Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

EKSIPIEN DALAM SEDIAAN SEMI SOLID

Disusun Oleh :

Rezky Bela Putri (G1F014007)

Yulia Febrianti (G1F014013)

Dina Sami Arum Lestari (G1F014015)

Suci Ramadhani (G1F014023)

Eling Bunga Nurani (G1F014031)

Dendy Arikasandi (G1F014047)

Katarina (G1F014061)

Muhammad Yogie Prastowo (G1F014063)

Kelas : A

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi,
perkembangan di dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari
semakin banyak jenis penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan
pun terus dikembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu
liquid, solid dan semi solid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan
industri. Penggunaan suatu eksipien dalam sediaan farmasi dilakukan
berdasarkan karakteristiknya, contohnya eksipien untuk tablet enterik
harus memiliki sifat yang tahan terhadap pH lambung. Pemahaman
terhadap karakteristik tiap eksipien sangat penting dalam suatu tahap
formulasi, misalnya suatu eksipien tablet enterik harus memiliki sifat
yang sensitif terhadap pH basa, sedangkan untuk sediaan gel diperlukan
eksipien yang memiliki daya menyerap air dan mengembang baik agar
didapatkan sifat gel yang baik.
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis
yang sesuai untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Kelebihan dari sediaan
semi solid yaitu praktis, mudah digunakan pada bagian luar tubuh serta
dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaannya. Sediaan
semi solid memiliki kekurangan, salah satu diantaranya yaitu mudah
ditumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut, para ahli
farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara
tepat. Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah
yang tepat untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan
cara menentukan formulasi yang baik dan benar dengan memperhatikan
konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan
dikombinasikan dengan baik dan benar.

B. Rumusan Masalah

2
Apakah peran dan contoh eksipien dalam sediaan semi solid?
Apakah fungsi eksipien dalam suatu formula sediaan semi solid?

C. Tujuan
Mengetahui peran dan contoh eksipien dalam sediaan semi solid.
Mengetahui fungsi eksipien dalam suatu formula sediaan semi solid.

BAB II

PEMBAHASAN
3
A. Definisi Eksipien
Eksipien atau bahan penolong adalah materi yang terdapat dalam obat
namun tidak memiliki zat aktif. Fungsinya adalah sebagai pembawa atau pelarut
zat aktif sehingga memungkinkan penyampaian obat. Eksipien meningkatkan
kualitas fisik obat dengan mempengaruhi transport obat dalam tubuh, mencegah
kerusakan sebelum sampai ke sasaran, meningkatkan kelarutan dan
bioavailabilitas, meningkatkan stabilitas obat, menjaga pH dan osmolaritas,
menstabilkan emulsi, mencegah disosiasi zat aktif dan memperbaiki penampilan
sediaan. Tahapan awal dalam proses pembuatan sediaan farmasi yang berpusat
pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif, dimana dapat mempengaruhi penampilan
obat dan perkembangan suatu rancangan bentuk sediaan (Ansel, 1989).
Eksipien adalah zat tambahan yang tidak mempunyai efek farmakologi.
Macam-macam fungsi dan contoh eksipien yaitu penyalut, pelicin, pengisi,
penghancur, pewarna, pemanis, pengikat dan pengawet. Kriteria eksipien yaitu
harus netral secara fisiologis, stabil, tidak mempengaruhi bioavailibilitas obat,
sesuai peraturan undang-undang (Ansel,1989).
Eksipien farmasetika adalah bahan (substansi) yang terdapat dalam proses
pembuatan sediaan yang tidak memiliki aktivitas farmakologi atau terdapat
dalam produk obat jadi (finished pharmaceutical product dosage form)
(Lachman, 1994).
Eksipien dapat mempengaruhi (Lieberman, 1988) :
1. Mempengaruhi transport obat dalam tubuh
2. Mencegah obat rudak sebelum sampai ke target
3. Meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas
4. Meningkatkan stabilitas obat
5. Menjaga pH dan osmolaritas
6. Sebagai antioksidan dan penstabil emulsi
7. Sebagai propelan dalam aerosol
8. Mencegah disosiasi zat aktif
9. Memperbaiki penampilan sediaan
Eksipien penting karena (Lieberman, 1988) :
1. Untuk keamanan
2. Mempermudah proses pembuatan
3. Berdampak pada kualitas produk
Interaksi eksipien dan zat aktif akan memberikan implikasi terhadap
(Lieberman, 1988) :
1. Stabilitas produk terutama jika terdapat air
4
2. Produk jadi
3. Proses pelepasan obat
4. Mempengaruhi aktivitas terapeutik zat aktif
5. Mempengaruhi profil efek samping zat aktif
Sifat fungsional eksipien yang dapat diperbaiki (Lieberman, 1988) :
1. Meningkatkan laju alir
2. Kompressibilitas
3. Penghomogenisasian massa
4. Meningkatkan kelarutan
5. Meningkatkan sensitifitas lubrikan
6. Sebagai superdisintegran
7. Mengubah profil laju disolusi
Co-processed compound (Lieberman, 1988) :
1. Mengurangi sifat lengket
2. Meningkatkan retensi air
3. Mengontrol kandungan udara
4. Meningkatkan proses pembasahan dan kelarutan
5. Menambah hidrofobisitas.

