkembangan transportasi online di
Indonesia yaitu ketidaksiapan orang Indonesia dalam menghadapi kompetisi
yang dihadirkan oleh transportasi online.

Dari sesi tanya-jawab, muncul komentar menarik dari peserta lokakarya, yaitu
mengenai fokus digital pada smart city yang tidak diimbangi dengan kepintaran
dari warga di kota dimana smart city dicanangkan. Disebutkan bahwa memang
diperlukan sosialisasi dan edukasi agar terjadi perubahan paradigma dari
warga untuk dapat menyikapi persoalan yang ada, hal ini diharapkan dapat
membangun disiplin dalam bermobilitas sehingga meningkatkan
efektivitasnya. Hal ini dikarenakan pada hakekatnya, smart citysulit berjalan
jika tidak memiliki komponen smart people di dalamnya.
Narasumber pada sesi ketiga yaitu M. Husni Thamrin sebagai perwakilan dari
Partai Demokrat menyampaikan apresiasinya pada keberadaan dan
keberhasilan Qlue di Jakarta. Dari aplikasi Qlue, dapat dikatakan bahwa smart
city dapat terealisasikan dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam
pemerintahan, dan komitmen aparat pemerintah untuk menyelesaikan
permasalahan yang telah disampaikan pada aplikasi pelaporan tersebut.

Berkaitan dengan pembentukan smart city, pembicara menyampaikan


kritiknya mengenai keperluan pola pikir kritis dari tiap-tiap pemerintah daerah,
bahwa tiap-tiap daerah memiliki permasalahan kotanya masing-masing
sehingga tidak tepat jika smart city hanya dilaksanakan dengan konsep copy-
paste tanpa memperhatikan faktor keberlanjutannya. Disebutkan
bahwa smart city bukanlah sebatas mengenai Command Center dan aplikasi
pendukung, namun pertama-tama pemahaman menyeluruh mengenai
konsep smart city haruslah dimiliki oleh tiap pemimpin daerah sehingga
teknologi yang dibuat dapat digunakan sebaik dan seefektif mungkin. Tiap
pemimpin daerah harus berpikir maju dalam meningkatkan kesejahteraan
warganya. Pembangunan smart city haruslah menjawab permasalahan
kotanya, sehingga setiap pemimpin daerah dan partai politik harus dapat
berpikir lebih pintar dalam menghadirkan solusi yang berkelanjutan.

Lokakarya di akhiri dengan sesi presentasi policy recommendation pada hari


ketiga setelah sehari sebelumnya, peserta dibagi ke dalam tiga kelompok isu,
yaitu smart living, smart mobility, dan smart environment. Ketiga kelompok
diberikan waktu untuk menggali ide-ide kreatif dan innovatif mengenai isu
terkait. Contoh kasus sukses akan ide smart city, besarnya kemungkinan
realisasi ide dan nilai manfaat yang diberikan menjadi tiga fokus utama dalam
penulisan rekomendasi ini. Diharapkan penulisan policy recommendation ini
dapat mendorong tumbuhnya kesadaran pemerintah dan kepala daerah akan
besarnya manfaat smart city dan pengedepanan kesadaran lingkungan dalam
membangun kotanya.
Smart city di indonesia
Jumat, 07 November 2014

Sebelum kita membicarakan Smart city di indonesia kita perlu tau kondisi di indonesia saat ini.Kondisi
Berdasarkan data ,Indonesia tahun 2013 adalah sebagai berikut

1. Populasi penduduk di indonesia 240 juta jiwa


2. jumlah rumah tangga 60 juta
3. GDB per kapita USD 3000
4. Populasi perkotaan 55 %
5. jumlah pengguna seluler 300 juta
6. jumlah pc 4 juta
7. jumlah pengguna internet 80 juta (40 persen dari pengguna mobile)
8. jumlah pelanggan broadband internet 23 juta (30 mobile internet user)
9. pertumbuhan ekonomi 5,4 pertahun

Berdasarkan data diatas,indonesia sudah seharusnya menerapkan konsep smart city . Di indonesia
sudah ada beberapa kota yang sudah menerapkan konsep smart city diantaranya:

1. Bandung
2. Balikpapan
3. Makasar
4. surabaya

Bandung

Telah terdapat 5000 wifi disetiap ruang public


pelayanan public lewat jaringan sosial media seperti twitter
setiap dinas memiliki data digital
kartu parkir berbayar
smart goverment dengan mengupgread sistem di pemerintahan dari paper ke paperless dengan
sistem informasi yang user frendly
Bandung akan punya kota pintar yang akan dinamai Bandung Technopolis seluas 400 hektar.
Kota pintar di Gede Bage itu nantinya akan menjadi prototipe penerapan smart city di
Indonesia
Balik papan
balikpapan didirikan data center terbesar di indonesia
Kota yang berbabis cerdas teknologi ini akan menghasilkan kreativitas digital ( Digital Creative
Center) bagi para pengguna teknologi yang ada di Kalimantan timur, khususnya Balikpapan.
Data center di Balikpapan sudah mengalahkan Luas data center yang ada di Surabaya (5.500
m2), sentul (8.000 m2) dan serprong (20.000 m2)

Makasar
Jalan Layang di Pantai Losari Dari Belakang HGM (Hotel Golden Makassar) ke Depan Fort
Rotterdam
Smart Hospital, menambahkan perangkat sensor pada pasien (location tracking devices) dan
papan status yang ditempatkan diruang tunggu untuk melacak keberadaan pasien (electronic
status board)
Smart Parking Censor Platform, fitur mengisi bensin dan menambahkan fitur cuci kendaraan
dan service
Balikpapan, Telkom juga berencana membangun pusat kreativitas digital (digital creative
center), sebagai fasilitas berbasis teknologi canggih.
1.000 titik akses koneksi internet berbasis wireless melalui @wifi.id di berbagai lokasi di
Balikpapan

Surabaya

o Kota Surabaya adalah kota yang memenangkan ajang Smart City Award 2011 yakni
Smart Environment, Smart Living, dan Smart Governance.
o Di Surabaya banyak terdapat open space, bahkan surabaya sudah meningkatkan ruang
terbuka hijau menjadi 40%. Salah satu taman di surabaya membuat kota Surabaya
mendapat penghargaan dari adiwiyata dan taman terbaik di Asia.
o pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus ekploratoris yang berbekal sedikit
teori dan mengeksplorasi fenomena kasus. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa proses
pembangunan Kota Surabaya menuju Smart City

DIPOSTING OLEH STI 1 KOMENTAR

KIRIMKAN INI LEWAT EMAILBLOGTHIS!BERBAGI KE TWITTERBERBAGI KE FACEBOOK


Contoh Fasilitas Kota Berkonsep Smart City
Contoh Fasilitas Kota Berkonsep Smart City

Teknologi modern serta perencanaan kota yang ramah lingkungan telah menghasilkan sejumlah
inovasi baru. Banyak kota besar di dunia berusaha meningkatkan keseimbangan secara
berkelanjutan, yang akan menjadi daya tarik kota itu sendiri. Berbagai macam inovasi berkembang
ke berbagai unsur layanan kota pintar. Berikut adalah contoh dari fasilitas kota dengan konsep
Smart City

Perumahan dan Gedung Perkantoran

Untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam pengoperasian bangunan dan
konstruksi, di beberapa kota telah dilakukan perbaikan pada infrastruktur serta sertifikasi
bangunan untuk mengurangi penggunaan listrik dan air. Penggunaan smart metering dan smart
building teknologi membantu memaksimalisasi kontrol penggunaan.Pengaturan kode etik dalam
proses pembangunan, standarisasi dan sertifikasi adalah salah satu cara penting untuk menciptakan
bangunan yang ramah lingkungan. Banyak kota telah menjalankan program pengawasan kodeetik
dan standar dalam proses pembangunan dan renovasi gedung.

Pengelolaan sumber daya alam

Dalam hal pasokan dasar sumber daya alam, banyak kota yang bekerja keras untuk mengurangi
intensitas karbon dari energi yang digunakan masyarakat serta meningkatkan efektifitas, efisiensi
pasokan dan jaringan distribusi.Berbagai sumber energi terbarukan seperti energi tenaga air, angin,
sampah, ombak, matahari, dan panas bumi akan menjadi sumber energi penting. Pada tahun 2010,
lebih dari 100 negara telah menetapkan target untuk energi terbarukan, naik dari hanya 55 negara
pada tahun 2005. Sampai tahun 2020 penggunaan energi terbarukan ditargetkan sekitar 15%
hingga 25%, tetapi ada beberapanegara sudah melampaui target ini

