Anda di halaman 1dari 21

Kasus

Ny. A umur 35 tahun datang kerumah sakit diantar keluarganya dengan


keluhan utama, nyeri perut bagian kanan,dan nyeri dibagian sendi serta mual
muntah. Keluarga klien mengatakan gejalanya sudah dirasakan 2 bulan
terakhir ,klien juga mengatakan cepat lelah disaat beraktivitas ringan serta
tidak nafsu makan. Klien mengatakan disaat BAK urine berwarna gelap
seperti the dan saat BAB feses berwarna hitam kemerahan. Pada saat
dilakukan inspeksi mata dan kulit berwarna kuning. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan TD: 120/mmHg, S: 36, 0C N:82x/Menit
P:22x/menit.
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Hepatitis D (hepatitis delta) adalah inflamasi hati yang disebabkan
oleh infeksi virus hepatitis D (HDV), merupakan suatu partikel virus yang
menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi hepatitis B.
HDV dapat timbul sebagai infeksi yang bersamaan dengan HBV ( Price,
1994)

Hepatitis D adalah suatu penyakit peradangan pada hati yang


disebabkan oleh Virus bernama antigen delta, merupakan virus RNA
yang tidak sempurna. VHD dapat dijumpai dalam darah penderita
hepatitis B karena untuk hidup dan mengadakan replikasi di dalam tubuh
manusia memerlukan virus pembantu yaitu VHB. Oleh karena itu,
hepatitis D hanya ditemukan pada pasien yang sedang menderita
hepatitis B akut atau pada hepatitis B kronis (Selamihardja/G.Sujayanto,
2007).

B. Etiologi
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV) yang dapat
menyebar melalui cairan tubuh atau kontak langsung dengan penderita.
HDV dapat ditularkan melalui:
1. Urine.
2. Kehamilan (dari ibu ke janin).
3. Persalinan (dari ibu ke bayi).
4. Cairan sperma.
5. Cairan vagina.
6. Darah.
Jika seseorang sudah terinfeksi HDV, orang tersebut dapat
menularkan HDV keorang lain, bahkan sebelum gejala hepatitis D
muncul. Beberapa hal yangmenyebabkan seseorang menjadi lebih
mudah terkena hepatitis D antara lain adalah:

Terkena infeksi hepatitis B

1. Sering menerima transfusi darah.


2. Melakukan hubungan seks sesama jenis, terutama pria.
3. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik, misalnya
heroin.
4. Pasien cuci darah.
5. Pekerja fasilitas kesehatan.

C. Patofisiologi
Menurut Price (1994), Silalahi (2004), Smeltzer (2001), patofisiologi
penyakit hepatitis D adalah sebagai berikut :
Penyakit ini dapat timbul karena adanya ko-infeksi atau super-infeksi
dengan VHB. Ko-infeksi berarti infeksi VHD dan VHB terjadi bersamaan.
Adapun super-infeksi terjadi karena penderita hepatitis B kronis atau
pembawa HBsAg terinfeksi oleh VHD. Ko-infeksi umumnya
menyebabkan hepatitis akut dan diikuti dengan penyembuhan total.
Koinfeksi dengan hepatitis D meningkatkan beratnya infeksi hepatitis B,
perjalanan penyakitnya lebih membahayakan dan meningkatkan potensi
untuk menjadi penyakit hati kronik. Sementara super-infeksi sering
berkembang ke arah kronis dengan tingkat penyakit yang lebih berat dan
sering berakibat fatal.
Mula-mula virus tersebut melekatkan diri pada reseptor-reseptor
spesifik yang terletak pada membran sel-sel hepar kemudian melakukan
replikasi. Untuk dapat bereplikasi, virus tersebut memerlukan keberadaan
virus hepatitis B.
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan
infiltrate pada hypatocytes oleh sel mononukleus. Proses ini dapat
menyebabkan degenerasi dan nekrosis sel parenkim hati. Respon
peradangan menyebabkan pembengkakan dan memblokir system
drainase hati sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini
menjadikan empedu tidak dapat diekskresikan kedalam kantong empedu
dan bahkan kedalam usus sehingga meningkat dalam darah sehingga
terjadi peningkatan bilirubin direk maupun indirek sebagai
hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobillinogen dan kulit
hepatocelluler jaundice, kemudian diikuti dengan munculnya gejala yang
lain.
Virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih
berat. Bila HBsAg menghilang dari darah maka VHD akan berhenti
bereplikasi dan penyakit menjadi sembuh. Virus hepatitis D (VHD)
bersifat patogen, dapat menimbulkan penyakit yang lebih parah dari
hepatitis virus lainnya.