B. Fungsi dan Contoh Eksipien


Fungsi eksipien umum
Eksipien atau bahan penolong adalah materi yang terdapat dalam
obat namun tidak memiliki zat aktif. Fungsinya adalah sebagai pembawa
atau pelarut zat aktif sehingga memungkinkan penyampaian obat. Eksipien
meningkatkan kualitas fisik obat dengan mempengaruhi transport obat
dalam tubuh, mencegah kerusakan sebelum sampai ke sasaran,
meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas, meningkatkan stabilitas obat,
menjaga pH dan osmolaritas, menstabilkan emulsi, mencegah disosiasi zat
aktif dan memperbaiki penampilan sediaan. (Wade, A. And P.J Weller,
1994).
Fungsi eksipien semi solid
a) Pelarut
Berfungsi sebagai pembawa untuk melarutkan suatu jenis obat atau
lebih yang kemudian digunakan sebagai obat dalam, obat luar,
maupun untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh (Depkes RI, 1978).
b) Pengental
5
Bahan pengental digunakan agar diperoleh struktur yang lebih kental
(meningkatkan viskositas) sehingga diharapkan akan lebih baik daya
lekatnya. Bahan-bahan yang umum ditambahkan sebagai pengental
yaitu polimer hidrifilik, baik yang berasal dari alam (natural polimer)
seperti agar, selulosa, tragakan, pektin, natriumalginat; polimer
semisintetik seperti metil selulosa, hidroksi etil selulosa, dan CMC
Na; serta polimer sintetik seperti karbopol (karbomer,
karboksipolimetilen) (Ansel, 2005).
c) Pembawa
1) Basis hidrokarbon, seperti vaselin putih, vaselin kuning (vaselin
flavum), malam putih (cera album), malam kuning (cera flavum),
ayau campurannya.
2) Basis absorpsi (basis serap), seperti vaselin putih, campuran 3
bagian kolesterol, 3 bagian steril-alkohol, 8 bagian malam putih,
campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
3) Basis yang dapat dicuci dengan air, misalnya emulsi minyak dalam
air (M/A).
4) Basis larut dalam air, misalnya PEG atau campurannya.
(Syamsuni, 2006).
d) Pengawet
Berfungsi sebagai sebagai pelindung sediaan semi solid, khususnya
yang mengandung sediaan yang terdiri dari air terhadap serangan
mikroba (Syamsuni, 2006).
e) Emulgator
Emulgator adalah suatu bahan yang dalam strukturnya memiliki
bagian yang lyofilik maupun lyofobik, yang mampu mengakomodasi
droplet-droplet cairan yang tidak saling campur, untuk dapat
terdispersi dengan stabil. Contoh dari emulgator adalah: Pulvis
Gummi Arabicum (PGA), Tween, dan Span (Lachman, 1994).
Emulgator atau surfaktan dapat berfungsi sebagai penurun tegangan
muka, lapisan pelindung antar muka dan membentuk lapisan ganda
listrik (Johanes, 1973).
f) Suspending agent
Fungsi : Memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel,
dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak. Suspendng
agent bekerja dengan cara meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang
berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan.
6
Suspensi yang baik mempunyai kekentalan yang sedang dan partikel
yang terlindung dari gumpalan/aglomerasi. Hal ini dapat dicapai
dengan mencegah muatan partikel, biasanya muatan partikel ada pada
media air atau sediaan hidrofil. Contoh susppending agent yaitu
gomarab, tragakan, strach, karagen, NaCMC, Na alginat (Lachman,
1994).
g) Humektan
Humektan yang ditambahkan dalam suatu produk berfungsi sebagai
pengikat air yang mampu meningkatkan kekompakkan ikatan jaringan
matriks (ikatan hidrogen) sehingga akan meningkatkan kadar air dari
produk (Arvanitoyannis et al., 1997).
h) Enhancer
Berfungsi meningkatkan permeabilitas kulit dengan cara mengubah
sifat fisiko kimia stratum komeum sehingga mengurangi daya tahan
difusi. Contohnya DMSO, urea, DMA, DMF (Ansel, 2005).
i) Antioksidan
Antioksidan ditambahkan ke dalam salep bila diperkirakan terjadi
kerusakan basis karena terjadinya oksidasi. Sistem antioksidan
ditentukan oleh komponen formulasi dan pemilihannya tergantung
pada beberapa faktor seperti toksisitas, potensi, kompatibel, bau,
kelarutan, stabilitas dan iritasi. Sering kali digunakan dua antioksidan
untuk mendapatkan efek sinergis. Contoh antioksidan yang sering
ditambahkan: Butylated Hydroxyanisole (BHA), Butylated
Hydroxytoluene (BHT), Propylgallate, dan Nordihydroguaiareticacid
(NCGA) (Sulaiman, T.N.S dan Rina Kuswahyuning, 2008).