Kesehatan dan keselamatan

Teknologi informasi dan telekomunikasi secara inovatif telah mengubah kemampuan kota untuk
menyediakan.pelayanan kesehatan jarak jauh kepada masyarakat, terutama masyarakat yang
tinggal di panti jompo dan daerah terpencil.Penerapan teknologi modern merupakan bagian
terpenting dari proyek ini.Beberapa pasien dilengkapi dengan perangkat yang dapat mengukur
tekanan darah dan glukosa darah secara otomatis, menggunakan sebuah televisi set-top box yang
berfungsi sebagai computer yang mampu meng-upload hasil tes ke Service Center Telecare.Para
perawat kemudian menganalisa hasil diagnosa tersebut dan merekomendasikan perawatan yang
diperlukan.Salah satu manfaat dari program ini adalah bahwa pasien tidak harus meninggalkan
tempat tinggalnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.

Pendidikan dan budaya

Model pelayanan pendidikan pada kota pintar (Smart City) baik negeri maupun swasta, diterapkan
terutama menggunakan teknologi modern. Termasuk penyediaan fasilitas untuk kegiatan rekreasi
dan kebudayaan seperti :musik, teater, olahraga dan kegiatan rekreasi lainnya. Tidak kalah
pentingnya, pendidikan dalam konteks Kota Pintar (Smart City) adalah kebutuhan untuk
melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan, dimana akan terjadi perubahan perilaku untuk
menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan keseluruhan aspek keberlanjutan dan kesehatan
lingkungan kota.

DIPOSTING OLEH STI 0 KOMENTAR

KIRIMKAN INI LEWAT EMAILBLOGTHIS!BERBAGI KE TWITTERBERBAGI KE FACEBOOK

Karakteristik Aplikasi Berbasis Smart City


Karakteristik Aplikasi Berbasis Smart City

Sensible
--> melakukan sensor
--> WSN , GIS.
Connectable
--> sensor terhubung ke aplikasi dan pengguna melalui jaringan komputer.
Ubiquitous
--> dapat diakses kapanpun dan dimanapun , mobile
Sociable
--> terhubung satu sama lain
--> social media, social network
Shareable
--> berbagi informasi ke jejaring.
Visible/Augmented
--> informasi diakses secara fisik
--> Augmented reality

6 Level Penerapan Smart City (menurut Prof Suhono STEI ITB)


1. Level 0 --> masih kota biasa , ada potensi menjadi Smart City.
2. Level 1 --> mulai menjadi Smart City --> tersedia internet secara menyeluruh.
3. Level 2 --> setiap kota saling terhubung --> MAN (Metropolitan Area Network)
4. Level 3 --> open information dan open data ( bertukar informasi / data ) antar kota secara online
5. Level 4 --> tiap kota memiliki informasi penting tersendiri dan nilai penting didalamnya.
Level 5 --> integrasi yang baik antar kota --> kombinasi dari level 2,3,4.

DIPOSTING OLEH STI 0 KOMENTAR

KIRIMKAN INI LEWAT EMAILBLOGTHIS!BERBAGI KE TWITTERBERBAGI KE FACEBOOK

Faktor factor yang Mempengaruhi Terwujudnya


Smart City
Banyak faktor yang membuat smart city ini menjadi sukses di beberapa negara
berkembang, selain inisiatif yang membuat smart city ini berhasil faktor lain yaitu :

1. Manajemen dan Organisasi

Suatu organisasi harus memiliki manajemen yang terstruktur agar


organisasi tersebut berjalan baik, seimbang dan lancar. Dalam hal ini factor organisasi dan
manajemem merupakan factor yang menentukan kemajuan terciptanya smart city,
karena manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan.
2. Teknologi

Sebuah smart city sangat bergantung pada smart computing. Smart computing
mengacu pada generasi baru hardware, software dan jaringan teknologi yang menyediakan system
IT yang real-time. Dengan analisis yang baik dan
secara mendalam dapat membantu penduduk membuat keputusan yang lebih pintar yang d
iiringi dengan tindakan yang dapat mengoptimalkan proses bisnis.
Teknologi informasi merupakan sebuah pendorong utama bagi inisiatif
smart city. Proyek pembangunan smart city dengan mengacu pada teknologi informasi da
pat mengubah sejumlah peluang yang potensial, mereka dapat meningkatkan manajemen d
an fungsi kota. Namun, meskipun banyak manfaat dari teknologi tersebut dampaknya masih
belum terlihat jelas, karena terdapat kesenjangan social bagi penduduk yang tinggal di pedesaan
yang belum mendapatkan fasilitas tersebut.
Maka dari itu pemerintah kota harus banyak mempertimbangkan faktor-faktor
tertentu ketika mengimplementasikan teknologi informasi yang berkaitan dengan
sumber daya, kapasitas, dan hal-hal yang berkaitan dengan kesenjangan social nantinya.