D. Gejala Hepatitis D
Infeksi hepatitis D seringkali bersifat asimptomatik (tidak menimbulkan
gejala) pada sekitar 90% penderitanya. Selain itu, infeksi hepatitis D
seringkali sulit dibedakan dari infeksi virus hepatitis lainnya secara klinis,
terutama gejala infeksi virus hepatitis B. Gejala hepatitis B dan D sangat
mirip sehingga sulit untuk menentukan virus mana yang menimbulkan
gejala pada penderita. Pada beberapa kasus, hepatitis D dapat membuat
gejala hepatitis B menjadi lebih buruk. Selain itu, penderita hepatitis B
dengan gejala asimptomatik dapat mengalami gejala hepatitis B akibat
infeksi hepatitis D. Periode inkubasi hepatitis D, yaitu waktu yang
dibutuhkan virus dari terpapar hingga menimbulkan gejala, adalah sekitar
21-45 hari. Namun, dapat juga berlangsung lebih cepat, terutama pada
superinfeksi.

Gejala hepatitis D yang umumnya ditemui antara lain adalah:

1. Kulit dan mata menjadi kuning.


2. Rasa lelah.
3. Mual dan muntah.
4. Nyeri sendi.
5. Nyeri perut.
6. Kehilangan nafsu makan.
7. Warna urine berubah menjadi gelap seperti teh.

E. Pemeriksaan diagnosis hepatitis D


Untuk memastikan diagnosis hepatitis D pada penderita, dapat
dilakukan dengan pemeriksaan darah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Antibodi. Jika ditemukan antibodi anti-hepatitis D (IgM
dan IgG anti-HDV), maka pasien positif menderita hepatitis D. Selain
antibody, dapat diperiksa banyaknya virus dalam darah (viral load)
untuk hepatitis D yaitu HDV RNA. Namun pemeriksaan ini masih
jarang tersedia. Perlu diingat bahwa infeksi HDV hanya bisa terjadi
bersamaan atau setelah terjadinya infeksi HBV. Oleh karena itu, dapat
juga dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi hepatitis B pada
pasien.
2. Pemeriksaan Fungsi Hati.
Tes ini bertujuan untuk memeriksa kondisi oorgan hati melalui
sampel darah. Dari hasil tes, dapat diketahuiapakahhati mengalami
gangguan atau kerusakan berdasarkan parameter-parameter yang
diperiksa pada sampel darah, antara lain adalah:
Kadar protein dalam darah (albumin).
Kadar enzim hati (SGOT dan SGPT).
Kadar bilirubin.
Status pembekuan darah (Trombosit dan INR), mengingat hati
memroduksi protein yang penting dalam pembekuan darah.

3. USG, CT scan
Ketiga metode pemindaian ini dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya kanker hati yang merupakan komplikasi dari hepatitis D.

F. Komplikasi

1. Mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk Kanker Hati


2. Mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk Sirosis Hati

G. Pencegahan

1. Berhubungan seks dengan perlindungan


2. Hindari berbagi barang-barang pribadi dengan orang yang terinfeksi
3. Hindari paparan terhadap darah orang yang terinfeksi
4. Hindari penyalahgunaan obat intravena
5. Ibu yang terinfeksi harus diimunisasi terhadap virus tersebut pada waktu
kelahiran
6. Jangan berbagi jarum suntik, gunting dan pisau cukur dengan orang lain
7. Pergi untuk melakukan Vaksinasi Hepatitis B.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Ny. A
b. usia :35 tahun
c. Alamat :-
d. Agama :-
e. pekerjaan :-
f. pendidikan :-
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan ,nyeri sendi ,mual
muntah
2. Riwayat Penyakit
Gejala awal dirasakan kelelahan,
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak mengalami riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
kesadaran composmentis
b. sistem urogenital
urin berwarna gelap
c. Sistem moskuloskeletal
kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi.
C. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Masalah
DS: Klien mengatakan nyeri Inflamasi virus pada Nyeri akut
pada perut bagian kanan atas hati
DO: Klien nampak meringis
TT V: TD: 120/mmHg, peradangan pada sel-sel hati
S: 360C
pengeluaran mediator kimia
(bradikinin,histamin,serotonin) dari
sel yang merusak

merangsang ujung-ujung saraf nyeri

spinothalamic lateral

corteks cerebri

nyeri akut

fungsi hepar terganggu


DS : Klien mengatakan tidak Nutrisi
nafsu makan fungsi metabolic kurang dari
-karbohidrat,Protein,Lemak kebutuhan
DO: klien tidak menghabiskan
terganggu
pors i makanannya.