C. Contoh zat dari masing-masing fungsi disertai monografi dan kelebihan serta
kekurangannya
1. Pelarut
a) Alkohol (Rowe, 2009).

Nama Resmi : Aethanolum


Nama Lain : Etanol, alkohol
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah

7
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P,
dan dalam eter P
Bobot Jenis : 0,8119 sampai 0,813
Titik didih : 78,29C
Titik lebur : -114,14C
pKa : 15,9
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya; ditempat sejuk, jauh dari nyala api
Keuntungan (Anief, 2002) :
Alkohol rendah dapat larut dalam air dengan tidak terbatas
Titik didih maupun kelarutan alkohol dalam air cukup tinggi.
Pengurang rasa sakit

Kerugian (Anief, 2002) :

Mudah menguap
Tidak tahan panas

b) Air

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa (Depkes RI, 1979).

Kelarutan : Larut dalam pelarut polar (Depkes RI, 1979).

pH : 5-7 (Depkes RI, 1979).

Titik didih : 100C (Rowe, 2009).

Titik beku : 0C (Rowe, 2009).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979).

Keuntungan (Karim, 2014) :

Lembut/lunak dan elastis sehingga meminimalkan iritasi

8
Tegangan permukaan yang rendah dibanding cairan biologi dan
jaringan sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan
adhesi sel.

Kerugiannya (Karim, 2014) :

Apabila diberikan secara tidak hati-hati dan secara sebagian-


sebagian akan mengakibatkan kontaminasi mikroba.
Penambahan air secara berlebihan dapat mempengaruhi stabilitas
dari beberapa krim.

2. Pengental
a) Gelatin (Rowe, 2009)

Pemerian : Sedikit berbau dan berasa, bewarna putih/ krem


putih berbentuk granul. Kering stabil di udara tetapi
terurai oleh mikroba jika lembab atau dalam bentuk
larutan.
Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin, mengembang dan
lunak bila dicelupkan dalam air panas dan dalam
asam asetat dan dalam campuran gliserin dan air
serta tidak larut dalam etanol.
pH : 3,8-7,6
Konsentrasi : 20%
Stabilitas : Gelatin kering stabil dalam air.
Kegunaan : Pengikat
OTT : Akan bereaksi dengan asam da basa, aldehid,
polimer anion & bahan kation, elektrolit-elektrolit
logam dan surfaktan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Keuntungan (Ansel, 1989) :


Penstabil, pengikat air dan pembentuk gel.
Dapat mengurangi resiko penyakit kanker kulit yang ditimbulkan
dari penggunaan bahan pengental golongan akrilamid dalam
jangka waktu panjang.

9
Selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi
peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi
pembentukan gel.

Kekurangan (Ansel, 1989) :

Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan.


Deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik.

b) Paraffin

Pemerian : Hablur tembus cahaya atau agak buram, tidak


berwarna atau putih, tidak berbau, tidak berasa, agak
berminyak (Depkes RI, 1995).

Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol, mudah


larut dalam kloroform, dalam eter, dlam minyak
menguap, dalam hamper semua jenis minyak lemak
hangat, sukar larut dlam etanol mutlak (Depkes RI,
1995).