3. Pemerintahan

Beberapa kota di Negara berkembang sudah memulai proyek pembangunan smart city
yang inisiatif. Proyek ini disebut inisiatif smart city untuk melayani warga
dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian, beberapa kota telah
merasakan peningkatan kebutuhan pemerintahan untuk mengelola proyek.
Dukungan dari pemerintah juga merupakan salah satu factor yang penting
untuk kemajuan smart city. Karena tanpa dukungan pemerintah impian untuk mewujudkan
smart city akan sulit untuk diwujudkan.

4. Kebijakan

Perpindahan dari sebuah kota biasa menjadi smart city memerlukan interaksi
komponen teknologi dengan politik dan kelembagaan. Komponen
politik mewakili berbagai elemen dan tekanan eksternal, seperti kebijakan politik yang
mungkin mempengaruhi ide dari pembuatan smart city. Konteks kebijakan sangat
penting bagi pemahaman dari penggunaan system informasi. Pemerintah yang inovatif yang
ikut serta dalam membangun smart city menekankan perubahan dalam suatu kebijakan.

5. Masyarakat

Masyarakat merupakan bagian penting dari terciptanya smart city, karena dengan
demikian kebiasaan-kebiasaan yang dulu mulai ditinggalkan. Proyek smart city berdampak pada
kualitas hidup warga dengan tujuan menjadikan sebuah kota
menjadi lebih efisien. Masyarakat juga dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam
pengelolaan dan penyelenggaraan kota, serta menjadi pengguna kota yang aktif. Masyarakat
juga adalah factoryang paling menentukan keberhasilan atau kegagalan terciptanya smart city.
6. Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan pendorong utama smart city. Sebuah kota dengan daya
saing ekonomi yang tinggi dianggap memiliki salah satu sifat smart
city. Faktor ekonomi termasuk salah satu daya saing inovasi, kewirausahaan, dan
produktivitas dari kota tersebut.
7. Infrastruktur

Infrastruktur memegang peranan penting dalam membuat smart city. Karena


smart city dibangun berdasarkan infrastruktur ICT seperti wi-fi dan hotspot.
Pembangunan infrastuktur ICT merupakan hal yang mendasar dalam melakukan
pembangunan smart city. Pembangunan infrastruktur tergantung pada beberapa factor yang
terkait untuk kinerja dan ketersediannya.
8. Lingkungan

Factor lingkungan dianggap sebagai factor yang mempengaruhi kemajuan smart city
karena nantinya lingkungan sebuah kota menggunakan teknologi dalam menjalani kelangsungan
hidup masyarakatnya

DIPOSTING OLEH STI 0 KOMENTAR

KIRIMKAN INI LEWAT EMAILBLOGTHIS!BERBAGI KE TWITTERBERBAGI KE FACEBOOK

Dimensi Smart City


Ada 6 Dimensi smart city, yaitu
1. smart economy
smart economy atau ekonomi cerdas mencakup inovasi dan persaingan, jika semakin banyak
inovasi-inovasi baru yang dikembangkan maka akan menambah peluang usaha baru dan
meningkatkan persaingan pasar usaha/modal.
Meningkatnya jumlah pelaku usaha mengakibatkan persaingan pasar menjadi semakin ketat.
Sehingga inovasi-inovasi baru perlu diciptakan untuk mempertahankan eksistensi bisnis pelaku
usaha tersebut.

2. smart mobility
Smart mobility termasuk pada transportasi dan pembangunan infrastruktur. Pembangunan
infrastruktur diwujudkan melalui penguatan system perencanaan infrastruktur kota,
pengembangan aliran sungai, peningkatan kualitas dan kuantitas air bersih, pengembangan system
transportasi, pengembangan perumahan dan permukiman, dan peningkatan konsistensi
pengendalian pembangunan infrastruktur.
Dengan ketersediaan sarana/prasarana transportasi dan infrastruktur yang memadai akan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.

3. smart environment (lingkungan)


Lingkungan pintar berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan, keberlanjutan
sumber daya, keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak,bagi masyarakat dan public.
Menurut undang-undang tentang penataan ruang, mensyaratkan 30 % lahan perkotaan harus
difungsikan untuk ruang terbuka hijau baik privat maupun public. Lingkungan yang bersih tertata
merupakan contoh dari penerapan lingkungan yang pintar.

