0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan2 halaman
Chris Argyris memandang organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya. Untuk menjelaskan konflik terutama tentang kebutuhan individu dan hubungan organisasi menurut Chris Argyris, maka yang paling utama kita lakukan adalah, membedakan jenis konflik dalam organisasi. Konflik dalam organisasi terbagi menjadi, konflik individu dengan individu, konflik individu dengan kelompok, dan konflik kelompok dengan kelompok. Sementara dari segi dampak yang ditimbulkan, dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, konflik fungsional dan kedua, konflik infungsional. Konflik fungsional biasanya membawa keuntungan bagi organisasi, sementara infungsional adalah kebalikannya.
Chris Argyris memandang organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya. Untuk menjelaskan konflik terutama tentang kebutuhan individu dan hubungan organisasi menurut Chris Argyris, maka yang paling utama kita lakukan adalah, membedakan jenis konflik dalam organisasi. Konflik dalam organisasi terbagi menjadi, konflik individu dengan individu, konflik individu dengan kelompok, dan konflik kelompok dengan kelompok. Sementara dari segi dampak yang ditimbulkan, dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, konflik fungsional dan kedua, konflik infungsional. Konflik fungsional biasanya membawa keuntungan bagi organisasi, sementara infungsional adalah kebalikannya.
Chris Argyris memandang organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya. Untuk menjelaskan konflik terutama tentang kebutuhan individu dan hubungan organisasi menurut Chris Argyris, maka yang paling utama kita lakukan adalah, membedakan jenis konflik dalam organisasi. Konflik dalam organisasi terbagi menjadi, konflik individu dengan individu, konflik individu dengan kelompok, dan konflik kelompok dengan kelompok. Sementara dari segi dampak yang ditimbulkan, dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, konflik fungsional dan kedua, konflik infungsional. Konflik fungsional biasanya membawa keuntungan bagi organisasi, sementara infungsional adalah kebalikannya.
1. Jelaskan pendapat Chris Argyris dalam konflik organisasi terutama tentang
kebutuhan individu dan hubungan organisasi..? Chris Argyris memandang organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya. Untuk menjelaskan konflik terutama tentang kebutuhan individu dan hubungan organisasi menurut Chris Argyris, maka yang paling utama kita lakukan adalah, membedakan jenis konflik dalam organisasi. Konflik dalam organisasi terbagi menjadi, konflik individu dengan individu, konflik individu dengan kelompok, dan konflik kelompok dengan kelompok. Sementara dari segi dampak yang ditimbulkan, dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, konflik fungsional dan kedua, konflik infungsional. Konflik fungsional biasanya membawa keuntungan bagi organisasi, sementara infungsional adalah kebalikannya. Konflik dapat menjadi fungsional apabila dikelola dan dikendalikan dengan baik. Contoh konflik yang fungsional dengan kasus seorang manajer perusahaan yang menghadapi masalah tentang bagaimana mengalokasikan dana untuk meningkatkan penjualan masing-masing jenis produk. Pada saat itu setiap produk line berada pada suatu devisi. Salah satu cara pengalokasian mungkin dengan memberikan dana tersebut kepada devisi yang bisa mengelola dana dengan efektif dan efisien. Jadi devisi yang kurang produktif tidak akan memperoleh dana tersebut. Tentu saja di sini timbul konflik tentang pengalokasian dana. Meskipun dipandang dari fihak devisi yang menerima alokasi dana yang kurang, konflik ini dipanang infungsional, tetapi dipandang dari perusahaan secara keseluruhan konflik ini adalah fungsional, karena akan mendorong setiap devisi untuk lebih produktif. Bagi Chris, apabila konflik dikelola dengan baik dalam suatu organisasi, maka akan melahirkan perubahan sikap dan prilaku secara individu untuk meningkatkan skill dan kemampuan kerja. Sementara dalam organisasi, konflik justru dapat menjadi ruang untuk meningkatkan potensi baru dalam memajukan organisasi. Konflik organisasi memacu individu untuk melahirkan inovasi-inovasi yang terkekang secara kelompok.
2. Herbert A. Simon mengemukan 3 tema utama dalam proses pengambilan keputusan..?
Ralp C. Davis menyatakan, keputuasan sebagai suatu hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Berbeda dengan James A.F. Stoner, yang menyatakan keputusan sebagai suatu pemilihan diantara alternatif-alternatif. Lebih mendalam, menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudirjo,SH, bahwa, keputusan adalah suatu pengakhiran dari proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab suatu pertanyaan apa yang harus diperbuat, guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan sebuah pilihan pada suatu alternatif. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Keputusan berasal dari kata putus. Keputusan dipandang sebagai segala putusan yang telah ditetapkan (sesudah dipertimbangkan, dipikirkan, dan sebagainya). Dalam perkembangannya, para ilmuan terus membuat berbagai kesimpulan berdasarkan kondisi dan kejadian. Herbert A. Simon adalah salah satunya, yang hadir dengan tiga gagasan utama dalam memandang proses pengambilan keputusan. Ketiga tema utama dalam proses kegiatan pengambilan keputusan menurut Herbert itu; Intelligence, Design, dan Choice. Intelegensi adalah suatu rangkaian proses dalam diri seseorang untuk mengetahui lebih mendalam terhadap keadaan atau suasana dalam pengambilan keputusan terhadap masalah yang dibahas. Sementara desain adalah, usaha untuk menatata secara efektif, efisien, yang disertai dengan pengembangan dan analisis berbagai rangkaian kegiatan akan dilakukan. Pemilihan sendiri sebagai bagian akhir dari proses pengambilan keputusan untuk mencapai titik tujuan. Jadi, pemilihan merupakan kunci akhir dari dinamika pengambilan keputusan. Sebenarnya, ketiga tema yang ditawarkan oleh Herbert ini akan lebih kongkrit apabila ditambahkan Implementation. Karena, dorongan pengambilan keputusan bertujuan untuk mencapai implementasi akhir di lapangan.
3. Variabel internal yang sangat berpengaruh dalam keefektifan suatu organisasi