gangguan sistem pencernaan


mual,lemah,lesu
nutrisi kurang dari kebutuhan

DS:Klien mengeluh lelah/lemas Fungsi untuk merubah glukosa


DO:Klien terlihat lemas dan monosakarida terganggu

Karbohidrat
I Intoleransi
energi aktivitas

Kelemahan

Intoleransi aktivitas
D. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan respons inflamasi lokal organ hati.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang adekuat.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan cepat lelah, kelemahan fisik
umum sekunder dari perubahan metabolisme sistemik.

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri Pasien 1. Kaji jenis dan
berhubungan menjelask tingkat nyeri pasien. 1. Pasien yang
dengan an kadar Tentukan apakah mengalami nyeri
respons dan nyerinya kronis atau sensitive untuk
inflamasi karakterist akut. Selain itu, kaji menjadi
lokal organ ik nyeri. faktor yang dapat terhakimi.
hati Pasien mengurangi atau Pasien
menilai memperberat; lokasi, negative (baik
nyeri durasi, intensitas, dan verbal dan
dengan karakteristik nyeri; nonverbal) akan
mengguna dan tanda-tanda dan mengganggu
kan skala gejala psikologis. komunikasi
1 sampai Pengkajian terbuka.
10 berkelanjutan
Pasien membantu 2. Untuk
menjelask meyakinkan bahwa memfasilitasi
an faktor- penanganan dapat pengkajian yan
faktoryang memenuhi kebutuhan g
menginten pasien dalam akurat tentang
sifkan mengurangi nyeri. tingkat nyeri
nyeri. Dokumentasikan pasien.
Pasien respons pasien 3. Untuk
mencoba terhadap pertanyaan menentukan
metode anda dengan keefektifan
nonfarmak bahasanya sendiri obat.
ologis untuk menghindari 4. Tindakan ini
untuk interprestasi subjektif. meningkatkan
menguran 2. Yakinkan bahwa kesehatan,
gi nyeri. komunikasi verbal kesejahteraan
Pasien dan nonverbal anda dan
mengungk dengan pasien peningkatan
apkanpera adalah positif dan tingkat energi,
saan mendukung. yang penting
nyaman untuk
berkurang 3. Minta pasien untuk pengurangan
nya nyeri. menggunakan skala nyeri.
Pasien 1 sampai 10 untuk 5. Untuk
menjelask menjelaskan tingkat menurunkan
an nyerinya (dengan ketegangan
intervensi nilai 10 menandakan atau spasme
yang tepat tingkat nyeri paling otot dan untuk
untuk berat). mendistribusik
menguran an kembali
gi nyeri. 4. Berikan obat tekanan pada
yang dianjurkan bagian tubuh.
untuk mengurangi 6. Tekhnik
nyeri, bergantung nonfarmakolo
pada gambaran gis
nyeri pasien. pengurangan
Pantau adanya reaksi nyeri akan
yang tidak diinginkan efektif bila
terhadap obat. nyeri pasien
Sekitar 30 sampai 40 berada pada
menit setelah tingkat yang
pemberian obat, dapat
minta pasien untuk ditoleransi.
menilai kembali
nyerinya dengan
skala 1 sampai 10.
5. Atur periode
istrahat tanpa
terganggu

6. Bantu pasien
untuk mendapatkan p
osisi yang
nyaman, dan
gunakan bantal untuk
membebat atau
menyokong daerah
yang sakit, bila
diperlukan.
7. Pada saat tingkat
nyeri
pasien tidak terlalu
kentara,
implementasikan tekn
ik
mengendalikan nyeri
alternatif.