4. smart people (kreativitas dan modal)


Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal
manusia (human capital) maupun modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-
pelatihan bagi UMKM dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan
usahanya.
Modal sosial termasuk seperti kepercayaan, gotong royong, toleransi, penghargaan, saling
memberi dan saling menerima serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap
pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme seperti meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap
kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat
dan menurunnya tingkat kejahatan. Tata nilai ini perlu dipertahankan dalam kehidupan sosial masyarakat
smart city.

5. smart living (kualitas hidup)


Berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas
hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri.
Pencapaian budaya pada manusia, secara langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari
pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang baik adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau
budaya yang berkualitas merupakan hasil dari pendidikan yang berkualitas.
6. smart governance (pemberdayaan dan partisipasi)
Kunci utama keberhasilan penyelengaraan pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu
paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang
mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi,
transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai
dan prinsip desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab,
dan berdaya saing.

Keberpihakan pemerintah daerah perlu ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah-


wilayah tertinggal sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih
cepat dan dapat mengejar ketinggalan pembangunan. Hal yang dapat dilakukan adalah
membangun wilayah-wilayah tertinggal melalui peningkatan produktivitas dan pemberdayaan
masyarakat, meningkatkan keterkaitan antara wilayah tertinggal dengan wilayah-wilayah pusat
kota serta mengelola dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya yang ada

DIPOSTING OLEH STI 0 KOMENTAR

KIRIMKAN INI LEWAT EMAILBLOGTHIS!BERBAGI KE TWITTERBERBAGI KE FACEBOOK

Pengertian Smart City


Smart city merupakan sebuah konsep kota cerdas yang dapat membantu masyarakat mengelola
sumber daya yang ada dengan effisien dan memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat
atau lembaga dalam melakukan kegiatannya atau pun mengantisipasi kejadian yang tek terduga
sebelumnya
Smart city merupakan sebuah impian dari hampir semua Negara di dunia. Dengan Smart City,
berbagai macam data dan informasi yang berada di setiap sudut kota dapat dikumpulkan melalui
sensor yang terpasang di setiap sudut kota, dianalisis dengan aplikasi cerdas, selanjutnya
disajikan sesuai dengan kebutuhan pengguna melalui aplikasi yang dapat diakses oleh berbagai
jenis gadget. Melalui gadgetnya,secara interaktif pengguna juga dapat menjadi sumber data,
mereka mengirim informasi ke pusat data untuk dikonsumsi oleh pengguna yang lain.

Konsep smart city:


1.Sebuah kota berkinerja baik dengan berpandangan ke dalam ekonomi, penduduk,
pemerintahan, mobilitas, lingkungan hidup
2.Sebuah kota yang mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur termasuk jalan, jembatan,
terowongan, rel, kereta bawah tanah, bandara,
pelabuhan, komunikasi, air, listrik, dan pengelolaan gedung. Dengan
begitu dapat mengoptomalkan sumber daya yang dimilikinya serta
merencanakan pencegahannya. Kegiatan pemeliharaan dan keamanan dipercayakan kepada
penduduknya.
3.Smart city dapat menghubungkan infrastuktur fisik, infrastruktur IT,
infrastruktur social, dan bisnis infrastruktur untuk meningkatkan kecerdasan kota.
4.Smart city membuat kota lebih efisien dan layak huni
5.Penggunaan smart computing untuk membuat smart city dan
fasilitasnya meliputi pendidikan, kesehatan, keselamatan umum, transportasi yang lebih
cerdas, saling berhubungan dan efisien.

DIPOSTING OLEH STI 3 KOMENTAR

KIRIMKAN INI LEWAT EMAILBLOGTHIS!BERBAGI KE TWITTERBERBAGI KE FACEBOOK

Beranda

Kelompok 2
Rahmadona
Mezda Ariani
Taufiqur Rahman
Ihsan Abdillah

Blog Archive
2014 (6)

o November (6)

Smart city di indonesia

Contoh Fasilitas Kota Berkonsep Smart City

Karakteristik Aplikasi Berbasis Smart City

Faktor factor yang Mempengaruhi Terwujudnya Smar...

Dimensi Smart City

Pengertian Smart City

Mengenai Saya
STI
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Anda mungkin juga menyukai