Anda di halaman 1dari 3

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah penetapan kawasan TWA Jering menduyung

Kawasan TWA Jering Menduyung pada awalnya tercantum dalam berita acara tata
batas kawasan hutan lindung Jering Menduyung pada tahun 1997 yang menetapkan batas
batas tetap dari areal hutan yang akan ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung Jering
Menduyung dengan pemasangan pal batas sebanyak 134 buah. Batas kawasan hutan lindung
jering menduyung yang ditata batasnya adalah sepanjang 27.903,20 meter dan merupakan
lanjutan hasil tata batas hutan produksi tetap jering menduyung pada tahun 1991/1992
sepanjang 82.628,00 meter. Setelah penetapan batas batas kawasan hutan lindung Jering
Menduyung pada tahun 1997 ditetapkan batas fungsi kelompok hutan lindung dengan hutan
produksi tetap Jering Menduyung melalui berita acara tata batas fungsi kelompok hutan
lindung dengan hutan produksi tetap Jering Menduyung pada tahun 2000 dari hasil tata batas
definitif batas fungsi kawasan hutan lindung jering menduyung dengan kawasan hutan
produksi jering menduyung maka diperoleh kawasan produksi tetap jering menduyung
diketahui seluas 25.600,10 ha dan kawasan hutan lindung jering menduyung seluas 3.474,90
ha.
Berdasarkan Undang undang nomor 19 tahun 2004 dalam rangka pengukuhan
kawasan hutan perlu dilakukan penetapan kawasan hutan untuk memberi kepastian hukum
atas kawasan hutan, sehingga pada tahun 2014 ditetapkanya status kawasan hutan jering
menduyung menjadi kawasan hutan suaka alam jering menduyung seluas 3.747,44 hektar
berdasarkan keputusan menteri kehutanan republik Indonesia dengan nomor:sk.2537/menhut-
VII/KUH/2014. Hasil kajian tim evaluasi pemantapan fungsi pengelolaan KSA dan KPA di
provinsi kepulauan Bangka Belitung dilaporkan bahwa KSA jering menduyung memiliki
keanekaragaman jenis terancam punah yang tinggi, tetapi kawasan ini memiliki potensi atau
daya tarik wisata alam berupa keindahan panorama hutan bakau dan pantai yang didukung
oleh akses yang mudah dan ada bagian dari KSA jering menduyung yang telah mengalami
perubahan sehingga kawasanya menjadi tidak utuh lagi dan direkomendasikan untuk
ditetapkan fungsinya sebagai TWA jering menduyung, sehingga pada tahun 2016 dilakukan
penetapan fungsi dalam fungsi pokok kawasan suaka alam jering menduyung sebagai
kawasan hutan taman wisata alam jering menduyung seluas 3.747,44 hektar.
Pembagian dan Kriteria Zona Pengelolaan di Taman Wisata Alam Jering Menduyung
Taman wisata Alam jering menduyung merupakan KPA yang dimanfaatkan terutama
untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi. Zona penglolaan TWA Jering menduyung
diatur berdasarkan peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan nomor:P.76/Menlhk-
setjen/2015 terbagi menjadi beberapa blok yaitu

1. Blok perlindungan
Blok perlindungan memiliki kriteria yang meliputi tempat perlindungan jenis
tumbuhan dan satwa, tingkat ancaman manusia rendah dan merupakan wilayah yang
memiliki keterwakilan bentang alam, gejala alam dan formasi geologi yang unik.
2. Blok pemanfaatan
Blok pemanfaatan merupakan wilayah yang memiliki obyek dan daya tarik
wisata, wilayah yang memiliki potensi kondisi lingkungan berupa penyerapan karbon,
masa air, energi air, energi panas dan energi angin, wilayah yang memungkinkan
dibangunnya sarana prasarana bagi kegiatan pemanfaatan kondisi lingkungan,
penelitian dan pendidikan serta wisata alam, dan wilayah yang memiliki nilai sejarah
atau wilayah dengan aksessibilitas yang mampu mendukung aktivitas wisata alam.
3. Blok tradisional
Blok tradisiaonal merupakan wilayah yang memenuhi kriteria sebagai blok
perlindungan dan blok pemanfaatan yang telah dimanfaatkan untuk kepentingan
tradisional masyarakat secara turun temurun.
4. Blok religi
blok religi merupakan wilayah yang memenuhi kriteria sebagai blok
perlindungan atau blok yang telah dimanfaatkan untuk kepentingan religi, adat
budaya, dan perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah.
5. Blok khusus
Blok khusus meliputi suatu kawasan yang terdapat bangunan yang berisfat
strategis, merupakan pemukiman masyarakat yang bersiafat sementara yang
keberadaannya telah ada sebelum penetapan kawasan tersebut sebagai taman wisata
alam, serta memenuhi kriteria sebagai wilayah pembangunan strategis yang
keberadaannya tidak mengganggu fungsi utama kawasan.
6. Blok rehabilitasi
Blok rehabilitasi merupakan wilayah yang telah mengalami kerusakan
sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan ekosistem.
Permasalahan yang terjadi di dalam kawasan Taman Wisata Alam Jering
Menduyung
Permasalahan yang sering terjadi adalah terjadinya Kerusakan pada bagian-
bagian kawasan hutan yang merupakan daratan kering, akibat kegiatan perambahan
untuk menjadi lahan perkebunan pertanian masyarakat serta terdapatnya pemukiman
penduduk di kawasan Taman Wisata Alam Jering Menduyung, Serta adanya kegiatan
illegal logging pada areal kawasan yang menyebabkan menurunya vegetasi hutan
kawasan.
Pembukaan lahan baru untuk dijadikan lahan perkebunan lada, sawit dan karet
dalam kawasan menyebabkan berkurangannya tutupan hutan dari tahun ke tahun,
pembukaan lahan perkebunan biasanya dilakukan dengan menggunakan cara
pembakaran yang menyebakan terganggunya keseimbangan ekosistem di kawasan
tersebut. Penebangan pohon gelam juga merupakan permasalahan yang terdapat
kawasan vegetasi hutan gambut yang penyusun utamanya adalah tumbuhan gelam
tentunya akan menyebabkan terjadi perubahan kawasan yang awalnya berpenutupan
menjadi tidak berpenutupan.
Permasalahan yang paling serius terdapat pada blok rehabilitasi yang sudah
mengalami deforestasi akibat dari adanya pembukaan lahan perkebunan masyarakat
sekitar kawasan yang membuka perkebunan seperti perkebunan lada dan sawit. ( data
BKSDA) sehingga menyebabkan terjadinya perubahan bentuk kawasan mejadi tidak
berpenutupan.

Anda mungkin juga menyukai