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Ketidakseimbang Pasien 1. Beri 1. Untuk
an Nutrisi: Kurang mengonsums kesempata membantu
dari kebutuhan i n pasien mengkaji
tubuh b.d minimal....kal mendiskusi penyebab
ketidakmampuan ori setiap hari kan gangguan
mengingesti Berat badan alasan untu makan.
makanan pasien k tidak 2. Untuk mengkaji
bertambah.... makan. zat gizi yang
kg setiap 2. Observasi dikonsumsi dan
minggu dan catat suplemen yang
Pasien asupan diperlukan.
makan pasien (cair 3. Untuk
secara dan padat). meningkatkan
mandiritanpa 3. Tentukan nafsu makan
didorong. makanan pasien
Pasien kesukaan

mengidentifik pasien 4. Makanan


dan usahak tersebut
asi faktor- an untuk mencegah
faktor mendapatk kerusakan
emosional an makan protein
dan tersebut. tubuh dan
psikologis Tawarkan memberikan
yang makanan y kalori energi.
berpengaruh ang 5. Untuk
terhadap merangsan membantu
makan g indra mencegah
Pasien penghidung malingering
menyusun , pada saat
suatu penglihatan makan.
rencana dan taktil 6. Untuk
untuk 4. Tawarkan meningkatkan
memantau suplemen nafsu makan
dan tinggi pasien.
mempertaha protein, ting 7. Untuk
nkan target gi memberikan
berat badan kalori,seper pengendalian
pada saat ti pasien pada
pemulangan. susu kocok, waktu makan.
puding,
atau es
krim.
5. Sajikan
makanan y
ang
membutuhk
an
sedikit diker
at atau
dikunyah.

6. Ciptakan
lingkungan
yang
menyenang
kan pada
waktu
makan.

7. Letakkan
kudapan di
sisi
tempat tidur
pasien.

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Intoleransi Pasien 1. Diskusikan 1. Untuk
aktivitas b.d menyatakan dengan mengkomunik
ketidakseimbanga keinginanny pasien asikan kepada
n antara suplai a untuk tentang pasien
dan kebutuhan meningkatka perlunya bahwa aktivita
oksigen n aktivitas. beraktivitas s akan
Pasien 2. Identifikasi meningkatkan
menyatakan aktivitas- kesejahteraan
mengerti aktivitas fisik dan
tentang pasien yang psikososial
kebutuhanny diinginkan 2. Untuk
a untuk dan sangat meningkatkan
meningkatka berarti motivasinya
n aktivitas baginya agar lebih
secara 3. Dorong aktif.
bertahap. pasien
Pasien untuk 3. Partisipasi
mengidentifi merencanak pasien dalam
kasi faktor- an perencanaan
faktor kemajuan dapat
terkontrol aktivitas,yan membantu
yang g mencakup memperkuat
menyebabka aktivitas yan keyakinan
n g pasien.
kelemahan. diyakini san 4. Untuk
Pasien gat menurunkan
menyatakan penting oleh kebutuhan
rasa puas pasien. osigen
dengan tubuh dan
setiap 4. Instruksika mencegah
tingkat n dan bantu keletihan.
aktivitas pasien 5. Untuk
baru yang untuk membantu
dapat beraktivitas meningkatkan
dicapai diselingi aktivitas.
istrahat. 6. Untuk
meyakinkan
5. Identifikasi bahwa
dan frekuensinya
minimalkan kembali
faktor-faktor normal
yang dapat beberapa
menurunka menit setelah
n toleransi melakukan
latihan latihan.
pasien
7. Yang dapat
6. Pantau meningkatkan
respons pernapasan
fisiologis dan secara
terhadap bertahap
peningkatan meningkatkan
aktivitas aktivitas
(termasuk
respirasi,
denyut
dan irama
jantung,
tekanan
darah)

7. Ajarkan
kepada
pasien latih
an
yang dapat
meningkatk
an
kekuatan da
n
ketahanan.
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes. Marilynn. E.dkk 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencana Pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Nanny Selamihardja/G.Sujayanto. 2007. Artikel Tentang Hepatitis, terdapat pada :


www. Mediastore. com, diakses tanggal 30 Mei 2008.

Price, S.A. 1994. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses penyakit. Alih bahasa.
dr. Peter Anugrah. Jakarta : EGC

Silalahi, Levi. 2004. hepatitis , terdapat pada : www. Mediastore. com, diakses
tanggal 30 Mei 2008.

Smeltzer, Suzzane. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Sudart. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai