Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta
didik. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku ketrampilan,
kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi,
belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi
yang ada pada peserta didik. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada
suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada peserta didik.

Belajar merupakan sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan


berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang
diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi
atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah
pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih
baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan
interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.

Secara luas, teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang
psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah
membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang
harus mendapat perhatian. Ranah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotor.

Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori
dan belajar, secara umum teori belajar dikelompokan dalam empat kelompok atau
aliran meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitifistik (3)
Teori Belajar Konstruktifistik (4) Teori Belajar Humanistik.

Salah satu teori belajar yaitu humanistik yang menekankan perlunya sikap
saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam
membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Teori ini

Page | 1
1 |Psikologi Pendidikan
menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang
dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban
yang benar. Menurut Rogers, dalam Sudrajat bahwa teknik-teknik assessment dan
pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment
kepada klien. (Sudrajat, 2013).

Deskripsi di atas menunjukkan betapa pentingnya mendeskripsikan dan


mengkaji teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran di tengah
kegagalan pendidikan di Indonesia yang lebih mementingkan dan hanya
menjadikan aspek kognitif sebagai acuan terbesar dalam mengukur kualitas
pendidikan di Indonesia.

Pada hakikatnya manusia itu harus di didik dan harus belajar karna di
dunia ini tidak ada makhluk hidup yang sewaktu baru di lahirkan seBelajar
merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan sangat penting bagi kita
sdemikan tidak berdayanya seperti bayi manusia.sebaliknya, tidak ada makhluk di
dunia ini yang setelah dewasa mampu menciptakan apa yang telah di ciptakan
manusia dewasa. jika bayi manusia yang baru di lahirkan tidak mendapat bantuan
dari manusia dewasa yang lain,tidak belajar,niscaya binasalah ia. Ia tidak akan
mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak di didik atau di ajar oleh manusia.
Benar, bahwa bayi yang baru di lahirkan telah membawa beberapa naluri/insting
dan potensi potensi yang di perlukan untuk kelangsungan hidupnya,namun
jumlahnyatebatas sekali dan potensi bawaan itu tidak akan mungkin berkembang
tanpa pengaruh dari luar.

Di samping kepandaian yang bersifat jasmani,seperti merangkak,berjalan


dan lain sebagainya. Anak(manusia ) itu membutuhkan kepandaian yang bersifat
rohaniah.manusia bukan hanya makhluk biologis seperti halnya dengan hewan.
Manusia adalah makhluk sosial dan budaya. Jelasnya kiranya,bahwa belajar
sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. Juga mengerti pula kita sekarang,
mengapa anak(manusia) membutuhkan waktu yang lama untuk belajar sehingga
menjadi manusia dewasa. Manusia selalu dan senantiasa belajar bila manapun
dan di manapun dia berada.

2 |Psikologi Pendidikan
B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang, dapata diformulasikan


permasalahan pokok sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar humanistik?

2. Siapakah tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik?

3. Bagaimana prinsip-prinsip teori belajar humanistik?

4. Bagaimana aplikasi dan implikasi teori belajar humanistik dalam


pembelajaran?

5. Apa saja teori belajar dalam psikologi?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mendapatkan deskripsi tentang teori belajar humanistik.

2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam teori belajar humanistik.

3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori belajar humanistik.

4. Untuk mendapatkan gambaran tentang aplikasi dan implikasi teori belajar


humanistik dalam pembelajaran.

5. Untuk mengetahui apa saja teori belajar dalam psikologi.

3 |Psikologi Pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Humanistik

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik
adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka.

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari
proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata
lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal
dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia
keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan
manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar


memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. (Uno, 2006:
13)

Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik


adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial
dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan
strategi berpikir produktif Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para
peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat
mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah

4 | P s i k o l o g i P e n d i d i kPage
an |4
pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-
aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-
hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan
tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi
keanekaragaman pendidikan ini. (Uno, 2006: 13).

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta didik untuk


mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Jadi, teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya.

B. Tokoh Teori Humanistik

1. Carl Rogers

Carl R. Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh perhatian kepada
mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi.
Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila
tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena
itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber
pada diri peserta didik.

Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan
(2) belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar
yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek
pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.

Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme?.


Orang belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk

5 |Psikologi Pendidikan
dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya
sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil.

Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar peserta didik


menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif
dalam : (1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar peserta didik
bersikap positif terhadap belajar, (2) membantu peserta didik untuk memperjelas
tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar,
(3) membantu peserta didik untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka
sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai sumber belajar
kepada peserta didik, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan
dari berbagai peserta didik sebagaimana adanya. (Hadis, 2006: 72)

2. Arthur Combs

Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi
karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku
peserta didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta didik tersebut
sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan peserta didik yang ada.

Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs


berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa
peserta didik mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan
sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu.
Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si peserta didik untuk
memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.

6 |Psikologi Pendidikan
Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

C. Prinsip - prinsip Teori Belajar Humanistik

Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai a whole person


atau orang sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya
mengajarkan materi atau bahan ajar yang menjadi sasaran, tetapi juga membantu
peserta didik mengembangkan diri mereka sebagai manusia.

Keyakinan tersebut telah mengarahkan munculnya sejumlah teknik dan


metodologi pembelajaran yang menekankan aspek humanistik pembelajaran.
(Alwasilah, 1996: 23) Dalam metodologi semacam itu, pengalaman peserta didik
adalah yang terpenting dan perkembangan kepribadian mereka serta penumbuhan
perasaan positif dianggap penting dalam pembelajaran mereka. Pendekatan
humanistik mengutamakan peranan peserta didik dan berorientasi pada kebutuhan.
Menurut pendekatan ini, materi atau bahan ajar harus dilihat sebagai suatu
totalitas yang melibatkan orang secara utuh, bukan sekedar sebagai sesuatu yang
intelektual semata-mata. Seperti halnya guru, peserta didik adalah manusia yang
mempunyai kebutuhan emosional, spritual, maupun intelektual. Peserta didik
hendaknya dapat membantu dirinya dalam proses belajar mengajar. Peserta didik
bukan sekedar penerima ilmu yang pasif. (Purwo, 1989: 212)

Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:

1. Manusia mempunyai belajar alami

2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai


relevansi dengan maksud tertentu

3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.

7 |Psikologi Pendidikan
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil

5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam


memperoleh cara.

6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya

7. Belajar lancer jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar

8. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam

9. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan


untuk mawas diri

10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa


prinsip belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah
untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan
yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar
akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan
kebutuhan peserta didik, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi
ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada
belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan
diri sendiri, (5) belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi,
pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) kebebasan,
kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi
diri orang lain tidak begitu penting. (Dakir, 1993: 64)

8 |Psikologi Pendidikan
D. Aplikasi Teori Belajar Humanistik

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta
didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
(Sumanto, 1998: 235)

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang


memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik
memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.


Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas

2. Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang


bersifat jelas , jujur dan positif.

3. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta didik


untuk belajar atas inisiatif sendiri

4. Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses


pembelajaran secara mandiri

5. Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih


pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari
perilaku yang ditunjukkan.

6. Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya

9 |Psikologi Pendidikan
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta
didik. (Mulyati, 2005: 182)

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini tepat untuk diterapkan.


Keberhasilan aplikasi ini adalah peserta didik merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri. Peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani,
tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan ,
norma , disiplin atau etika yang berlaku.

Implikasi Teori Belajar Humanistik

Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta
didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang


memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik
memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.


Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai
kualitas fasilitator, yaitu:

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,


situasi kelompok, atau pengalaman kelas

2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan


perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.

10 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang


paling luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu
mencapai tujuan mereka.

5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan


menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba
untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi
kelompok

7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat


berperanan sebagai seorang peserta didik yang turut berpartisipasi, seorang
anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu,
seperti peserta didik yang lain.

8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta
didik

9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan


adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar

10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. (Dakir, 1993: 65).

Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

1. Merespon perasaan peserta didik

2. Menggunakan ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang sudah


dirancang

11 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
3. Berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik

4. Menghargai peserta didik

5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan

6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk


mementapkan kebutuhan segera dari peserta didik)

7. Tersenyum pada peserta didik. (Syaodih, 2007: 152)

Guru-guru cenderung berpendapat bahwa pendidikan adalah pewaris kebudayaan,


pertanggungan jawaban sosial dan bahan pembelajaran yang khusus, mereka
percaya bahwa masalah ini tidak dapat di serahkan begitu saja kepada peserta
didik.

E. Teori-Teori Belajar Dalam Psikologi

Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan


dengan itu bermuncullah pula berbagai teori dalam belajar. Di dalam masa
perkembangan psikologi ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi
pendidikan, masing-masing yaitu:

1. Psikologi behavioristik
2. Psikologi kognitif
3. Psikologi humanistik
4. Psikologi sibernetik

Keempat aliran psikologi pendidikan di atas tumbuh dan berkembang secara


beruntun dari periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan
aliran psikologi tersebut bermunculan teori- teori tentang belajar, yaitu:

1. Teori teori belajar dari psikologi behavioristik


2. Teori teori belajar dari psikologi kognitif
3. Teori teori belajar dari psikologi humanistik
4. Teori teori belajar dari psikologi sibernetik

Adapun uraian masing masing kelompok teori belajar tersebut adalah


sebagai berikut:

12 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
1. Teori Teori Belajar Psikologi Behavioristik

Teori belajar behavioristik di kemukakan oleh para psikolog behavioristik.


Mereka ini sering disebut Contemporary behaviorist atau juga disebut S-R
psychologists. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu di
kendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari
lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang
erat antara reaksi reaksi behavioral dengan stimulasinya.

Guru guru yang menganut pandanagan ini berpendapat bahwa tingkah


laku murid murid merupakan reaksi reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa
lalu dan masa sekarang dan Bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar.
Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar
belakang penguatan terhadap tingkah laku tersebut.[4]

Teori ini juga di sebut dengan aliran tingkah laku. Pandangan tentang
belajar menurut aliran tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
dan respon.[5]atau dengan kata lain,belajar adalah perubahan yang di alami siswa
dalam hal kemampuanya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
interaksi antara stimulus dan respon.

Teori teori yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik

Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori teori


tentang belajar yang di pelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie.
Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan
penemuan penemuan yang berharga mengenai hal belajar.

Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat di dominasi


oleh pengaruh Thorndike (1874 1949). Teori belajar Thorndike connectionism
karna belajar merupakan proses pembentukan koneksi koneksi antara stimulus dan
respon. Berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1990-an, eksperimen
Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui
fenomena belajar.

Seekor kucing yang lapar di tempatkan dalam sangkar berbentuk kotak


berjeruji yang di lengkapi dengan peralatan seperti tali dan lain sebagainya.

13 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
Peralatan tersebut di tata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing
tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi.

Keadaan bagian dalam sangkar yang di sebut puzzle box (peti teka teki) itu
merupakan stimulus yang merangssang kucing untuk bereaksi melepaskan diri
dan memperoleh makanan yang ada di muka pintu.

Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakar dan melompat namun


gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada didepanya.akhirnya
entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengukit dan
terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini terkenal dengan
nama instrumental conditioning,artinya tingkah laku yang di pelajari berfungsi
sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang di
kehendaki.

Bedasarkan eksperimen di atas,thorndike berkesimpulan bahwa belajar


adalah hubungan antara stimulus dan respon,itulah sebabnya teori behavioristik
juga di sebut S-R psychology of learning. Di samping itu, teori ini juga terkenal
dengan sebutan trial and Error-learning.hal ini menunjuk pada panjangnya
waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan.
Sehubungan dengan eksperimen thorndike tadi,hampir dapat di pastikan bahwa
motivasi (seperti rasa belajar)merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.