Titik beku : 47-65C (Anonim, 1995)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan


terhadap panas berlebih (Anonim 1995).

Keuntungan (Wade, 1994) :

Tidak berfluoresensi.

Kerugian (Wade, 1994) :

Sangat lengket pada kulit dan sukar dicuci.

10
Mudah tengik karena oksidasi, kurang sesuai dengan kondisi kulit
dan dapat menyebabkan iritasi.
Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.

3. Pembawa
a) Adeps Lanae / Lemak Bulu Domba / Lanolin
Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kunig, bau
khas.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air
lebih kurang 2 kali beratnya, agak sukar larut dalam
etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah
larut dalam eter, dan dalam kloroform.
Titik lebur : 38-44C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu
kamar terkendali.
(Depkes RI, 1995)
Inkompatibilitas : Lanolin mungkin mengandung prooksidan yang
dapat mempengaruhi stabilitas bahan aktif obat.
(Rowe, 2009)
Keuntungan (Ansel, 1989) :
Meningkatkan sifat serap air
Memudahkan salep melekat pada mukosa yang basah
Kerugian (Anonim, 1978) :
Praktis tidak larut dalam air, agar sukar larut dalam etanol.

b) Vaselin (Depkes RI, 1995)


Pemerian : Massa seperti lemak, kekuningan hingga amber
lemah, berfluoresesni sangat lemah walaupun
setelah melebur. Dalam lapisan tipis transparan.
Tidak atau hampir tidak berbau dan berasa.
Kelarutan : Tidak larut dalam iar, mudah larut dalam benzena,
dalam karbon disulfida, dalam kloroform dan dalam
minyak terpentin, larut dalam eter, dalam heksana
dan umumnya dalam minyak lemak dan minyak
atsiri, praktis tidak larut dalm etanol dingin dan
etanol panas dan dalam etanol mutlak dingin.
Titik lebur : 38-60C

11
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Keuntungan (Asfi, 2012) :
Memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak
sebagai pembalut penutup.
Tidak bercampur dan tidak larut dalam air.
Tidak tengik
Tidak terabsobsi pada kulit
Kerugian (Asfi, 2012) :
Sukarnya bercampur atau tidak larut dalam air, sehingga sukar
dihilangkan atau dicuci bila melekat pada kulit, sehingga yang
menggunakan kurang menyenanginya
Berlemak dan tidak dapat dikombinasikan dengan cairan yang
mengandung air, hanya dapat menyerap air 5 %, jarang
dipengaruhi oleh udara, kelembaban kebanyakan bahan obat dan
bahan kimia

4. Pengawet
a) Nipagin / Methylis Parabenum (Rowe, 2009)

Rumus Molekul : C8H8O3


Berat Molekul : 152,15
Titik lebur : 125-128C
pKa : 8,4
Pemerian : Hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, dan
mempunyai rasa sedikit panas.
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, eter; praktis tidak larut
dalam minyak; larut dalam 400 bagian air.
OTT : Surfaktan non-ionik seperti polisorbat 80, bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sodium
alginat.
12
Kegunaan : Antifungi
Keuntungan :
Mencegah krim tidak menjadi busuk. Maksud busuk disini adalah
agar krim tidak cepat rusak dan krim menjadi awet (Anief, 1998).
Aktifitas antimikroba dari metilparaben atau golongan paraben
yang lain sangat dapat mengurangi efektifitas dari surfaktan
nonionik, seperti polysobate 80.
Digunakan sebagai fase air
Mempertahankan pH sediaan Pelembab (Rowe, 2003).

Kekurangan :

Aktivitas antimikroba dari metilparaben atau golongan paraben


yang lain sangat dapat mengurangi efektivitas dari surfaktan
nonionik, seperti polysorbate 80. Tetapi adanya propilenglikol
(10%) menunjukkan peningkatan potensi aktivitas antibakteri dari
paraben, sehingga dapat mencegah interaksi antara metilparaben
dan polysorbate. Inkompatibel dengan beberapa senyawa, seperti
bentonit, magnesium trisilicate, talc, tragacanth, sodium alginate,
essential oils, sorbitol dan atropine (Rowe, 2003).

b) Nipasol

Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna


(Depkes RI, 1995).

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam


etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam air
mendidih (Depkes RI, 1995).

Titik didih : 295C (Rowe, 2009).

Titik lebur : 140C (Rowe, 2009).

pKa : 8,4 (Rowe, 2009).

13
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1995).

Keuntungan (Syaifullah, 2008) :


Mempertahankan pH sediaan pelembab.
Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh
cahaya pada minyak tak jenuh.
Untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroorganisme di
sediaan yang berasal dari bahan baku.

Kerugian (Anonim, 1978) :

Sukar larut dalam air.


Sukar larut dalam air mendidih.
5. Emulgator
a) Polietilenglikol 400 (Anonim,1979)

Rumus Molekul : H(O-CH2-CH2)nOH.


Berat Molekul : 380-420.
Pemerian : Cairan kental jernih; tidak berwarna atau praktis
tidak berwarna; bau khas lemah; agak higroskopis.
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol 95% P, dalam glikol
lain.
Titik Beku : 4-8C
Titik didih : 238 C
pH : 5,0-7,0
Konsentrasi : Sampai 30% v/v.
OTT : Tidak bercampur dengan beberapa zat pewarna.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.
Keuntungan (Asfi, 2012) :
Mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam air dan
meningkatkan penyebaran obat.
Bersifat stabil, tersebar merata, dapat mengikat pygmen dan
higroskopis (mudah menguap), sehingga dapat memberikan
kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.
Kemampuan menyerap lembab keduanya lebih rendah daripada
gliserin.
Mencegah krim menjadi kering.
Mencegah pembentukan kerak bila krim dikemas dalam botol.

14
Memperbaiki konsistensi dan mutu terhapusnya suatu krim jika
dipergunakan pada kulit sehingga memungkinkan krim dapat
menyebar tanpa digosok.

Kerugian (Asfi, 2012) :

Higroskopis (mudah menguap).

b) Tween 80
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau
asam lemak, khas (Anonim, 2013).

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P,


dalam etil asetat P dan dalam metanol P, sukar larut
dalam parafin cair P dan dalam minyak biji kapas P
(Depkes RI, 1979).

Titik lebur : 96-105C (Rowe, 2009).

pH : 6-8 (Depkes RI, 2013).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya


(Anonim, 2013).

Keuntungan (Syaifullah, 2008) :

Toksisitas lebih rendah daripada yang lain dan kompatibel dengan


banyak bahan lain. Kompatibel dengan eksipien kation dan anion,
konsentrasi yang digunakan 0,1%.
Dapat mengikat pengawet seperti metil paraben, propil paraben,
benzalkonium klorida, asam dehidroasetat dan asam sorbat
sehingga pengawet menjadi tidak aktif.
Praktis tidak mengiritas.
Toksisitas rendah.
Stabil terhadap elektrolit, juga terhadap asam dan basa lemah.

Kerugian (Syaifullah, 2008) :

15
Terjadi penghilangan warna dan atau pengendapan dengan bahan-
bahan seperti fenol, tannin, tar.

6. Suspending agent
a) Gom Arab (Rowe, 2009)

Pemerian : Bentuk granul atau serbuk berwarna putih kuning


pucat, tidak berbau.
Kelarutan : Larut hampir sempurna dalam 2 bagian bobot air,
praktis tidak larut dalam etanol.
Kegunaan : Emulgator; penstabil, pelican tablet, peningkat
kelarutan.
Konsentrasi: : 5-10% sebagai suspending agent 10-20% sebagai
emulgator.
pH : 4,5-5,5
OTT : Dalam jumlah banyak tidak bias bercampur dengan
garam Fe, morfin, fenol, thimol, vanilin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kelebihan (Depkes RI, 1995) :
Larut dalam gliserin, propilenglikol dan dalam air.

Kekurangan (Martindale, 1997) :

Tidak dapat digunakan untuk sediaan yang memiliki pH dibawah


5 dan pH diatas 9.
Berasal dari alam dan mengandung enzim pengoksidasi sehingga
kurang cocok digunakan dalam sediaan farmasi yang
mengandung zat aktif yang mudah teroksidasi.

b) CMC

16
Pemerian : Putih atau hamir putih, higroskopik (Anonim,
2013)

Kelarutan : Praktis tidak larut pada etanol anhidrat, membentuk


suspensi dengan air, menjadi kental dengan NaOH
(Anonim, 2013)

Titik lebur : Browns 227C, chars 252C (Rowe, 2009)

pKa : 4,3 (Rowe, 2009)

pH : 3,5-5 (Anonim, 2013)

Penyimpanan : Pada wadah tertutup rapat (Anonim, 2013)

Kelebihan (Cooper, 1975) :

Dapat digunakan dalam membuat sediaan oral, topikal maupun


parenteral
Dapat melarutkan endapan yang terbentuk tinctur dengan
menambahkan air terlebih dahulu

Kekurangan (Aulton, 2002) :

Merupakan emulgator anionik sehingga tidak dapat bercamput


dengan zat kationik seperti akriflavine, thiamin, alkaloid, logam
berat (Al, Zn, Hg, Ag, Fe), FeCl3 (garam besi larut air).
Mudah ditumbuhi mikroba

7. Humektan
a) Gliserin (Depkes RI,1979)

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, kental,


rasa manis, cairan higroskopis.

17
Kelarutan : Larut dengan air dan dengan etanol 95 %, praktis
tidak larut dalam kloroform dalam eter dan dalam
minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Titik lebur : 18C
Titik didih : 290C
Bobot jenis : 1,261 g/ml
pH larutan :7
Stabilitas : Higroskopik dengan adanya udara dari luar (mudah
teroksidasi), mudah terdekomposisi dengan adanya
pemanasan, mengkristal dalam suhu rendah, kristal
tidak akan mencair sampai dengan suhu 20C akan
timbul ledakan jikadicampur dengan bahan
teroksidasi.
Kelebihan :
Bersifat hidroskopis (menyerap air) sehingga dapat mencegah
kekeringan pada sediaan semi solid (Setyaningtyas, 2008).
Larut baik dalam air (Pahan, 2006).
Menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut
kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut
(Syamsuni, 2006).

Kekurangan :

Mempunyai rasa manis agak pahit (Setyaningtyas, 2008).


Tidak larut dalam eter (Pahan, 2006).
Paling higroskopik dibandingkan dengan propilen glikol dan
sorbitol (Sagarin, 1957).

b) Sorbitol

Pemerian : Serbuk, butiran atau kepingan, putih, rasa manis,


higroskopik (Anonim, 1979)

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam


etanol (95%) P, dalam metanol P, dan dalam asam
asetat P. (Anonim, 1979)

18
pH : 4,5-7 (Rowe, 2009)

Melting point (Rowe, 2009) :

- Bentuk anhidrat : 110-112C


- Gamma polymorph : 97,9C
- Bentuk metastabil : 93C

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kelebihan :
Sangat mudah larut dalam air
Mempunyai berat molekul dan viskositas paling tinggi
dibandingkan dengan propilen glikol dan gliserol (Sagarin, 1957)
Merupakan bahan kimia yang relatif inert dan kompatibel dengan
sebagian besar eksipien (Boylan, 1986)
Kekurangan (Depkes RI, 1995) :
Sukar larut dalam etanol, metanol dan dalam asam asetat

8. Enhancer
a) Asam Oleat (Anonim,1979)

Pemerian : Cairan kental; kekuningan sampai coklat muda,


bau dan rasa khas
Titik lebur : 14 C
Titik didih : 286 C
pH : 4,4
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam
etanol, kloroform, eter, eter minyak tanah
OTT : Asam oleat mengalami inkompatibilitas dengan
adanya aluminium, kalsium, logam berat, larutan
iodine, asam perklorat dan agen pengoksidasi. Asam
oleat bereaksi dengan basa membentuk sabun
(Cable, 2006).
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah terutup, terhindar dari
cahaya, kering.
Kelebihan :

19
Merupakan asam lemak tidak jenuh dengan konfigurasi cis yang
efektif meningkatkan permeabilitas kulit (Kanikkannan et al.,
2006).
Dapat meningkatkan penetrasi senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofilik atau lipofilik (Swarbrick dan Boylan, 1995; Williams
dan Barry, 2004).
Kekurangan :
Bersifat mengabsorbsi oksigen dan lama kelamaan menjadi gelap
sehingga harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya dan berada di tempat kering (Cable, 2006).

b) Urea (Anonim, 2011)

Pemerian : Kristal tak berwarna sampai putih atau bubuk


kristal, tidak berbau, rasa asin
Kelarutan : Sangat larut dalam air, larut dalam etanol
mendidih, larut dalam etanol, sangat mudah larut
dalam dietil eter.
Melting point : 132,5-134,5 C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kelebihan :
Dapat meningkatkan penetrasi senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofilik atau lipofilik (Swarbrick dan Boylan, 1995; Williams
dan Barry, 2004).
Kekurangan :
Bersifat mengabsorbsi oksigen dan lama kelamaan menjadi gelap
sehingga harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya dan berada di tempat kering (Cable, 2006).