Dari penelitiannya, thorndike menemukan hukum-hukum:

1) law of readiness (hukum kesiapsiagaan) : pada prinsipnya hanya


merupakan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pendayagunaan conduction unit(satuan perantara).unit unit ini
menimbulkan kecendrungan yang mendorong organisme untuk berbuat
sesuatu.jelas,hukum ini semata-mata bersikap spekulatif dan hanya bersifat
historis.
2) law of exercise (hukum latihan) :generalisasi artinya perilaku(perubahan
hasil belajar) sering dilatih atau di gunakan maka eksistensi perilaku
tersebut akan semakin kuat ( law of use ) ,begitupun sebaliknya.

14 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
3) law of effect :bila mana trerjadi hubungan antara stimulus dan respon
dan di barengi dengan state of affair yang memuaskan maka hubungan
itu menjadi lebih kuat dan begitu pula sebaliknya.[6]

Teori belajar hasil eksperimen thorndike di atas secara prinsial bersifat


behavioristik artinya lebih menekankan timbulnya perilaku jasmani yang nyata
dan dapat di ukur.jika kita renungkan dan bandingkan dengan teori juga temuan
riset psikologi kognitif, karakteristik belajar dalm teori behavioristik yang telanjur
di yakini sebagian besar ahli pendidikan itu,sesungguhnya mengandung banyak
kelemahan, di antaranya:

a. Proses belajar itu dapat di amati secara langsng padahal adalah proses
kegiatan mental yang tidak dapat di saksikan dari luar kecuali sebagian gejalanya

b. Proses belajar iti bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti


gerakan mesin dan robot.padahal setiap siswa memilikikemampuan mengarahkan
dan mengendalikan diri yang bersifat kognitif

c. Proses belajar manusia yang di analogikan dengan perilaku hewan itu


sangat suliy di teima,mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis
antara manusia dan hewan.

2. Teori-Teori Belajar dalam Psikologi Kognitif

Dalam teori belajar ini berpendapat,tingkah laku seseorang tidak hanya di


kontrol oleh reward dan reinforcement.mereka ini adalah para ahli jiwa aliran
kognitifis. Menurut pendapat mereka,tingkah laku seseorang senantiasa di
dasarkan pada kognisi,yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana
tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar,seseorang terlibat langsung dalam
situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi kaum
kognitif berpandangan,bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung
kepada insigh terhadap hubungan hubungan yang ada di dalam suatu situasi.

1. Awal pertumbuhan teori teori belajar psikologi kognitif

15 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan
lahirnya teori belajar gestalt.pelatak dari psikologi gestalt adalah Mex
Werteimer(1886-1943)yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving.
Suatu konsep yang terpenting dalam psokologi gestalt adalah
tentang insight,yaitu pengamatan atau pemahaman mendadaka terhadap
hubungan hubungan antar bagian bagian di dalam suatu situasi permasalahan.
Insigh itu sering di hubungkan dengan pernyataan spontan aha atau oh, I see
now.

Menurut pandangan gestaltis,semua kegiatan belajar (baik pada simpase


maupun pada manusia)menggunakan insigh atau pemahaman terhadap hubungan
hubungan terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan . menurut psikologi
gistalt,tingkah kejelasan atau keberartian dari pada yang di amati dalam situasi
belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang dari pada dengan hukuman
atau ganjaran.

2. Teori belajar cognitive- field dari lewin

Bertolak dari penemuan gestalt psychology,Kurt Lewin(1892-1947)


mengembangkan suatu teori belajar cognitive- field dengan menaruh
perhatiankepada kepribadian dan psikologi sosial.

Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar


kekuatan kekuatan,baik yang dari dalam diri individu seperti tujuan,kebutuhan,
tekanan kejiwaan maupun dari luar diri individu seperti tantangan maupun
permasalahan. Menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan
dalam struktur kognitifitu adalah hasil dari dua macam kekuatan satu dari struktur
medan kognisi itu sendiri,yang lainya dari kebuthan dan motivasi internal
individu. Lewin memberikan peranan yang lebih penting pada motivasi dari pada
reward.

3. Teori Teori Belajar dari Psikologi Humanistis

16 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
Perhatian teori humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana
tiap tiap individu di pengaruhi dan di bimbing oleh maksud maksudpribadi yang
mereka hubungkan kepada pengalaman mereka sendiri.menurut para pendidik
aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan
dengan persan dan perhatian siswa.

Tujuan utama para pendidik ialah membantu si siswa mengembangkan


dirinya,yaitu membantu masing masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkanpotensi
potensi yang ada pada diri meraka.

Bagi penganut teori ini,proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Dari keempat teori belajar,teori humanistik inilah yang paling
abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.

Meskipun teoriinisangat menekankan pentingnya isidari proses belajar,


dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar
seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian.
Wajar jika teori ini sanagat bersifat eklektik. Teori apapun dapat di manfaatkan
asal tujuan untuk memanusiakan manusia(mencapai aktualisasi diri dan
sebagainya itu) dapat tercapai.

a) Awal timbulnya psikologi humanistis

Pada akhir tahun 1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang
orang yang terlibatdalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam
perkembangan ini,misalnya ahli ahli psikologi klinik,pekerja pekerja sosial dan
konselor bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan
ini berkembang dan kemudian di kenal sebagai psikologi humanistik.psikologi ini
berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si perilaku (behaver)
bukan dari pengamat.

Dalam dunia pendidikan aliran humanistis muncul pada tahun 1960 1970-an dan
mungkin perubahan perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang

17 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
terakhir pada abad ke-20 ini pun juga akan menuju pada arah ini. (Jhon Jarolimak
dan Clifford D. Foster 1976, halaman 330).

b) Pandangan tokoh tokoh hunanistis

Dari segi isi pelajaran yang harus ada dalam sebuah pembelajaran matri yang
dipelajari oleh sisiwa harus mencakup tiga ranah atau kawasan materi.
Sebagaimana Bloom dan Krathwohl mengatakan bahwa meteri pembelajaran
meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Sedangkan dari segi tahapan
belajar yang harus dilalui oleh siswa terbagi menjadi empat tahapan. Hal ini
diutarakan oleh Kolb. Menurutnya, tahapan belajar siswa meliputi tahap
pengalaman kongkret, pengamatan aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan
eksperimentasi aktif. Dan hal yang paling penting dari teori humanistis adalah
bahwa penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan
dan perhatian siswa.

4. Teori Teori Belajar dari Psikologi Sibernetik

Teori ini beanggapan bahwa tidak ada satupun teori yang ideal untuk
segala situasi dan cocok untuk karekter setiap siswa. Oleh karena itu titik tekan
dari teori ini adalah bagaimana memahami ciri ciri dari karakter sistem
informasi (bahan atau masalah yang akan dipelajari).tujuan dari pemahaman
terhadap ciri ciri informasi ini adalah agar proses belajar sesuai dengan materi
yang akan disampaikan. Bagaimanapun proses juga merupakan hal yang penting
dalam teori sibenetik.

Penekanan pada sistem informasi ini didasarkan pada cara berfikir siswa
pada umumnya. Menurut Landa cara berfikir siswa ada dua macam.
Yaitu algoritmik, yaitu proses berfikir linier, konvergen, lurus menuju pada satu
target tertentu. Dan cara berfikir heuristik, yakni cara berfikir divergen, menuju
kebeberapa target sekaligus. Tokoh lain juga berkata demikian, akan tetapi ada
perbedaan pada cara berfikir yang kedua. Jika menurut Landa berfikir secara
heuristik maka menurut Pask dan Scott adalah berfikir secara Wholist atau

18 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
menyelurut. Maksudnya ialah berfikir yang cenderung melompat kedepan,
langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Sebagai contoh ibarat
melihat lukisan, bukan detail detail dari lukisan tersebut yang kita amati, akan
tetapi langsung secara keseluruhan lukisan tersebut, baru kemudian pada bagian
bagian kecilnya.

Pendekatan yang berorientasi pada sistem informasi menekankan beberapa


hal seperti ingatan jangka pendek (short term memory) ingatan jangka
panjang (long term memory), dan sebagainya yang berhubungan dengan apa yang
terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi. Selain harus
memahami sistem informasi juga harus memahami lingkungan yang
memengaruhi mekanisme pembelajaran.