9. Antioksidan
a) BHA (Butil Hidroksi Anisol) (Rowe,2009)

Pemerian : Putih hampir putih, serbuk Kristal atau kekuningan,


berbau aromatik.
20
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam
etanol 50%, propilen glikol, kloroform, eter, dan
heksan.
Konsentrasi : 0,005-0,2%
Titik didih : 264C
Titik lebur : 47C
Kegunaan : Anti oksidan
OTT : Fenolik, zat pengoksidasi, dan garam ferri.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya dan
dalam tempat sejuk.
Kelebihan (Han et al., 2004) :
Mudah larut dalam etanol, propilen glikol, kloroform dan dalam
eter.
Memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan
vitamin C dan vitamin E.
Kekurangan (Poormorad et al., 2006) :
Tidak larut dalam air
Pemaparan dalam waktu yang lama dapat mempengaruhi genetika
sel-sel tubuh

b) BHT (Butil Hidroksi Toluena)

Pemerian : Hablur padat, putih, bau khas lemah (Anonim,


1995).

Kelarutan : Tidak larut dalam air dan propilen glikol, mudah


larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter
(Anonim, 1995)

Titik didih : 265C (Rowe, 2009)

Titik beku : 69,2C (Rowe, 2009)

Koefisien partisi : Octanol : air = 4,17-5,80 (Rowe, 2009)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Anonim, 1995)

Kelebihan (Depkes RI, 1995) :


21
Mudah larut dalam etanol, kloroform, dan dalam eter
Kekurangan (Depkes RI, 1995) :
Tidak larut dalam air dan propilen glikol

D. Contoh formula sediaan semi solid dan fungsi setiap bahan


Formulasi sediaan gel ekstrak daun Mangrove Api-api

Bahan Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi


10% b/v 15% b/v 20% b/v
Ekstrak Daun 3g 4,5 g 6g
Mangrove Api-api
CMC-Na 1,5 g 1,5 g 1,5 g
Gliserin 3g 3g 3g
Propilenglikol 1,5 g 1,5 g 1,5 g
Air ad 30 ml 30 ml 30 ml
(Titaley dkk., 2014)
Daun Mangrove Api-api merupakan zat aktif yang digunakan yang
memiliki aktivitas dalam menghambat dan membunuh kuman yang terdapat
pada telapak tangan manusia. CMC-Na digunakan sebagai basis yang bertujuan
untuk memperoleh gel yang jernih, bersifat netral, dan memiliki daya pengikat
zat aktif yang kuat karena CMC-Na merupakan polimer yang berasal dari
turunan selulosa yang akan cepat mengembang dalam air panas dan
membentuk campuran jernih yang bersifat netral. CMC-Na banyak digunakan
dalam sediaan topikal ataupun oral karena sifatnya yang dapat meningkatkan
viskositas. Gliserin dan propilenglikol bekerja sebagai humektan atau penahan
lembab yang berfungsi meningkatkan daya sebar sediaan dan melindungi dari
kemungkinan sediaan menjadi kering (Titaley dkk., 2014).

C. Kesimpulan
Eksipien dalam setiap sediaan, baik dalam sediaan padat, semi padat
maupun cairan berperan penting dalam menghantarkan zat aktif hingga
mencapai target aksinya. Peran yang dimiliki oleh eksipien yaitu antara

22
lain pelarut, pengental, pembawa, pengawet, emulgator, suspending agent,
humektan, enhancer, dan antioksidan.
Fungsi eksipien dalam suatu sediaan semi solid dalam jurnal yang kami
gunakan yaitu CMC-Na, digunakan sebagai basis yang bertujuan untuk
memperoleh gel yang jernih, bersifat netral, dan memiliki daya pengikat
zat aktif yang kuat; gliserin dan propilenglikol bekerja sebagai humektan
atau penahan lembab yang berfungsi meningkatkan daya sebar sediaan dan
melindungi dari kemungkinan sediaan menjadi kering.

D. Daftar Pustaka
Anief, Moh. 2002. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Anonim. 2011. Japanese Pharmacopeia Sixteenth Edition. Japan: Minister of
Health, Labour and Welfare.
Anonim. 2013. British Pharmacopeia. London: Council of Europe.
Ansel, H.C.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta :
UI Press
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.
Arvanitoyannis, Psomiadou E., Nakayama A., Alba S. and Yamamoto N. 1997.
Edible Film from Gelatin, Solube Starch and Polyol. Journal Food
Chemistry, 60(4).
Asfi, Dzul. 2011. Ilmu Resep. Makassar: Smk Kesehatan Terpadu Mege Rezky.
23
Aulton, M. E. 2002. Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design,
Second Edition. ELBS Fonded by British Government.
Aulton, M. E. 2003. Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design,
Second Edition, 408, ELBS Fonded by British Goverment.
Barel, O. A., Paye, M., Mailbach, H. I. 2001. Handbook of Science and
Technology. New York: Marcel Dekker Inc.
Boylan, J. C. 1986. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Washington DC:
American Pharmaceutical Association and The Pharmaceutical Society
of Great Britain.
Cable, C.G. 2006. Oleic Acid, in Handbook of Pharmaceutical Excipients,
Fifth Edition. Rowe, R.C., Sheskey, P. J., Owen,S.C, Pharmacutical
Press, London, 412.
Cooper, J. W., Gunn. 1975. Dispensing for Pharmaceutical Students, Twelfth
Ed.10. London: Pitman Medical Publishing Co. Ltd.
Departemen Kesehatan RI . 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Han, C., et al. 2004. Edible Coatings to Improve Storability and Enhance
Nutritional Value of Fresh and Frozen Strawberries (Fragaria ananassa)
and Raspberries (Rubusideaus). Postharvest Biology Technology, 33:67-
78.
Jenkins, G.L., Don, E.F., edward, A.B., Gleen, J.S., 1957. Scovilles The Art
Of Compounding. London: McGraw-Hill Book Company.
Johanes, H. 1973. Pengantar Kimia Koloid dan Kimia Permukaan. Yogyakarta:
UGM Press.
Kanikkannan, N., R. J. Babu, and M. Singh. 2006. Penetration Enhancer
Classification, in: Percutaneous Penetration Enhancer, 2nd ed. Taylor
and Francis Group.
Karim, Djuniasti. 2014. Farmasetika Dasar. Makassar: Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jurusan Farmasi.
Lieberman et al., 1990, Pharmaceutcal Dosage Form. New York: Marcel
Dekker Inc.
Martindale, W. 1997. Martindale : The Extra Pharpacopoeia, 27th Editions.
London: The Pharmaceutical Press.
Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Bogor : Penebar
Swadaya, 244.

24
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Weller, P.J. 2003. Hand Book of
Pharmaceutical Excipient 4th Edition. London: Pharmaceutical Press
and American Pharmaceutical Association.
Rowe, Raymond C; Paul J Sheskey; Marian E Quinn. 2009. Handbook of
Pharmacetical Exipients sixth edition. London: Pharmaceutical Press.
Sagarin, E. 1957. Cosmetics Science and Technology. New York: Interscience
Publishers Inc.
Saifullah, T.N, dan Rina Kuswahyuning. 2008 .Teknologi dan Formulasi
Sediaan.
Setyaningtyas, Anggraeni Gigih. 2008. Formulasi Produk Pangan Darurat
Berbasis Tepung Ubi Jalar, Tepung Pisang, Dan Tepung Kacang Hijau
Menggunakan Teknologi Intermediate Moisture Foods (Imf). (Skripsi).
Institut Pertanian Bogor.
Titaley, Stany, Fatimawali dan Widya A. Lolo. 2014. Formulasi dan Uji
Efektifitas Sediaan Gel Ekstra Etanol Daun Mangrove Api-Api
(Avicennia marina) sebagai Antiseptik Tangan. Pharmacon, 3(2): 99-
106.
Sulaiman,T.N.S dan Rina Kuswahyuning. 2008. Sediaan Cair Semi Padat.
Yogyakarta: Laboratorium Teknologi Formulasi Fakultas Farmasi Gadjah
Mada University.
Syamsuni, A. 2006.Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Swarbrick, J. dan Boylan, J. 1995. Percutaneous Absorption, in Encyclopedia
of Pharmaceutical Technology, Volume 11. New York: Marcel Dekker
Inc.
Trommer, H., dan Neubert, R.H.H. 2006. Overcoming The Stratum Corneum:
The Modulation of Skin Penetration. Skin Pharmacology and
Physiology. 19: 106-121.
Wade, Ainley and Paul J. Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, edisi kedua. London: The Pharmaceutical Press.
Williams, A. C., dan Barry. 2004. Penetration Enhancer. Advanced Drug
Delivery Review, 56: 603-618.

25

Anda mungkin juga menyukai