BAB III

PENUTUP

19 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
A. Kesimpulan

1. Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang


mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya

2. Tokoh dalam teori ini adalah C. Roger dan Arthur Comb.

3. Aplikasi dalam teori ini, peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri
secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar
aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku serta guru hanya sebagai fasilitator.

4. Teori belajar humanistik merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan
kemampuan tersebut. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-
materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Psikologi humanisme
memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.

Keempat teori belajar yang telah dijelaskan di depan memiliki pandangan


tersendiri terhadap makna belajar. Yakni, behavioristik mengatakan belajar adalah
interaksi stimulus dan respon (S+R), kognitif adalah insigh atau pemahaman
hubungan antar situasi, yang dimunculkan oleh medan kognisi (fikiran),
humanistik berpendapat bahwa belajar adalah usaha untuk memanusiakan
manusia atau, sedangkan sibernetik adalah pengolahan informasi.

Dari keempat teori tersebut, bihavioristik adalah teori yang menitik


beratkan tujuan dari belajar, ketiga teori yang menitik beratkan pada proses dari
belajar itu sendiri. Dapat diambil kesimpulan dari keempat teori tersebut jika
digabungkan maka sesuai dengan apa yanng sampaikan oleh UNISCO bahwa
untuk meningkatkan atau memajukan manusia harus dengan sistem pendidikan
yang mengacu pada learning To Do(behavior) , To Know (kognitif), To Be
(humanis), dan To Life Together (sibernetis).

20 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
B. Saran

Dengan selesainya penulisan makalah ini, maka penulis mengharap kepada


pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini untuk
memperbaikinya. Sebab penulis bukanlah orang sempurna yang tidak lepas dari
sifat kekeliruan, sehingga penulis juga biasa melakukan kesalahan. Dan jika ada
sesuatu yang biasa di jadikan bahan kajian oleh pembaca maka penulis akan
merasa termotivasi.

Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat


menulis penulis akan selalu ditunggu oleh penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Dakir, Dasar-dasar Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993.

21 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
Darsono, Max. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
2001.

F., Azies dan A. Chaedar Alwasilah, Pengajaran Bahasa Komunikatif; Teori dan
Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996.

Hadis, Abdul. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006.

Mulyati, Psikologi Belajar. Yogyakarta: CV. Andi Offset. 2005.

Purwo, Bambang Kaswanti. (ed.).PELLBA 2: Pertemuan Linguistik Lembaga


Bahasa Atma Jaya. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya. 1989.

Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,


1998.

Sudrajat, Ahkmad. Media Pembelajaran. Artikel. Diakses di


http://ahkmadsudrajat. wordpress. com /bahan-ajar/media-pembelajaran/, tanggal
20 Mei 2013.

Sukmadinata, dan Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Cet. IV,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Suprobo, Novina. Teori Belajar Humanistik. Diakses di http://novinasuprobo.


wordpress. com /2008/06/15/teori-belajar-humanistik/ tanggal 12 Mei 2013.

Uno, Hamzah B. Orientasi Baru Dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta: Bumi


aksara, 2006

Drs.Dalyono,M.2009.Psikologi pendidikan. Rineka Cipta:jakarta

Dr. Hamzah B. Uno,M.pd.2008.orientasi baru dalam psikologi pembelajaran. PT


bumi Aksara: jakarta

Drs. Wasty, Soemanto, M.pd, 2006 psikologi pendidikan. Rajawali Pers: Jakarta

[1] Drs.Ahmad mudzakkir,Psikologi pendidikan,(Jakarta:2004)hlm.31.


[2] Drs.Muhibbin Syah. M.Ed,op.cit.,hlm.95
[3] Drs.Ahmad mudzakkir,Psikologi pendidikan,(Jakarta:2004)hlm.36

22 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n
[4] Drs.Wasty soemanto,M.pd.psikologi pendidikan (Jakarta:2006).hlm.123
[5] Ibid., hlm.42.
[6] Dalyono M.psikologi pendidikan (Jakarta:2009).hlm.

[7] B. Uno hamzah.Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran.


(jakarta:2008).hlm.

23 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n

Anda mungkin juga menyukai